• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas paper stratifikasi sosial (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tugas paper stratifikasi sosial (1)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Satriani Nim : E41115014

Negara yang menganut sistem stratifikasi sosial

1.Negara India

Negara yang menganut sistem stratifikasi tertutup adalah India. Negara indi menganut sistem kasta, dalam sistem kasta status ditentukan oleh kelahiran dn ditentukan seumur hidup. Sistem ini telah berproses selama 3000 tahun, walaupun ada usaha-usaha untuk meniadakan pembatasan-pembatasan yang ada, namun tidak berjalan sesuai harapan karena begitu ketatnya sistem ini di dalam kehidupan masyarakat Indi, contoh penilaian berdasarlan sistem kasta yaitu: kasta brahmana (raja, pendeta), kasta satria (pegawai negeri), kasta vesia (pedagang), kasta sudra (kaum buruh), dan kasta paria (kaum diluar kasta/marginal). Sistem ini sangat tidak memungkinkan adanya mobilitasi sosial dalam masyarakat India, karena satu kedudukan kasta tidak mungkin pindah ke kasta yang lainnya. dahulu di Afrika Selatan terdapat pembedaan antara golongan kulit putih dan kulit berwarna. Penugasan pekerjaan kasar kepada orang-orang yang berkulit berwarna

2. Negara Indonesia

(2)

Masyarakat majemuk di Indonesia tidak serta muncul begitu saja, akan tetapi karena faktor-faktor seperti yang dijelaskan dalam artikel Nasikun (1995) yaitu, pertama keadaan geografis yang membagi Indonesia kurang lebih 3000 pulau. Hal tersebut yang menyebabkan Indonesia memiliki suku budaya yang banyak seperti Jawa, Sunda, Bugis, Dayak, dan lain-lain. Kedua ialah Indonesia terletak di antara Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik yang meyebabkan adanya pluralitas agama di dalam masyarakat Indonesia, seperti Islam, Kristen, Budha, dan Hindu. ketiga ialah iklim yang berbeda-beda dan struktur tanah yang tidak sama yang menyebabkan perbedaan mata pencaharian antar wilayah satu dengan wilayah lainnya, Sehingga hal tersebut pula dapat membedakan moblitas suatu masyarakat satu dengan masyarakat lainnya dalam kondisi wilayah yang berbeda.

Pierre L. van den Berghe dalam artikel Nasikun (1995) menyebutkan karaktistik dari masyarakat majemuk ialah (1) Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang memiliki sub-kebudayaan yang berbeda satu sama lain, (2) Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer, (3) Kurang mengembangkan konsensus di antara anggota masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar, (4) Secara relatif, seringkali terjadi konflik di antara kelompok satu dengan kelompok lainnya, (5) Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi, (6) Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok lainnya.

(3)

Kemunculan sistem penggolongan masyarakat ke dalam kelompok-kelompok tertentu tidak begitu saja muncul di atas kemajemukan suatu bangsa. Ada sebuah hal yang dihargai dalam suatu kelompok masyarakat yang menyebabkan stratifikasi sosial itu dibutuhkan. Pluralitas yang terdapat dalam bangsa Indonesia seperti perbedaan agama, suku, budaya dan ras seharusnya tidak dijadikan sebuah masalah mengingat semboyan yang selalu ditanamkan oleh masyarakat Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Pasca merdekanya Indonesia, menurut penulis perbedaan-perbedaan tersebut semakin membesar mengingat bahwa suatu masyarakat di dalam suatu wilayah akan terus berkembang.

3. Negara Jepang

Warisan budaya leluhur yang mengutamakan hidup kedamaian dengan alam mengajarkan generasi Jepang dewasa ini untuk senantiasa memelihara alam dalam keseimbangan. Ajaran ini lahir dari rasa keinginan hidup tenang dengan keselarasan alam dan manusia yang saling berinteraksi.

Pada awal kebudayaan jaman Yayoi, interaksi dengan alam diwujudkan dengan pemeliharaan dan penyeimbangan segala mahluk hidup. Dalam proses interaksi antara manusia, diwujudkan dengan penegakan nilai-nilai moral untuk saling memahami satu sama lainnya. Kemudian setelah masuknya agama Budha sekitar abad ke-6, hubungan antar manusia tidak sekedar mengacu pada alam saja, tetapi juga kesinambungan antara manusia dengan manusianya. Dalam perkembangan berikutnya sistem stratifikasi semakin jelas, terutama setelah masuknya sistem pemerintahan Bakufu (pemerintahan yang dijalankan dari tenda, pada saat itu sistem komando dipegang oleh seorang jendral daiitai shogun yang berada di medan perang). Pemerintahan ini berlangsung sejak jaman Kamakura (1185-1336). Pada Jaman ini golongan sosial bangsa Jepang dibagi dalam empat golongan yang dikenal sebagai shinoukoshou, yaitu

1. Shi berasal dari kata bushi ( golongan militer ) 2. Nou berasal dari kata noumin ( golongan petani ) 3. Kou berasal dari kata kouin ( golongan pegawai ) 4. Shou berasal dari kata shounin ( pedagang )

(4)

karena sangat berperan dalam kemajuan perdagangan dan kemampuan bangsa Jepang. Menurut Chie Nakane dalam bukunya Masyarakat Jepang, hubungan antar manusia di Jepang umumnya menganut azas hubungan vertikal. Struktur masyarakat Jepang yang menggunakan hubungan atas-bawah ini sangat mempengaruhi sikap, tindakan, kebiasaan dan etos kerja bangsa Jepang. Hubungan tersebut dapat digabarkan melalui konsepsi berikut: 1. Hubungan Oyabun-Kobun (bapak dan anak)

Prinsip hubungan Bapak dan Anak, menejer dan bawahan, bos dan anak buah, penguasa dan rakyat, ini mengandung filosofi pangayom dan orang yang diayomi, pelindung dan dilindungi. Konsepsi Oyabun-Kobun ini diterapkan dalam kerjasama perusahaan yang saling menguntungkan. Sebuah perusahaan besar akan memelihara perusahaan kecil, demikian juag perusahaan kecil akan menyediakan kebutuhan perusahaan besar. Di Jepang dikenal istilah sogososha, yaitu perusahaan-perusahaan besar yang memiliki anak perusahaan yang hubungannya saling ketergantungan. Misalnya perusahan besar yang memproduksi televisi, maka mengambil barang-barang komponen kecilnya dari perusahaan lain atau anak perusahaan yang memproduksi komponen tersebut, kebutuhan akan komponen itu sama sekali tidak mengimpor dari negara lain. Maka tak heran jika perusahaan Jepang dimana pun selalu bisa bertahan dalam menghadapi krisis, karena adanya keterikatan integral antar perusahaan besar dengan perusahaan kecil.

2. Hubungan Senpai-Kohai (senior dan yunior).

Hubungan senioritas bagi orang Jepang adalah sesuatu yang harus dipertahankan demi menjaga dan memelihara kepatuhan, penghormatan, dan disiplin kerja. Senioritas tidak dimaknai sebagai arogansi terhadap yunior, melainkan sebagai pembelajaran yang harus dipatuhi secara moral. Sistem hubungan ini tidak membatasi usia melainkan siapa yang lebih dulu memahami nilai pekerjaan itu, maka akan dihormati sebagai senior.

3. Orientasi tanggung jawab kelompok.

(5)

melahirkan etos kerja bahwa adanya hasrat untuk melakukan semua pekerjaan sesuai dengan keahlian, kemampuan masing-masing secara proporsional, ”the man on the right job

4. Negara Inggris

(6)

Daftar Pustaka

Falia, Debbi. 2015. ” Stratifikasi Sosial.“.http://debbyfalia.blogs pot. Co. id/2015/11/stratifikasi-sosial. Html. Diakses pada Oktober 2017.

Nurfadhillahtia. 2013.”Stratifikasi Sosial di Indonesia.”

https://nurfadhilahtia94.wordpress.com/tag/penggolongan-dan-stratifikasi-sosial-di-indonesia/.

Diakses Pada Oktober 2017.

Ebaihaqi. 2015. “ Stratifikasi Sosial. “

http://ebaihaqi.wixsite.com/ebaihaqi/single-post/2015/11/09/Stratifikasi-Sosial. Diakses pada Oktober 2017.

Referensi

Dokumen terkait