• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEDIA KOMUNIKASI INTERN BADAN GEOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MEDIA KOMUNIKASI INTERN BADAN GEOLOGI"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

WARTA GEOLOGI

Sosialisasi Bidang Geologi dalam Praktek

M E D I A K O M U N I K A S I I N T E R N B A D A N G E O L O G I

(2)

Mengangkat Potensi Batu Bara Peringkat Rendah

Teknologi Pelestarian Air Tanah dalam Perbincangan

Demo Aplikasi GIS untuk penilaian Sumber Daya dan Cadangan Batu Bara

FOKUS KITA

Sosialisasi Bidang Geologi dalam Praktek (Sosialisasi Geologi, Badan Geologi, 17-20 September 2006)

AGENDA

Agenda Badan Geologi Oktober - Desember 2006

EDITORIAL

Dari Sosialisasi Bidang Geologi: Geologi perlu dikenalkan sejak dini dan dikembangkan secara terintegrasi

PROFIL

Tokoh-tokoh di balik Komik “Mineral untuk Kehidupan”

SEPUTAR KITA

Tujuh Belas Agustusan Badan Geologi

Pertandingan Gaple

Badan Geologi raih Emas dan Perak

Workshop for Volcanic Hazard Mitigation

Peran Rekayasa Geofi sika dalam memajukan Eksplorasi Sumber Daya Alam dan Teknologi di Indonesia

Gambar Sampul Depan: Gambar karya M. Andara M. Nazar Pemenang 1 Lomba Gambar Anak-anak.

Gambar Sampul Belakang: Foto “Batu Keramat” karya Agus Solihin Pemenang 2 Lomba Foto Geologi.

1

3

7

7

8

9

9

10

12

14

15

(3)

Pembaca yang budi man,

Wart a Geologi (WG) kit a kali ini, berbeda dari biasanya. Isinya lebih banyak

menampil-kan pengalaman dari sebuah prakt ek yang t elah dij alani ket imbang wacana dan konsep

at au t eori, sebagaimana dalam WG nomor-nomor sebelumnya. Sebuah pengalaman yang

mempert eguh urgensi sosialisasi.

Pengalaman it u adalah “ Sosialisasi Bidang Geologi” . Ia t erekam bukan saj a dari pekan

sosialisasi Badan Geologi (BG), 17-20 Sept ember 2006, namun sej at inya j uga dari berbagai

akt ivit as BG sej ak seminar-seminar, present asi, acara 17 Agust usan, sampai acara khusus

sosialisasi geologi, Badan Geologi.

Pembaca yang budi man,

Di kompleks kant or BG Jln. Diponegoro No. 57 Bandung, t anggal 17 sampai 20 Sept ember

2005 bolehlah kit a sebut sebagai “ pekan sosialisasi” . Karena, selama empat hari t ersebut

digelar acara yang menyaj ikan berbagai cara dan media sosialisasi bidang geologi. Pada

keesokan harinya digelar acara lokakarya t ent ang konservasi air t anah yang

diselengga-rakan oleh Pusat Lingkungan Geologi (PLG), BG. Dari rangkaian acara yang t elah digelar

t ersebut kit a mendapat pengalaman pent ing, ant ara lain: bahwa ant usias para pelaj ar di

dalam mengapresiasi ilmu dan f enomena geologi sangat lah besar dan bahwa penelit ian dan

pelayanan bidang geologi perlu dilakukan secara t erint egrasi.

Ant ara bulan Juli-Sept ember 2006, berbagai acara seminar bert emakan disiplin geologi

at au cabangnya banyak diselenggarakan at au diikut i oleh pimpinan maupun st af BG. Ant ara

lain: seminar t ent ang Lower-r ank Coal

(kegiat an PMG), Wor kshop f or Vol cani cs Hazar ds Mi

-t i ga-t i on (kegia-t an PVG), “ Lokakarya Rekayasa Konservasi Air Tanah” (kegia-t an PLG), “ Peran

Geofi

sika dalam Memaj ukan Eksplorasi Sumber Daya Alam dan Teknologi di Indonesia”

(di-selenggarakan oleh ITB dan Kepala Badan Geologi menj adi salah sat u nara sumbernya), dll.

Kegiat an-kegiat an t ersebut j uga merupakan salah sat u bent uk sosialisasi bidang geologi.

Agust us–Sept ember 2006 dapat kit a pandang sebagai bulan sosialisasi ket ika di bulan

Sep-t ember yang lalu banyak dilaksanakan acara sosialisasi. Sebab, kegiaSep-t an peringaSep-t an ulang

t ahun kemerdekaan Republik Indonesia (17 Agust usan), dari sat u sisi, j uga dapat dipandang

sebagai kegiat an sosialisasi. Paling t idak, kehadiran insan PNS st af dari suat u inst ansi

da-lam sebuah perlombaan 17 Agust usan, apalagi j ika menj uarai perlombaan t ersebut , secara

langsung hal it u merupakan kegiat an sosialisasi t ent ang eksist ensi inst ansinya. WG kali ini

j uga berisi berit a seput ar kegiat an 17 Agust us-an seluruh insan BG, baik di lingkungan BG

maupun di lingkungan DESDM.

Dari Sosialisasi Bidang Geologi:

(4)

Par a pembaca yang budi man,

Acara ut ama kegiat an sosialisasi kali ini adalah seminar mengenai kebencanaan geologi

dengan menampilkan empat pembicara dari Pusat Vulkanologi dan Mit igasi Bencana

Geo-logi. Hal it u sesuai dengan Tahun 2006 dan t ahun-t ahun sebelumnya ket ika banyak wilayah

Indonesia mengalami bencana alam t erkait geologi. Juga, mengingat salah sat u priorit as

pembangunan Nasional Tahun 2007 berkenaan dengan mit igasi bencana. Acara lainnya

da-lam sosialisasi t ersebut adalah: lomba gambar bert emakan geologi dan saj ian Pl anet Sai ns

- yang mendemonst rasikan bagaimana proses gunung melet us - unt uk pelaj ar t ingkat SD;

pameran, lomba karya t ulis unt uk mahasiswa, lomba f ot o unt uk karyawan int ern BG,

peng-anugerahan Geol ogy Awar d,

Open House BG, malam seni budaya yang j uga bermuat an

pe-san t ent ang pent ingnya pelaziman dalam sosialisasi. Pada hari ket iga dan keempat , digelar

l aunchi ng buku ” Geowisat a Sej arah Bumi Bandung” dan komik ” Mineral unt uk Kehidupan” ;

kunj ungan ke museum geologi, sert a pemut aran fi

lm yang semuanya mendapat sambut an

meriah dari para pengunj ung. Unt uk memut ar ulang rekaman pelaksanaan sosialisasi t

erse-but , perist iwa t erseerse-but sengaj a kami angkat menj adi Fokus Ki t a WG edisi kali ini.

Kesimpulan bahwa geologi perlu disosialisasikan sej ak dini menggeliat dari seluruh

rang-kaian acara sosialisasi t ersebut . Bagaimana para siswa SD dapat berint eraksi dengan geologi

melalui ide sebuah gambar dalam lomba gambar, misalnya, mengukuhkan kesimpulan t

erse-but . Demikian pula acara l aunchi ng buku menekankan pent ingnya hal it u. Hal yang spekt

a-kuler yang mendukung kesimpulan t ersebut adalah gairah yang menggebu-gebu unt uk lebih

memahami geologi yang muncul dari sekit ar 1. 500 siswa SMP set elah mereka menyaksikan

pemut aran fi

lm bencana geologi sebagaimana t erekam dalam t ulisan t ulisan pesan dan

ke-san mereka.

Adapun isu pent ing yang mengemuka dari seminar kebencanaan geologi adalah harapan

para pesert a sosialisasi wakil dari 25 propinsi yang hadir agar pengelolaan inf ormasi geologi

– lebih luasnya penelit ian dan pelayanan geologi – dilakukan secara t erint egrasi di dalam

sebuah badan nasional. Hal it u diperlukan agar t erj adi koordinasi, percepat an penyediaan,

dan penyebaran inf ormasi yang efi

sien dan ef ekt if t ent ang geologi kepada pihak-pihak yang

memerlukan.

Par a Pembaca yang budi man

Di lingkungan BG, 17 Agust usan t ahun 2006 diisi dengan Ceramah Agama, Bazaar, dan

Pent as Musik di halaman depan Audit orium Geologi. Sement ara it u, di lingkungan DESDM

digelar acara PORSENI sekt or ESDM dengan mempert andingkan olahraga dan l i ve musi c.

Pada PORSENI ESDM 2006 ini, BG berhasil meraih 1 medali emas dari cabang cat ur dan 3

medali perak dari cabang cat ur, bridge, dan l i ve musi c. Selain ket iga cabang t ersebut , BG

j uga berpart isipasi pada cabang t enis, f ut sal, dan gerak j alan.

Dalam WG kit a kali ini, bukan saj a Fokus Ki t a yang berbeda dari biasanya, melainkan

j uga Pr o

fi

l. Jika pada WG sebelumnya rubrik t ersebut menampilkan seorang t okoh st af BG,

maka dalam WG Nomor ini Pr o

fi

l menampilkan 5 (lima) orang st af BG yang merupakan

pe-rancang buku sosialisasi dalam bent uk komik, ” Mineral unt uk Kehidupan” .

Sel amat meni kmat i WG Nomor 5!

(5)

TOKOH-TOKOH DI BALIK

KOMIK “MINERAL UNTUK KEHIDUPAN”

Dalam pameran pada acara Sosialisasi Bidang Geologi, Badan

Geo-logi, bulan September lalu, Pusat Sumber Daya Geologi (PMG)

menam-pilkan sebuah produk berupa Komik Pendidikan Seri Kekayaan Mineral

di Indonesia untuk anak-anak berjudul “Mineral untuk Kehidupan”.

Ko-mik setebal 24 halaman ini cukup menarik perhatian karena didesain

dengan ilustrasi gambar yang memikat dan disertai tokoh-tokoh dengan

setting keluarga ahli geologi. Komik ini pun telah dipilih oleh Badan

Geo-logi untuk secara resmi diluncurkan pada sesi launching buku dalam

acara sosialisasi tersebut bersama-sama dengan buku ”Geowisata

Seja-rah Bumi Bandung” karya Kelompok Riset Cekungan Bandung, terbitan

Badan Geologi.

Untuk itu, berbeda dengan edisi-edisi sebelumnya, WG dalam

ke-sempatan ini akan menampilkan mereka yang berada langsung di balik

penyusunan, penerbitan, serta pengantar launching buku Komik

“Mine-ral untuk Kehidupan”, sebagai pro

l.

TIDAK banyak orang yang mampu menuliskan ilmu yang diketahuinya menjadi sebuah komik yang menarik untuk dibaca oleh semua kalangan. Itulah kira-kira kesan yang ditang-kap dari para penggagas Komik ber-judul “Mineral untuk Kehidupan”. Pada satu kesempatan, WG berhasil mewawancarai dua orang tokoh di belakang pembuatan komik “Mineral Untuk Kehidupan”, terbitan Pusat Sumber Daya Geologi. Mereka ada-lah Dr. Ir. Bambang Tjahjono Setia-budi, M.Sc. (Bambang Tjahjono) dan Drs. Nandang Sumarna (Nandang). Keduanya sekaligus mewakili dua anggota tim lainnya yang tidak bisa hadir, yaitu: Sutrisno, M.Sc. dan Ir. Kusdarto.

Pada kesempatan lain, WG me-wawancarai pula Siti Sumilah Rita Susilawati, S.T. (Rita). Beliau adalah Kepala Sub Bidang Penyediaan Infor-masi Publik, PMG. Beliau pada acara sosialisasi bidang geologi yang lalu mewakili PMG memberikan pidato pengantar peluncuran (launching) resmi buku tersebut.

(6)

gai Kepala Sub Bidang Program, Pu-sat Sumber Daya Geologi (PMG). Ja-batan sebelumnya adalah Kepala Sub Bagian Dokumentasi dan Informasi, sekaligus menjabat sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (P2K) yang me-mayungi kegiatan pembuatan komik mineral tersebut.

Tanya (T): Bisa ceritakan menge-nai latar belakang pembuatan ko-mik ini?

Jawab (J):

Komik ini sebenarnya kegiatan ta-hun 2006 tapi luncuran, ABT 2005. Pada waktu itu yang ditugaskan menanganinya adalah Sub Bagian Dokumentasi dan Informasi yang se-belum terjadi reorganisasi berada di bawah Bagian Tata Usaha. Tugas Sub Bag itu adalah pengelolaan perpusta-kaan, dokumentasi, pembuatan peta, dan penyediaan informasi untuk pi-hak luar. Saat itu saya kebetulan menangani sub bagian tersebut dan sekaligus P2Knya. Jadi, lebih mudah mengaturnya. Kita (ketika itu-red) dibebani judul, tolong buatkan (ditu-gaskan untuk menyusun dan mener-bitkan buku- red) komik mineral un-tuk anak SD.

T: Bagaimana cara bapak mereali-sasikannya?

J: Segera membentuk tim. Prinsip saya adalah menjalankan sesuai ba-tas waktu. Kalau bulan April harus selesai, maka berarti bulan Maret ha-rus sudah naik cetak. Bentuk komik yang kita inginkan sebetulnya sudah tergambar dalam pikiran kita selum tahun 2006. Waktu itu kami be-lum terbentuk sebagai tim. Nah, ke-tika sudah terbentuk tim, kita semua diberi kebebasan untuk mengung-kapkan ide-ide kita. Ya, demokratis lah. Ide-idenya kita tuangkan dalam bentuk naskah. Lalu kita diskusikan. Setelah naskah kita sepakati, kita bekerjasama dengan ahli gambar, rekanan dari luar, untuk membuat visualisasi yang tepat. Setelah ber-minggu-minggu melakukan diskusi yang intens dan konsultasi termasuk dengan bapak Direktur sendiri (Dr. Hadiyanto, sekarang Kepala Pusat, red.) akhirnya pada bulan April 2006, selesai juga. Komik ini di-launching pada acara Sosialisasi Bidang Geo-logi, Badan Geologi pertengahan September lalu oleh Bu Rita (dalam

Informasi Publik.

T: Kesulitan-kesulitan apa saja yang tim hadapi sela-ma pembuatan komik un-tuk anak-anak ini?

J: Tim yang terbentuk terdiri dari orang-orang yang belum pernah sama sekali membuat komik, apalagi komik anak-anak. Ya, jadi langkah yang paling mudah adalah perta-ma-tama semuanya sharing ide. Dalam tahap ini kesuli-tannya cukup banyak juga. Karena ternyata tidak semua orang dapat mengungkapkan idenya. Selain itu juga ben-tuk pengungkapan idenya beragam. Misalkan, ada yang bisa menulis tetapi tidak bisa menggambar. Ada juga yang tidak bisa menulis dan meng-gambar tetapi pandai dalam menangkap dan mengkritisi ide-ide teman. Disini saya mencoba melihat teman-te-man berdasarkan masing-masing po-tensinya. Semua saya tampung. Jadi banyak coretan, banyak editing. Dan, disini dituntut keikhlasan dari ang-gota tim. Semua bisa menyumbang ide tapi juga harus siap kalau idenya tidak dipakai.

Visualisasi juga sulit. Ketika naskah sedang disusun seringkali kita terbentur bentuk visualisasinya nanti. Sehingga naskah akhirnya harus diperbaiki. Selain itu karena yang menggambar (ilustrator buku-red) dari luar, maka kita melakukan pertemuan untuk memeriksa kese-suaian ide kami dengan visualisasi yang mereka buat.

Kesulitan lainnya adalah bahasa. Kita harus berkomunikasi dengan bahasa anak-anak mengenai mi-neral. Mineral itu memang ilmiah, beda dengan komik Doraemon yang sekedar hiburan, misalnya. Tetapi saya ingat anak saya yang belajar di SD sudah belajar batuan meta-morf dan sedimen. Wah, ini berarti mereka sudah belajar geologi. Jadi, sebenarnya mineral itu bisa dimeng-erti anak-anak. Hanya, kita terbiasa menerangkannya di seminar-seminar kepada orang dewasa. Untuk menga-tasi kesulitan ini, setiap anggota tim dengan cara masing-masing mencari feed back dari anak-anak. Kami

men-coba berinteraksi dengan anak-anak dan bahkan istri pun kita mintai ma-sukannya.

T: Bagaimana kiat-kiat Bapak me-mimpin anggota tim lain untuk menyelesaikan pembuatan komik ini?

J: Saya pikir kita harus berusaha be-kerja secara profesional. Dalam arti, kita punya kemampuan apa, punya keahlian apa, punya pengetahuan apa. Memang sengaja kita membuat tim yang bisa saling melengkapi. Ti-dak semuanya dari logam, ada yang berasal dari konservasi. Lalu kita melakukan pertemuan. Dari awal kita memiliki komitmen bahwa kita berusaha agar produk kita jadi. Yang penting buku jadi, itu saja. Tidak usah berpikir, wah ini ide saya yang dipakai. Pokoknya, semua menulis. Dan yang tidak terpakai idenya bisa juga menyumbang dalam bentuk lain misalkan mengkritisi ide.

(7)

Bandung. Beliau sekeluarga tinggal di Bumi Panyileukan Bandung.

Pendidikan beliau setelah menyele-saikan SD, SMP, dan SMA dilanjutkan sampai tingkat S3. S1-nya ditempuh di Jurusan Geologi ITB, selesai 1984. Sedangkan S2 dan S3-nya berturut-turut diselesaikan di Australia, yaitu S2 di Jurusan Geologi, University of Wollongong, Australia, selesai 1990; dan S3 di jurusan Earth Science, Australia National University, selesai pada tahun 2005.

Karirnya sebagai pegawai negeri dimulai sebagai ahli geologi pada Subdit Eksplorasi Mineral Logam, Di-rektorat Sumber Daya Mineral (DSDM atau PMG sekarang), 1984–2001, Ahli geologi pada Subdit Konservasi, DSDM (2001–2004) Kepala Sub

Ba-gian Dokumentasi dan Informasi, Di-rektorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM atau PMG sekarang), 2004–2006; dan Kepala Sub Bidang Program, PMG, 2006–sekarang). Penyandang tanda jasa/kehormatan Satyalancana Karya Satya, 10 tahun dan 20 tahun ini juga adalah National Coordinator of Indonesia pada Global Resources Assessment Project Coor-dinating Committee for Geoscience Programmes in East and Southeast Asia (CCOP), tahun 2002 sampai se-karang.

Beliau aktif menulis paper dan karya tulis ilmiah serta pembicara dalam berbagai seminar ilmiah ter-kait bidangnya. Di antara seminar dimana beliau sebagai penulis paper dan pembicara adalah: ”31st Annual

Drs. Nandang Sumarna

Nandang Sumarna

Nandang saat ini adalah staf Pu-sat Sumber Daya Geologi, Badan Geo-logi, DESDM, tepatnya di Sub Bidang Penyediaan Informasi Publik. Beliau termasuk yang ikut aktif membidani terbitnya buku komik ”Mineral untuk Kehidupan”. Pada saat WG mewa-wancarai Bambang Tjahjono, Nan-dang turut menyertainya. Berikut wa-wancara dengan beliau.

T: Menurut bapak, apa kesulitan dalam menyusun buku komik ”Mi-neral untuk Kehidupan” itu?

J: Kesulitan utamanya adalah menge-nai bahasa. Terus terang saja selama

Convention, Indonesia Association of Geologist, Surabaya, 30 September – 2 Oktober 2002, ”Lecture on Ore Depo-sit Mineral”, UniverDepo-sitas Gajah Mada, 21 Desember 2002; ”1st, 2nd, dan 3rd Workshop on CCOP-USGS Mineral Resources Assessment Project” bertur-ut-turut di Bangkok (2003), Bangkok (2004), dan Cina (2005), dll. Adapun karya tulis beliau di antaranya: 1) Geologi dan Studi Batuan Vulkanik Daerah Tulakan, Pacitan (Tesis Sar-jana), 2) Porphyry Copper Deposits of North and South America (Thesis Mas-ter of Science), 3) Geochemistry and Geochronology of the Igneous Suite Associated with the Kelian Epithermal Gold Deposit, Indonesia (Thesis Philo-sophical Doctor).

ini kita tidak pernah kesulitan jika diminta menerangkan tentang ke-gunaan suatu mineral kepada orang dewasa. Namun menerangkan hal ini kepada anak-anak ya cukup su-lit. Juga kami agak kesulitan dalam mencari bentuk dialog antar anak-anak atau antara anak-anak dengan orang tuanya. Untuk itu saya melakukan pengamatan langsung ke sebuah se-kolah dasar yaitu SD Banjarsari dan ke supermarket-supermarket atau waktu pameran di daerah, guna men-dengarkan langsung perbincangan anak-anak untuk pembuatan komik ini.

Selain itu menciptakan karakter termasuk sulit. Seperti apa ayahnya? Seorang geologis berumur berapa? Isterinya seperti apa? Lalu anak-anaknya berumur berapa? Mengapa kita memilih satu anak laki-laki dan satunya lagi perempuan? Semuanya ini melalui proses perdebatan antar anggota tim.

T: Bagaimana tanggapan anak-anak terhadap komik ini?

J: Cukup beragam. Tetapi rata-rata menyukainya. Seusai membaca ko-mik ini seorang anak bertanya ke-pada ayahnya, ”mana lanjutannya?”. Memang, komik ini dari judulnya juga Seri Komik Pendidikan Kekayaan Mi-neral. Jadi, kita akan mencoba mem-buat lanjutannya. Yang cukup meng-ejutkan adalah ketika kami mencoba menampilkan komik ini dalam ben-tuk presentasi menggunakan Micro-soft Powerpoint dihadapan 60 anak SD dan 20 guru, mereka semua

me-nyatakan senang dan tertarik dengan adanya komik ini.

T: Harapan ke depan?

J: Ya, inginnya membuat multimedia geologi untuk anak-anak.

Drs. Nandang Sumarna dilahirkan di Bandung, 2 Februari 1955, meni-kah dengan dua anak. Beliau menem-puh pendidikan SD (lulus 1967), SMP (lulus 1970), dan SMA (lulus 1973) di Bandung, serta melanjutkan ke STIA jurusan Administrasi Negara juga di Bandung dan selesai pada Tahun 1992. Beliau tercatat sebagai pega-wai negeri sipil pada Direktorat Geo-logi pada Tahun 1976. Sesuai reorga-nisasi di departemen kita, beliau ber-turut-turut adalah pegawai Direktorat Sumber Daya Mineral (1979-2000), Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (2000 – 2005), dan Pusat Sum-ber Daya Geologi (2005–sekarang).

(8)

Siti Sumilah Rita Susilawati, S.T., M.Sc. Kepala Sub Bidang Penyediaan

Infor-masi Publik pada Pusat Sumber Daya Geologi (PMG). Beliau – dalam kapasi-tasnya sebagai Kepala Subbid Peny-ediaan Informasi Publik dan mewakili anggota tim lainnya – menyampaikan presentasi pengantar pada saat pe-luncuran buku komik ”Mineral untuk Kehidupan” dalam acara sosialisasi bidang Geologi, Badan Geologi, per-tengahan September yang lalu. Penu-turannya yang lancar dan penjelasan-nya yang menarik tentang buku terse-but telah melahirkan apresiasi yang tinggi dari para peserta sosialisasi yang antara lain para aparat Daerah dari dinas-dinas pertambangan wakil dari 25 provinsi. Beliau telah berhasil meluncurkan buku komik ”Mineral un-tuk Kehidupan” kepada para peserta sosialisasi.

T: Apa program ke depan Bidang Penyediaan Informasi Publik? J: Merencanakan pembuatan fi lm animasi untuk komik “Mineral untuk Kehidupan” dan pembuatan serial komik baru berjudul “Mineral sebagai Sumber Energi” pada tahun anggar-an 2008-2009. Selain itu Pusat Sum-ber Daya Geologi akan membuat fi lm tentang mineral atau fi lm mengenai proses kerja di lapangan waktu eks-plorasi mineral untuk konsumsi ge-nerasi muda khususnya anak-anak SD hingga SMA. Juga kami meren-canakan pembuatan Ensiklopedia Mineral untuk anak-anak (Wah, se-lamat Bu!, ditunggu produk-produk benchmark PMG tersebut - red).

T: Apa motivasi pembuatan media informasi publik tersebut selain tanggung jawab pelaksanaan tu-gas kepemerintahan/institusio-nal?

J: Kami begitu consens terhadap hal ini karena sebagaimana kita tahu anak-anak kita sekarang lah yang bakal menggantikan kita nanti. Se-lain itu, kita mempunyai visi bahwa Pusat Sumber Daya Geologi kede-pannya harus menjadi Pusat Data dan Informasi Sumber Daya Geologi di Indonesia.

T: Usaha-usaha apalagi yang dila-kukan untuk mengenalkan mine-ral kepada anak-anak sekolah selain buku komik mineral terse-but?

runya untuk datang ke kantor kami. Waktu itu acaranya digelar oleh Tim Humas Protokol. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan kepada me-reka tentang Potensi Sumber Daya Mineral di Indonesia. Kami putarkan fi lm dan juga kami kenalkan komik. Tanggapan mereka cukup bagus. Me-reka sangat antusias dan luar biasa mendengarkan dan mengikuti acara kita.

Siti Sumilah Rita Susilawati, S.T., M.Sc. dilahirkan di kota Bandung, 13 April 1971. Pendidikannya sejak SD sampai SMA berturut-turut ditempuh di SD Ayudia III, SMPN 2, dan SMAN 3, semuanya di Bandung. Pendidikan S1-nya, diselesaikan di jurusan geo-logi UNPAD, 1994, dan S2-nya di bi-dang Applied Geology pada University of New South Wales, Australia, 2004.

Rita mulai menjadi pegawai ne-geri pada Tahun 1995 sebagai staf Direktorat Sumber Daya Mineral (PMG sekarang). Sebelum diangkat pada jabatan strukturalnya sekarang, Ka-sub Bidang Penyediaan Informasi Pu-blik, PMG, beliau pernah menduduki jabatan fungsional Penyelidik Bumi (2000–2003). Dalam karirnya sebagai PNS, Rita sudah menyandang tanda jasa Satyalancana Karya Satya 10 ta-hun pada tata-hun 2005.

Isteri dari Indrawan Maryono, se-orang wirastawan, dan ibu dari tiga ”jagoan”-nya (Opal, kelas 5 SD; Jaki, kelas 1 SD, dan Aulia yang masih di play group) ini telah banyak mengik-uti diklat teknis dan aktif mengikmengik-uti berbagai seminar di dalam dan luar negeri. Beberapa di antaranya: 1) Kursus Cadangan Bahan Galian, 4-10 Desember 1995 di Bandung, 2) Pelatihan Orientasi Tugas, 17–30 Sep-tember 1997, di Jakarta, 3) Course on English for Seminar and Presentation, 9–13 Juli 1999, di Bandung, 4) CBM Industry and Technology Development of New Gas Resources, 18 Maret 1998, Jakarta, 5) Training Program on Coal Geology, Exploration and Exploitation, 20 Juli–4 Agustus 2000, Bandung, 6)

Seminar (sebagai presenter) ”Clean Coal Generation, Alternative Energy Technology, the Next Stage”, Thailand, 2005, 7)Seminar (sebagai presenter) ”The Society for Organic Petrology 21st Annual Meeting”, Australia, 2005.

Bambang Tjahjono, Nandang, Sutrisno, dan Kusdarto (dua yang terakhir ini tidak sempat WG

wawan-carai) telah memberikan contoh ba-gaimana misi menerbitkan sebuah buku sejenis komik tentang substan-si geologi yang cukup spesubstan-sifi k - mi-neral - dilaksanakan. Sebagaimana dinyatakan Bambang Tjahjono dalam wawancara, penyusunan buku se-macam itu tidaklah mudah. Namun, dengan ketekunan Bambang beserta seluruh anggota timnya, buku ten-tang substansi yang cukup rumit itu pun berhasil disajikan dalam bentuk komik.

Rita telah menyertakan buku ko-mik mineral itu dalam pameran res-mi Badan Geologi dan mengantarkan launching penerbitannya pada acara sosialisasi bidang geologi tingkat na-sional. Dengan penjelasan dan pema-paran sekitar kandungan buku ter-sebut yang penuh semangat, seluruh peserta sosialisasi yang hadir dalam acara launching buku tersebut men-jadi terbuka visinya: bahwa komik potensial untuk dijadikan media pe-masyarakatan informasi geologi.

Terbitnya buku komik ”Mineral untuk Kehidupan” melengkapi buku sejenis yang telah diterbitkan oleh unit di bawah Badan Geologi (komik tentang air tanah dari Pusat Ling-kungan Geologi). Ke depan, semoga semakin banyak alternatif media so-sialisasi substansi geologi semacam komik.

(9)

TUJUH BELAS AGUSTUSAN

DI BADAN GEOLOGI

DALAM rangka merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-61, Badan Geolo-gi Departemen EnerGeolo-gi dan Sumber Daya Mineral menggelar kegiatan-ke-giatan sosial, keagamaan, dan olah raga. Kegiatan-kegiatan itu adalah Donor Darah, Ceramah Agama, Per-tandingan Gapleh, Bazaar, dan Pang-gung Hiburan. Selain itu Badan Geo-logi mengirimkan utusan ke Jakarta untuk mengikuti beberapa pertan-dingan olah raga dan Kesenian (POR-SENI) yang di gelar oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

PASANGAN Pak Tono dan pak Suhari keluar sebagai juara kedua pertandingan gaple ala bridge pada rangkaian kegiatan Tujuh Belas Agus-tusan di Lingkungan Badan Geologi. Pertandingan yang digelar tanggal 8 Agustus 2006 di Auditorium Geologi Bandung ini diikuti oleh 30 pasangan dan dibuka oleh Pak Tono.

Pertandingan gaple ini diseleng-garakan dengan menggunakan sis-tem swiss 7 babak. Panitia sengaja mengadopsi sistem pertandingan dan penghitungan skor ala bridge sehingga menambah daya tarik un-tuk mengikuti seluruh pertandingan hingga babak terakhir.

Dengan menggunakan sistem

ini pasangan Ayi–Sujono dari Pusat Lingkungan Geologi tampil sebagai juara 1 di atas pasangan Suyartono-Suhari. Urutan 5 besar juara sebagai berikut:

Juara 1, Ayi – Sujono (Pusat Ling-kungan Geologi), Juara 2, Suyartono (Sekretariat Badan Geologi) – Suhari (Pusat Lingkungan Geologi), Juara 3, Enjang – Yatno (Sekretariat Badan Geologi), Juara 4, Juanda – Agus S. (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Ben-cana Geologi), Juara 5, Nana – An-jana (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi)

Panitia juga memberi pengharga-an untuk beberapa paspengharga-angpengharga-an yaitu: Pasangan Oo Sudradjat – Agus S.

(Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Ben-cana Geologi) sebagai Best Driver, Pa-sangan Tudi – Jumono (Pusat Vulka-nologi dan Mitigasi Bencana Geologi) sebagai Best Security, dan Pasangan Darwis- Mumuh dan Edi – Agung se-bagai Best Offi ce Boy.

(Priatna) Pak Bambang menjadi salah seorang

peserta donor darah. Bazaar Badan Geologi di halaman Au-ditorium Geologi.

Ceramah Agama dari Drs. H. Miftah Faridl.

Pak Tono sedang terlibat diskusi dengan Pak Miftah Faridl .

Pertandingan Gaple

PAK TONO- PAK SUHARI RAIH

PERING-KAT DUA

Pembagian Hadiah para Juara Gaple. Panggung Hiburan memeriahkan

(10)

PERINGKAT AKHIR BEREGU

1. PT PLN

2. BADAN GEOLOGI 3. BALITBANG 4. BP MIGAS 5. PERTAMINA 6. DITJEN MIGAS 7. DIKLAT ESDM 8. IKAPEDE

9. INSPEKTORAT JENDERAL ESDM 10.DJMBP

Bridge dan Live Music raih perak Pada cabang olah raga Bridge yang digelar di Gedung Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Ja-karta (4-5/08), Badan Geologi hanya mampu meraih medali perak. Di pe-ringkat pertama dan ketiga bercokol regu-regu dari PT PLN. Para pemain yang memperkuat regu Geologi ada-lah Anton Saboe (PMG), Rasdan A. Si-regar, M.Sc. (PLG), Uchtari Chandra (PLG), Nia Kurnia Praja (PVG), Priat-na (SBG), dan Dwi Agus (PSG).

Dari Live Music, diperoleh satu perak tambahan lewat Ibu Syamsiyar dari PMG.

(Priatna) PECATUR-pecatur Badan

Geo-logi mencatat hasil menggembirakan dalam PORSENI Sektor ESDM ca-bang olah raga catur yang digelar di Gedung Badiklat ESDM Jalan Gatot Subroto Jakarta (14-15/08). Dalam pertandingan selama dua hari itu Badan Geologi berhasil mengejutkan instansi-instansi lainnya dengan me-raih 1 medali emas perorangan dan 1 medali perak beregu. Medali emas ini ternyata menjadi satu-satunya pero-lehan medali emas Badan Geologi da-lam PORSENI tahun ini.

Pecatur-pecatur PT PLN yang ta-hun lalu memborong dua emas ter-paksa harus puas merelakan satu medali emasnya kepada Badan Geo-logi. Medali emas perorangan direbut oleh Master Nasional (MN) Bunyamin (Badan Geologi) setelah mencetak angka tertinggi 7 dari 8 babak, hasil dari 6 kali menang dan 2 kali remis. Juara bertahan tahun lalu MN Sugi-lar (PT PLN) berada di tempat kedua dengan angka 6,5 dan MN Novian Siregar (Balitbang Geologi) di tempat ketiga dengan angka 6,5. Sementara itu medali perak beregu Badan Geolo-gi disumbangkan oleh Bunyamin dan Priatna (SBG), Aceng Sukarna dan Chairul Anas (PLG), dan Agus Sudar-manto (PMG) setelah mengumpulkan peringkat rata-rata kedua tertinggi di bawah PT PLN.

Perebutan medali perak pero-rangan mencapai puncaknya pada babak ke-7 ketika di meja pertama bertanding MN Sugilar melawan MN Bunyamin. Dengan memegang buah catur hitam, Bunyamin melakukan langkah-langkah kurang akurat di awal permainan sehingga mengaki-batkan lawannya unggul dalam per-kembangan. Namun keunggulan ini tidak bisa dimanfaatkan Sugilar un-tuk menang. Karena bermain ragu-ragu sejak langkah ke-24 maka pada langkah ke-35 ia melakukan kesala-han fatal dengan memajukan bidak ke petak-g4. Kesalahan ini harus

dibayar mahal karena 4 lang-kah kemudian ia dipaksa me-nyerah. Berikut jalannya partai tersebut.

Putih : MN Sugilar Hitam: MN Bunyamin Serangan Hindia Raja 1.e4 e6 2.d3 d5 3.Kd2 g6 4.Kgf3 Gg7 5.g3 e5 6.exd5 Mxd5 7.Gg2 Ke7 8.0–0 0–0 9.Be1 Me6 10.Kxe5 Gxe5 11.d4 Kbc6 12.dxe5 Kxe5 13.Kf3 Kxf3+ 14.Gxf3 Mf6 15.Gh6 Be8 16.h4 Ge6 17.c3 c6 18.Gg5 Mg7 19.Ma4 Kd5 20.Be2 h6 21.Gc1 Mf6 22.Gg2 Kb6 23.Mb4 Kd5 24.Ma3 Gg4 25.Bxe8+ Bxe8 26.Gxh6 Gf3 27.c4 Gxg2 28.Rxg2 Kb6 29.Bc1 Rh7 30.Ge3 Kd7 31.Mc3 Mf5 32.Bd1 Me4+ 33.Rh3 Ke5 34.Md4 Mf5+ 35.g4 Mf3+ 36.Rh2 Kxg4+ 37.Rg1 Kxe3 38.fxe3 Be4 (lihat diagram) 0–1

Berikut ini daftar peringkat 10 be-sar perorangan dan beregu:

PERINGKAT AKHIR PERORANGAN

1. MN Bunyamin (BADAN GEOLOGI) 7 2. MN Sugilar (PT PLN) 6,5

3. MN Novian Siregar (BALITBANG) 6,5 4. MN Arifi n Hidayat (PT PLN) 6 5. MN Deden Supriadi (PT PLN) 6 6. MN Rela Ginting SH (DIKLAT ESDM) 6 7. MP Asep Saefudin (PT PLN) 6

8. MN Yuli Suprapto (PT PLN) 5,5 9. Aceng Sukarna (BADAN GEOLOGI) 5,5 10.Suriady (PERTAMINA) 5,5

BADAN GEOLOGI RAIH EMAS DAN PERA K CATUR

PORSENI SEKTOR ESDM, JAKARTA 2006

(11)

WORKSHOP FOR VOLCANIC HAZARD MITIGATION

KERJA SAMA CCOP, GSJ, DAN BADAN GEOLOGI

B

ANDUNG

, A

UDITORIUM

G

EOLOGI

29 A

GUSTUS

– 3 S

EPTEMBER

2006

WORKSHOP for Volcanic Haz-ard Mitigation diselenggarakan oleh CCOP bekerja sama dengan Geologi-cal Survey of Japan (GSJ) dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVG) Badan Geologi. Work-shop tersebut merupakan satu dari rangkaian workshop yang dikoordinir oleh CCOP sejak tahun 2004 dan merupakan salah satu program tech-nical activities yang direncanakan berakhir pada tahun 2007. Tujuan dilakukannya kegiatan ini antara lain adalah untuk melakukan studi banding mengenai bencana akibat kegiatan vulkanis yang dihadapi oleh negara-negara anggota CCOP. Tu-juan lainnya adalah untuk mempre-diksi letusan gunung api berdasar-kan pada sejarah letusannya, serta melakukan pemetaan wilayah rawan bencana gunung api dalam rangka mitigasi.

Beberapa kegiatan yang dilak-sanakan adalah dengan melakukan

peninjauan lapangan, workshop, dan pertukaran hasil penelitian. Pelati-han khusus juga dilakukan bagi ahli vulkanologi muda dari negara-negara anggota CCOP yang berminat. Selain itu makalah-makalah ilmiah dari tiap workshop juga diterbitkan dalam bentuk prosiding.

Workshop yang diselenggarakan pada tanggal 29 Agustus – 3 Septem-ber 2006 ini merupakan workshop ketiga, sedangkan workshop pertama dan kedua berturut-turut telah di-laksanakan pada tahun 2004 di Tsu-kuba, Jepang dan tahun 2005 di Yo-gyakarta, Indonesia. Workshop ketiga ini dibuka oleh Kepala Badan Geologi dan membahas terutama mengenai laporan kegiatan gunung api di mas-ing – masmas-ing negara dan dilanjutkan dengan ekskursi lapangan ke Gu-nung Papandayan di selatan Band-ung dan GunBand-ung Anak Krakatau di Selat Sunda.

Prima M. Hilman

“PERAN REKAYASA GEOFISIKA DALAM

MEMAJUKAN EKSPLORASI SUMBER DAYA ALAM DAN TEKNOLOGI DI INDONESIA”

Seminar Nasional,

Bandung 22 September 2006

DALAM rangka peringatan sewindu organisasi, Himpu-nan Mahasiswa Teknik Geofi sika Terra Institut Teknologi Bandung (ITB) mengadakan sebuah seminar nasional den-gan judul Peran Rekayasa Geofi sika dalam Memajukan Eksplorasi Sumber Daya Alam dan Teknologi di Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Barat ITB pada tanggal 22 September 2006. Seminar ini menghadirkan Bambang Dwiyanto, M.Sc. Kepala Badan Geologi, sebagai pembicara kunci pada sesi pertama. Sedangkan pada sesi kedua, ha-dir tiga pembicara yaitu Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc, Rektor ITB; Yani Panigoro, Komisaris MEDCO Group; Dr. Wawan Gunawan A. Kadir, Dosen Teknik Geofi sika ITB; dan Dr. Ir. Luluk Sumiarso, M.Sc, Direktur Jendral Migas Energi dan Sumber Daya Alam.

Pada kesempatan ini Kepala Badan Geologi selaku pem-bicara kunci memaparkan aplikasi–aplikasi rekayasa

geo-fi sika pada proses eksplorasi sumber daya mineral dan energi. Bambang Dwiyanto menyampaikan perkemban-gan terbaru aplikasi geofi sika, mulai dari survei dan anal-isis dengan teknik tiga dimensi hingga metode survei uda-ra serta menekankan bahwa di masa yang akan datang, metode–metode geofi sika akan berperan penting dalam proses eksplorasi. “Karena itu, penguasan teknologi peng-olahan data, baik dalam bidang perangkat lunak maupun perangkat keras, sangatlah penting” tambah Bambang.

Seminar ini diikuti oleh sekitar 90 orang yang sebagi-an besar adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Kebumisebagi-an dsebagi-an Teknologi Mineral (FIKTM) ITB. Panitia juga mengundang peserta dari perguruan tinggi lainnya seperti dari sitas Gajah Mada, Universitas Negeri Padang dan Univer-sitas Andalas.

(12)

International Symposium on Lower Rank Coal

Bandung, Hotel Horison, 7 – 8 September 2006

Batubara adalah sumber daya energi tradisionil di dunia karena ketersediaannya paling melimpah dan secara geografi tersebar luas, stabil secara kimiawi sehingga men-guntungkan dalam transportasi dan menanganinya, serta harga yang sangat bersaing.

Di Indonesia, batubara merukan sumber daya energi yang pa-ling besar dibandingkan dengan gas alam, tenaga air, minyak mentah, dan panas bumi. Namun minyak bumi saat ini masih menjadi sumber energi yang utama karena relatif mu-dah menanganinya, biaya produksi yang rendah, dan memberikan masa-lah lingkungan yang lebih rendah di-bandingkan dengan batubara. Akan tetapi apabila pada 10 sampai 15 ta-hun mendatang di Indonesia tidak di-temukan lagi lapangan minyak baru, maka negara akan menghadapi krisis energi nasional, dan sangat mungkin Indonesia akan bergantung kepada

minyak impor untuk memenuhi ke-butuhan domestik akan bahan ba-kar.

Karena itu, upaya harus dilaku-kan untuk mempertahandilaku-kan kesta-bilan pasokan dan kebutuhan dalam kebijakan energi nasional. Salah satu solusinya adalah mengarahkan per-hatian pasokan energi ke batubara sebagai sumber daya energi yang pa-ling dapat diandalkan. Seperti telah diketahui bahwa batubara peringkat rendah (‘low rank coals’ atau LRC) atau sering disebut sebagai lignit atau ‘brown coal’ memberikan proporsi yang signifi kan pada sumber daya energi di Indonesia. Meskipun debat masalah rumah kaca (‘greenhouse’) berimbas juga kepada pengembangan baru batubara, berkurangnya sum-ber daya energi dan peningkatan yang signifi kan pada pemanfaatan batubara peringkat rendah dan akan secara progresif membuat sumber daya batubara LRC lebih atraktif

un-tuk dikembangkan dan diperkirakan akan menjadi sumber daya energi di masa depan.

Sumber daya batubara Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 61 milyar ton (Directorate of Mineral Resources Inventory, 2005). DMRI (2005) me-nentukan angka <5.100 kal/gr seb-agai batubara peringkat rendah (‘low rank coal’) dan 5.100 – 6.100 kal/gr sebagai batubara peringkat sedang (‘medium rank coal’). Dengan asumsi bahwa Lower Rank Coal terdiri dari batubara dengan nilai kalori <5.100 kal/gram dan sebagian dari batubara peringkat sedang (5.100 – 6.100 kal/ gr), ‘lower rank coals’ Indonesia me-nyumbang lebih dari separuh total sumber daya batubara.

Pemanfaatan batubara peringkat rendah berbeda dengan batubara peringkat tinggi karena kandungan energinya yang rendah sebagai aki-bat kandungan air yang tinggi. Lebih jauh, variasi proporsi kandungan ma-terial mineral juga secara signifi kan dapat mengurangi tingkat efektivitas pemanfaatan batubara dibandingkan dengan batubara peringkat tinggi. Perbedaan ini mengarah kepada per-lakuan yang spesifi k pada batubara peringkat rendah, misalnya dalam merancang pembangkit listrik.

Dengan demikian di satu sisi sum-ber daya energi dari batubara pering-kat rendah di Indonesia cukup besar, namun disisi lain bermacam aspek mulai dari eksplorasi sampai pe-manfaatan batubara tersebut sangat kompleks, sehingga diperlukan suatu pemahaman yang baik dengan cara melihat dari berbagai pendekatan ilmiah mengenai batubara khusus-nya batubara peringkat rendah.

Sehubungan dengan uraian terse-but di atas, Pusat Sumber Daya Geo-logi, Badan GeoGeo-logi, didukung oleh organisasi seperti Asean Forum On Coal (AFOC), Indonesian Coal Mining Association (ICMA) dan Asean Center

Mengangkat Potensi

(13)

for Energy (ACE), menyelenggarakan suatu simposium yang berskala in-ternasional pada tanggal 7-8 Septem-ber, 2006 di Hotel Horison, Bandung, Jawa Barat.

Maksud dari simposium ini ada-lah untuk membahas berbagai aspek pada batubara peringkat rendah (‘Lo-wer Rank Coal’) terutama yang ber-kenan dengan revitalisasi pemanfaa-tan LRC sebagai energi masa depan. Sedangkan tujuannya adalah mem-peroleh pemahaman yang lebih baik dan luas mengenai batubara pering-kat rendah Indonesia dengan melihat dari aspek geologi, prospek ekonomi (pasar), kebijakan, ilmiah (petrologi batubara, klasifi kasi batubara), tek-nologi, studi kasus dan lingkungan serta memperkenalkan topik yang erat hubungannya dengan batuba-ra yaitu gas metan dalam batubabatuba-ra (‘coal bed methane’).

DMRI (2005) membagi batubara dalam 4 kategori sebagai berikut:

Menurut Standar Australia

(Aus-tralian Standard AS-2096) batubara disebut peringkat rendah apabila Gross Spesifik Energi <27MJ/kg (daf). Kategori batubara ini umum-nya digunakan untuk menyebut lig-nit dan ‘brown coal’ dengan kandun-gan moisture melampaui 20%.

Klasifi kasi yang paling baru dipu-blikasikan dalam ISO-11760, 2005. Standar ISO yang baru ini membagi batubara menjadi 3 kategori, ‘Low Rank, ‘Medium Rank’, dan ‘High Rank Coal’. Untuk pertama kalinya standar ini menghasilkan konsensus internasional tentang apa yang di-maksudkan dengan ‘Low Rank Coal’. ISO-11760, 2005 menetapkan bahwa LRC adalah batubara yang mempu-nyai nilai refl ektan vitrinit < 0,5%. Setidaknya LRC mengandung > 35% moisture (Tabel 2, ISO-11760, 2005).

Acara ‘International Sympo-sium on Lower Rank Coal’ dengan mengambil tema ‘Integrating Lower Rank Coal with Industrialization in the 21st Century’, diawali dengan

suatu pertemuan ilmiah yang diada-kan oleh ‘The International Committee on Coal and Organic Petrology’ (ICCP), dengan uraiannya adalah sebagai be-rikut:

Simposium berlangsung selama 2 hari, tanggal 7 dan 8 September 2006 bertempat di Hotel Horison Bandung, Jawa Barat. ‘Opening Ceremony’ yang menandai dimulainya acara simpo-sium dilakukan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral yang diwa-kili oleh Inspektur Jenderal DESDM, diawali dengan laporan penyelengga-raan simposium oleh Ketua Panitia dan dilanjutkan dengan sambutan selamat datang (‘Welcoming Speech’) oleh Sekretaris Daearah Propinsi Jawa Barat sebagai tuan rumah.

Sejumlah 20 makalah dipapar-kan secara ‘oral’ dan 7 makalah da-lam bentuk poster. Sejauh mungkin makalah dikelompokkan menurut topik yang sama atau senada. Stand pameran unit di lingkungan Badan Geologi, DESDM dan satu unit di lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan, DESDM (acara pe-maparan, judul makalah dan pembi-caranya serta judul poster dapat dili-hat dalam lampiran).

Sekitar 240 partisipan/peserta baik yang berasal dari luar negeri maupun dalam negeri datang seba-gai pribadi atau mewakili Institusi pemerintah, DPRD Kab. Bandung, Dinas Pertambangan, dan Energi, Perusahaan Batubara, Universitas serta Organisasi Profesi (nama serta dan institusi asal peserta dapat dili-hat pada lampiran)

Batubara telah lama menjadi ‘ke-pedulian’ banyak ilmiawan dengan melihat dari bermacam aspek dan di-siplin ilmu seperti metoda eksplorasi, teknologi pertambangan, pemanfaa-tan batubara, masalah lingkungan dsb. Tak terkecuali bagi sekelom-pok ilmiawan yang pada tahun 1953 mendirikan suatu organisasi nirlaba yang disebut ‘International Committee on Coal Petrology’ (ICCP) pada perte-muan di Geleen, Belanda. Anggota ICCP lebih bersifat perorangan, bia-sanya adalah ilmiawan atau profesio-nal dari perusahaan swasta, institusi pemerintahan, universitas atau lem-baga penelitian dari berlem-bagai negara.

Tujuan dari organisasi tersebut adalah untuk senantiasa memelihara tukar-menukar informasi ilmiah ber-skala internasional, yang berhubun-gan baik langsung maupun tidak

PERINGKAT NILAI KALORI (kal/gr)

SUMBER DAYA (juta ton)

Kalori rendah < 5.100 15.094,18 (24,94%) Kalori sedang 5.100 – 6.100 35.691,72 (58,98%) Kalori tinggi 6.100 – 7.100 9.065,56 (14,99%) Kalori sangat tinggi > 7.100 662,28 (1,09%)

langsung dengan petrologi organik serta untuk mengembangkan dan mempublikasi deskripsi dan metoda defi nitif segala sesuatu yang berke-naan dengan ilmu yang mempelajari material organik dalam batuan sedi-men.

Sejak didirikannya ICCP telah memainkan peranan penting dalam menyumbangkan bermacam aspek dalam sains batubara, terutama dalam menetapkan standar ‘nomenclature’ dan terminologi batubara. Untuk pertama kalinya pada tahun 1957, ICCP menerbitkan suatu buku acuan yang dikenal dengan nama ‘ICCP’s Handbook on Coal Petrology’. Pada tahun-tahun selanjutnya buku tersebut diperbarui dengan beberapa revisi dan peningkatan untuk membuat ‘handbook’ tersebut menjadi referensi yang paling dapat diandalkan. ‘ICCP’s Handbook on Coal Petrology’ saat ini menjadi buku acuan utama untuk ilmuwan batubara tapi juga aplikatif bagi perorangan maupun lembaga yang bergerak dibidang bisnis batubara.

(14)

Loka Karya Rekayasa Konservasi Air Tanah Nasiona

l

Auditorium Geologi, Bandung, 21 September 2006

DI Indonesia, air tanah memi-liki peran penting sebagai sumber air baku pasokan air bersih untuk memenuhi kebutuhan pokok hid-up sehari-hari sebagian besar pen-duduk, untuk fasilitas umum, dan kebutuhan industri. Kecenderungan pemanfaatan air tanah yang terus meningkat untuk berbagai keperluan tersebut, apabila tidak dikontrol dan dikendalikan akan menyebabkan terjadinya kerusakan kondisi dan lingkungan air tanah. Di sisi lain, perubahan fungsi lahan di daerah imbuhan air tanah (groundwater re-charge area) untuk keperluan pem-bangunan yang tidak terkendali juga dapat menyebabkan berkurangnya jumlah imbuhan air tanah. Kondisi yang demikian itu menyebabkan berubahnya keseimbangan air ta-nah, dan jika dibiarkan terus peman-faatannya tidak dapat dilakukan se-cara berkesinambungan. Hal itulah yang melatarbelakangi diselenggara-kannya Lokakarya Rekayasa Konser-vasi Air Tanah Nasional pada Kamis, 21 September 2006, bertempat di Au-ditorium Geologi Bandung oleh Pusat Lingkungan Geologi - Badan Geologi. Tujuan lokakarya adalah un-tuk menyamakan persepsi dan me-ningkatkan serta mengembangkan rekayasa teknologi konservasi air ta-nah dari para pihak yang berkepent-ingan (stakeholders) baik instansi pemerintah, swasta, perguruan tinggi, dan masyarakat.

Hasil lokakarya diharapkan dapat menjadi dasar bagi para pihak yang berkepentingan untuk melaksanakan konservasi air tanah dengan teknolo-gi konservasi yang tepat guna dan berhasil guna.

Lokakarya dihadiri oleh sebanyak 276 peserta yang mewakili para pihak yang berkepentingan (stakeholders), meliputi: Instansi pemerintah dan swasta; Perguruan tinggi negeri dan swasta; Organisasi profesi; Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM); Konsul-tan dan perusahaan di bidang air ta-nah; dan Pemerhati air tanah.

Kepala Badan Pengelolaan Ling-kungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat menyampaikan sambutan Selamat Datang mewakili Gubernur Provinsi Jawa Barat. Ke-pala Badan Geologi berkesempatan hadir menyampaikan membuka se-cara resmi loka karya sekaligus seb-agai Keynote Speaker mewakili Men-teri Energi dan Sumber Daya Min-eral.

PENYAJIAN MATERI

Penyajian materi dalam bentuk presentasi lisan telah dilakukan se-banyak 7 (tujuh) makalah yang bera-sal dari

1) Badan Geologi, Dep. ESDM; 2) Ditjen. Sumber Daya Air, Dep. PU; 3) Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Barat;

4) PT. Aqua Golden Mississippi, Ja-karta;

5) Fakultas Teknik, UGM;

6) Fakultas Ilmu Kebumian &

Tekno-logi Mineral, ITB;

7) Pusat Penelitian Geoteknologi, LIPI.

Penyajian di atas dibagi menjadi dua sesi, yakni Sesi Pertama untuk penyajian materi no.1) s.d. 4) dipan-du oleh Prof.Dr.Ir. Adjat Sudradjat, M.Sc. dan Sesi Kedua untuk penya-jian materi no.5) s.d. 7) dipandu oleh Dr. Ir. Peter E. Hehanusa.

Dalam sesi diskusi, umumnya para peserta cukup antusias untuk berpartisipasi, namun secara umum diskusi masih kurang menyentuh masalah rekayasa konservasi air tanah. Diskusi yang berkembang da-lam sesi ini lebih mengarah kepada upaya pengendalian pengambilan air tanah, misalnya melaui perizinan dan pengurangan debit pengambilan air tanah. Hal-hal yang bersifat tek-nis seperti pemodelan air tanah dan pengimbuhan melalui pelbagai tipe sumur imbuhan kurang mendapat tanggapan serius.

Penyajian materi dalam bentuk pameran yang terdiri atas poster (poster presentation), peta-peta

(15)

servasi air tanah, video klip, dan lain-lain yang terkait diikuti oleh Pusat Lingkungan Geologi - Badan Geologi, Jurusan Geologi - Fakultas MIPA Un-pad, Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral, ITB.

PERUMUSAN HASIL LOKAKARYA Lokakarya yang telah dilaksana-kan menghasildilaksana-kan butir-butir kese-pakatan mengenai berbagai hal ten-tang konservasi air tanah sebagai berikut:

1) Air tanah termasuk sumber daya alam yang terbarukan akan tetapi jika terjadi gangguan, pemu-lihannya memerlukan waktu yang lama.

2) Kerusakan akibat pengambilan air tanah tidak dapat dilihat secara langsung akan tetapi dampaknya cu-kup luas dan sangat sulit pemulihan-nya, serta memerlukan biaya tinggi.

3) Pengelolaan air tanah seyo-gyanya dilakukan berdasarkan kon-sep satu cekungan air tanah, satu perencanaan, dan satu pengelolaan terintegrasi (one groundwater basin, one planning, one integrated manage-ment).

4) Konservasi air tanah harus dila-kukan dalam rangka upaya memeli-hara keberadaan serta keberlanjutan kondisi, sifat, dan fungsi air tanah agar senantiasa tersedia dalam ku-antitas dan kualitas yang memadai.

5) Keberhasilan pelaksanaan kon-servasi air tanah sangat ditentukan oleh keterpaduan dan koordinasi dari para fi hak yang berkepentingan (stakeholders).

6) Perlu segera diterbitkannya Per-aturan Pemerintah (PP) tentang Air

Tanah dan Peraturan Presiden (Per-pres) tentang Cekungan Air Tanah.

7) Penyusunan pola dan rencana pengelolaan sumber daya air pada suatu wilayah sungai (WS) perlu memperhatikan kondisi air tanah pada cekungan air tanah (CAT) yang terdapat di dalam WS yang bersang-kutan, termasuk bagian CAT yang berada di luar WS.

8) Upaya pemulihan air tanah yang telah kritis merupakan suatu keharusan untuk segera diimple-mentasikan, tidak lagi sekedar wa-cana, sehingga perlu adanya komit-men dari semua fi hak.

9) Diperlukan kesamaan persepsi dari para fi hak yang terkait dalam memahami permasalahan air tanah, agar pengelolaan air tanah dapat dilaksanakan secara berhasil guna dan sesuai dengan azas-azas konser-vasinya.

10) Kemerosotan kondisi air tanah harus disikapi dengan memperketat izin pengambilan sesuai dengan Un-dang-Undang No. 7 Tahun 2004 ten-tang Sumber Daya Air.

11) Rekayasa konservasi air ta-nah perlu ditekankan kepada bentuk nonvegetatif, misalnya pembuatan sumur imbuhan/resapan.

12) Pembangunan di kawasan re-sapan air yang dilaksanakan dengan rekayasa teknologi akrab lingkungan dapat meningkatkan peresapan air secara signifi kan.

13) Pemodelan air tanah, teru-tama model deterministik (numeric) sangat membantu fi hak regulator dalam mengelola dampak negatif sumber air tanah dan kondisi alam di sekitarnya.

14) Metode penjajakan suhu air tanah menunjukkan suhu air tanah di daerah imbuhan air tanah lebih rendah dari pada suhu air tanah di daerah lepasan air tanah, sehingga dapat membedakan antara daerah imbuhan dan daerah lepasan terse-but, serta arah aliran air tanah.

15) Diharapkan pengelola air ta-nah dapat menyediakan data real time tentang ketersediaan air tanah di daerah yang mengalami kekerin-gan, guna mencari alternatif solusi pemenuhan kebutuhan akan air di daerah tersebut.

Lokakarya Rekayasa Konservasi Air Tanah Nasional ditutup oleh Ke-pala Badan Geologi pada sekitar pu-kul 16.30 WIB.

Dalam sambutan menjelang penu-tupan tersebut, Kepala Badan Ge-ologi menegaskan bahwa upaya kon-servasi air tanah menjadi tanggung jawab kita bersama, yakni para fi hak yang berkepentingan (stakeholders) yang meliputi regulator (pembuat kebijakan), operator (pelaksana keg-iatan), dengan melibatkan peran ma-syarakat. Badan Geologi sebagai in-stansi Pusat, pada masa mendatang diharapkan perannya menonjol dalam rekayasa teknologi konservasi air tanah, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya di bidang air tanah.

(16)

Demonstrasi Aplikasi GIS

untuk Penilaian Sumber Daya dan Cadangan

Batubara

Joint Study

NEDO Jepang - Direktorat Jenderal Mineral Batubara dan Panas Bumi - Badan Geologi

BERTEMPAT di Ruang Rapat Lan-tai V Badan Geologi Jln. Gatot Sub-roto Jakarta pada tanggal 27 Septem-ber 2006 dilaksanakan demonstrasi pre-prototype dari hasil Joint Study antara New Energy and Industrial Technology Development Organiza-tion (NEDO)-Jepang dengan Direkto-rat Jenderal Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (Minerbapabum), dan Badan Geologi. Kegiatan ini dimulai sejak tahun 2005 dengan penanda-tanganan MOU antara NEDO dengan Direktorat Jenderal Geologi dan Sum-ber Daya Mineral yang kemudian di-perbaharui pada bulan April 2006 dengan wakil dari Indonesia adalah DJMBP melalui Direktorat Pembi-naan Pengusahaan Mineral dan Ba-tubara (DPPMB) dan Direktorat Pem-binaan Program Mineral, Batubara, dan Panas bumi (DPPMBP), selain itu Badan Geologi melalui Pusat Sumber Daya Geologi juga ikut dalam penan-datanganan ini.

Ruang lingkup kegiatan meliputi evaluasi sumber daya dan cadangan batubara di Indonesia menggunakan teknologi GIS, kegiatan utamanya adalah melakukan pembangunan da-tabase digital dari data dan informasi yang berhubungan dengan sumber daya batubara. Pihak Indonesia di-wakili oleh Direktorat Inventarisasi

Sumber Daya Mineral (sekarang Pu-sat Sumber Daya Geologi) dengan su-pervisi dari NEDO telah menyelesai-kan pre-prototype dari sistem dengan menggunakan data dari cekungan Sumatera Selatan sebagai pilot pro-ject.

Dalam kesempatan demo pre-pro-totype kali ini, acara dihadiri oleh 5 orang perwakilan dari Jepang dipim-pin oleh Mr. Ishigaki dari NEDO. Se-dangkan dari pihak Indonesia hadir wakil-wakil dari Pusat Data dan In-formasi (Pusdatin) – ESDM, Direkto-rat Pembinaan Pengusahaan Mineral dan Batubara (DPPMB), Direktorat Pembinaan Program Mineral, Batu-bara, dan Panas bumi (DPPMBP), Pu-sat Sumber Daya Geologi, dan Sekre-tariat Badan Geologi.

Dalam pembahasan mengenai demo aplikasi, para peserta rapat mendapat penjelasan dan demo apli-kasi dari pihak Jepang yang meng-embangkan aplikasi tersebut. Me-reka mengharapkan masukan un-tuk perbaikan aplikasi tersebut dari para peserta rapat. Tidak ada usulan atau masukan yang mendasar dalam hal ini, wakil dari DPPMBP meminta waktu untuk memberikan masukan karena akan menyampaikan hal ini terlebih dahulu kepada pejabat Ese-lon II di lingkungannya.

Pada agenda kedua, wakil dari PMG memaparkan usulan pihak Indonesia dalam melakukan peme-ringkatan data. Banyak tanggapan mengenai hal ini, yang paling me-nonjol adalah belum adanya regulasi yang mengatur mengenai hal ini baik di tingkat nasional maupun sektor ESDM. Wakil dari Pusdatin memberi-kan informasi bahwa pemeringkatan data baru ada untuk bidang migas (dalam bentuk Permen) dan belum ada untuk bidang mineral, batubara, dan panas bumi, sehingga diusulkan untuk melakukan penyusunan pe-ringkat tersebut dalam waktu dekat.

Dalam rapat ini juga disepakati untuk mengembalikan tanggung ja-wab pengelolaan kerja sama ini ke-pada pihak Direktorat Jenderal Mi-neral, Batubara dan Panas Bumi (Minerbapabum) melalui DPPMBP mengingat bahwa MOU awal pada tahun 2005 ditandatangani oleh Dir-jen Geologi dan Sumber Daya Mine-ral yang sekarang berubah menjadi Dirjen Minerbapabum dengan pihak Jepang yang diwakili oleh NEDO. Ba-dan Geologi melalui Pusat Sumber Daya Geologi akan membantu dari segi teknis pengelolaan data sumber daya batubara.

(Prima M. Hilman)

A

Nasruddin membuka sebuah stand dengan tulisan di

atasnya:

Menjawab dua pertanyaan apa pun seharga

100 uang perak

. Seorang laki-laki yang memiliki dua

pertanyaan sangat penting datang menyerahkan uangnya

dan berkata, “Seratus uang perak kayaknya terlalu mahal

untuk dua pertanyaan, ya?”

“Ya,” jawab Nasruddin, “dan silakan pertanyaan

berikutnya..”

B

Suatu hari seseorang datang kepada Nasruddin dengan sebuah

pertanyaan, “Mullah Nasruddin, seperti apakah kiranya tempat

asal kita dulu dan tempat kemana nanti kita pergi?”

“Oh,“ kata Nasruddin, ”sebuah tempat yang amat

mengerikan.”

“Mengapa demikian?” orang itu bertanya.

(17)

sosialisasi bidang geologi

dalam praktek

(Sosialisasi Geologi, Badan Geologi, 17-20 September 2006)

Oleh: Eddy Mulyadi, Oman Abdurahman, Priatna, Prima M. Hilman, Joko Parwata

MENGAPA SOSIALISASI? SEBUAH PENGANTAR

Asal-usul Istilah dan Cakupan Pen-gertiannya

Istilah teknis “sosialisasi” (Bahasa Inggris: socialization atau socialisa-tion) dan istilah “mensosialisasikan” aslinya berasal dari disiplin ilmu sosiologi atau teori pembelajaran. Sumber rujukan kamus manual dan Wikipedia memperkuat hal itu. Me-nurut kamus “Advanced Indonesian - English Dictionary” oleh Drs. Peter Salim, dkk, edisi I, 1990, sosialisasi bermakna: 1. efforts to convert per-sonal property into public property, 2. process of learning of a number of society to acquire the values, skills, ru-les and attitudes to his/her participa-tion in the society. Sedangkan makna “mensosialisasikan”, menurut kamus yang sama, adalah: to socialize; to convert into public property. Berda-sarkan kamus tersebut, sosialisasi bermakna: 1) usaha mengubah mi-lik perorangan menjadi mimi-lik umum, dan 2) proses belajar dari suatu mas-yarakat untuk mendapatkan nilai-ni-lai, kemampuan, aturan, dan sikap dalam rangka dirinya berpartisipasi di tengah masyarakatnya. Sedan-gkan “mensosialisasikan” bermakna:

1) melakukan tindakan atau kegiatan sosialisasi, dan 2) menjadikan (se-suatu) sebagai milik publik.

Dari kedua makna tersebut, isti-lah teknis “sosialisasi” - untuk suatu kegiatan yang sering dilaksanakan oleh instansi Pemerintah - bermak-na: 1) menjadikan milik Pemerintah (hasil penelitian, ilmu, kemampuan) sebagai milik masyarakat umum (publik), dan 2) proses belajar mas-yarakat untuk mengadopsi nilai-ni-lai, kemampuan, aturan, dan sikap (berkenaan atau terhadap suatu su-bstansi yang dikelola oleh Pemerin-tah) menjadi miliknya dalam rangka partisipasinya dalam kehidupan ber-masyarakat (dan bernegara). Sebagai catatan, “milik” dalam hal ini lebih bersifat tak kasat mata alias intangi-ble asset, seperti: nilai-nilai, kemam-puan, peraturan, dan sikap.

Secara ringkas, sosialisasi ber-makna pemasyarakatan nilai-nilai, kemampuan, aturan, atau pun sikap Pemerintah tentang suatu hal atau substansi yang menjadi tanggung jawabnya dalam fungsinya sebagai pelayan publik. Sebaliknya, sosial-isasi juga bermakna proses belajar dari masyarakat terhadap kewajiban-nya sebagai warga negara. Substansi yang disosialisasikan tersebut

men-“Sebuah praktek adalah sebuah pengalaman penting. Sebab, teori, atau wacana, atau konsep saja -

seba-gus apa pun hal itu - belumlah lengkap jika tanpa prakteknya. Sebuah praktek akan lebih lama diingat dan

lebih mudah ditiru dibanding konsep atau teori karena berkaitan dengan pengalaman langsung indera

pen-glihatan dan indera lainnya. Praktek juga merupakan sumber yang penting untuk evaluasi dan perbaikan

konsep dan teori”. Demikian kira-kira kesimpulan yang langsung membersit dari pelaksanaan sosialisasi

bidang geologi yang baru dilaksanakan oleh Badan Geologi baru-baru ini.

Badan Geologi, DESDM, pada tanggal 17-20 September 2006 menggelar Sosialisasi Bidang Geologi

ber-tempat di Auditorium Geologi Bandung. Sosialisasi yang berlangsung selama 4 hari tersebut ditujukan bagi

Para Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Pemerintah Propinsi di seluruh Indonesia, Instansi Pemerintah

yang berkaitan dengan geologi, perguruan tinggi, para siswa, dan masyarakat umum.

Fokus Kita

kali ini

lebih menyerupai sebuah reportase ketimbang makalah. Hal yang dilaporkannya tiada lain adalah

pelak-sanaan Sosialisasi Bidang Geologi, Badan Geologi tersebut. Para pembaca dapat mengikuti reportase itu

dengan sebelumnya didahului pengantar, pemaparan maksud, tujuan, dan sasaran; serta materi, metode,

dan agenda sosialisasi tersebut.

cakup pula penelitian dan pelayanan bidang geologi untuk pengertian isti-lah “sosialisasi bidang geologi”.

Sosialisasi dan Pembangunan Bu-daya: Perlu Perulangan

Proses sosialisasi - meski mak-nanya sudah disederhanakan se-bagaimana paparan sebelumnya - sesungguhnya tidaklah sederhana. Proses tersebut sejatinya merupakan proses belajar tentang budaya. Da-lam kaitannya dengan sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah, Pe-merintah bertindak sebagai agen so-sialisasi, sedangkan substansi yang disosialisasikan berarti budaya yang diharapkan oleh Pemerintah tumbuh di tengah masyarakat. Pengertian “sosialisasi” dan ruang lingkupnya yang lebih mengarah kepada pem-belajaran (materi pembahasan dari disiplin sosiologi, psikologi, kebuda-yaan, dan ilmu yang terkait) seper-ti disebutkan di atas, dapat dilihat misalnya dalam ensiklopedia online, Wikipedia, http://en.wikipedia.org/ wiki/Socialization.

(18)

commu-bahwa proses sosialisasi tersebut, baik untuk manusia maupun hewan, berlangsung dalam masa awal kehi-dupannya (anak-anak), di masa ke-tika masing-masing secara individu mengembangkan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk dapat berguna (berfungsi) dalam bu-daya dan lingkungannya. Namun de-mikian, defi nisi dalam Wikipedia juga memberikan peluang pemahaman so-sialisasi sebagai sebuah bentuk pem-belajaran di masa dewasa, seperti dalam defi nisi berikut, “However, this (socialization-penulis) also includes adult individuals moving into an en-vironment signifi cantly different from one(s) in which they have previously lived and must thus learn a new set of behaviors “ (http://en.wikipedia.org/ wiki/Socialization).

Sosialisasi sebagai proses belajar budaya (perubahan budaya dari budaya lama kepada budaya yang diinginkan) selanjutnya dapat dilihat dari defi nisi Wikipedia berikut: “Socialization is, in essence, learning…. Socialization refers to all learning regardless of setting or age of the individual. In every group one has to learn the rules, expectations, and knowledge of that group, whether the group is your family, the army, or the state (nation). Socialization is the process whereby people acquire a social identity and learn the way of life within their society. All of this amounts to the learning of culture”.

Dalam lingkup sosialisasi yang di-kutip terakhir di atas, mulai masuk kegiatan-kegiatan sosialisasi yang bi-asa diselenggarakan oleh Pemerintah. Yakni, sosialisasi adalah keharusan seseorang untuk belajar tentang per-aturan, harapan-harapan, dan pen-getahuan dari kelompoknya, dimana kelompok tersebut dapat berupa ke-luarganya, satuan tentara, atau ne-gara (bangsa). Mengingat adanya ke-wajiban dalam proses sosialisasi, dan terkait dengan identitas suatu ke-lompok (masyarakat, bangsa), maka hak Pemerintah dalam hal ini adalah diikuti oleh masyarakat dalam proses sosialisasi yang diselenggarakannya, sedangkan kewajibannya adalah: me-nyelenggarakan sosialisasi. Adapun hak masyarakat adalah memperoleh sosialisasi, dan kewajibannya adalah mengikuti proses sosialisasi. Kese-muanya, tiada lain, ditujukan untuk

tib) bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ringkasnya: membangun budaya berbangsa dan bernegara sesuai cita-cita luhur bangsa dan negaranya.

Kesimpulan dalam paragraf yang terakhir di atas berkenaan dengan seluruh bidang kehidupan, terma-suk implementasi geologi untuk ke-sejahteraan masyarakat. Mengingat hal itu, dan karena sosialisasi pada dasarnya adalah proses pembelajaran berbudaya, maka salah satu hal yang penting dalam program sosialisasi adalah perulangan. Ini bermakna bahwa sosialisasi yang baik sebenar-nya tidak cukup sekali, melainkan harus diulang berkali-kali. Hal terse-but juga dikuatkan oleh pembagian jenis sosialisasi dimana sosialisasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah dapat termasuk ke dalam jenis so-sialisasi development socialization (sosialisasi pembangunan) dan antici-patory socialization (sosialisasi anti-sipasi). Dalam kedua jenis sosialisasi tersebut, proses latihan atau program tentang suatu substansi (misalnya: geologi untuk pembangunan) perlu diulang-ulang. Implikasi lebih jauh dari hal tersebut adalah perencanaan dan penganggaran biaya.

Urgensi Sosialisasi Geologi di Era Otonomi Daerah

Dalam era otonomi daerah, peme-rintah pusat mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam menyediakan data kegeologian dalam skala yang tidak terlalu rinci. Badan Geologi se-bagai institusi yang mempunyai ke-wenangan dalam mengidentifi kasi, mengumpulkan, mengungkap, meng-analisis, memberikan rekomendasi serta menyebarluaskan sebagian be-sar informasi kegeologian dapat diba-gi dalam 4 kelompok besar: informasi dasar geologi, sumber daya geologi, lingkungan geologi, dan bahaya atau kebencanaan geologi.

Sosialisasi bidang geologi dipan-dang sangat penting sebagai media penyebaran informasi secara lang-sung dari pelaksanaan kegiatan ke-pada instansi pemerintah dan ma-syarakat pengguna informasi terkait. Informasi geologi berkenaan dengan sektor-sektor mulai dari penataan ruang, identifi kasi potensi dan pe-nyusunan neraca sumber daya alam, perencanaan infrastruktur, mitigasi

nyediaan air bersih, sampai kepada pemilihan tempat pembuangan sam-pah.

Berkaitan dengan intensitas ben-cana alam yang melanda wilayah In-donesia akhir-akhir ini, maka dapat dipahami jika salah satu prioritas Pembangunan Nasional kita pada ta-hun 2007, sebagaimana telah ditetap-kan oleh Pemerintah, adalah Mitigasi dan Penanggulangan Bencana. Oleh karena itu, sosialisasi bidang geologi kali ini menitikberatkan pada aspek bahaya atau kebencanaan geologi. Melalui seminar, diskusi, dan penya-jian fi lm tentang bencana geologi ini diharapkan tercapai peningkatan ke-sadaran dan terjalin saling pengerti-an, koordinasi dan kemitraan dengan para ahli, aparat, serta instansi yang terkait bidang geologi sebagai kontri-butor utamanya.

Komunikasi: Salah Satu Aspek yang Terpenting dalam Sosialisasi

Mengingat sosialisasi pada prin-sipnya adalah proses belajar atau pembelajaran atau pembangunan budaya, maka sudah sepatutnya jika komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dalam proses sosi-alisasi. Ide-ide atau gagasan-gagasan tentang perubahan kebiasaan, misal-nya, berkenaan dengan implementa-si geologi yang merupakan sesuatu yang baru bagi suatu kelompok ma-syarakat, dipastikan hal itu memer-lukan pengetahuan (knowledge) dan kemampuan (skill) komunikasi yang memadai. Disamping perulangan atau latihan, sosialisasi juga memer-lukan kemampuan berkomunikasi. Namun, karena kemampuan komu-nikasi juga hanya mungkin dicapai melalui latihan, maka latihan komu-nikasi menjadi penting untuk sosial-isasi.

(19)

di bidang disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi fi sik.

Secara praktis, para penyampai materi sosialisasi bidang terapan ilmu-ilmu fi sik ke depan - sebagaima-na sudah dimulai saat ini oleh para teknolog yang berhasil dalam sosial-isasi bidangnya - akan lebih banyak menguasai teknik-teknik komunikasi yang baik sebagaimana dalam box di bawah.

MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN SOSIALISASI BIDANG

GEOLOGI

Berdasarkan latar belakang se-bagaimana disampaikan pada peng-antar di muka, Badan Geologi telah menyelenggarakan Sosialisasi Bi-dang Geologi tingkat Nasional pada tanggal 17 - 20 September 2006, ber-tempat di Auditorium Geologi, Badan Geologi, di Bandung, Jawa Barat. Pe-serta sosialisasi ini adalah para wakil dari dinas-dinas energi dan sumber daya mineral, pertambangan atau dinas terkait lainnya di tingkat pro-pinsi dari seluruh propro-pinsi atau yang setingkat di Indonesia, wakil-wakil dari instansi pemerintahan lainnya di bidang terkait, perguruan tinggi dan para pakar lainnya sebagai

un-Tips Komunikasi Presentasi yang Baik

Seorang pembicara seyogyanya mempunyai pelbagai kemampuan agar dapat mela-kukan public speaking dengan baik dan benar. Kemampuan-kemampuan tersebut ha-nya akan dapat dipuha-nyai apabila yang bersangkutan mempuha-nyai wawasan yang luas, karena banyak membaca, peka terhadap masalah-masalah di sekitarnya, dan secara cepat merekam kejadian-kejadian yang penting. Hal-hal itu kemudian dapat diolah se-cara sistematis sehingga menjadi kesatuan yang relatif utuh. Berdasarkan hal-hal ter-sebut, maka seyogyanya seorang pembicara di muka umum mempunyai kemampuan-kemampuan, sebagai berikut:

a. menyajikan dengan bahasa yang sederhana tetapi benar, sehingga mudah di-mengerti khalayak;

b. menyajikan bahan secara sistematis;

c. menguasai bahan yang disajikan dengan baik;

d. memberikan contoh-contoh sederhana tetapi penting yang berasal dari kehidu-pan sehari-hari;

e. menyesuaikan diri dengan khalayak secara serta merta dan cepat;

f. tidak menimbulkan ketegangan, walaupun harus menyajikan hal-hal yang ka-dang-kadang bersifat kontroversial;

g. membentuk opini yang positif; h. berdiskusi dengan lancar;

i. membimbing khalayak ke arah kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya secara mandiri;

j. mengakui keterbatasan pengetahuannya.

Sumber:

Soerjono Soekanto, “Sosiologi, Suatu Pengantar”, Edisi baru IV, 1990, Raja Grafi ndo, Persada, 1995

dangan. Penting kiranya untuk me-nyimak selintas mengenai maksud, tujuan, dan sasaran penyelenggara-an acara sosialisasi tersebut sebagai-mana disampaikan di bawah ini.

Maksud dari pelaksanaan kegiat-an sosialisasi kebenckegiat-anakegiat-an geologi ini adalah:

1) Merubah perilaku hidup atau budaya masyarakat yang tidak kon-dusif dan tidak konstruktif menjadi perilaku hidup atau budaya yang kondusif dan konstruktif dalam upaya pencegahan kebencanaan geo-logi;

2) Membangun kembali kesadar-an akkesadar-an tkesadar-anggung jawab, baik indi-vidu maupun bersama, dengan mo-dal dasar yang dimiliki sebagai fi trah manusia, yaitu tekad, semangat, dan kebersamaan, dalam menanggulangi permasalahan kebencanaan geologi, dihadapkan pada wilayah Indonesia sebagai wilayah yang rawan bencana alam/bencana geologi;

3) Memberikan pemahaman un-tuk meningkatkan kepercayaan diri (self-confi dence) dalam menghadapi permasalahan kebencanaan geologi yang harus berangkat dari pribadi dan komunitas sendiri dan tidak da-pat mengandalkan orang lain; yak-ni: pemahaman pentingnya

peng-embangan akal budi daya dan bersi-kap waspada hidup di daerah rawan bencana.

Tujuan dari pelaksanaan sosiali-sasi bidang geologi tersebut adalah:

1) Menyampaikan pengalaman dan mendorong pengembangan po-tensi sumber daya masyarakat di daerah masing-masing dengan meng-usahakan forum kemitraan untuk saling bekerjasama dalam suasana kebersamaan;

2) Meyakinkan masyarakat bahwa setiap individu merupakan pelaku aktif dalam penanggulangan benca-na dan bahwa kontribusi sekecil apa pun yang ia berikan adalah sangat berarti untuk menentukan nasibnya sendiri - bukan hanya sekedar men-jadi penonton yang nasibnya ditentu-kan oleh orang lain - seiring dengan perubahan arus global dunia dari pa-radigma lifestyle employment menjadi paradigma stakeholder concept;

3) Menitipkan pesan-pesan posi-tif tentang upaya-upaya penanggu-langan bencana geologi kepada pem-da, tokoh masyarakat, pelajar, dan masyarakat luas;

4) Meningkatkan pengadaan sara-na dan prasarasara-na bidang kebenca-naan geologi;

5) Mengajak masyarakat untuk dapat memiliki rasa tanggung jawab terhadap permasalahan geologi, khu-susnya kebencanaan geologi.

Sasaran dari Sosialisasi Bidang Geologi, Badan Geologi Tahun 2006 adalah:

1) Menyampaikan materi sub-stansi geologi, khususnya kebenca-naan geologi, kepada anggota masya-rakat usia dini, dengan melibatkan minimal sebanyak 100 orang siswa SD dan 1.500 orang siswa SMP; dan partisipasi penuh kalangan intern Badan Geologi, mahasiswa pergu-ruan tinggi, dan para pakar lainnya bersama dengan Pemerintah Daerah dalam sosialisasi bidang geologi;

2) Menyampaikan konsep dan praktek serta hasil-hasil yang dicapai Badan Geologi, khususnya mitigasi bencana alam kepada para aparat Pemda yang menangani penelitian dan pelayanan bidang geologi serta menampung aspirasi dan harapan mereka dalam bidang terkait dengan melibatkan wakil-wakil Pemda dari minimal 25 propinsi; melalui seminar dan diskusi kebencanaan geologi, dan pameran;

Gambar

Gambar Sampul Depan: Gambar karya M. Andara M. Nazar Pemenang 1 Lomba Gambar Anak-anak
gambar tetapi pandai dalam
Tabel 1. Materi atau Kandungan dan Nara Sumber/Presenter untuk setiap Acara Sosialisasi Bidang Geologi, Badan Geologi, 17 – 20 September 2006
Tabel 2. Peserta, Waktu, dan Tempat Penyelenggaraan setiap Acara Sosialisasi Bidang Geologi, Badan Geologi, 17 – 20 September 2006
+7

Referensi

Dokumen terkait