• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanaman Nilai sesuai dengan Perkembang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penanaman Nilai sesuai dengan Perkembang"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Penanaman Nilai sesuai dengan Perkembangan yang berdasarkan Didaktis pada Pendidikan Formal

Nisrina Nurhaliza1

1Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Jalan Raya Dukuhwaluh, PO BOX 202 Purwokerto 53182 Email : [email protected]

Amalia Yuli Rahmawati2

2Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Jalan Raya Dukuhwaluh, PO BOX 202 Purwokerto 53182 Email : [email protected]

ABSTRAK BAHASA INDONESIA

Seiring dengan maraknya kasus yang beredar dalam jenjang formal, maka tentu diperlukan suatu cara atau metode yang disebut didaktis untuk menanamkan suatu nilai pada jenjang formal yaitu Pendidikan. Didaktis adalah bagian dari periodisasi yaitu pembagian seluruh masa perkembangan seseorang ke dalam periode-periode tertentu. Dalam menunjang tercapainya suatu pendidikan formal, maka perlu ditunjang dengan penanaman nilai yang berdasarkan didaktis dalam pendidikan formal. Nilai-nilai yang perlu ditanamkan diantaranya nilai religiusitas, kejujuran, tanggung jawab, demokrasi, daya juang, kemandirian, dan lain-lain. Dalam penanaman nilai-nilai tersebut, tentunya berbeda cara dalam penanamanya sesuai dengan kebutuhan usia anak tersebut.

Kata kunci : Didaktis, Pendidikan Formal, Penanaman Nilai

ABSTRACT

Along with many cases that revolved in Formal Education stage, so necessary a way or method namely didactic to implant a moral value in a formal education. Didactic is a part of division of history into periods that is division all time of someone development into certain periods. To support achieve a Formal Education then be needed with implanting of didactic moral value in formal education. The values such as religious, truth, responsibility, power fight, and so on. To implanting a moral value, surely with different way appropriate with age of the children.

(2)

I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan semakin maraknya kasus kejahatan dalam usia anak – anak yang masih menginjak usia sekolah, dan kurangnya perhatian atau penanaman nilai yang baik dalam jenjang pendidikan formal, khususnya karena kurang tepatnya pembagian waktu dalam sekolah dan materi apa yang seharusnya diberikan pada setiap jenjang pendidikan formal mengharuskan adanya pemahaman tentang perkembangan periodisasi yang menggunakan metode didaktis, yang mana hal itu masih belum di ketahui banyak orang di karenakan kurangnya pengetahuan serta pemahaman mengenai hal tersebut. Oleh karena itu, kami menyajikan makalah ini agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan terhadap periodisasi perkembangan.

b. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

Bagaimana Penanaman Nilai sesuai dengan Perkembangan yang berdasarkan Didaktis pada Pendidikan Formal ?

II. ANALISIS TEORI

(3)

menerima aturan moral maka hukuman yang dijalaninya juga berarti mengalami kegagalan. (Nurul Zuriah, 2008:5)

III. PEMBAHASAN

A.Pengertian Perkembangan yang berdasarkan Didaktis

Didaktis adalah bagian dari periodisasi yaitu pembagian seluruh masa perkembangan seseorang ke dalam periode-periode tertentu. Sedangkan perkembangan adalah menunjukan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang menuju kedepan dan tidak di ulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Periodisasi Didaktis sendiri maksudnya adalah pembagian periode perkembangan atas dasar klasifikasi waktu, materi, dan cara pendidikan untuk anak-anak pada masa-masa tertentu, serta memikirkan tentang kemungkinan metode yang paling efektif untuk diterapkan di dalam mengajar atau mendidik anak pada masa tersebut. Misalnya Johann Amos Comenilus membagi perkembangan anak menjadi 4 (empat) tahap, yaitu :

a. Scola Materna (sekolah ibu), yaitu pada usia 0-6 tahun. Pada fase ini, anak mengembangkan organ tubuh dan panca indra di bawah asuhan ibu (keluarga).

b. Scola Vermacula (sekolah bahasa ibu), yaitu pada usia 6-12 tahun. Pada fase ini, anak mengembangkan pikiran, ingatan, dan perasaannya di sekolah dengan menggunakan bahasa daerah (bahasa ibu).

c. Scola Latina (sekolah bahasa latin), yaitu pada usia 12-18 tahun. Pada fase ini anak mengembangkan potensinya terutama daya intelektualnya dengan bahasa asing.

d. Academia (akademi) adalah media pendidikan bagi anak usia 18-24 tahun.

(4)

a. Pada usia 1-7 tahun adalah masa penerimaan dan pengaturan rangsangan dari dunia luar dari alat indra.

b. Pada usia 7-12 tahun adalah masa dimana anak sudah mulai memperhatikan masalah kesusilaan, mulai berfungsi perasaan ethisnya yang bersumber dari kata-kata hatinya dan dia mulai tahu kebutuhan orang lain.

c. Pada usia 12-18 tahun adalah masa penemuan diri serta kepuasan terhadap masalah-masalah sosial.

d. Pada usia 18-24 tahun adalah masa pendidikan di perguruan tinggi, masa melatih anak akan realitas kepentingan dunia. Ia harus mampu berfikir secara jernih, jauh dari perbuatan yang tercela.

B. Pengertian Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang di sekolah yang diperoleh secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dari dan oleh serta untuk masyarakat, merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan pelayanan dalam mendidik warga negara. Pendidikan formal juga dapat diartikan sebagai pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. Termasuk juga di dalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan profesional, yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus. Satuan penyelenggara pendidikan formal sebagai berikut :

1. Taman Kanak-kanak (TK) 2. Raudatul Athfal (RA) 3. Sekolah Dasar (SD) 4. Madrasah Ibtidaiyah (MI)

(5)

6. Madrasah Tsanawiyah (MTs) 7. Sekolah Menengah Atas (SMA) 8. Madrasah Aliyah (MA)

9. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 10. Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) 11. Perguruan Tinggi

12. Akademi 13. Sekolah Tinggi 14. Institut

15. Universitas

C. Penanaman Nilai sesuai dengan Perkembangan yang berdasarkan Didaktis pada Pendidikan Formal

(6)

1. Religiusitas

a. Mensyukuri hidup dan percaya kepada Tuhan b. Sikap toleran

c. Mendalami ajaran agama. 2. Sosialitas

a. Penghargaan akan tatanan hidup bersama secara positif b. Solidaritas yang benar dan baik

c. Persahabatan sejati

d. Berorganisasi dengan baik dan benar e. Membuat acara yang sehat dan berguna. 3. Gender

a. Penghargaan terhadap perempuan

b. Kesempatan beraktivitas yang lebih luas bagi perempuan c. Mengargai kepemimpinan perempuan.

4. Keadilan

a. Penghargaan sejati orang lain secara mendasar

b. Menggunakan hak dan melaksanakan kewajiban secara benar dan seimbang c. Keadilan berdasarkan hati nurani.

5. Demokrasi

a. Menghargai dan menerima perbedaan dalam hidup bersama dengan saling menghormati

b. Berani menerima realita kemenangan maupun kekalahan. 6. Kejujuran

(7)

a. Keberanian untuk mengambil keputusan secara jernih dan benar dalam kebersamaan

b. Mengenal kemampuan diri c. Membangun kepercayaan diri d. Menerima keunikan diri. 8. Daya Juang

a. Memupuk kemauan untuk mencapai tujuan b. Bersikap tidak mudah menyerah.

9. Tanggung Jawab

a. Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup

b. Mengembangkan keseimbangan antara hak dan kewajiban c. Mengembangkan hidup bersama secara positif.

10. Penghargaan terhadap lingkungan alam

a. Menggunakan alam sesuai dengan kebutuhan secara wajar dan seimbang b. Mencintai kehidupan

c. Mengenali lingkungan alam dan penerapannya.

Penanaman nilai pada setiap jenjang pendidikan formal tentu akan berbeda-beda, karena dilihat dari faktor usia, dan faktor pendidikannya. Kondisi kejiwaan dan kepribadian mereka tentu berbeda sesuai dengan perkembangan masing-masing. Misalnya, seorang anak yang berusia 5 tahun tentu akan diberi sebuah sentuhan pengajaran yang lebih lembut daripada anak yang berusia 15 tahun. Begitu pula dengan anak yang masih bersekolah SD akan berbeda perlakuannya dengan anak yang sudah SMA. Karena kemampuan kejiwaan mereka yang berbeda-beda penampungnya. Berikut ini metode atau cara penanaman nilai pada jenjang pendidikan formal :

(8)

Pada jenjang Taman Kanak-kanak lebih diperkenalkan pada realitas hidup bersama yang mempunyai aturan dan nilai hidup. Proses ini dilaksanakan melalui berbagai bentuk kegiatan yang membuat anak senang dan merasakan kebaikan dan tatanan serta nilai hidup tersebut. Hidup bersama, bersekolah adalah situasi yang menyenangkan dan baik. Itulah yang akan diperkenalkan dan ditanamkan pada jenjang Taman Kanak-kanak.

1. Religiusitas

Dalam jenjang ini, kita harus dapat mengajarkan lebih banyak arti syukur dan berterima kasih kepada Tuhan agar menjadi anak yang baik nantinya. Membiasakan anak untuk selalu bersyukur dan berterima kasih salah satunya dengan berdoa. Mengajarkan anak berdoa sebelum dan sesudah belajar, sebelum dan sesudah makan, dan sebelum dan sesudah bangun tidur. Dapat juga dengan cara menyanyikan lagu sederhana yang ada kaitannya dengan kehidupan. Contohnya lagu “Pelangi”. Anak-anak diminta untuk membahas arti syair tersebut dan diperkenalkan tentang keagungan Tuhan.

2. Sosialitas

(9)

sesamanya dan ingin berbagi. Dengan begitu, mereka akan terbiasa dan tidak asyik sendiri dengan dunianya.

3. Gender

Perbedaan sikap yang harus feminim dan maskulin, anak laki-laki harus bermain bola, dan anak perempuan harus bermain boneka, merupakan perbedaan gender yang telah menjadi kebiasaan rakyat Indonesia yang menganut ideologi patriarkhi. Tetapi, secara esensial, perempuan bukanlah makhluk yang lemah, melainkan ia adalah makhluk yang kuat dan memiliki potensi yang bisa dioptimalkan eksistensinya. Pandangan yang demikian harus ditanamkan sejaki dini kepada anak-anak. Begitu juga dengan anak laki-laki yang tidak harus selalu menggunakan otot dan bersikap kasar. Hal ini dapat diwujudkan dengan melakukan permainan yang tidak membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan, misalnya mereka bergandengan tangan membentuk lingkaran dan diberi bola atau alat lain untuk saling didistribusikan satu sama lain tanpa memilih laki-laki ataupun perempuan.

4. Keadilan

Hal ini dapat dilakukan dengan melaksanakan kegiatan seperti semua siswa diminta untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru, baik melalui kegiatan menyanyi, menari, permainan, menggambar maupun tugas lainnya. Apabila ada anak yang mendominasi, mereka harus diarahkan dan diberi perhatian agar memberikan kesempatan kepada yang lain. Disini peran guru sangat penting untuk selalu memberikan perhatian mana yang sudah mendapat kesempatan dan mana yang belum, mana yang menonjol dan mana yang membutuhkan dorongan atau motivasi untuk berani tampil. 5. Demokrasi

(10)

6. Tanggung Jawab

Nilai tanggung jawab di sekolah Taman Kanak-kanak dapatdilakukan melalui permainan atau tugas-tugas yang menggunakan alat. Hal ini dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan dan melatih langsung tanggung jawab pada diri anak. Menjaga agar alat permainan tidak mudah rusak, berani melaporkan apabila alat permainan rusak merupakan awal pembentukan sikap dan perilaku bertanggung jawab. Melalui kegiatan dan kebiasaan yang seperti itu, anak-anak diajarkan untuk tahu bagaimana menjaga dan memelihara permainan dan peralatan yang digunakannya. b. Penanaman Nilai di Sekolah Dasar (SD)

Penanaman nilai dan suasana bermain serta kebiasaan hidup bersama yang ada di lingkungan taman Kanak-kanak harus lebih didukung dan dikembangkan pada jenjang Sekolah Dasar. Anak-anak harus dikondisikan dan diajak untuk melihat dan mengalami hidup bersama yang baik dan menyenangkan. Pengalaman menyenangkan yang dialami ini harus didasari oleh sikap dan tanggapan yang baik dari semua pihak. Kebaikan tersebut berdasarkan nilai-nilai hidup yang telah ditanamkan pada mereka sejak dini.

1. Religiusitas

Dalam menanamkan nilai-nilai religiusitas dalam jenjang ini dapat dilakukan dengan cara tetap menjaga kebiasaan berdoa pada waktu di TK, dengan ditambahkan sedikit dongeng atau cerita anak yang isinya tentang kehidupan beragama di Indonesia, seperti bermacam-macam agama yang ada di dunia, sikap menghargai, sikap toleransi, dan membantu anak memahami tentang agama tersebut. Selain diajarkan tentang kegiatan berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, anak-anak juga dapat diberitahu tentang hari besar agama dan tentang apa yang dilakukan manusia di muka bumi ini karena adanya Allah SWT. Anak-anak harus diperkenalkan tentang kebesaran Allah, dan apa saja yang ada di muka bumi adalah milik Allah SWT.

(11)

Nilai sosialitas yang dapat ditanamkan pada anak-anak Sekolah Dasar adalah dengan cara baris-berbaris dengan rapi dan teratur sebelum masuk kelas, agar tidak ada yang berlari atau melewati barisan depannya yang dapat menimbulkan teriakan, gaduh, dan komentar yang bermacam-macam. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tugas kelompok, keterampilan kelompok, olahraga bersama, dan lain sebagainya. Dengan begitu, anak-anak akan belajar bagaimana menghargai orang lain, salimg membantu, saling memperhatikan, dan memahami bagaimana untuk bersosialisasi dengan baik dan tertib.

3. Gender

Pendidikan jasmani dan kesehatan dapat dilakukan untuk pembentukan kesetaraan gender sejak dini. Disini diajarkan bahwa perempuan dapat melakukan olahraga apapun termasuk juga sepak bola. Anak-anak diarahkan bahwa perempuan bukan mahkluk yang lemah, lembek, dan hanya dapat melakukan hal yang ringan saja. Laki-laki dan perempuan memang berbeda dalam hal jenis kelamin, tetapi dalam hal peran gender jangan dibeda-bedakan, yang membedakan satu sama lain adalah kemampuannya.

4. Daya juang

Melalui kegiatan olahraga, nilai daya juang anak dapat ditumbuhkan secara konkret. Pertumbuhan fisik merupakan perkembangan proses tahap demi tahap dan untuk mencapai perkembangan yang optimal dibutuhkan daya dan semangat juang. Selain menumbuhkan semangat dan daya juang yang tinggi, kegiatan olahraga juga merupakan wahana untuk mengembangkan sikap sportivitas (kejujuran) yang tinggi pada anak. Berani bersaing secara wajar, namun juga berani untuk menerima kekalahan dan mengakui kemenangan orang lain dengan setulus hati. 5. Tanggung jawab

(12)

melaksanakan tugasnya segera mendapat perhatian, dan anak yang menjadi korban kemalasan temannya juga dapat ditangani dengan baik. 6. Penghargaan terhadap lingkungan alam

Penghargaan terhadap lingkungan alam dapat diajarkan dengan cara melaksanakan kerja bakti. Anak diarahkan agar mampu memahami bahwa lingkungan sekitar kita harus selalu dijaga dan dirawat, agar tampak asri, indah, dan nyaman. Lingkungan alam yang hijau dan asri sangat membantu kesehatan dan kenyamanan hidup manusia, membuat seluruh siswa nyaman saat berada di sekolah.

c. Penanaman nilai di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Pada jenjang pendidikan sekolah menengah pertama (SMP), pola berpikir anak sudah mampu untuk diajak memahami dan melihat nilai-nilai hidup berdasar pertanggungjawabannya serta dasar pemikirannya. Aturan dalam hidup bersama tidak sekadar demi aturan, tetapi demi tujuan yang baik dalam hidup bersama tersebut. Dikarenakan tujuan yang baik inilah maka tingkah laku manusia harus sejalan dengan tujuan tersebut. Pada jenjang pendidikan menengah semakin terbuka kemungkinan untuk menawarkan nilai-nilai hidup agar menjadi pekerti manusia melalui segala kemungkinan kegiatan, tidak hanya pada unsur akademis semata.

1. Religiusitas

Pada nilai ini, siswa diperkenalkan kepada tokoh pemberi agama (Nabi dan Rosul) dengan dasar agama yang diajarkan. Siswa diminta untuk mencari dan menggali informasi tentang tokoh pemberi agama yang dapat semakin memantapkan agamanya dan dapat menumbuhkan sikap toleran yang sejati. Anak diminta memberikan informasinya secara informatif, bukan mendiskusikannya. Mengenal tokoh dan ajarannya merupakan jalan untuk mendalami ajaran agama yang dianutnya. Diharapkan pola ini menjadi jalan untuk pendalaman agama setiap pribadi tanpa meninggalkan sikap toleran yang sejati.

(13)

Pada jenjang pendidikan SMP, anak tentunya sudah mempunyai wilayah pergaulan yang luas, dan dalam usia ini, anak tentunya sedang mencari jati dirinya. Melihat dan mengingat realitas perkembangan anak yang demikian, baik secara fisik maupun psikologis maka proses pertumbuhan perlu diperhatikan dan dikritisi bersama dengan anak. Anak dalam usia ini memerlukan pendekatan dengan teman-temannya, namun kita harus memberikan arahan dan perhatian yang kritis, karena pergaulan pada jenjang dapat membawa dampak positif dan negatif, oleh karena itu harus diarahkan dengan cara menjelaskan konsekuensi yang mungkin akan muncul terhadap suatu pilihan dalam bentuk apapun.

3. Gender

Pada usia di jenjang ini, terkadang banyak masalah yang ditimbulkan anak laki-laki untuk mengalahkan perempuan. Maka dari itu, bagian kesiswaan harus merancang kegiatan sedemikian rupa agar perempuan medapat tugas untuk memimpin suatu kelompok, kegiatan ekstrakurikuler untuk perempuan perlu ditambahkan, agar kesetaraan gender dapat terwujud. 4. Kejujuran

Kegiatan olahraga dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai kejujuran atau sportivitas, anak diajarkan bagaimana pentingnya kejujuran dalam sebuah permainan olahraga, dan anak diberikan apresiasi yang dapat melakukannya. Anak-anak diajarkan pentingnya arti kejujuran dalam kehidupan bermasyarakat, dan diajak berfikir bagaimana jika ketidakjujuran itu ada dalam suatu masyarakat.

5. Tanggung jawab

Kegiatan class meeting adalah salah satu hal yang dapat mengajarkan nilai tanggung jawab, siswa diminta untuk bertanggung jawab dari awal kegiatan sampai dengan kegiatan evaluasi. Pelaksanaan diusahakan sebaik mungkin agar semua pihak merasa senang, dan kegiatan evaluasi adalah bagian dari tanggung jawab itu sendiri. Tanggung jawab terhadap suatu kegiatan tidak hanya pada sebagian proses, tetapi pada keseluruhan proses yang terjadi.

6. Penghargaan terhadap lingkungan alam

(14)

penghijauan lingkungan dapat menjadi wahana untuk mencintai lingkungan alam. Penghijauan tidak hanya sekedar menanam sesuatu, tetapi dengan penalaran dan pertimbangan jenis pohon. Selain menjaga kelestarian alam, juga menambah pengetahuan tentang sifat-sifat tanaman. Ada tanaman yang mengisap banyak air, ada tanaman yang dapat menyimpan air untuk lingkungannya. Tidak semua pepohonan baik dan dapat digunakan untuk penghijauan. Demikian juga, penghijauan di daerah berkapur, daerah berbatu, dan daerah subur menuntut tanaman atau jenis pohon yang berbeda satu sama lain.

d. Penanaman Nilai di Sekolah Menengah Atas (SMA)

Pada jenjang pendidikan menengah atas, aspek penalaran dan pertanggungjawaban atas nilai atau aturan haruslah semakin ditanamkan dan menjadi stressing kegiatan. Sikap-sikap yang terbentuk dari kebiasaan perlu didalami dan diperkenalkan akan adanya nilai-nilai hidup yang mendasarinya. Anak mulai mengenal dengan jelas bahwa hal baik yang dilakukan dalam masyarakat, dalam hidup bersama akan membawa kegembiraan, kebahagiaan bagi semua orang. Kebiasaan berbuat baik dan bertanggungjawab terhadap akibat yang sehari-hari.

1. Religiusitas

Keterlibatan dan kepekaan sosial kepada lingkungan hidup merupakan perwujudan dari sikap religiusitas yang harus ditanamkan pada nilai ini, sikap menghargai orang lain dan melihat keprihatinan orang lain dengan tindakan nyata adalah hal yang harus dilakukan oleh seorang siswa SMA. Perwujudan nyata tersebut akan membawa dampak positif dan merupakan amal ibadah kepada orang lain. Maka dari itu, siswa diajak untuk berbuat kebaikan setiap hari.

2. Sosialitas

(15)

sekedar hura-hura dan makan besar. Disitu siswa dapat belajar bagaimana mereka bersosialisasi baik dengan orang lain dengan tindakan nyata, siswa dapat belajar bersikap sopan santun terhadap pemilik rumah, memohon izin kepada orang disekitarnya, bagaimana menerima tamu dengan baik, bagaimana mempersiapkan acara tersebut dari awal sampai akhir. Melalui aktivitas dan dinamika kelompok yang terencana dan terorganisasi dengan baik, siswa diajak bermain sekaligus merefleksikannya dalam kegiatan kehidupan kesehariannya, baik sebagai individu, anggota kelas, maupun sebagai anggota masyarakat.

3. Kejujuran

Salah satu pelajaran yang bisa diajadikan salah satu wahana dan sarana mengajarkan nilai-nilai kejujuran adalah mata pelajaran Akuntansi. Mata pelajaran ini dapat dijadikan sarana bagi anak didik dalam bidang keuangan untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara benar dan transparan. Laporan keuangan ini dapat dijadikan sebagai alat untuk menilai apakah seseorang bertindak jujur atau tidak. Pembukuan dapat juga digunakan untuk mencari keuntungan yang berarti mengingkari kebenaran yang seharusnya diungkapkan dalam pembukuan tersebut. 4. Daya juang

Mengenal bakat dan kemampuan yang dimiliki siswa tanpa membunuh potensi yang lain akan dapat menumbuhkan daya juang siswa untuk terus mengembangkan bakat terpendamnya, karena bakat itu bukan hanya bersifat formal, tapi juga bisa olahraga atau kesenian. Dengan menyadari kemampuannya siswa akan merasa percaya diri untuk brkembang bersama dengan yang lain dalam kegembiraan.

5. Tanggung jawab

(16)

ulangan, menjalankan peran dan tugas di rumah, dan lain sebagainya. Tanggung jawab tentu berkaitan dengan pelaksanaan kewajiban yang diemban seseorang. Guru dapat mengajak siswa untuk mengevaluasi dan mengkritisi kegiatan yang telah dipilihnya.

6. Penghargaan terhadap lingkungan alam

Berbagai kegiatan yang bersifat dan berbau petualangan sekaligus mencintai alam yang berarti mencintai kehidupan manusia adalah langkah pendukung untuk bisa mengenal dan memahami alam lingkungan dan perkembangannya secara dekat dan menyatu dalam kehidupan. Organisasi

green peace misalnya, adalah sebuah organisasi yang kegiatannya penuh dengan kegiatan petualangan dan tantangan yang selalu diarahkan pada upaya pelestarian alam dan lingkungan kehidupan. Mencintai alam dan lingkungan hidup haruslah diarahkan agar ada sikap untuk mencintai kehidupan secara berimbang. Tidak ada gunanya mencintai alam tanpa mencintai kehidupan manusia.

IV. KESIMPULAN

Penanaman nilai yang berdasarkan didaktis yang pembahasannya berdasarkan pada segi kepeluan/materi apa kiranya yang tepat diberikan kepada anak didik pada masa-masa tertentu, serta memikirkan tentang kemungkinan metode apa yang paling efektif untuk diterapkan di dalam mengajar atau mendidik anak pada masa tertentu tersebut. Penanaman nilai yang diberikan juga tergantung usia dan perkembangannya dalam tiap jenjang pendidikan formal, karena kondisi kejiwaan mereka yang berbeda-beda.

Daftar Pustaka Handout Perkembangan Peserta didik. 10-11

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Tapi biasanya apabila ujungnya yang besar atau pangkal dari pohon di pancangkan untuk tujuan maksud tertentu, seperti dalam tanah yang sangat lembek dimana tanah tersebut

Apabila suatu keinginan kelompok yang kohesif untuk mencapai kesepakatan berbenturan dengan pertimbangan untuk mencapai pemecahan-pemecahan alternative “pemikiran

Kemudian, masing-masing ditotolkan sebanyak 4 μ l pada pelat KLT, dieluasi dengan fase gerak terpilih dan diamati dengan TLC Scanner.. Data untuk Perhitungan LOD dan LOQ

Chapter III is the steps in teacbing conjunctions to the third semester students of Senior High School using pictures and the last chap- ter, chapter IV deals

Kesimpulan : Efektifitas daya anthelmintik perasan dan infusa rimpang temu ireng ( Curcuma aeruginosa Roxb. ) masih di bawah piperazin citrat. Daya anthelmintik infusa rimpang

Apabila pencairan MLD sebelum Tanggal Jatuh Tempo atas permohonan Nasabah tidak dapat dihindari, maka Bank tidak menjamin pengembalian pokok sebesar 100% dan Nasabah wajib

Proses dan cara kerja metode bailing out sand pada kegiatan well service dimulai dengan memasukkan alat scrapper untuk membersihkan pasir,scale, yang ada di dinding

Uang pembayaran itu nantinya akan disimpan di rekening penampungan (escrow akun) dan akan dibayarkan kepada penjual setelah barang dipastikan sampai pada