• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUMOR Bagian dari Tradisi Rakyat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUMOR Bagian dari Tradisi Rakyat"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR SEMESTER I

FOLKLOR

Dosen Pengampu : Dr. G. R. Lono Lastoro Simatupang, M.A.

HUMOR Bagian dari Tradisi Rakyat

Nurlia Murtya Hasrini

12/335013/SA/16527

(2)

Humor is fundamentally a social phenomenon. We laugh and joke much more frequently when we are with other people than when we are by ourselves. ( R. A. Martin & Kuiper, 1999 ;

Provine & Fischer, 1989 )

Humor merupakan salah satu bentuk folklor yang termasuk dalam tradisi lisan. Mengapa demikian? Humor merupakan bagian dari tradisi rakyat yang diwariskan secara turun-temurun. Seperti yang dijelaskan James Dananjaya bagaimana ciri-ciri pengenal utama foklor, ini adalah alasan kuat mengapa humor termasuk folklor. Karena bersifat anonim, yang diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan turun-temurun dalam bentuk lisan dan bukan lisan. Humor sebagai salah satu bagian dari ungkapan tradisional selain dapat diwujudkan dari bentuk dan fungsinya, juga dapat dilihat dari isi dan perubahan makna yang terkandung dalam humor itu.

Humor berperan penting dalam interaksi sosial, semua bentuk humor memperlibatkan permainan struktur, kompleksitas bahasa dan kemampuan imajinasi kita. Humor merupakan hiburan untuk melepaskan kepenatan pikiran, kebosanan, dan untuk mendapatkan hiburan. Orang-orang tertawa sendirian, melihat komedi di tv, membaca buku humor, mengingat pengalaman lucu. Humor ada ketika bersama teman dekat bahkan ada karna mengobrol dengan lian ketika di pemberhentian bus. Memunculkan efek kelucuan butuh informasi dari memori, permainan dengan ide, kata-kata, aksi yang kreatif dan sebaiknya kita tidak serius, menanggapi layaknya permainan penuh canda. Berikut ini contoh humor dan ulasannya :

Humor 1 dikutip dari buku Humor Akherat & Tebakan Metal dari Sabaruddin Polantas

“Siapa yang dengan satu tangan mampu menahan mobil yang sangat kencang?” “Hercules?”

“Salah! Polisi lalulintas!”

Humor ini singkat dan memang kurang kuat tetapi kita masih dapat tertawa karena mengaitkannya dengan peristiwa disekitar kita. Bagian yang mampu menimbulkan efek kelucuan

(3)

membayangkan mobil yang sedang melaju kencang lalu hadirnya pertanyaan siapa yang mampu menahan mobil tersebut yang terpikirkan adalah sosok kuat layaknya superhero siapa lagi kalau bukan Hercules. Tapi keasikan otak kita menebak ternyata bukanlah apa yang penutur maksud disinilah pemunculan efek kelucuan, apa yang penutur maksud adalah seorang polisi lalulintas. Polisi lalulintas memang memiliki kekuasaan dijalanan dan dikonotasikan layaknya Hercules yang lebih kuasa dalam hal kekuatan. Mungkin kita tertawa karena membayangkan jika Hercules memberhentikan mobil kencang tersebut yang terjadi adalah mobil depan remuk karna satu tangan Hercules menahannya/menekannya sampai berhenti sedangkan seorang Polisi lalulintas dengan satu tangan tanpa menyentuh mobil kencang tersebut akan berhenti. Begitulah terlihat dalam pikiran kita kuasa Hercules dikalahkan oleh kuasa seorang polisi lalulintas. Humor memanglah memiliki logika sendiri. Maka dalam keberhasilan atau kegagalan munculnya kelucuan dalam humor ini salah satu yang utama adalah tergantung pada interpersonalnya. Karena humor muncul pada proses komunikasi interpersonal demi keakraban yang menghibur.

Humor 2 diambil dari video Spongebob Bahasa Jawa : Gara-Gara TV (spongebob sedang nonton tv)

Spongebob : Halah tv yahmene acarane gosip wae, gantiweh! Ah sinetron saiki isine ngono-

ngono wae, ganti! (disuguhi acara tv “abdel dan temon”) Paling lucu tetep

srimulat. He Gary reneo nonton tv!

Gary : po?

Spongebob : ning acarane mboseni, pateniweh! Ceklek

Huuuhuuhuuh Auuuuuu (malam tiba dan spongebob menggigil ditempat tidur)

Spongebob : Aku kok malah ra iso turu, piye to iki? Opo ngejak Patrick nongkrong nang ‘sik’

wae yo..lhah Gary..Gar Gary!(colek mata) Meh melu nongkrong nang ‘sik’ ora?

Gary : aduduuh mataku..djancuk..asu

Spongebob : Kowe gelem melu nongkrong nang ‘sik’ opo ora? Gary : karepmuh!

Deringringring…(bunyi telfon) Patrick : ehhuahh halolo.. Spongebob : Assalamualaikum

(4)

Spongebob : Aku ra iso turuii, nongkrong nang ‘sik’ yo? Tak bayari..mangan sego kucing, gelem ora?

Patrick : Gah! Aku ngantuk. Pengen turu wae. Spongebob : Tak bayari kok wegaah?

Patrick : Kowe nonton tv wae Spongebob : acarane elek-elek

Patrick : Apik-apik kowe nonton wae

Akhirnya spongebob nonton tv yaitu semacam acara kuis malam oleh mbak yeyen

Spongebob : wee lhaa iki sing dikarepke Patrick. Wah..oh mbake..mbak yeyen..mbake ayu tenan ig mengko ngimpi ketemu ora yo? Wah senyumanmu mbakk..(dengan lirih

sambil tiduran) mbak yeee…yennn….

Nguk nguk nguk kukukruyuk (bunyi jago berkokok)

Squidward : Pak Krab wes awan.tangi iki sarapanmu nyoh! Tiwol wonogiri..ndang dipangan Pak Krab : Eh kosekk..iki tiwol yo? Wahh uenak tenan iki

Spongebob : Aduuh aku njut ngantuk goro-goro nonton yeyen

Pak Krab : Heheheheheheg melu kuise yeyen menang entuk duit akeh. Heh spongebob retira..aku bar melu kuise yeyen, menang entuk duit akeh

Spongebob : Asemmik (dengan muka melas dan TAMAT )

(5)

acuh dari Gary dan Patrick yang semakin menjadi-jadi membuat efek kelucuan semakin kuat. Jadi bisa dikatakan berhasil jika tahu sama tahu bagaimana fungsi humor tersebut karena hampir semua bagian pada humor ini memiliki efek kelucuan. Humor juga dapat meningkatkan mood. Namun kegagalan menimbulkan efek kelucuan sangat bisa terjadi ketika orang yang melihat dan mendengarkannya bukan orang Jawa atau orang yang tidak paham bahasa Jawa.

Meskipun menggunakan bahasa Jawa humor ini lebih bersifat kontemporer, seperti dalam bukunya James Dananjaya menjelaskan bahwa kontemporer artinya masih beredar pada masa kini dan diciptakan oleh suatu folk dalam waktu yang belum lama, sehingga bisa saja dianggap kurang folkloristis. Karena umurnya belum tua maka susah untuk dikatakan bersifat tradisional. Tapi bukan berarti folklor kontemporer ini tidak penting justru seharusnya kita mengenalnya dan mempelajari apa fungsi suatu folklor sewaktu masih hidup dalam gairah masyarakatnya, karena daya hidup suatu folklor tidak memiliki kepastian.

Jadi belajar folklor adalah belajar bagaimana humor, cerita rakyat hadir dalam kehidupan kita.

(6)

Daftar Pustaka

Referensi

Dokumen terkait