• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter II Pengaruh Corporate Social Terhadap Nilai Perusahaan dengan sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Chapter II Pengaruh Corporate Social Terhadap Nilai Perusahaan dengan sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Stakeholders

Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal

1970an, yang secara umum dikenal dengan stakeholder theory artinya sebagai

kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder,

nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan,

serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara

berkelanjutan.

Stakeholder theory dimulai dengan asumsi bahwa nilai (value) secara

eksplisit dan tak dipungkiri merupakan bagian dari kegiatan usaha. Teori

stakeholder adalah kumpulan konsep yang berkaitan dengan cara-cara yang

digunakan perusahaan untuk memanage stakeholdernya. Cara-cara yang

dilakukan perusahaan untuk memanage stakeholdernya tergantung pada strategi

yang diadopsi perusahaan.

Chariri dan Ghazali (2007: 32) mengatakan bahwa perusahaan bukanlah

entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus

memberikan manfaat bagi stakeholders-nya (shareholders, kreditor, konsumen,

supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain).

Sekarang ini perusahaan besar biasanya harus memperhatikan berbagai

(2)

11 dalam konsep ini teori ini yang menjadi pusat perhatian adalah keseluruhan pihak

atau kontestan yang memiliki kepentingan baik langsung maupun tidak langsung

dengan perusahaan (Harahap, 2012; 77).

2.1.2 Corporate Social Responsibility

Tanggung jawab sosial perusahaan ( Corporate Social Responsibility )

adalah kewajiban manajemen untuk membuat keputusan dan melakukan tindakan

yang akan meningkatkan kesejahteraan dan kepentingan masyarakat serta

perusahaan (Daft, 2012:182).

Pertanggungjawaban sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR)

adalah mekanisme bagi suatu perusahaan untuk secara sukarela mengintegrasikan

perhatian terhadap lingkungan dan sosial kedalam operasinya dan interaksinya

dengan stakeholders, yang melebihi tanggungjawab perusahaan di bidang hukum.

Menurut The World BusinessCouncil for Sustainable Development

(WBCSD) (Kusumadilaga, 2010:14) dinyatakan bahwa

Corporate Social Responsibilty atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan.

Sekitar 50 tahun yang lalu,Bowen berpendapat bahwa para pelaku bisnis

memiliki kewajiban untuk mengupayakan suatu kebijakan serta membuat

keputusan atau melaksanakan berbagai tindakan yang sesuai dengan tujuan dan

(3)

12 bersandar kepada keselarasan dengan tujuan (objectives) dan nilai-nilai (value)

dari suatu masyarakat. Kedua hal tersebut yakni keselarasan dengan tujuan dan

nilai-nilai masyarakat merupakan dua premis dasar tanggung jawab sosial

(Solihin,2008:1).

Premis pertama, perusahaan bisa mewujud dalam suatu masyarakat karena

adanya dukungan dari masyarakat. Oleh sebab itu, perilaku perusahaan dan cara

yang digunakan perusahaan saat menjalankan bisnis harus berada dalam bingkai

pedoman yang ditetapkan masyarakat. Premis kedua, yang mendasari tanggung

jawab sosial adalah bahwa pelaku bisnis bertindak sebagai agen moral dalam

suatu masyarakat. Oleh sebab itu, agar terjadi keselarasan antara nilai yang

dimiliki perusahaan dengan nilai yang dimiliki oleh masyarakat, perusahaan harus

berperilaku sesuai dengan nilai-nilai masyarakat (Solihin,2008:2)

Robbins dan Coulter (Solihin,2008:5) menggambarkan perkembangan

CSR dalam sebuah kontinum adopsi pelaksanaan CSR perusahaan kepada

berbagai konstituen. Kontinum tersebut juga menunjukkan bahwa jika cakupan

semakin luas CSR maka semakin besar pula CSR yang harus dilakukan.

Pada tahap awal, CSR lebih tertuju kepada pemilik perusahaan (pemegang

saham/owners) dan manajer. Pada tahap ini pemimpin perusahaan akan

mengedepankan kepentingan para pemegang saham melalui berbagai upaya untuk

menggunakan sumber daya perusahaan seefisien mungkin dan melakukan

(4)

13 Pada tahap kedua, perusahaan mulai mengembangkan CSRnya kepada

para pekerja. Pada tahap ini, manajer perusahaan tidak hanya memerhatikan

memaksimalisasi laba, tetapi mereka mulai memberikan perhatian yang besar

kepada sumber daya manusia.

Pada tahap ketiga, perusahaan mengembangkan CSR kepada para

konstituen dalam suatu lingkungan yang spesifik dimana konstituen tersebut

biasanya merupakan masyarakat setempat yang terkena dampak secara langsung

oleh operasional perusahaan di daerah tempat mereka tinggal.

Pada tahap keempat, perusahaan tidak hanya mengembangkan CSR

kepada masyarakat setempat, melainkan mencakup pula pada masyarakat luas.

Para manajer memandang bisnis mereka sebagai bagian dari entitas publik dan

mereka merasa bertanggung jawab untuk melakukan berbagai kebijakan kepada

publik.

Konsep CSR akan lebih mudah dipahami, dengan menanyakan kepada

siapa sebenarnya pengelola perusahaan (manajer) bertanggung jawab.

Menurut Friedman (Solihin, 2009:6) tanggung jawab sosial perusahaan adalah menjalankan bisnis sesuai dengan keinginan pemilik perusahaan (owners), biasanya dalam bentuk menghasilkan uang sebanyak mungkin dengan senantiasa mengindahkan aturan dasar yang digariskan dalam suatu masyarakat sebagaimana diatur oleh hukum dan perundang-undangan.Dengan demikian, tujuan utama dari suatu perusahaan korporasi adalah memaksimalisasi laba atau nilai pemegang saham.

Meskipun pengertiannya lugas, CSR dapat menjadi sebuah konsep yang

sulit dipahami karena orang-orang yang berbeda memiliki keyakinan yang

(5)

14 Konsep Corporate Social Responsibility melibatkan tanggung jawab

kemitraan antara pemerintah, lembaga sumberdaya masyarakat, serta komunitas

setempat (lokal). Kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama secara sosial

antara stakeholders.

Pertanggung jawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan

yang disebut Sustainibility Reporting. Sustainibility Reporting adalah pelaporan

mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja

organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (Nurlela

dan Islahuddin, 2008: 7).

2.1.3 Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Alasan utama mengapa suatu pengungkapan diperlukan adalah agar pihak

investor dapat melakukan suatu informed decision dalam pengambilan keputusan

investasi. Berkaitan dengan keputusan investasi, investor memerlukan tambahan

informasi non keuangan. Kebutuhan itu didorong oleh adanya perubahan

manajerial yang menyebabkan terjadinya perluasan kebutuhan investor akan

informasi baru yang mampu menginformasikan hal-hal yang bersifat kualitatif

yang berkaitan dengan perusahaan. Informasi kualitatif dipandang memiliki nilai

informasi yang mampu menjelaskan fenomena yang terjadi, dan tindakan apa

yang akan diambil oleh manajemen terhadap fenomena tersebut. Informasi

kualitatif ini dapat diungkapkan dalam laporan tahunan (annual report)

(6)

15 Hendriksen (1991:203) mendefinisikan pengungkapan (disclosure)

sebagai penyajian sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian

secara optimal pasar modal yang efisien. Pengungkapan ada yang bersifat wajib

(mandatory disclosure) yaitu pengungkapan informasi wajib dilakukan oleh

perusahaan yang didasarkan pada peraturan atau standar tertentu, dan ada yang

bersifat sukarela (voluntary disclosure) yang merupakan pengungkapan informasi

melebihi persyaratan minimum dari peraturan yang berlaku.

Setiap unit/pelaku ekonomi selain berusaha untuk kepentingan pemegang

saham dan mengkonsentrasikan diri pada pencapaian laba juga mempunyai

tanggung jawab sosial, dan hal itu perlu diungkapkan dalam laporan tahunan,

sebagaimana dinyatakan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

No.1 (Revisi 1998) Paragraf kesembilan:Perusahaan dapat pula menyajikan

laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai

tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor

lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap

pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.

Pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan umumnya bersifat

voluntary (sukarela), unaudited (belum diaudit), dan unregulated (tidak

dipengaruhi oleh peraturan tertentu). Glouterdalam Nurlela dan Islahuddin

(2008:8) menyebutkan tema-tema yang termasuk dalam wacana Akuntansi

(7)

16

1. Kemasyarakatan

Tema ini mencakup aktivitas kemasyarakatan yang diikuti oleh perusahaan, misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan dan seni serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya.

2. Ketenagakerjaan

Tema ini meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang-orang dalam perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliputi : rekruitmen, program pelatihan, gaji dan tuntutan, mutasi dan promosi dan lainnya.

3. Produk dan Konsumen

Tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara lain keguanaan durability, pelayanan, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan, kejelasan/kelengkapan isi pada kemasan, dan lainnya.

4. Lingkungan Hidup

Tema ini meliputi aspek lingkungan dari proses produksi, yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis, pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber daya alam dan konversi sumber daya alam.

Martin Freedman dalamKusumadilaga (2010) mengatakan bahwa ada tiga

pendekatan dalam pelaporan kinerja sosial, yaitu :

1. Pemeriksaan Sosial (Social Audit)

Pemeriksaan sosial mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan dari program-program yang berorientasi sosial dari operasioperasi yang dilakukan perusahaan. Pemeriksaan sosial dilakukan dengan membuat suatu daftar aktivitas-aktivitas perusahaan yang memiliki konsekuensi sosial, lalu auditor sosial akan mencoba mengestimasi dan mengukur dampak-dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas tersebut.

2. Laporan Sosial (Social Report)

Berbagai alternatif format laporan untuk menyajikan laporan sosial telah diajukan oleh para akademis dan praktisioner. Pendekatan-pendekatan yang dapat dipakai oleh perusahaan untuk melaporkan aktivitas-aktivitas pertanggungjawaban sosialnya ini dirangkum oleh Dilley dan Weygandt menjadi empat kelompok sebagai berikut:

(8)

17 b. Cost Approach, Perusahaan membuat daftar

aktivitas-aktivitas sosial perusahaan dan mengungkapkan jumlah pengeluaran pada masing-masing aktivitas tersebut.

c. Program Management Approach, Perusahaan tidak hanya mengungkapkan aktivitas-aktivitas pertanggungjawaban sosial tetapi juga tujuan dari aktivitas tersebut serta hasil yang telah dicapai oleh perusahaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan itu.

d. Cost Benefit Approach, Perusahaan mengungkapkan aktivitas yang memiliki dampak sosial serta biaya dan manfaat dari aktivitas tersebut. Kesulitan dalam penggunaan pendekatan ini adalah adanya kesulitan dalam mengukur biaya dan manfaat sosial yang diakibatkan oleh perusahaan terhadapmasyarakat.

3. Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan (Disclosure In AnnualReport)

Pengungkapan sosial adalah pengungkapan informasi tentang aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan lingkungan sosial perusahaan. Pengungkapan sosial dapat dilakukan melalui berbagai media antara lain laporan tahunan, laporan interim/laporan sementara, prospektus, pengumuman kepada bursa efek atau melalui media masa. Perusahaan cenderung untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan aktivitasnya dan dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut.

Darwin (2004) dalam Kusumadilaga (2010:20) mengatakan bahwa

Corporate Social Responsibility terbagi menjadi 3 kategori yaitu kinerja ekonomi,

kinerja lingkungan dan kinerja sosial.Sedangkan dalam penelitian ini

mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan

berdasarkan standar GRI (Global Reporting Initiative).Global Reporting Initiative

(GRI) adalah sebuah jaringan berbasis organisasi yang telah mempelopori

perkembangan dunia, paling banyak menggunakan kerangka laporan

keberlanjutan dan berkomitmen untuk terus-menerus melakukan perbaikan dan

penerapan di seluruh dunia (www.globalreporting.org). Daftar pengungkapan

(9)

18 Siregar (2008) dan Kusumadilaga (2010) dengan menggunakan 6 indikator

pengungkapan yaitu : ekonomi, lingkungan, tenaga kerja, hak asasi manusia,

sosial dan produk. Indikator-indikator yang terdapat di dalam GRI yang

digunakan dalam penelitian yaitu :

1. Indikator Kinerja Ekonomi (economic performance indicator)

2. Indikator Kinerja Lingkungan (environment performance indicator)

3. Indikator Kinerja Tenaga Kerja (labor practices performance indicator)

4. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia (human rights performanceindicator)

5. Indikator Kinerja Sosial (social performance indicator)

6. Indikator Kinerja Produk (product responsibility performance indicator).

2.1.4 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan adalah kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh harga

saham yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran dipasar modal yang

merefleksikan penilaian masyarakat terhadap kinerja perusahaan (Harmono,

2009:233).

Nilai perusahaan dapat diukur melalui nilai harga saham di pasar,

berdasarkan terbentuknya harga saham perusahaan di pasar, yang merupakan

refleksi penilaian oleh publik terhadap kinerja perusahaan secara riil. Dikatakan

secara riil karena terbentuknya harga di pasar merupakan bertemunya titik-titik

kestabilan kekuatan permintaan dan titik-titik kestabilan kekuatan penawaran

harga yang secara riil terjadi transaksi jual beli surat berharga di pasar modal

(10)

19 ekuilibrium pasar. Oleh karena itu, dalam teori keuangan pasar modal harga

saham di pasar disebut konsep nilai perusahaan (Harmono, 2009:50).

Samuel (2000) dalam Nurlela dan Islahuddin (2008:7) menjelaskan bahwa

enterprise value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan)

merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar

menilai perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan Wahyudi (2005) dalam

Nurlela dan Islahuddin (2008:7) menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan

harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli andai perusahaan tersebut dijual.

Wiyanto (2002) dalam Novianti (2012:19) menyatakan bahwa salah satu

hal yang dipertimbangkan oleh investor dalam melakukan investasi adalah nilai

perusahaan dimana investor tersebut menanamkan modal. Fokus utama dalam

penciptaan nilai adalah pada semua kesempatan dalam hal manajer ingin

memanfaatkan secara penuh dalam semua kesempatan yang ada untuk menilai

saham atau ekuitas.

Djohanputra (2004) dalam Novianti (2012:19) mengatakan nilai

perusahaan adalah didasarkan atas kesehatan arus kas operasinya. Nilai

perusahaan berarti nilai jual perusahaan atau nilai tambah bagi pemegang saham.

Dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti bagaimana manajemen perlu

memproyeksi arus kas perusahaan agar selalu sehat dari waktu ke waktu.

Dalam penilaian perusahaan terkandung unsur proyeksi, asuransi,

perkiraan, dan judgment. Ada beberapa konsep dasar penilaian yaitu : nilai

ditentukan untuk suatu waktu atau periode tertentu; nilai harus ditentukan pada

(11)

20 Secara umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan dalam

penilaian perusahaan, di antaranya adalah :

a) pendekatan laba antara lain metode rasio tingkat laba atau price earning ratio, metode kapitalisasi proyeksi laba.

b) pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas. c) pendekatan dividen antara lain metode pertumbuhan dividen. d) pendekatan aktiva antara lain metode penilaian aktiva. e) pendekatan harga saham.

f) pendekataneconomic value added.

Pada dasarnya tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai

perusahaan. Akan tetapi di balik tujuan tersebut masih terdapat konflik antara

pemilik perusahaan dengan penyedia dana sebagai kreditur. Jika perusahaan

berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat, sedangkan nilai

hutang perusahaan dalam bentuk obligasi tidak terpengaruh sama sekali. Jadi

dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham kepemilikan bisa merupakan indeks

yang tepat untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan.

Berdasarkan alasan itulah, maka tujuan manajemen keuangan dinyatakan

dalam bentuk maksimalisasi nilai saham kepemilikan perusahaan, atau

memaksimalisasikan harga saham.Tujuan memaksimumkan harga saham tidak

berarti bahwa para manajer harus berupaya mencari kenaikan nilai saham dengan

mengorbankan para pemegang obligasi.Nilai perusahaan dapat dilihat melalui

nilai pasar atau nilai buku perusahaan dari ekuitasnya.Ia menambahkan dalam

neraca keuangan, ekuitas menggambarkan total modal perusahaan. Selain itu, nilai

pasar bisa menjadi ukuran nilai perusahaan.Penilaian terhadap perusahaan tidak

hanya mengacu pada nilai nominal.Kondisi perusahaan mengalami banyak

(12)

21 nominalnya cukup tinggi.Tapi setelah krisis kondisi perusahaan merosot

sementara nilai nominalnya tetap.

Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja

perusahaan juga baik.Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya.Jika

nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan nilai perusahaannya juga baik.Karena tujuan

utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan

kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

2.1.5 Profitabilitas

Profitabilitasadalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan suatu

keuntungan dan menyokong pertumbuhan baik untuk jangka pendek maupun

jangka panjang (Khasmir,2010 :196). Profitabilitas perseroan biasanya dilihat dari

laporan laba rugiperseroan (income statement) yang menunjukkan laporan hasil

kinerja perseroan.

Laba sering kali menjadi salah satu ukuran kinerja perusahaan.Dimana

ketika perusahaan memiliki laba yang tinggi berarti kinerja perusahaannya baik,

dan begitu juga sebaliknya.Setiap perusahaan selalu menginginkan profitabilitas

yang tinggi untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan.

Perusahaan akan mengukur kemampuanperusahaan dalam menghasilkan

keuntungan (profitabilitas) baik dari tingkat penjualan, asset, modal maupun

saham tertentu. Dalam rasio Profitabilitas ini dapat dikatakan sampai sejauh mana

keefektifan dari keseluruhan manajemen dalam menciptakan keuntungan bagi

perusahaan. Profitabilitas merupakan hasildari sejumlah besar kebijakan dan

(13)

22 Hubungan antara profitabilitas perusahaan dengan pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan telah menjadi postulat (anggapan dasar) untuk

mencerminkan pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan gaya manajerial.

Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar

pengungkapan informasi sosial (Kusumadilaga, 2010:24).

Fahmi (2012:68) menyatakan bahwa rasio profitabilitas digunakan untuk

mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar

kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan

penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik

menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan.

Profitabilitas menggambarkan kinerja fundamental perusahaan ditinjau

dari tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba.

Konsep profitabilitas ini dalam teori keuangan sering digunakan sebagai indikator

kinerja fundamental perusahaan mewakili kinerja manajemen. Sesuai dengan

perkembangan model penelitian bidang manajemen keuangan, umumnya dimensi

profitabilitas memiliki hubungan kausalitas terhadap nilai perusahaan. Sedangkan

nilai perusahaan secara konsep dapat dijelaskan oleh nilai yang ditentukan oleh

harga saham yang diperjualbelikan di pasar modal. Hubungan kausalitas ini

menunjukkan bahwa apabila kinerja manajemen keuangan perusahaan yang

diukur menggunakan dimensi-dimensi profitabilitas dalam kondisi baik, maka

akan memberikan dampak positif terhadap keputusan investor di pasar modal

(14)

23 juga akan berdampak pada keputusan kreditor dalam kaitannya dengan pendanaan

perusahaan melalui utang (Harmono, 2009:110).

Perusahaan akan mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba melalui pengelolaan aktiva yang dimilikinya. Sebuah perusahaan yang

mempunyai profitabilitas tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu

mengelola sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien sehingga

mampu menghasilkan laba yang tinggi.Sebaliknya, sebuah perusahaan memiliki

profitabilitas rendah menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tidak mampu

mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan baik, sehingga tidak mampu

menghasilkan laba yang tinggi.

Secara konsep dapat disimpulkan bahwa kinerja fundamental perusahaan

yang diproksikan melalui dimensi profitabilitas perusahaan memiliki hubungan

kausalitas terhadap nilai perusahaan melalui indikator harga saham dan struktur

modal perusahaan berkenaan dengan besarnya komposisi utang perusahaan

(Harmono, 2009:111).

Ada beberapa rasio yang biasa digunakan dalam mengukur besarnya

profitabilitas.Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang terpenting dari rasio

profitabilitas yang ada. Dalam penelitian ini profitabilitas perusahaan diukur

menggunakan Return On Assets (ROA) dengan rumus sebagai berikut:

(15)

24 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap

nilai perusahaan telah banyak diteliti oleh penelitian-penelitian sebelumnya dan

menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Penelitian terdahulu ini akan dijadikan

bahan acuan agar dapat membandingkan penelitian ini dengan penelitian

terdahulu. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu.Rincian

mengenai penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO Penulis

dan Tahun

Judul Penelitan Variabel penelitian Terdaftar di Bursa Efek Jakarta) (1) CSR berpengaruh simultan terhadap persentase

kepemilikan

manajemen (2) hanya persentase Terdaftar di BEI)

(16)

25 Terdaftar di Bursa Efek Indonesia simultan kepemilikan institusional,

komisaris

independen, ROA, ROE, CSR, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan Tobins Q.

4 Agustine Moderating ( Studi Empiris pada Perusahaan go public yang Terdaftar di BEI)

(17)

26 perusahaan

perbankan yang terdaftar di Indonesia Stock Exchange (IDX) periode 2009-2012

pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan

perbankan,sedangkan profitabilitas

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sumber: Diolah oleh peneliti.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Nurlela dan Islahuddin (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dengan

adanya praktik CSR yang baik diharapkan nilai perusahaan akan dinilai dengan

baik oleh investor.Berdasarkan gambar 2.1 maka dapat dijelaskan bahwa

Corporate Social Responsibility dapat mempengaruhi nilai perusahaan.Corporate

Social Responsibility merupakan informasi yang diungkapkan dalam laporan

tahunan mengenai pertanggungjawaban perusahaan tentang kepeduliannya

terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya.Pelaksanaan CSR dapat

meningkatkan nilai perusahaan dilihat dari harga saham dan laba (�)

Profitabilitas

(�)

Nilai Perusahaan Corporate Social

(18)

27 perusahaan.Profitabilitas sebagai variabel moderasi juga dapat mempengaruhi

hubungan antara Corporate Social Responsibility dengan nilai perusahaan.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan dari kerangka konseptual, maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian ini sebagai berikut:

1. Corporate Social Responsibility berpengaruhterhadap nilaiperusahaan.

2. Profitabilitas memoderasi hubungan antara Corporate Social

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Dengan jumlah watt (energi listrik) yang lebih kecil, lampu TL atau neon lebih murah digunakan daripada membeli lampu pijar biasa, dan saat ini jenis lampu TL juga bervariasi

For each request you need to include these variable to make the call valid: nonce and method?.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Memberi izin kepada Pemohon (TERBANDING ) untuk menjatuhkan talak satu raj’i terhadap Termohon (PEMBANDING) didepan sidang Pengadilan Agama3.

Dan berdasarkan pengamatan awal dari penyebaran angket yang dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa siswa siswi SMAN 08 Surakarta dengan jumlah 30 subjek dari 4 aspek dan

kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabug dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang

Saat ini, kebanyakan Community College di negara ini dapat memberikan sertifikasi setingkat MQF tingkat 3, walaupun mulai banyak Community College yang mulai

Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk kemudian dibakar untuk kemudian dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan manusia..