MAKALAH
KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP DOKTRIN AGAMA
Diajukan unuk memenuhi dan melengkapi tugas mandiri dan kelompok Mata Kuliah Metodology Study Islam.
Disusun Oleh : 1. GUSTI ADI 2. ITA EVINA
PROGRAM PASCA SARJANA
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulilah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang Maha Pengasih dan Penyayang. Kasih-Nya tiada batas dan sayang-Nya melimpah kepada hamba-Nya. Atas rahmat dan pertolongan Allah swt, kami mampu menyelesaikan penulisan makalah tentang “Manusia dan Kebutuhan Doktrin Agama”. Makalah ini ditulis dengan maksud sebagai bahan presentasi mata kuliah Metodology Study Islam, dan menjadikan penambahan wawasan sekaligus pemahaman terhadap Metodology Study Islam. Harapan kami, semoga setelah penulisan makalah ini selesai kami
semakin memahami tentang “Manusia dan Kebutuhan Doktrin Agama”. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran, kritik, serta bimbingan dari para dosen demi penyempurnaan di masa-masa yang akan datang, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami. Akhirnya saya mohon maaf atas segala kekurangan.
Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
DAFTAR ISI
COVER... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 1
C. Tujuan Pembahasan... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Agama... 2
B. Latar Belakang Kebutuhan Manusia Terhadap Agama... 3
C. Fungsi Agama dalam Kehidupan... 5
D. Rasa Ingin Tahu Manusianya...
E. Doktrin Kepercayaan Agama... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan... 10
B. Saran... 10
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seperti makhluk-makhluk lainnya, manusia adalah ciptaan Allah. Manusia mempunyai dua fungsi yaitu individu dan sosial. Dalam fungsinya sebagai makhluk individu, manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, misalnya pendidikan, kesehatan, kebahagiaan dan sebagainya, sedangkan secara social manusia memerankan fungsinya sebagai makhluk sosial yang hidup dan berinteraksi dengan masyarakat.
Manusia mempunyai kecenderungan untuk mencari sesuatu yang mampu menjawab segala pertanyaan yang ada dalam benaknya. Segala keingintahuan itu akan menjadikan manusia gelisah dan kemudian mencari pelampiasan dengan timbulnya tindakan irrasionaltas. Munculnya pemujaan terhadap benda-benda merupakan bukti adanya keingintahuan manusia yang diliputi oleh rasa takut terhadap sesuatu yang tidak diketahuinya. Rasa takut terhadap sesuatu itu menjadikan manusia beragama
4. Apa saja rasa ingin tahu manusianya?
5. Doktrin-doktrin apa sajakah yang Menjadi Kepercayaan Agama?
BAB II
sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaksud di atas. Agama dalam bahasa Arab berarti “Addin” yang artinya kepatuhan, kekuasaan, atau kecenderungan. Agama juga berasal dari gabungan “a” yang artinya tidak dan “gama” artinya kacau, jadi agama artinya tidak kacau. Agama juga merupakam terjemahan dari bahasa Inggris, “religion” atau religi yang artinya kepercayaan dan
penyembahan Tuhan.[2]
Agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaanya sendiri dan keberadaan alam semesta.
H. Moenawar Chalil, mendefinisikan agama adalah cara atau adat kebiasaan, peraturan, undang-undang, taat atau patuh, menunggalkan ketuhanan, pembalasan, perhitungan, hari kiamat, nasihat, sedangkan Prof. Dr. M. Driyarkarsa S.J mendifinisikan agama dengan mengganti istilah agama dengan religi, religi adalah
ikatan atau pengikatan diri.[3]
Dilihat dari aspek duniawinya, atau lebih tepat dalam kehidupan masyarakat, agama merupakan sumber nilai dan kekuatan mobilisasi yang sering menimbulkan konflik dalam sejarah umat manusia.
Selanjutnya, karena banyaknya definisi tentang agama yang dikemukakan oleh para Ahli, Harun Nasution mengatakan bahwa agama dapat diberi definisi sebagai
berikut:[4]
Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus
dipatuhi.
Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu
sumber yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rosul.
Jadi, agama adalah suatu kepercayaan, keyakinan kepada yang mutlak, yang dimana keyakinan tersebut dianggap yang paling benar
B.
Latar Belakang Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
Secara alamiah, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar dirinya. Ini dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan berbagai bencana. Ia mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha, yang dapat membebaskannya dari keadaan itu. Naluriah ini membuktikan bahwa manusia perlu beragama dan membutuhkan Sang Khaliknya. Adapun latar
belakang manusia membutuhkan agama:[5]
1. Latar belakang fitrah manusia
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan ditegaskan dalam ajaran islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia.
Setiap anak yang dilahirkan memiliki potensi beragama, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut menjadi Islam, Kristen, Hindu, maupun Budha.
Bukti bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi agama yaitu pada manusia primitif yang tidak pernah mendapat informasi mengenai Tuhan, ternyata mereka mempercayai adanya Tuhan, meskipun yang mereka percayai itu terbatas pada khayalan.
2. Kelemahan dan kekurangan manusia
Disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan manusia juga memiliki kekurangan. Dalam pandangan al-Qur’an, manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan sempurna, namun diperoleh pula manusia berpotensi positif dan negatif, sedangkan daya tarik keburukan lebih kuat dari pada kebaikan.
Sifat-sifat keburukan yang ada pada manusia antara lain sombong, inkar, iri, dan lain sebagainya, Karena itu manusia dituntut untuk menjaga kesuciaannya, hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesuciannya dengan cara mendekatkan diri pada Tuhan dengan bimbingan agama dan disinilah letak kebutuhan manusia terhadap agama.
3. Tantangan Manusia
Manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang dating dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan, sedangkan tantangan dari luar berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia dengan sengaja ingin memalingkan manusia dari Tuhan.
Upaya mengatasi dan membentengi manusia adalah dengan mengajar mereka agar taat menjalankan agama. Jadi upaya mengagamakan masyarakat menjadi sangat penting, agar masyarakat mampu menghadapi tantangan baik dari luar maupun dari dalam.
C. Fungsi Agama dalam Kehidupan
Manusia adalah mahluk yang memiliki rasa keagamaan, kemampuan untuk memahami dan mengamalkan nilai agama. Tugas manusia didunia yaitu ibadah dan mengabdi kepadanya.
Fungsi agama yaitu sebagai pustaka kebenaran, dimana agama diibaratkan
sebagai suatu gedung perpustakaan kebenaran.[6] Agama dapat dijadikan suatu
pedoman dalam mengambil suatu keputusan antara yang benar dan yang salah.
bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya
konsensus dalam masyarakat.[7]
Manusia menyelesaikan tantangan-tantangan hidup dengan menggunakan agama, karena manusia percaya dengan keyakinan yang kuat bahwa agama memiliki kesanggupan dalam menolong manusia.
Fungsi agama dalam kehidupan antara lain:[8]
Fungsi Edukatif
Agama memberikan bimbingan dan pengajaaran tentang boleh tidaknya suatu perbuatan, cara beribah, dll dengan perantara petugas-petugasnya (fungsionaris).
Fungsi Penyelamatan
Agama membantu manusia untuk mengenal sesuatu “yang sakral” dan “makhluk teringgi” atau Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya. Sehingga dalam yang hubungan ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang ia inginkan.
Fungsi Pengawasan Sosial
Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral (yang dianggap baik) dari serbuan destruktif dari agama baru dan dari system hokum Negara modern.
Fungsi Memupuk Persaudaraan menanamkan nilai-nilai baru yang lebih bermanfaat.
Selain fungsi diatas, agama juga memiliki fungsi antara lain:[9]
D.
Rasa Ingin Tahu Manusianya
Manusia lahir tanpa mengetahui sesuatu ketika itu yang diketahuinya hanya ”saya tidak tahu”. Tapi kemudian dengan pancaindra, akal, dan jiwanya sedikit demi
sedikit pengetahuannya bertambah, dengan coba-coba (trial and error), pengamatan,
pemikiran yang logis dan pengalamannya ia menemukan pengetahuan. Namun demikian keterbatasan panca indra dan akal menjadikan sebagian banyak tanda tanya yang muncul dalam benaknya tidak dapat terjawab. Hal ini dapat mengganggu perasaan dan jiwanya dan semakin mendesak pertanyaan-pertanyaan tersebut semakin gelisah ia apabila tak terjawab. Hal inilah yang disebut dengan rasa ingin tahu manusia. Manusia membutuhkan informasi yang akan menjadi syarat kebahagiaan dirinya
E.
Doktrin Kepercayaan Agama
Doktrin adalah ajaran tentang asas-asas suatu aliran politik, keagamaan, pendirian segolongan ahli ilmu pengetahuan, keagamaan, pendirian segolongan ahli
ilmu pengetahuan.[10] Istilah Doktrin berkaitan dengan suatu kebenaran dan ajaran.
Keduanya tidak dapat dipisahkan sebab menegaskan tentang kebenaran melalui ajaran, sedangkan yang diajarkan biasanya dengan kebenaran. Dengan demikian, doktrin berisi tentang ajaran kebenaran yang sudah tentu memiliki “balutan” filosofis.
[11] Doktrin banyak ditemukan dalam banyak agama seperti Kristen dan Islam, di
mana doktrin dianggap sebagai prinsip utama yang harus dijunjung oleh semua umat agama tersebut.
Dalam konteks doktrin, agama selalu menjadi akidah, yakni sebagai suatu kepercayaan kepada Tuhan, suatu ikatan, kesadaran, dan penyembahan secara spiritual kepada-Nya. Sebagai suatu akidah, agama memiliki prinsip - prinsip kebenaran yang dituangkan dalam bentuk doktrin.
Adapun doktrin didalam agama antara lain:
Doktrin utama dalam agama Yahudi:[12]
Percaya kepada Allah pencipta langit bumi dan seluruh alam semesta, dan dia adalah
Allah yang kekal.
Percaya bahwa Musa adalah nabi yang menerima hokum Allah dan diutus untuk
Percaya dan menantikan datangnya Mesias yang akan menyatakan kerajaan Allah,
dan bahwa Dia pasti akan dating pada waktunya.
Doktrin utama dalam agama Budha:[13]
Tentang realita penderitaan, bahwa di dalam hidup manusia tidak dapat menghindari
realita penderitaan.
Tentang penyebab adanya penderitaan.
Tentang cara manusia dapat mengakhiri penderitaan hidup di dunia ini adalah
meniadakan, membebaskan diri dari semua keinginan, hasrat dan perasaan yang ada dalam diri manusia.
Tentang jalan kelepasan dari penderitaan setelah memadamkan hasrat diri dan
keinginan tersebut, manusia melangkah ke dalam perjalanan menuju nirwana.
Doktrin utama dalam agama Khonghucu:[14]
Pemujaan terhadap arwah para leluhur.
Kesalehan seorang anak terhadap orang tuanya.
Doktrin utama dalam agama Islam:[15]
Iman dan kewajiban
Menjadi pemeluk Islam, haruslah sungguh-sungguh tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah dengan menyatakan imannya hanya kepada Allah yang Maha Esa dan melakukan hokum-hukumNya.
Shari’a
Hukum Islam berasal dari Allah, yang merupakan bagian utama dalam kehidupan umat Islam, dimana didalamnya mengatur hubungan manusia baik dengan sesame manusia maupun Tuhan.
Rukun Iman
Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab Allah, Rosul, Hari akhir, Takdir Allah
Rukun Islam
Shahadat, Sholat, Zakat, Puasa, dan Haji
Dari ulasan sederhana di atas dapat disimpulkan bahwa agama sangat diperlukan oleh manusia sebagai pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah Islam. Agama Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah (Sunnatullah) yang terbentang di alam semesta dan ayat-ayat qur’aniyah yang terdapat dalam Al-Quran, menyeimbangkan antara dunia dan akhirat. Dengan ilmu kehidupan manusia akan bermutu, dengan agama kehidupan manusia akan lebih bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia.
[1] Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat Dan Agama, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1982), hal.172
[2] Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2005), hal. 12
[3]Ibid., hal. 39
[4] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Yogyakarta: Gama Media, 2005),
hal.13
[5]Ibid., hal.16
[6] Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat ..., hal. 142
[7]http://abdain.wordpress.com/2010/04/11/fungsi-agama-bagi-kehidupan/,
diakses 23 September 2012
[8] Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), hal. 38
[9]http://id.wikipedia.org/wiki/Agama#Fungsi, diakses 21 September 2012
[10] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hal. 211
[11] Adeng Mucthar Ghazali, Agama dan Keberagaman dalam Konteks
Perbandingan Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), hal. 51
[12] Magdalena Pranata Santoso, Filsafat Agama, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009), hal. 39
[13]Ibid., hal.44 [14]Ibid., hal. 51