• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Maloklusi - Perbedaan Dampak Maloklusi Anterior Terhadap Status Psikososial Menggunakan Indeks PIDAQ pada Siswa SMA Global Prima Nasional Plus dan SMA Pangeran Antasari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Maloklusi - Perbedaan Dampak Maloklusi Anterior Terhadap Status Psikososial Menggunakan Indeks PIDAQ pada Siswa SMA Global Prima Nasional Plus dan SMA Pangeran Antasari"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Maloklusi

Istilah maloklusi pertama kali diperkenalkan oleh Guilford, dimana pengertian

maloklusi adalah penyimpangan letak gigi atau malrelasi lengkung geligi (rahang) di

luar batas kewajaran yang dapat diterima, yang ditandai dengan tidak tepatnya

hubungan antar lengkung atau anomali abnormal di setiap regio.3,20,21 Oklusi dikategorikan normal bila susunan gigi teratur dalam lengkung rahang atau hubungan

gigi atas dan gigi bawah harmonis dan seimbang, tulang rahang, tulang tengkorak dan

otot sekitarnya dapat membentuk keseimbangan fungsional sehingga menghasilkan

estetis yang baik.4 Maloklusi juga dapat merupakan variasi biologi, namun letak gigi yang mudah diamati dan menganggu estetis dapat menarik perhatian dan

menimbulkan keinginan melakukan perawatan.3

Sebagaimana diketahui, prevalensi maloklusi semakin meningkat. Hal ini

diyakini merupakan suatu proses evolusi akibat meningkatnya variabilitas gen dalam

populasi yang bercampur dalam kelompok ras. Maloklusi dapat disebabkan oleh

adanya kelainan gigi dan malrelasi rahang.3

Kelainan gigi berupa kelainan letak, ukuran, bentuk, dan jumlah gigi.

Kelainan letak gigi yaitu mesioversi (letak gigi lebih ke mesial daripada letak

normalnya), palatoversi (letak gigi lebih palatal daripada letak normalnya),

infraversi/infraoklusi/infraposisi (gigi tidak bisa mencapai bidang oklusal),

protrusi/proklinasi, retrusi/retroklinasi, mesioklinasi, distoklinasi, transversi/

transposisi (dua gigi yang bertukaran tempatnya), torsiversi/rotasi dan gigi yang

ektopik, yaitu gigi yang tidak pada tempatnya.3

Ukuran gigi yang normal, secara umum mempunyai ukuran tertentu, yaitu

insisivus sentralis permanen atas 8-10 mm, insisivus lateralis atas 6-8 mm, premolar

pertama dan kedua masing-masing ± 7 mm dan molar ± 10 mm. Untuk rahang

(2)

premolar ± 6 mm dan molar ± 10 mm. Ukuran gigi yang di atas rerata disebut

makrodonti, sedangkan di bawah rerata disebut mikrodonti. Insisivus lateralis maksila

mempunyai ukuran yang paling bervariasi, yaitu cenderung lebih kecil dari ukuran

normal.3

Kelainan bentuk gigi dapat berupa geminasi, fusi dan dilaserasi. Geminasi

adalah satu benih gigi bertumbuh menjadi dua benih gigi secara utuh atau sebagian

tetapi akarnya satu. Fusi adalah dua benih gigi bertumbuh menjadi satu gigi dengan

mahkota besar tapi akarnya tetap dua. Bila terjadi geminasi atau fusi, berarti jumlah

gigi tidak normal. Dilaserasi adalah akar gigi yang tidak normal bentuknya dan

biasanya bengkok.3

Kelainan jumlah gigi dapat berupa kelebihan gigi (hiperdontia) atau

kekurangan gigi (hipodontia). Kelebihan gigi mesiodens paling sering ditemukan di

maksila, yaitu di antara insisivus sentralis. Selain mesiodens, laterodens juga dapat

terjadi, yaitu di sebelah insisivus lateralis. Ada juga premolar tambahan terutama di

rahang bawah.3

Malrelasi rahang dapat terjadi pada tiga bidang orientasi, yaitu sagital,

transversal dan horizontal. Klasifikasi yang paling sering digunakan hingga saat ini

ialah klasifikasi menurut Angle. Klasifikasi menurut Angle didasarkan atas relasi

lengkung gigi atas dan bawah pada bidang sagital. Dasar klasifikasi ini adalah relasi

molar pertama permanen yang pada keadaan normal tonjol mesiobukal molar pertama

permanen atas terletak pada lekukan (groove) bukal.3

Berikut ini etiologi maloklusi menurut Moyers, yaitu:22

1. Herediter, seperti: sistem neuromuskular, tulang, gigi dan bagian lain di

luar otot dan saraf

2. Gangguan pertumbuhan

3. Trauma, yaitu trauma sebelum lahir, trauma saat dilahirkan dan trauma

setelah dilahirkan

4. Keadaan fisik, seperti prematur ekstraksi gigi permanen

5. Kebiasan buruk, seperti menghisap jari, menjulurkan lidah, menggigit

(3)

6. Penyakit, yaitu penyakit sistemik, kelainan endokrin, penyakit lokal

(gangguan saluran pernafasan, penyakit gusi, dan jaringan penyangga gigi, tumor,

dan gigi berlubang)

7. Malnutrisi

Kelainan maloklusi dapat disebabkan oleh faktor herediter atau lingkungan

atau dapat disebabkan oleh keduanya. Salah satu dari beberapa penyebab umum

maloklusi adalah tidak proporsionalnya ukuran antara rahang dan gigi atau rahang

atas dan rahang bawah. Seorang anak yang mewarisi ukuran rahang yang kecil dari

ibunya dan ukuran gigi yang besar dari ayahnya dapat memiliki ukuran gigi yang

terlalu besar untuk rahangnya, sehingga menyebabkan gigi berjejal. Kebiasaan buruk

seperti menghisap jari, menggigit bibir dan bernafas dari mulut juga dapat

menyebabkan maloklusi dengan memperburuk pertumbuhan oklusi normal.20

Maloklusi yang terjadi dapat berupa banyak jenis. Beberapa ciri umum pada

maloklusi, seperti gigi berjejal, celah (diastema) antargigi, gigitan yang tidak tepat

antara rahang atas dan rahang bawah dan tidak proposionalnya ukuran dan

kesejajaran antara rahang atas dan rahang bawah. Namun tidak semua maloklusi

memerlukan perawatan, seperti kasus maloklusi yang tidak begitu menggangu estetis,

kesehatan gigi dan jaringan periodontal.20

2.1.1 Maloklusi Gigi Anterior

1. Gigi anterior berjejal (Crowded Teeth)

Sejauh ini, gigi berjejal merupakan kasus yang paling umum dikeluhkan oleh

para pasien yang mencari perawatan ortodonti, apalagi bila terletak di bagian anterior

yang mempengaruhi penampilan wajah.20 Gigi berjejal adalah keadaan berjejalnya

gigi di luar susunan yang normal karena lengkung basal yang terlalu kecil daripada

lengkung koronal. Lengkung basal merupakan lengkung prosesus alveolaris dari

apeks gigi yang tertanam, sedangkan lengkung koronal merupakan lengkung yang

paling lebar dari mahkota gigi atau jumlah mesiodistal yang paling besar dari

(4)

Gigi berjejal dapat terlihat di bagian anterior maupun posterior pada satu atau

kedua lengkung rahang. Crowded yang terjadi dapat ringan atau parah, unilateral atau

bilateral, lokal atau umum. Menurut beberapa teori dari para ortodontis, banyak

penyebab gigi berjejal, di antaranya: evolusi, keturunan, maupun faktor

lingkungan.12,20,23,24

Kasus gigi berjejal dibedakan berdasarkan derajat keparahannya, yaitu

(gambar 1):12,23,24

a) Gigi berjejal ringan, yaitu hanya sedikit gigi yang berjejal, sering terjadi

pada anterior mandibula, dianggap suatu variasi normal dan tidak memerlukan

perawatan. Kebutuhan ruang yang diperlukan berada dalam kisaran 2 sampai 3 mm.

b) Gigi berjejal sedang. Kebutuhan ruang yang diperlukan berada dalam

kisaran 4 sampai 6 mm.

c) Gigi berjejal berat, yaitu gigi-gigi sangat berjejal sehingga menimbulkan

kebersihan mulut yang buruk. Kebutuhan ruang yang diperlukan berada dalam

kisaran <6 mm.

Gambar 1. Derajat keparahan gigi berjejal.20 (A) Gigi berjejal ringan (B) Gigi berjejal sedang (C) Gigi berjejal berat

2. Gigi anterior bercelah (diastema)

Diastema anterior merupakan suatu keadaan dimana terdapat ruang di antara

gigi geligi anterior yang seharusnya berkontak. Diastema dapat terlihat pada satu atau

(5)

kedua lengkung rahang. Dapat terjadi secara lokal maupun umum dan unilateral atau

bilateral dalam lengkung gigi. Diastema di antara dua gigi insisivus maksila di

midline disebut sebagai diastema midline. Diastema dapat terjadi karena kebiasaan

buruk seperti menghisap jempol atau menggigit lidah. Penyebab lainnya adalah lidah

yang besar, mikrodonsia dan makrognathia.20,23,24

Diastema ada dua jenis (gambar 2):23,24

a. Lokal, jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi. Penyebabnya adalah frenulum

labialis yang abnormal, kehilangan gigi, kebiasaan jelek dan persistensi.

b. Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi dan dapat disebabkan oleh

faktor keturunan, makroglosia dan oklusi yang traumatis.

Gambar 2. Kasus-kasus diastema anterior.25 (A) Diastema midline akibat tingginya perlekatan frenulum (B) Diastema

anterior akibat hilangnya gigi insisivus lateralis dengan kebiasaan mendorong lidah

3. Protrusi anterior

Protrusi adalah gigi anterior yang posisinya lebih maju ke depan lebih dari 4

mm. Overjet normal adalah 2-4 mm. Overjet berlebihan terutama gigi insisivus

maksila yang terlalu ke anterior menyebabkan insisivus maksila tidak mengenai

insisivus mandibula dan terjadi kontak prematur antara insisivus atas dan bawah.

Protrusi dapat disebabkan oleh faktor keturunan, kebiasaan jelek seperti menghisap

jari dan menghisap bibir bawah, mendorong lidah ke depan, kebiasaan menelan yang

salah, serta bernafas melalui mulut (gambar 3).23,24,26

(6)

Gambar 3. Protrusi anterior maksila akibat menghisap jempol dan bibir20

2.1.2 Protrusi Bimaksiler

Protrusi bimaksiler dento-alveolar adalah suatu kelainan dimana rahang atas

dan rahang bawah terlalu maju ke depan disertai majunya seluruh gigi pada kedua

rahang, tetapi hubungan oklusi giginya kelas I. Pada protrusi bimaksiler

dento-alveolar ditemui kelainan dento-dento-alveolar pada sistim neuromuskular dimana terdapat

relasi bibir yang terbuka (lip incompetence) karena ketidakseimbangan hubungan

antara otot lidah dan bibir. Akibat otot-otot lidah yang relatif hiperaktif, maka terjadi

inklinasi gigi anterior ke labial sehingga membuat penampilan keseluruhan wajah

menjadi tidak menarik.5,20

Protrusi bimaksiler sering terlihat pada populasi orang Asia. Ciri klinis

protrusi bimaksiler adalah menurunnya sudut nasolabial akibat proklinasi anterior

dari maksila, semakin dangkalnya sulkus mentolabial akibat proklinasi anterior

mandibula, bibir menjadi inkompeten dan profil wajah konveks (gambar 4).20

b

Gambar 4. Gambaran ekstra oral protusi bimaksiler.20 (A) Berkurangnya sudut nasolabial akibat majunya anterior maksila (B) Dangkalnya sulkus mentolabial akibat majunya anterior mandibula

(7)

2.2 Psikososial Remaja

Remaja berasal dari bahasa Latin “adolescere” yang berarti “tumbuh untuk

mencapai kematangan”. Remaja sudah tidak tergolong anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima sebagai orang dewasa. Oleh karena itu, remaja sering kali dikenal dengan fase “mencari jati diri” karena belum mampu menguasai dan mengfungsikan perannya secara maksimal. Fase remaja juga merupakan fase perkembangan yang

sedang berada dalam masa sangat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi

maupun fisik. Secara psikologis, remaja adalah suatu masa di mana individu

terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, anak merasa tidak berada di bawah tingkat

orang yang lebih tua, melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.27

Periode remaja menurut para ilmuwan sosial dapat dikelompokkan menjadi

tiga, berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu periode remaja awal (usia 11-14 tahun),

periode remaja pertengahan (usia 15-18 tahun) dan periode remaja akhir (usia 18-21

tahun). Menurut analisis perkembangan remaja di Indonesia, masa perkembangan

remaja berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun, yang dibagi menjadi masa remaja

awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (15-18 tahun) dan masa remaja akhir

(18-21 tahun).12 Sedangkan menurut World Health Organization (WHO), batasan

usia remaja yaitu 10-14 tahun adalah remaja awal dan 15-24 tahun adalah remaja

akhir.

Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang

bersifat psikologis maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. Masalah

kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, akibat

terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat

menimbulkan gangguan jiwa.28

Psikososial merupakan keterkaitan antara 2 aspek yaitu aspek psikologis dan

sosial. Aspek psikologis berkaitan dengan perkembangan emosi dan kognitif yang

berhubungan dengan kemampuan belajar, merasakan dan mengingat. Sedangkan,

aspek sosial berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam menjalin hubungan

(8)

Salah satu ahli psiko-analisis, Erickson pada tahun 1950 memperkenalkan

teori perkembangan psikososial manusia. Perkembangan psikososial manusia

menurut beliau terjadi sepanjang hidup seiring dengan peningkatan usia, yang

dikelompokkan menjadi delapan tahap perkembangan karakter, yaitu:12 1. Tahap percaya lawan tidak percaya (trust vs mistrust)

2. Tahap otonomi lawan perasaan malu dan ragu-ragu (autonomy vs shame,

doubt)

3. Tahap inisiatif lawan rasa bersalah (initiative vs guilt)

4. Tahap industri lawan perasaan rendah diri (industry vs inferiority)

5. Tahap identitas lawan kebingungan identitas (identity vs identity

confusion)

6. Tahap kedekatan lawan kesendirian (intimacy vs isolation)

7. Tahap generatifitas lawan stagnasi (generativity vs stagnation)

8. Tahap identitas ego lawan keputusasaan (ego identity vs despair)

Tahap identitas lawan kebingungan identitas (identity vs identity confusion)

terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun. Pada tahap inilah remaja

mengekplorasi kemandirian dan membangun kepekaan dirinya. Remaja dihadapkan

dengan penemuan siapa mereka, bagaimana mereka nantinya dan menuju kemana

mereka dalam kehidupannya (menuju tahap kedewasaan). Mereka

dihadap-kan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang dewasa, misalnya pekerjaan

dan romantisme.12,13

Disamping itu, mulai muncul kepedulian akan tanggapan orang lain tentang

penampilan dan identitas diri. Pandangan dari orang lain ini akan berpengaruh dalam

pembentukan konsep diri. Konsep diri yaitu suatu pandangan individu tentang seluruh

keadaan dirinya, yang mencakup dimensi fisik, karakter, motivasi, kelemahan,

kegagalan, kepandaian, dan lain sebagainya. Konsep diri terdiri dari berbagai

komponen, yaitu subject self (kita melihat diri sendiri seperti apa), body image

(kesadaran tentang penampilan diri), ideal self (gambaran diri yang ideal), real self

(9)

kita). Jika remaja menjajaki peran-peran yang ada dengan cara yang sehat dan positif

untuk diikuti dalam kehidupan, identitas positif akan dicapai. Bagi mereka yang

menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri, perasaan

mandiri dan kontrol dirinya akan muncul dalam tahap ini. Bagi mereka yang tidak

yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul rasa tidak aman dan

bingung terhadap diri dan masa depannya.12,13

2.3 Pengukuran Status Psikososial dengan Indeks PIDAQ

Psychosocial Impact of Dental Aesthetics Quistionnaire (PIDAQ) merupakan

suatu instrumen atau alat untuk mengukur dampak psikososial dari estetika gigi dan

kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan mulut pada dewasa muda.18,29 Butir pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner PIDAQ ini telah teruji validitas dan

reliabilitasnya oleh Ulrich, dkk.13,24,29 Kuesioner PIDAQ ini terdiri atas 6 butir

pertanyaan tentang aspek kepercayaan diri terhadap gigi geligi, 8 butir pertanyaan

mengenai aspek sosial, 6 butir pertanyaan mengenai dampak psikologis dari estetika

gigi-geligi, dan 3 butir pertanyaan mengenai estetika wajah.29

Faktor pertama dari kuesioner PIDAQ ini yaitu rasa percaya diri terhadap

gigi-geligi (dental self-confidence) yang menunjukkan dampak dari estetika gigi geligi

terhadap keadaan emosional seseorang. Rasa percaya diri (self-confidence)

merupakan suatu keyakinan akan diri sendiri yang ditandai dengan sikap menerima

dan menghargai diri, optimis akan kemampuan yang dimiliki, menerima kekurangan

yang dimiliki dan merasa tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain.

Individu yang memiliki penerimaan diri yang positif akan memiliki sikap yang positif

terhadap diri sendiri dan positif dalam menjalani hidup. Hal-hal yang dapat

mengakibatkan kurangnya rasa percaya diri salah satunya karena faktor internal, yang

berasal dari dalam individu sendiri, seperti harga diri dan minat yang kurang.

Kemudian faktor lain yaitu faktor eksternal, yang berasal dari lingkungan di sekitar

anak, misalnya lingkungan keluarga yang protektif, maka anak akan memiliki rasa

(10)

Faktor kedua yaitu dampak sosial, yang menunjukkan masalah potensial

dalam lingkungan sosial seseorang yang dapat timbul karena persepsi subjektif

tentang penampilan gigi-geligi yang kurang baik baik dari diri sendiri maupun orang

lain. Maloklusi sering dihubungkan dengan kepribadian yang kurang menyenangkan

oleh orang lain. Hal ini yang kemudian akan mempengaruhi pembentukan konsep diri

dalam diri individu.29

Persepsi akan penampilan gigi geligi dan wajah dipengaruhi oleh berbagai

faktor, di antaranya jenis kelamin, latar belakang sosial ekonomi dan usia. Perempuan

lebih memperhatikan gigi-geligi mereka dibandingkan laki-laki. Orang dengan sosial

ekonomi tinggi akan lebih memperhatikan kondisi gigi-geliginya dan lebih kritis

dalam menilai penampilan dentofasial mereka. Anak-anak dengan usia lebih muda

(±13 tahun) lebih kurang memperhatikan penampilan gigi-geligi mereka

dibandingkan usia remaja pertengahan (±17 tahun).14

Faktor ketiga yaitu dampak psikologis. Butir-butir pernyataan ini berkaitan

dengan perasaan rendah diri dan tidak bahagia pada saat individu membandingkan

diri sendiri dengan orang lain yang lebih baik estetika giginya.29

Faktor keempat yaitu dampak estetika, yang berisi pernyataan yang

menunjukkan perasaan tidak puas dengan keadaan gigi-geligi saat melihat gigi geligi

sendiri dengan cermin, foto ataupun video.29

Setiap butir pertanyaan pada keempat faktor di atas diukur dengan skala

Guttman yang diberi skor “1” atau “0”. Pemilihan skala Guttman karena bentuk jawaban yang diberikan tegas, berupa jawaban “ya” atau “tidak”.30

2.4 Deskripsi Sekolah

2.4.1 Global Prima Nasional Plus

Global Prima Nasional Plus merupakan sekolah bergengsi dengan reputasi

tinggi dan berkualitas dengan taraf nasional plus. Sekolah ini telah berdiri sejak tahun

2009 dan telah berkembang pesat menjadi salah satu sekolah terbaik di kota Medan

yang telah melahirkan banyak siswa-siswi berprestasi. Global Prima Nasional Plus

(11)

dalam hal gender, etnik, ras dan budaya sehingga semua memiliki kesempatan yang

sama untuk menerima pembelajaran terbaik.

Kurikulum yang diterapkan adalah kurikulum nasional dipadu dengan

kurikulum internasional. Sekolah ini menggunakan bahasa Indonesia, Inggris dan

Mandarin sebagai bahasa pengantar. Untuk itu maka staff pendidik, pembimbing dan

pelatih yang ada di sekolah ini dipilih yang berpengalaman, professional dan penuh

dedikasi dengan kualifikasi S1/S2, baik dari dalam maupun luar negeri.

Jumlah murid tiap kelas tidak terlalu banyak sehingga proses belajar lebih

efektif dan ditunjang oleh fasilitas yang unggul, seperti ruang full AC, kolam renang,

tempat bermain, laboratorium sains, laboratorium komputer, klinik, perpustakaan,

wi-fi, ruang tari, lapangan olahraga dan auditorium. Sekolah ini mempersiapkan

siswanya menjadi pribadi yang kompetitif dan dapat mengembangkan keahliannya

sehingga mereka dapat mempersiapkan diri untuk melanjutkan pendidikan di

universitas dalam maupun luar negeri. Maka tidak heran bahwa murid di sekolah ini

kebanyakan dari golongan status sosial-ekonomi yang relatif menengah ke atas dan

berasal daerah kota Medan dan sekitarnya. Total biaya yang harus dikeluarkan untuk

menjadi siswa di sekolah ini adalah sebesar ± 4 juta rupiah, termasuk uang sekolah

350.000 perbulan.

2.4.2 SMA Pangeran Antasari

Pangeran Antasari merupakan sekolah bertaraf nasional biasa yang ini telah

berdiri sejak tahun 1987. Kurikulum yang dipraktikkan 100% kurikulum nasional

yang berlaku. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia. Untuk

staff pendidik yang ada di sekolah ini dipilih yang berpengalaman dan professional

dengan kualifikasi S1 dan sederajat.

Jumlah murid tiap kelas lebih banyak sehingga proses belajar-mengajar

kurang efektif. Sekolah ini didukung oleh beberapa fasilitas penunjang, seperti

lapangan olahraga, ruang komputer, perpustakaan dan tempat bermain. Uang

sekolahnya relatif lebih murah sehingga kebanyakan murid sekolah ini berasal dari

(12)

Serdang dan sekitarnya. Total biaya yang harus dikeluarkan untuk menjadi siswa di

(13)

Gambar

Gambar 1. Derajat keparahan gigi berjejal.20 (A) Gigi berjejal    ringan (B) Gigi berjejal sedang (C) Gigi berjejal berat
Gambar 3. Protrusi anterior maksila akibat menghisap jempol dan bibir20

Referensi

Dokumen terkait

Text yang digunakan diperoleh dari buku-buku Successfull Soccer yang berisikan informasi tentang teknik-teknik sepakbola tersebut kemudian dituliskan kedalam Visual Basic 6.0

[r]

Dapat dijelaskan sesuai dengan Gambar 2, pada Tahap Analisis Masalah dan Kebutuhan : dilakukan analisis masalah dan kebutuhan terhadap perancangan kriptografi

Kegiatan tersebut bisa mengakibatkan resiko kehilangan data karena berbagai sebab dan menghambat kinerja oleh pihak pengelola dalam mencatat laporan untuk

menggambarkan suasana dan karakter yang sesuai dengan “Nuansa Pagi yang Cerah”.. Pagi hari adalah masa awal dari sebuah

2' Berikut yang terrnasuk teknik dasar pacla akhir gerakan menendang bola dengan punggung

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisisapakah ada pengaruh logoterapi dengan Teknik Paradoxical Intention terhadap Citra Tubuh (Body Image) pada Lansia di Unit

Seluruh Civitas Akademika Fakultas Seni Pertunjukan Universitas Kristen Satya Wacana, terima kasih telah mewarnai perjalanan studi penyaji dengan berbagai