• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FORTIFIKASI KANDUNGAN BAHAN ORGANIK DARI PUPUK ORGANIK BERBAHAN BAKU FESES SAPI POTONG DAN FESES AYAM NIAGA PEDAGING TERHADAP PRODUKSI SEGAR RUMPUT GAJAH(Pennisetum purpureum) EFFECT OF FORTIFICATION CONTENT OF ORGANIC OF ORGANIC FERTILIZER MADE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH FORTIFIKASI KANDUNGAN BAHAN ORGANIK DARI PUPUK ORGANIK BERBAHAN BAKU FESES SAPI POTONG DAN FESES AYAM NIAGA PEDAGING TERHADAP PRODUKSI SEGAR RUMPUT GAJAH(Pennisetum purpureum) EFFECT OF FORTIFICATION CONTENT OF ORGANIC OF ORGANIC FERTILIZER MADE "

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BioLink

Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan

Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/biolink

PENGARUH FORTIFIKASI KANDUNGAN BAHAN ORGANIK DARI

PUPUK ORGANIK BERBAHAN BAKU FESES SAPI POTONG DAN FESES

AYAM NIAGA PEDAGING TERHADAP PRODUKSI SEGAR RUMPUT

GAJAH(

Pennisetum purpureum

)

EFFECT OF FORTIFICATION CONTENT OF ORGANIC OF ORGANIC

FERTILIZER MADE FROM BEEF AND COMMERCIAL BROILER CHICKEN

FECES ON PRODUCTION OF FRESH ELEPHANT GRASS (Pennisetum

purpureum)

Prayogi Sunu

Fakultas Peternakan Universitas Boyolali

Jalan Pandanaran No.405, Winong, Kab.Boyolali, Jawa Tengah 57315

*Corresponding author: E-mail: [email protected]

Abstrak

Penelitian in bertujuan untuk mengetahui pengaruh feses ayam niaga pedaging sebagai pencampur feses sapi potong untuk vahan baku pembuatan pupuk organik dari aspek kandungan vahan organik dan mengetahui pengaruh pemberian pupuk hasil fortifikasi terhadap jumlah produksi segar rumput gajah. Materi yang digunakan adalah feses sapi potong sebanyak 930 kg, feses ayam niaga pedaging 270 kg, EM4 2,4 liter. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan (R) yaitu: R0 : feses sapi potong 100% (50 kg), R1 : feses sapi potong 85% (42,5 kg) + feses ayam niaga pedaging 15% (7,5 kg), R2 : feses sapi potong 70% ( 35 kg) + feses ayam niaga pedaging 30% (15 kg), R3 : feses sapi potong 55 % (27,5 kg) + feses ayam niaga pedaging 45 (22,5 kg) dengan enam kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kandungan bahan organik dari R0, R1, R2, dan R3, masing-masing 43.071%, 34.075%, 27,815%, dan 36.098%. Analisis hasil variansi menunjukkan bahwa rata-rata bahan organik yang tidak menggunakan kotoran ayam broiler komersial (R0) lebih tinggi daripada menggunakan setiap perlakuan kompos.Hasil analisis seragam menunjukkan pemberian pupuk kompos pada rumput gajah berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap produksi hijauan segar rumput gajah, hal tersebut diduga karena kompos belum terdekomposisi dengan sempurna dan kandungan unsur hara kompos rendah sehingga belum cukup memberikan unsur hara tambahan yang dibutuhkan oleh tanaman.

Kata Kunci:Fortifikasi, SapiPotong, Ayam Niaga Pedaging, Produksi Segar, Rumput Gajah

Abstract

The purpose of this study was to determine the effect of commercial broiler chicken feces as mixing beef cattle feces to raw material organic fertilizer from organic material aspects of the content and determine the effect of fertilizer results fortification against the total production of fresh grass. The material used is beef cattle feces as much as 930 kg, the commercial broiler chicken feces 270 kg, 2.4 liter EM4. This research method using a completely randomized design (CRD) with four treatments (R), namely: R0: 100% beef cattle feces (50 kg), R1: beef cattle feces 85% (42.5 kg) of commercial broiler chicken feces + 15% (7.5 kg), R2: beef cattle feces 70% (35 kg) + commercial broiler chicken feces 30% (15 kg), R3: beef cattle feces 55% (27.5 kg) + commercial broiler chicken feces 45 ( 22.5 kg) with six replications. The results showed that the average content of organic material of R0, R1, R2, and R3, respectively 43 071% 34 075%, 27.815%, and 36 098%. Analysis of variance results showed that the average organic material are not using a commercial broiler chicken manure (R0) is higher than using each treatment compost. Results of the analysis showed uniform administration of composting grass effect is not significant (P> 0.05) on the production of fresh forage grass, presumably because it is not yet decomposed compost perfectly and the nutrient content of compost so low that has not quite provide additional nutrients needed by plants.

Keywords :Fortification, Beef, Chicken Commercial Broiler Production Fresh, Elephant Grass

(2)

PENDAHULUAN

Limbah akan berdampak buruk apabila pengelolaannya kurang tepat yaitu mengakibatkan penyakit yang dapat menyerang ternak maupun manusia. Penanganan feses yang kurang baik akan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan feses untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat. Salah satu cara adalah dengan dibuat kompos.

Kondisi lahan pertanian akhir-akhir ini mengalami masalah kerusakan kesuburan yang sangat serius, kandungan bahan organik tanah menurun, tekstur tanah yang keras, dan tingkat keasaman yang meningkat, produksi pertaniannya semakin menurun sebagai akibat dari pemberian pupuk anorganik yang semakin meningkat.

Kelangkaan pupuk an-organik dan turunnya kualitas lahan karena kandungan organik pada lahan semakin berkurang sehingga membuat kesuburan lahan pertanian sangat menurun. Akibat yang ditimbulkan adalah turunnya tingkat produksi pertanian. Untuk mengatasi permasalah tersebut dilakukan usaha menggalakkan kembali produksi kompos kandang menjadi aktivitas pertanian yang menarik. Berkurangnya kandungan organik lahan hanya dapat diperbaiki dengan menggunakan kompos kandang.

Fortifikasi antara feses sapi potong dengan feses ayam niaga pedaging sangat baik untuk pembuatan pupuk, karena feses sapi potong yang kandungan bahan organiknya rendah, kemudian di fortifikasikan dengan feses ayam niaga pedaging yang kandungan bahan organik

lebih tinggi akan diperoleh pupuk organik dengan kandungan bahan organik lebih kompetitif apalagi dapat diaplikasikan pada tanaman rumput gajah (Pennisetum Purpureum) dari aspek jumlah produksi segar dan kering

METODE PENELITIAN

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah feses sapi potong 930 kg (6 x 155 kg), feses ayam pedaging 270 kg (6 x 45 kg) dan aktifator EM4 2. 4 liter. Alat-alat yang digunakan adalah thermometer tanah, soil tester, timbangan digital, timbangan kodok atau kwintal, kertas label, cangkul, sekop, paralon, kertas buram, kaca, gelas ukur dan pipet tetes.

Menyiapkan semua materi dan alat penelitian, menimbang bahan baku penelitian sesuai dengan komposisi yang telah ditetapkan yaitu feses sapi potong 930 kg, feses ayam niaga petelur 270 kg dan aktifator EM4 2,4 liter.

Penelitian Tahap I (Pembuatan Kompos) Penimbangan feses sapi potong dan feses ayam niaga petelur disesuaikan dengan dosis per perlakuan sebagai berikut:

R0 : Feses sapi potong 100%

(50 kg), Feses ayam niaga petelur 0% (0 kg)

R1 : Feses sapi potong 85% (42,5

kg), Feses ayam niaga petelur 15% (7,5 kg)

R2 : Feses sapi potong 70% (35 kg),

Feses ayam niaga petelur 30% (15 kg) R3 : Feses sapi potong 55% (27,5

kg), Feses ayam niaga petelur 45% (22,5 kg)

(3)

petelur kemudian diaduk hingga merata. Menuangkan campuran larutan EM4 2,4 liter + gula pasir 0,75 kg + air yang ke dalam campuran feses dan diaduk hingga merata. Campuran tersebut kemudian dibentuk gundukan dan ditutup dengan karung. Jangka waktu 7 hari gundukan tersebut dilakukan pembalikan, setelah 14 hari kompos sudah jadi dan siap untuk digunakan.

Penelitian Tahap II

Persiapan lahan yang akan digunakan sejumlah 24 petak. Stek ditanam pada petak yang sudah disediakan sejumlah 15 stek. Pemberian/pengacakan label pada setiap petak untuk menentukan perlakuan yang diberikan. Pemupukan dilakukan pada saat rumput sudah berumur 20 hari dari penanaman atau rumput sudah berakar dan memiliki tunas. Rumput gajah diberi pupuk kompos sebanyak 0,5 kg setiap stek sehingga banyaknya pupuk yang diberikan adalah 7,5 kg/petak dengan cara memendam pupuk di dalam tanah sedalam 10 cm dan jarak dari tanaman sekitar 15 cm. Cara pemberian pupuk sebagai berikut :

Perlakuan 0: Kompos (R0) diberikan

pada satu stek rumput gajah

Perlakuan 1: Kompos (R1) diberikan

pada satu stek rumput gajah

Perlakuan 2: Kompos (R2) diberikan

pada satu stek rumput gajah

Perlakuan 3: Kompos (R3) diberikan

pada satu stek rumput gajah.

Tahap Pengukuran

Pengukuran Kandungan Bahan Organik Kompos

Kadar bahan organik menggunakan metode pembakaran dengan tanur (Aristiani,2010) sebagai berikut: (1)

Mengeringkan cawan dalam oven dengan suhu 105˚ C selama 1 jam kemudian dimasukan kedalam desikator kurang lebih 15 menit; (2) menimban cawan ( A gram ); (3) Memasukan sampel kompos kedalam cawan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105˚ C selama 14 jam; (4) Masukkan cawan yang berisi sampel kedalam desikator selama 15 menit; (5) Menimbang kembali (B gram ) setelah ditanur pada suhu 600˚ C selama 3 jam; (6) Masukkan kedalam desikator kurang lebih 15 menit setelah abu diperoleh dari hasil pembakaran dengan tanur dan setelah dingin ditimbang kembali (C gram); (7) Menghitung kadar abu; (8) Menetapakan kadar bahan organik melalui perhitungan yaitu 100 %-% abu.

Produksi Rumput Segar (Bobot Segar) Pengukuran dilakukan pada saat panen yaitu dengan cara : Setiap petak rumput dilakukan pemanenan dengan memotong rumput ± 5 cm dari permukaan tanah. Hasil pemotongan tersebut kemudian ditimbang dan dicatat hasilnya. Hal tersebut dilakukan juga terhadap petak lainnya yang berjumlah 24 untuk mengetahui produksi segar rumput gajah setiap petaknya.

Rancangan Percobaan

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan perlakuan sebagai berikut :

R0 : Feses sapi potong 100% (50 kg),

Feses ayam niaga pedaging 0% (0 kg) R1 : Feses sapi potong 85% (42,5

(4)

R2 : Feses sapi potong 70% (35

kg), Feses ayam niaga pedaging 30 % (15 kg)

R3 : Feses sapi potong 55% (27,5

kg), Feses ayam niaga pedaging 45% (22,5 kg)

Model persamaan yang digunakan adalah :

Yijk= µ + τi+ εij

Keterangan :

Yijk = Variabel respon yang diamati dan

pengaruh taraf ke- i ulangan ke- j

µ = Pengaruh rata-rata sebenarnya (nilai tengah respon)

τi = Pengaruh sebenarnya dari taraf

ke – i perlakuan

εij = Galat percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi Penanaman Rumput Gajah

Lokasi penanaman rumput gajah (Pennisetum purpureum) adalah di lahan kebun rumput Experimental Farm Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto dengan ketinggian kurang lebih 100 m di atas permukaan laut. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (1989) pada ketinggian 0 – 1500 meter diatas permukaan air laut rumput gajah dapat tumbuh dengan dengan subur. Jadi pada ketinggian kurang lebih 100 meter diatas permukaan laut seperti pada lokasi penanaman cocok untuk pertumbuhan rumput gajah.

Rinsema (1983) menyatakan bahwa persyaratan pH yang dikehendaki oleh tanaman sangat bervariasi, kebanyakan tanaman tumbuh kurang baik pada pH kurang dari 5. Sarief (1989) menyatakan bahwa tanah yang memiliki pH antara 5,5 sampai 7,5 (mendekati netral) mengandung unsur hara dalam jumlahcukup banyak didalam tanah.

Aminudin dan Hendarto (1999) menyatakan pH tanah mempengaruhi ketersediaan unsur hara. Ketersediaan unsur hara akan semakin tinggi jika pH tanah meningkat hingga berkisar antara 5,5-7,5 (mendekati netral). Umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH sekitar netral, karena pada pH tersebut unsur hara mudah larut dalam air, aktivitas biologi/perkembangan mikroorganisme juga optimal pada pH tanah tersebut. Bakteri berkembang dengan baik pada pH 5,5 atau lebih, sedangkan pada pH kurang dari 5,5 perkembangannya akan terhambat. Hasil pengukuran derajat keasaman tanah (pH) dilahan penelitian menunjukkan pH tanah rata-rata 6,4. Berdasarkan hasil pengukuran pH tersebut maka keadaan tanah di lahan penelitian termasuk baik, di duga mikroorganisme dalam tanah juga dapat beraktivitas dengan baik sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah

Kandungan Bahan Organik Kompos

Fungsi biologis bahan organik adalah sebagai sumber energi dan makanan tanah, sehingga dapat meningkatkan aktivias mikroorganisme tanah yang sangat bermanfaat dalam penyediaan hara tanaman. Kandungan bahan organik merupakan salah satu parameter kualitas kompos, semakin tinggi kandungan bahan organiknya berarti kompos tersebut semakin berkualitas. Rataan Bahan organik pada kompos seluruh perlakuan memiliki rataan 35,26 %. Bahan organik pada perlakuan R0 memperoleh rataan

43,07%, perlakuan R1sebesar 34,07%, R2

sebesar 27,81%, R3 mempunyai bahan

(5)

Berdasarkan (Gambar 1) rataan bahan organik pada kompos yang tidak menggunakan feses ayam niaga pedaging (R0) lebih tinggi dibandingkan dengan

kompos menggunakan feses pada tiap perlakuan, namun demikian ternyata pada pengujianlebih lanjutdengan BNThal ini menunjukan bahwa penggunaan feses ayam niaga pedaging sebagai fortifikator tidak berpengaruh nyata pada bahan organik kompos. Menurut Astuti (2005), salah satu standar kualitas kompos yaitu mengandung bahan organik minimum 27% dan maksimum 58%. Selain itu Sutanto (2002) menyatakan bahwa hasil akhir kompos mengandung 30%-60% bahan organik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diasumsikan bahwa dari semua perlakuan dalam penelitian masih memenuhi standar kualitas kompos yang baik karena hasil rataannya diatas 30%. Hal ini berarti kompos yang dihasilkan dalam penelitian ini masih memenuhi standar dari Sutanto (2002) maupun Astuti (2005).

Hasil penelitian didapat kandungan bahan organik menunjukan adanya penurunan, kandungan bahan organik paling rendah dicapai oleh R2 dimana

komposisi bahan untuk feses sapi sebanyak 70% (35 kg), dan feses ayam

niaga pedaging 30% ( 15 kg), penurunan dilanjutkan oleh perlakuan R1 yaitu

sebesar 34,075%, kemudian R3 yaitu

36,098 hal ini diduga antara lain dikarenakan adanya senyawa karbon yang hilang ke udara selama proses pengomposan. Persenyawaan zat arang (C), selulosa, hemiselulosa, dan lain-lain diurai menjadi CO2dan air akan hilang ke

udara dan menyebabkan kadar karbon akan menurun (Triatmojo, 2001). Rataan bahan bahan organik tertinggi dicapai oleh perlakuan R0 atau kontrol dimana

bahan baku hanya feses sapi potog saja yaitu sebesar 43,071 hal ini diduga disebabkan adanya proses dekomposisi yang berlangsung secara alami sehingga panas dan penguapan yang dihasilkan juga rendah sehingga diperoleh rataan yang lebih tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2

(6)

melepas unsur hara sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman. (Purnomo, 2006).

Pengaruh Pupuk Organik Terhadap

Produksi Hijauan Segar Rumput

Gajah

Hasil analisis seragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos pada rumput gajah berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap produksi hijauan segar rumput gajah, hal tersebut diduga antara lain karena kompos belum terdekomposisi dengan sempurna dan kandungan unsur hara kompos rendah sehingga belum cukup memberikan unsur hara tambahan yang dibutuhkan oleh tanaman. Kompos dapat memperbaiki struktur tanah sehingga tanah dapat menjadi subur dan bisa

(7)

Hasil penelitian (Gambar 2) didapat produksi rumput gajah varietas Hawai yang tidak diberi feses sapi ayam niaga pedaging (R0) menghasilkan rataan produksi terendah yaitu sebesar 8,675 Kg, sedangkan tertinggi pada perlakuan R3 sebesar 13,397 Kg. Penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi pemberian feses ayam niaga pedaging maka produksi akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan mempunyai kelebihan yaitu menambah unsur hara didalam tanah, memperbaiki struktur tanah, mempertinggi humus dan mendorong kehidupan jasad renik tanah. Hal tersebut senada dengan Lingga (2000), menyatakan bahwa untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi yang optimum, bentuk larutan dalam air, dalam jumlah yang cukup dan berimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman dalan bentuk dan dapat diserap oleh sistem perakaran. Keadaan yang demikian disebabkan karena mempunyai kelebihan yaitu menambah unsur hara di dalam tanah, memperbaiki struktur tanah, menambah humus dan mendorong kehidupan jasad renik. Hal ini sejalan dengan pendapat Aribawa, dkk (2004), bahwa salah satu faktor yang menentukan berhasilnya penanaman rumput gajah adalah dengan pemberian pupuk pada media tumbuhannya, kurang atau tidak tersedianya unsur hara dalam yang berlebihan juga dapat menurunkan produksi sebab tanaman akan tumbuh terlalu lebat dan tidak kuat untuk tegak akhirnya akan rebah.

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian tersebut dapat diasumsikan bahwa dari semua perlakuan dalam penelitian masih

memenuhi standar kualitas kompos yang baik karena hasil rataan bahan organik diatas 30%. Bahan organik pada perlakuan R0 memperoleh rataan

43,07%, perlakuan R1 sebesar 34,07%,

R2 sebesar 27,81%, R3 mempunyai

bahan organik dengan rataan sebesar 36,09%.

Hasil análisis menunjukkan pemberian pupuk kompos pada rumput gajah berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap produksi hijauan segar rumput gajah.

Pada rumput gajah yang diberi pupuk kompos produksi hijauan segarnya rendah sedangkan kadar vahan kering hijauan relatif sama dengan produksi segarnya sehingga menghasilkan produksi vahan kering yang rendah pula.

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin, S., 1987. Beberapa Jenis dan Metode

Pengawetan Hijauan Pakan Ternak

Tropikal. Fakultas Peternakan Universitas

Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Aminudin, S dan E, Herdanto. 1999. Buku Ajar

Agrostologi. Fakultas Peternakan

Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Aribawa, I.B., Ni Luh Kartini dan I.K. Kariada. 2004. Pengaruh Beberapa jenis pupuk organik dan pupuk urea terhadap sifat tanah dan hasil kacang panjang di lahan kering pinggiran perkotaan denpasar bali Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Diaksesdari http; ntb.litbang. deptan. go.id/2004/THP/pengaruh beberapa.doc.

Aristiani, D. 2010. Fortifikasi Feses Sapi Potong Sebagai Bahan Baku Kompos Dengan

Humus Hutan Pinus Ditinjau Dari

Kandungan Bahan Organik Dan Sulfur.

Skripsi. Fakultas Peternakan Unsoed.

Purwokerto.

Astuti, A. 2005. Aktivitas Proses Dekomposisi

Berbagai Bahan Organik Dengan

AktivatorAlami dan Buatan. Jurnal Ilmu

(8)

Gohl, B. 1981. Tropical Feed. FAO Animal Production dan Health Ceries. Food and Agriculture Organization of The United Nation. Italy.

Direktorat Bina Produksi Peternakan. 1989.

Teknik Budidaya King Grass. Direktorat

Jenderal Peternakan. Pertanian. Jakarta Hendarto, E dan N. Gantika. 1996. Diktat

Teknologi Cocok Tanam Rumput.

Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Isroi, 2006. Pengkomposan Limbah Padat Organik. http : // www. Indobiogen. or. id. Diakses Oktober 2010

Isroi, 2008.KOMPOS. Makalah. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Bogor.

Kartasapoerta, A.G. 1988. Kerusakan Tanah

Pertanian dan Usaha Rehabilitasinya.

Bina Aksara. Jakarta.

Laboratorium Ilmu Tanah. 2010. Uji Laboratorium Feses Ayam Niaga Pedaging

dan Feses Sapi Potong. Fakultas pertanian

Unsoed. Purwokerto.

Lingga. P., 2000, Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta

Mcllroy, R. J., 1976.Pengantar Budidaya Padang

RumputTropika. Terjemahan Susetyo, S.

PradnyaParamita. Jakarta

Muhamad. J. W. 2010. Prosedur Analisa

Laboratorium www. Damandiri.or.id

/file/muhamadjuraidwatiheluwipb lampiran.pdf.DiaksesDesember 2010. Murbandono, L. 2002. Membuat Kompos.

Penebara Swadaya. Jakarta, Hal 10

Musnawar, E.I. 2005. Pupuk Organik. Penebar Swadaya. Jakarta. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 4 – 16.

Purnomo, E. 2006. Peranan Bahan Organik

Untuk Menyuburkan Tanah. Info

Teknologi.no. 77 Balai pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Timur. Hal 2 Rinsema, W.T., 1983. Pupuk dan Pemupukan.

Bhratara Karya Aksara. Jakarta

Santoso, Sastrosupadi,dan djumali. 2003. Pemanfaatan Blotong dan Fosfat Alam pada Tanaman Rosela Dilahan Merah

Kuning Kalimantan Selatan. Balai

Penelitian Tanaman Tembakau Dan

Serat. www. Sumotrof.go.id / Downlod.php?pemanfaatan % 20 Blotong. Pdfhal 109-110. Diakses 25 Oktober 2010

Sari, S. 2010. Laju Pertumbuhan Dan Laju Asimilasi Bersih Rumput Gajah Dari Letak

Tunas Stek Yang Berbeda Dengan

Beberapa Dosis Pupuk Nitrogen. Laporan

hasil penelitian Fakultas Peternakan Undip. Semarang.

Sarief, S. 1989. Kesuburan dan

PemupukanTanahPertanian. Pustaka

Buana.Bandung.

Setiawan, A.D. 1996. Memanfaatkan Kotoran

Ternak. Cetakan ketiga. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Setyati, S. 1979.Pengantar Agronomi, Gramedia. Jakarta.

Sinaga, R. 2007. Analisis Model Ketahanan Rumput Gajah Dan Rumput Raja Akibat Cekaman Kekeringan Berdasarkan Respon

Anatomi Akar Dan Daun. Jurnal Biologi

Sumatera, Januari 2007, Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara.

Steel, R. G. D., dan Torrie, J. H. 1993.Prinsip dan ProsedurStatiska

:SuatuPendekatanBiometrik. Edisikedua.

PT GramediaPustakaUtama. Jakarta. Sutanto, R. 2002. Penerapa pertanian organik.

Kanisius. Yogyakarta. Hal:47-50

Sutedjo, M.M dan A.G Kartasaputro. 1990.

Mikrobiologi Tanah. Cetakan pertama.

Rineka Cipta. Jakarta.

Triamojo,S dan T. Rahmawati. 2001. PemanfaatanSludgeLimbahPenyamakan KulituntukProduksiKomposdenganLimb anganFesesSapi dan Sludge yang Berbeda. Animal ProducsionEdisiKhusus. Wagimin, dan N. Hidayat. 1991. Pengantar

Agronomi Tanaman Pakan. Fakultas

Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Wahyudi, A. dan L. Herdraningsih. 2005. Evaluasi Ketersedian Nitrogen, Phosphor dan Kalium Pada Manure Sapi Perah

dengan Introduksi Bakteri Selulotik.

Proseding Seminar Nasional Prospek Pengembangan Peternakan Tanpa Limbah. Surakarta 5 September 2005. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Hal : 52.

Wibowo, D.N. dan Cristiani. 2002. Pengomposan Sampah Dapur Rumah

Tangga Dengan Menggunakan Pemacu

yang Berbeda dan Vermiculture. Journal

(9)

Referensi

Dokumen terkait