KULIAH
Teori Pembangunan
“Matahari akan Terbit di Barat Bagian (1)”
DOSEN
“
Prof. Dr. H. Syarif Ibrahim Alqadrie, M.Sc”
Di Susun Oleh:
HABRIANTO TOLIANGO
25.1148 / A.2
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
MANAJEMEN SUMBER DAYA APARATUR
I. ABSTRAK / ABSTRACT
Tulisan ini ingin mengungkap isi artikel yang ditulis oleh Prof. Dr. Syarif Ibrahim Alqadrie, M.Sc dalam bukunya yang berjudul “Matahari akan Terbit di Barat”
dengan pokok permasalahan terdapat pada hal 50-65, yang membahas tentang
“Penempatan Patung Naga: Pemecahan Masalah Adil dan Tuntas pada Bab VII, Kasus Singkawang: Patung Naga, Makalah dan Keprihatinan pada Bab VIII, serta Permintaan Maaf dan Prospek Penyelesaian Kasus Singkawang pada Bab IX”. Penempatan Patung Naga menjadi masalah yang belum tertuntaskan serta menjadi kasus panas pada akhir Mei 2010 di Singkawang, hal inilah yang menimbulkan kekhawatiran dan keprihatinan bagi masyarakat sekitar sehingga patung naga dipindahkan sebagai solusi tuntas kemelut singkawang.
Akan tetapi pemindahan patung naga menjadi problematika yang berkepanjangan, maka dilakukanlah suatu proses kesepakatan antara warga masyarakat
Singkawang beserta jajaran Pemerintah Kota termaksud Walikota, Dr. Hasan Karman (HK) dengan melakukan prosesi adat agar menyelesaikan kemelut secara tuntas. Oleh karena itu dibuatlah suatu penyelesaian masalah dengan permintaan maaf melalui makalah yang bersifat ilmiah agar dapat membuat masyarakat yakin dan percaya kasus ini tuntas hingga ke akar-akarnya hingga kembalilah
Singkawang menjadi Kota yang menghormati perbedaan.
II. RINGKASAN / RESUME / SUMMARY
Syarif Ibrahim Alqadrie, pada Bab VII Penempatan Patung Naga:
Pemecahan Masalah Adil dan Tuntas, Bab VIII Kasus Singkawang; Patung Naga, Makalah dan Keprihatinan, Bab IX Permintaan Maaf dan Prospek Penyelesaian Kasus Singkawang hal 50-65, dalam bukunya Matahari akan Terbit di Barat cetakan ketiga, Pontianak: Penerbit ACP, mengungkap penyebab kemelut Singkawang serta hubungan tidak harmonisnya Walikota, Dr. Hasan Karman (HK) dengan beberapa Tokoh masyarakat terletak pada Patung Naga. Akan tetapi jika Patung Naga merupakan satu-satunya faktor utama penyebab kemelut
Singkawang, maka permasalahan ini akan mudah terselesaikan dengan
memindahkan patung tersebut ketempat lain. Seandainya Patung Naga hanyalah faktor pemicu, bukan faktor utama maka proses pemindahannya ketempat lain tidak akan membuat Singkawang menjadi aman walaupun ketegangan antara Walikota dengan Tokoh masyarakat telah terselesaiakan.
Kontroversi ini bermula saat didirikannya Patung Naga oleh Walikota terpilih, Dr. Hasan Karman (HK) serta pemaparannya pada makalah yang tidak dapat diterima karena isi dari makalah yang dianggap “menghina” dan
III. TANGGAPAN / ARGUMENT
Setelah penulis membaca keseluruhan isi artikel yang dimuat dalam buku“Matahari akan Terbit di Barat” dengan pokok permasalahan terdapat pada hal 50-65, yang membahas tentang “Penempatan Patung Naga: Pemecahan Masalah Adil dan Tuntas pada Bab VII, Kasus Singkawang: Patung Naga, Makalah dan Keprihatinan pada Bab VIII, serta Permintaan Maaf dan Prospek Penyelesaian Kasus Singkawang pada Bab IX”, sangat erat kaitanya dengan problematika pemerintahan saat ini. Pada Bab IX telah jelas tergambarkan bahwasanya Walikota, Dr. Hasan Karman telah menyampaikan permohonan maafnya dengan penuh khusus ikhlas dan hormat selayaknya seorang rakyat biasa yang tunduk dan patuh kepada sang Sultan yang sangat dihormati. Hal inilah yang harus dimiliki oleh setiap pemerintah yang menduduki jabatan-jabatan strategis di pemerintahan, dikarenakan kebanyakan masyarakat-masyrakat etnik masih
memegang paham kesukuan seperti yang terjadi di Singkawang, sehingga pemerintah wajib mengetahui hal-hal kedaerahan yang dimaksud itu.
Berkaitan dengan hal tersebut kemampuan mengendalikan diri pun sangatlah dituntut agar setiap manusia dapat mematangkan etikanya,
mematangkan moral/mental, dan mematangkan intelektual/akademisnya sehingga mewujudkan pemerintahan yang dapat menyesuaikan dengan