• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KINERJA UKM DENGAN PENGGUNAAN E COMMERCE (STUDI KASUS UKM BANUA COKELAT DAN COKELAT SAKAYA) Sme Performance Level with E-Commerce use (Case Study SMEs Banua Cokelat and Cokelat Sakaya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBANDINGAN KINERJA UKM DENGAN PENGGUNAAN E COMMERCE (STUDI KASUS UKM BANUA COKELAT DAN COKELAT SAKAYA) Sme Performance Level with E-Commerce use (Case Study SMEs Banua Cokelat and Cokelat Sakaya)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

8

PERBANDINGAN KINERJA UKM

DENGAN PENGGUNAAN

E COMMERCE

(STUDI KASUS UKM BANUA COKELAT DAN COKELAT SAKAYA)

Sme Performance Level with E-Commerce use

(Case Study SMEs Banua Cokelat and Cokelat Sakaya)

Niluh Meri Ardiani1) , Marhawati Mapatoba2) , Dafina Howara2)

1)

Mahasiswa Program Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu.

2)

Staf Dosen Program Studi Agribisnis. Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Palu. E-mail : niluhmerryardiani@gmail.com. E-mail :Wati_Chairil@hotmail.com. E-mail : dhowara@yahoo.com

ABSTRACT

This research aimed to determine the level of performance of SMEs with the use of e-commerce seen from the performance of the production house is relatively the same but Cokelat Sakaya has its own production house while Banua Cokelat production house and residence is still one place. This research was conducted at SMEs Banua Cokelat and Cokelat Sakaya in Palu from March to April 2017. The data analyzed consist of 5 indicators: cash flow, operational cost, business network, production quantity and consumer satisfaction. The results of this research indicate that the cash flow of Banua Cokelat is Rp. 8,552,571 while Cokelat Sakaya is Rp. 2,885,666, the operational costs incurred by the two companies are very different where the Banua Cokelat has more tools than Cokelat Sakaya total cost incurred by Banua Cokelat is Rp. 11,745,833 while Cokelat Sakaya is Rp. 7,480,000. Banua Cokelat Business Network covers major cities such as Jakarta, Makassar, Manado, Semarang, Kendari, Samarinda and Balikpapan, while Cokelat Sakaya business network only in Palu City. The average number of Banua Cokelat production in the last three months is 161 kg, while Cokelat Sakaya is 43 kg. Consumer satisfaction from both SMEs pointed to positive or satisfied results, although for Cokelat Sakaya there is still a complaint against the price and products offered.

Keywords : E-Commerce, performance, SME.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kinerja UKM dengan penggunaan e commerce terlihat dari performa rumah produksi relatif sama namun Cokelat Sakaya memiliki rumah produksi tersendiri sedangkan Banua Cokelat rumah produksi dan tempat tinggal masih satu tempat. Penelitian ini dilakukan di UKM Banua Cokelat dan Cokelat Sakaya di Kota Palu pada bulan Maret sampai April 2017. Data yang dianalisis terdiri dari 5 indikator : arus kas, biaya operasional, jaringan bisnis, jumlah produksi dan kepuasan konsumen. Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa arus kas Banua Cokelat adalah Rp. 8.552.571 sedangkan Cokelat Sakaya adalah Rp. 2.885.666, biaya operasional yang dikeluarkan oleh kedua perusahaan sangat berbeda dimana Banua Cokelat memiliki alat yang lebih banyak dari Cokelat Sakaya total biaya yang dikeluarkan oleh Banua Cokelat adalah Rp. 11.745.833 sedangkan Cokelat Sakaya adalah Rp. 7.480.000. Jaringan Bisnis Banua Cokelat meliputi Kota-Kota besar antara lain Jakarta, Makassar, Manado, Semarang, Kendari, Samarinda dan Balikpapan, sedangkan Cokelat Sakaya jaringan bisnisnya hanya di dalam Kota Palu. Rata-rata jumlah produksi Banua Cokelat tiga bulan terakhir adalah 161 kg, sedangkan Cokelat Sakaya adalah 43 kg. Kepuasaan konsumen dari kedua UKM menunjukaan hasil positif atau puas, walaupun untuk Cokelat Sakaya masih terdapat keluhan terhadap harga dan produk yang ditawarkan.

(2)

9

PENDAHULUAN

Perusahaan yang mampu bersaing dalam sebuah kompetisi adalah yang mampu mengimplementasikan dan memanfaatkan teknologi ke dalam operasional perusahaan (Frissyalina, 2011). Penggunaan internet merupakan salah satu bentuk pemanfaatan teknologi yang dapat mendukung kegiatan usaha antara lain dapat meningkatkan relasi dan pelanggan, membangun strategi baru dan dapat mengurangi biaya operasional (Eva, 2007).

Penggunaan internet pada UKM dapat diukur pada penelitian Hsu (2012) dengan empat item yaitu : 1) Informasi. Informasi tentang tingkat produk dan layanan tersedia. 2) Transaksi. Membantu transaksi online. 3) Interaksi. Interaksi antara pelanggan dan perusahaan. 4) Koneksi. Tingkat koneksi antara pemasok dan perusahaan. Penelitian Sari dan Hanoum (2012) penggunaan internet pada UKM untuk keperluan komunikasi, promosi, maupun riset. Internet dapat digunakan sebagai media komunikasi dengan berbagai pihak, misalnya saja antara pihak UKM dengan supplier. Cara komunikasi antara pihak UKM dan supplier ini dapat dengan memanfaatkan email untuk kebutuhan promosi, internet dapat digunakan sebagai sarana promosi jasa atau produk yang ditawarkan oleh UKM.

Hendriani (2012), menyatakan bahwa UKM di Indonesia pada umumnya menghadapi beberapa permasalahan seperti masalah modal (baik modal awal, modal operasional, dan modal untuk kebutuhan investasi jangka panjang), kesulitan pemasaran, serta keterbatasan sumberdaya manusia. Terkait permasalahan diatas, penerapan e-commerce diharapkan bisa membantu UKM untuk mengatasi hal tersebut. E-commerce juga memungkinkan UKM untuk memasarkan dan mempromosikan produknya, karena e-commerce merupakan media dengan daya jangkau yang lebih luas

dan murah (Yulimar, 2006). Faktor pendorong UKM untuk menerapkan e-commerce merupakan masalah yang cukup penting untuk dikaji.

Menurut Purbo dan Wahyudi (2001) dijelaskan bahwa perusahaan yang menggunakan e-commerce akan mendapatkan berbagai keuntungan, seperti terbukanya aliran pendapatan baru (revenue stream) yang lebih menjanjikan yang tidak bisa ditemui di sistem transaksi tradisional, meningkatnya market exposure, menurunnya biaya operasional (operating cost), jangkauan yang semakin lebar (global reach), meningkatnya kesetiaan pelanggan (customer loyalty), meningkatnya manajemen pemasok (supplier management), waktu produksi lebih pendek dan meningkatkan rantai nilai (value chain).

Hasil survey yang dilakukan oleh The Asia Foundation (2002) juga menunjukkan sedikitnya jumlah UKM yang sudah memanfaatkan e-commerce. Menurut survey yang dilakukan pada 227 UKM di 12 Kota besar di Indonesia (Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Denpasar, Makassar, Manado, Palembang, Samarinda, dan Lombok), hanya 28 perusahaan (18% dari perusahaan yang disurvey) yang telah bergabung dengan situs e-commerce. Bahkan

Hasil survey menunjukkan bahwa sekitar 20% dari 74 perusahaan (33% dari total perusahaan yang disurvey yang bukan merupakan pengguna e-commerce) mengatakan bahwa peran e-commerce bagi bisnis mereka adalah tidak penting, yaitu pemakaian e-commerce tidak akan menambah nilai dalam bisnis mereka, sekitar 40% mengatakan bahwa pemakaian e-commerce

(3)

10 mengatakan bahwa peran e-commerce bagi bisnis mereka adalah sangat penting, atau menganggap bahwa pemakaian e-commerce

akan menambah nilai yang sangat tinggi dalam bisnis. (Gambar 1).

Menurut dinas perindustrian, perdagangan dan koperasi (2015), jumlah pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Provinsi Sulawesi Tengah saat ini telah mencapai 702.719 unit dan diharapkan terus bertumbuh dan memberi kontribusi semakin signifikan dalam menggerakkan ekonomi kerakyatan. Setiap tahunnya unit usaha UMKM mengalami pertumbuhan rata-rata 1,08%, pelaku UMKM terdiri atas usaha menengah sebanyak 114.188 unit, usaha kecil 176,231 unit serta usaha mikro sebanyak 412.300 unit, dan tidak semua UKM di Sulawesi Tengah menerapan e-commerce dalam penjualan hasil produknya.

Gambar 1. Persepsi Tentang Tingkat Pentingnya E-commerce.

Sumber : The Asia Foundation (2002).

UKM memberikan sumbangan yang besar terhadap kemajuan perekonomian di Kota Palu dengan mayoritas dari home industry, sehingga kesejahteraan UKM perlu lebih ditingkatkan. Penggunaan

e commerce merupakan sebuah keharusan dalam dunia usaha, mengingat masalah yang semakin kompleks, kompetitor yang

semakin menjamur dan tuntutan untuk selalu mengikuti perkembangan dunia global yang mengharuskan untuk selalu bertindak kreatif.

Pernyataan diatas secara tidak langsung mengindikasikan bahwa penggunaan internet bukan satu-satunya cara untuk memperbaiki performance bisnis, namun penggunaan internet di UKM ternyata dapat memberi efek yang positif terhadap peningkatan kinerja sebuah UKM. Salah satu UKM yang menggunakan electronic commerce adalah Banua Cokelat, dan UKM yang tidak menggunakan electronic commerce adalah UKM Cokelat Sakaya. Kinerja dari kedua UKM terlihat dari performa rumah produksi relatif sama namun Cokelat Sakaya memiliki rumah produksi tersendiri sedangkan Banua Cokelat rumah produksi dan tempat tinggal masih satu tempat. Melihat keadaan-keadaan yang seperti itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian di UKM Banua Cokelat dan UKM Cokelat Sakaya di Kota Palu. Penulis ingin mengetahui apakah penggunaan teknologi internet (e-commerce) berpengaruh terhadap peningkatan kinerja dan UKM.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, adapun masalah dari penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan kinerja dari kedua UKM terlihat dari performa rumah produksi relatif sama namun Cokelat Sakaya memiliki rumah produksi tersendiri sedangkan Banua Cokelat rumah produksi dan tempat tinggal masih satu tempat?

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kinerja UKM dengan penggunaa

e commerce terlihat dari performa rumah produksi relatif sama namun Cokelat Sakaya memiliki rumah produksi tersendiri sedangkan Banua Cokelat rumah produksi dan tempat tinggal masih satu tempat.

20%

4% 6%

35% 35%

Tidak Penting

Tidak Peduli

Agak Penting

Penting

(4)

11

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di UKM Banua Cokelat yang bertempat di Jalan Otto Iskandar Dinata No. 35 dan UKM Cokelat Sakaya di Jalan Malontara Kota Palu. Lokasi penelitian dipilih secara purposive sampling dengan pertimbangan tertentu,hal ini dikarenakan UKM harus memiliki syarat-syarat tertentu untuk dijadikan sampel, yaitu UKM yang menggunakan

electronic commerce (e-commerce) dan UKM yang tidak menggunakan electronic commerce (e-commerce) dalam menjual produknya. Waktu penelitian dilaksanaan pada bulan Maret sampai April 2017.

Penelitian ini menggunakan sampel UKM yang menggunakan internet yaitu UKM Banua Cokelat baik itu e-mail, website, blog, media sosial dan lain-lain, dan UKM yang masih menggunakan sistem penjualan tradisional/belum menggunakan sistem internet yaitu UKM Cokelat Sakaya untuk mendukung aktivitas bisnisnya.

Penentuan responden dilakukan secara sengaja (purpossive), dengan jumlah responden 12 orang. Responden dalam penelitian ini terdiri dari pimpinan UKM Banua Cokelat dan Cokelat Sakaya dan 5 konsumen dari masing-masing usaha, dengan pertimbangan bahwa sampel yang diambil dapat memberikan informasi, sehingga diharapkan bisa diperoleh hasil yang cukup akurat dan representatif sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini.

Pengumpulan Data. Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan sekunder.

Data Primer. Data primer adalah sumber data yang secara langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2012). Data primer yang digunakan pada penelitian ini antara lain; mengadakan interview atau wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (questionnaire) terhadap sejumlah karyawan dan pimpinan UKM yang dapat memberikan informasi tentang biaya operasional lebih efisien, jaringan bisnis,

jumlah produksi, peningkatan omset penjualan dan kepuasan pelanggan.

Data Sekunder. Data sekunder merupakan

sumber data yang tidak memberikan informasi secara langsung kepada pengumpul data. Sumber data sekunder ini dapat berupa hasil pengolahan lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam bentuk lain atau dari orang lain (Sugiyono, 2012). Data sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari instansi terkait, internet dan buku/jurnal yang relevan dengan tujuan penelitian.

Analisis Data.

Analisis Deskriptif Kualitatif. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana tingkat kinerja UKM yang menggunakan

e commerce dan UKM yang tidak menggunakan e commerce. Analisis data dilakukan secara kualitatif yaitu dengan cara mendeskripsikan jawaban responden kemudian dibuatkan dalam bentuk tabel, distribusi frekuensi dan grafik.

Arus Kas (Cash Flow). Arus kas (Cash Flow) merupakan aliran kas yang ada dalam suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash Flow menggambarkan beberapa uang yang masuk keperusahaan dan jenis-jenis pemasukan tersebut. Cash Flow juga menggambarkan beberapa uang yang keluar, serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan (Kasmir, 2007).

(5)

12 jumlah pajak yang harus dibayar (sebagai

tax deductable). Cara menghitung aliran kas atau cash flow adalah dengan menambahkan keuntungan setelah pajak dengan pengeluaran tidak tunai.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada perusahaan Banua Cokelat dan Cokelat Sakaya, dimana responden merupakan pimpinan UKM Banua Cokelat dan Cokelat Sakaya serta 5 konsumen dari masing-masing usaha. Karakteristik Responden dari masing-masing usaha dapat dilihat pada Tabel 1.

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa Responden yang merupakan Pimpinan dari Banua Cokelat (UKM yang menggunakan

E Commerce) yakni Bapak Ansharudin berumur 41 Tahun, pendidikan terakhir S1, jumlah tanggungan yakni sebanyak 8 orang termasuk kedua karyawannya. Informasi yang diperoleh dari Beliau merupakan

informasi seputar usahanya yang diperlukan dalam penelitian ini. Informasi yang diperoleh dari mereka merupakan perspektif responden tentang produk cokelat yang dikonsumsi. Responden diperoleh dengan cara Peneliti mengakses media sosial Facebook Banua Cokelat, kemudian peneliti melakukan personal chat dengan Konsumen melalui aplikasi messenger.

Responden yang merupakan Pimpinan dari Cokelat Sakaya (UKM yang tidak menggunakan E Commerce) yakni Ibu Aqilah berumur 38 Tahun, pendidikan terakhir S1, jumlah tanggungan yakni sebanyak 3 orang. Informasi yang diperoleh dari Beliau merupakan informasi seputar usahanya yang diperlukan dalam penelitian ini.

Informasi yang diperoleh dari mereka merupakan perspektif responden tentang produk cokelat yang dikonsumsi. Responden diperoleh dengan cara Peneliti melakukan wawancara di salah satu Toko pusat ole-ole yang menjual cokelat sakaya.

Tabel 1. Karakteristik Responden Konsumen Banua Cokelat dan Cokelat Sakaya

UKM Responden Alamat

Responden Pendidikan Terakhir

Lama Konsumsi ( Tahun)

Banua Cokelat

1 Palu SMA 2

2 Manado S1 1

3 Gorontalo D3 1

4 Makassar SMA 2

5 Semarang D3 1

Cokelat Sakaya

1 Parigi D3 1

2 Luwuk S1 1

3 Surabaya S1 3

4 Jakarta S1 1

5 Manado S1 2

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.

Penggunaan e commerce pada UKM Banua Cokelat sebagai media informasi dan komunikasi perusahaan.

(6)

13

(BBM), Instagram, Twitter dan WhatsApp (WA) juga digunakan oleh lebih dari separuh UKM untuk media informasi dan komunikasi perusahaan. Banua Cokelat mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 500.000 guna pengelolaan media sosial sebagai informasi dan komunikasi perusahaan. Banua Cokelat juga secara rutin memperbaharui (update) informasi yang ditampilkan di media sosial tersebut.

Tingkat Kinerja UKM dengan Penggunaan E-Commerce. Tingkat kinerja UKM diukur dari arus kas (cash flow) biaya operasional, jumlah produksi, jaringan bisnis, dan kepuasan konsumen.

Arus Kas (Cash Flow). Arus kas (cash flow) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan/pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu periode.

Cara menghitung arus kas dalam penelitian ini adalah:

Kas Masuk Bersih = EAT + Penyusutan Cash Flow Banua Cokelat

Cash Flow = Kas Masuk Bersih + Penyusutan = 8.197.015 + 355.556

= 8.552.571 Cash Flow Cokelat Sakaya

Cash Flow = Kas Masuk Bersih + Penyusutan = 2.639.833 + 245.833

= 2.885.666

Tabel 2. Menunjukkan kas masuk bersih UKM Banua Cokelat lebih tinggi dari Cokelat Sakaya dimana kas masuk bersih Banua Cokelat yaitu Rp. 8.197.015 sedangkan kas masuk bersih Cokelat Sakaya yaitu 2.939.833.

Biaya Operasional. Biaya yang dikeluarkan untuk proses pembuatan produk disebut

biaya produksi. Biaya produksi terbagi atas

biaya tetap merupakan biaya yang besarnya

tidak dipengaruhi oleh perubahan volume produksi dan biaya variabel merupakan

biaya yang besarnya dipengaruhi oleh

perubahan volume produksi.

Menurut Carter dan Usry (2004) mendefinisikan biaya (cost) sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat, sehingga dalam akuntansi keuangan, pengeluaran atau pengorbanan pada saat akuisisi diwakili oleh penyusutan saat ini atau dimasa yang akan datang dalam bentuk kas atau aktiva lain.

Menurut Machfoedz (2000) biaya adalah jumlah yang diukur dalam bentuk keuangan dari kas yang dikeluarkan atau kekayaan yang dipindahkan, saham yang dikeluarkan atau hutang yang dibentuk dalam hubungannya dengan barang atau jasa yang diperoleh.

Komponen-komponen biaya yang dikeluarkan perusahaan Banua Cokelat dan Cokelat Sakaya antara lain, biaya variabel (Bahan baku, Tenaga kerja, Label, Kemasan, Paper Bag, Promosi, Biaya listrik, Telepon, dan Transportasi) dan biaya tetap (Pajak Tanah bangunan, Pajak Kendaraan, dan Biaya penyusutan alat, Asuransi kesehatan, Pajak usaha, Sewa rumah). Hal ini terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Menunjukkan total biaya yang dikeluarkan oleh kedua perusahaan sangat berbeda. Dimana tinggi rendahnya produktivitas secara langsung akan mempengaruhi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. UKM Banua Cokelat mengeluarkan biaya tetap sebesar Rp. 245.833 sedangkan Cokelat Sakaya Rp. 1.580.000, biaya variabel yang dikeluarkan oleh Banua Cokelat yaitu Rp. 11.700.000 sedangkan Cokelat Sakaya Rp. 6.100.000.

(7)

14 pasar sasaran. Melalui kontak, pengalaman, spesialisasi dan skala operasi, perantara biasanya menawarkan perusahaan lebih dari

apa yang dapat dicapai perusahaan sendiri (Kotler dan Amstrong, 2008).

Tabel 2. Arus Kas UKM Banua Cokelat dan Cokelat Sakaya

Banua Cokelat Sakaya Cokelat

A. Penerimaan

Sub Total 20.000.000 10.000.000

B. Biaya Operasional I. Biaya Variabel

a. Bahan Baku 3.000.000 1.000.000

b. Tenaga Kerja 4.500.000 2.250.000

c. Paper Bag 400.000 200.000

d. Promosi 500.000 0

e. Label 0 500.000

f. Kemasan 1.000.000 200.000

g. Biaya Transportasi 500.000 1.500.000

h. Biaya Listrik 1.300.000 250.000

i. Biaya Telepon 500.000 200.000

Sub Total 11.700.000 6.100.000

II. Biaya Tetap

a. Biaya Asuransi

Kesehatan 0 80.000

b. Pajak Tanah dan

Bangunan 12.500 0

c. Pajak Kendaraan 33.333 0

d. Rumah Produksi 0 1.300.000

Sub Total 45.833 1.380.000

C. Penyusutan Alat 355556 245.833

D. Total Biaya (I+II) 11.745.833 7.480.000

E. Laba Bersih Sebelum Pajak

(A-D) 8.254.167 2.520.000

F. Pajak 5% (5% X E) 412.708 126.000

G. Laba Bersih Setelah Pajak

(E-F) 7.841.459 2.394.000

H. Kas Masuk Bersih (G+C) 8.197.015 2.639.833

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.

Tabel 3. Biaya Variabel dan Biaya Tetap UKM Banua Cokelat dan Cokelat Sakaya

No UKM Biaya Tetap Biaya Variabel Total Biaya

1. Banua Cokelat 245.833 11.700.000 11.945.833

(8)

15 Penelitian ini melihat seberapa luas jaringan usaha yang dimiliki oleh kedua usaha cokelat. Jaringan usaha dilihat dari segi kerjasama pemasaran yang dilakukan dengan pihak dari dalam maupun dari luar kota.

Jaringan usaha yang dibangun oleh Banua Cokelat sangat efektif dan efisien dimana Banua Cokelat melakukan promosi lewat media sosial (Website, Blog, Facebook, Instagram, Toko Online dan BBM) yang semua orang bisa melihat secara detail produk yang ditawarkan. Selain mempunyai outlet sendiri Banua Cokelat juga melakukan kerjasama dengan beberapa toko ole-ole yang ada di dalam Kota Palu maupun di luar Kota Palu. Berdasarkan dari informasi yang diperoleh dari pemilik Banua Cokelat, produk Cokelat yang dijual sudah mampu masuk ke dalam pasar Kota-Kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Makassar, Manado, Semarang, Kendari, Samarinda dan Balikpapan.

Jaringan yang dibangun oleh Cokelat Sakaya belum seluas dengan jaringan usaha yang dijalankan Banua Cokelat, dimana untuk memasarkan produknya Cokelat Sakaya belum memiliki outlet sendiri dan masih menitipkan produk Cokelatnya ke Toko Ole-Ole yang ada di dalam Kota Palu. Jaringan yang masih sempit inilah yang membuat Cokelat Sakaya masih pada tahap pengembangan, terlihat dari jumlah produksi cokelatnya yang masih sedikit.

Jumlah Produksi. Proses produksi yang dilakukan oleh seorang produsen akan menghasilkan sejumlah barang atau produk. Produk inilah yang merupakan jumlah barang yang akan dijual dan hasilnya merupakan jumlah penerimaan bagi seorang produsen. Tingkat produksi ditetapkan berdasarkan persediaan input produksi dan permintaan konsumen. Distribusi dilakukan secara langsung oleh Perusahaan. Jumlah produksi cokelat 3 bulan terakhir di Banua Cokelat dan Cokelat Sakaya dapat dilihat pada Grafik 1.

Berdasarkan Grafik 1. terlihat bahwa jumlah produksi dari kedua UKM dalam 3 bulan terakhir mengalami fluktuasi. Banua Cokelat pada Bulan Januari mampu memproduksi sebesar 195 Kg sedangkan pada bulan Februari hanya sebesar 122 Kg kemudian pada Bulan Maret mengalami peningkatan sebanyak 43 Kg menjadi 165 Kg. Cokelat Sakaya pada Bulan Januari dan Februari memproduksi sebesar 40 Kg dan mengalami peningkatan Produksi sebesar 10 Kg menjadi 50 Kg pada Bulan Maret.

Grafik 1 juga menggambarkan perbedaan jumlah produksi diantara kedua UKM, dimana Banua Cokelat memproduksi cokelat lebih tinggi dibandingkan dengan cokelat Sakaya, jumlah produksi Banua Cokelat pada bulan januari sebesar 195 Kg sedangkan untuk Cokelat Sakaya hanya memproduksi sebesar 40 Kg. Hal demikian juga terjadi pada Bulan Februari dan Maret. Berdasarkan dari informasi yang diperoleh, hal ini dikarenakan jumlah permintaan untuk Banua Cokelat jauh lebih besar daripada Sakaya Cokelat.

Kepuasan Konsumen. Kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan antara apa yang dia terima dan harapannya (Umar, 2005). Seorang pelanggan, jika merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh produk atau jasa, sangat besar kemungkinannya menjadi pelanggan dalam waktu yang lama.

Grafik 1. Jumlah Produksi Cokelat di Banua Cokelat dan Cokelat Sakaya Periode Januari-Maret 2017.

Grafik Jumlah Produksi Cokelat Banua Cokelat dan Cokelat Sakaya

(9)

16 Memuaskan kebutuhan konsumen adalah keinginan setiap perusahaan. Selain faktor penting bagi kelangsungan hidup perusahaan, memuaskan kebutuhan konsumen dapat meningkatkan keunggulan dalam persaingan. Konsumen yang puas terhadap produk dan jasa pelayanan cenderung untuk membeli kembali produk dan menggunakan kembali jasa pada saat kebutuhan yang sama muncul kembali dikemudian hari. Hal ini berarti kepuasan merupakan faktor kunci bagi konsumen dalam melakukan pembelian ulang yang merupakan porsi terbesar dari volume penjualan perusahaan.

Berdasarkan informasi yang diterima dari beberapa konsumen Banua Cokelat atas penilaian terhadap produk yang telah dikonsumsinya, untuk harga sudah sesuai dengan kualitas produk yang ditawarkan namun yang menjadi keluhan dari beberapa konsumen tersebut yakni pelayanan yang diberikan oleh perusahaan masih kurang, apalagi untuk konsumen yang membeli melalu media sosial, kebanyakan mengeluhkan masih lamanya respon yang diberikan oleh pihak perusahaan ketika memesan produk cokelat.

Berdasarkan informasi yang diterima dari beberapa konsumen Cokelat Sakaya atas penilaian terhadap produk yang telah dikonsumsinya. Konsumen merasa harga yang ditawarkan sedikit mahal, pilihan produk yang masih sedikit dan kurangnya promosi tentang cokelat Sakaya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian

ini adalah mengetahui perbedaan kinerja UKM dengan penggunaan e commerce

(Studi Kasus Banua Cokelat dan Cokelat Sakaya) yakni antara lain sebagai berikut : a. Aliran Kas Banua Cokelat sebesar

Rp. 8.552.571 sedangkan Cokelat Sakaya sebesar Rp. 2.885.666.

b. Biaya operasional yang dikeluarkan oleh Banua Cokelat sebesar Rp. 11.745.833 sedangkan Cokelat Sakaya sebesar Rp. 7.480.000.

c. Jaringan Bisnis Banua Cokelat meliputi Kota-Kota besar antara lain Jakarta, Makassar, Manado, Semarang, Kendari, Samarinda dan Balikpapan. Sedangkan Cokelat Sakaya jaringan bisnisnya hanya di dalam Kota Palu.

d. Rata-rata jumlah produksi Banua Cokelat tiga bulan terakhir adalah 161 kg, sedangkan Cokelat Sakaya adalah 43 kg.

e. Kepuasaan konsumen dari kedua UKM menunjukaan hasil positif atau puas, walaupun untuk Cokelat Sakaya masih terdapat keluhan terhadap harga dan produk yang ditawarkan.

Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian ini telah terbukti bahwa e commerce dapat memberikan keuntungan yang cukup jelas bagi UKM, sehingga sangat dianjurkan bagi pelaku UKM yang belum menggunakan

e commerce agar mengaplikasikan teknologi ini bagi bisnisnya. Bagi para pelaku UKM yang saat ini sudah menggunakan

e commerce sebaiknya lebih ditingkatkan lagi pelayanannya agar dapat meningkatkan kinerja usaha yang lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

(10)

17

Eva, agustine. 2007. Persepsi Penggunaan Aplikasi Internet untuk Pemasaran Produk Usaha Kecil Menengah. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2007.

Faidal, 2007. Kontribusi Jaringan Bisnis terhadap Kinerja Industri Batik Di Kabupaten Bangkalan Madura. J. Studi Manajemen. Vol. 1 (2).

Fatmariani. 2011. Pengaruh Adopsi Teknologi Informasi Open Source E-Commerce terhadap Kinerja UKM dengan Faktor-Faktor Technology Acceptance Model (TAM) sebagai Moderating Variable.

J. Teknologi dan InformatikaVol. 1 (1) : 71-78. STMIK PalComTech Palembang. Palembang.

Frisyalina, Agies Soja. 2011. Penerapan dan Implementasi E-Commerce. Jakarta.

Hendriani, Maria. 2012. Peran UMKM dalam Perekonomian Indonesia. Jakarta.

Hsu, Shu-Hung (2012). Effect Competitive Strategy, Knowledge Management and Ebusiness Adoption on Performance. The Journal of Human Resource and Adult Learning. Vol. 8. Taiwan : Nanhua University.

Kasmir, 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi-1. Penada Media. Jakarta.

Kotler, Philip and Gary Armstrong. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi 12. Jilid 1. Erlangga. Jakarta

Mas’ud Machfoedz. 2000. Akuntansi Manajemen 2. Edisi 3. BPFE. Yogyakarta.

Ningtyas P, Sunarko B, dan Jaryono. 2015. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Adopsi E Commerce dan Pengaruhnya terhadap Kinerja UMKM. J. Performance Vol 21. (1) 95-97. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto.

Nuryanti. 2013. Peran E Commerce untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha Kecil dan Menengah (UKM). J. Ekonomi. Vol. 21. (4) : 7-9. Fakultas Ekonomi. Universitas Riau. Riau.

Onno W Purbo dan Aang Arif Wahyudi. 2001. Mengenal eCommerce. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Sari, Rizki Masyita dan Hanoum, Syarifa. (2012). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Internet terhadap Peningkatan Kinerja UKM Menggunakan Metode Structural Equation Modelling. J. Teknik ITS.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:. Alfabeta.

Umar, H. 2005. Studi dalam Kelayakan Bisnis Jasa. Gramedia Pustaka Utama.

Gambar

Gambar 1. Persepsi Tentang Tingkat Pentingnya  E-commerce.
Tabel 1. Karakteristik Responden Konsumen Banua Cokelat dan Cokelat Sakaya
Tabel 3. Biaya Variabel dan Biaya Tetap UKM Banua Cokelat dan Cokelat Sakaya
Grafik Jumlah Produksi Cokelat Banua Cokelat dan Cokelat Sakaya

Referensi

Dokumen terkait