LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN MASTERPLAN DRAINASE
PERKOTAAN JEMBER
(KAJIAN PENYUSUNAN DATA BASE DRAINASE
PERKOTAAN JEMBER)
Kerjasama
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
KABUPATEN (BAPPEKAB) JEMBER
dengan
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan : Penyusunan Masterplan Drainase
Perkotaan Jember (Kajian Penyusunan Data Base Drainase Perkotaan Jember) 2. Ketua Tim Pengusul
Dr. Ir. Entin Hidayah, M.UM. Perempuan
1. Sri Wahyuni, ST., MT., Ph.D 2. M. Farid Ma’ruf, ST., MT., Ph.D
3. Wiwik Yunarni Widiarti, ST., MT. 4. Syamsul Arifin,ST.,MT.,
5. Ririn Endah B., ST., MT., 4. Lokasi Kegiatan
: Kecamatan Sumbersari dan Kecamatan Kaliwates
5. Waktu : 4 (empat) bulan
6. Sumber Dana : APBD Kabupaten Jember
Mengetahui, Jember, 27 Agustus 2014
Ketua Ketua Tim
Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Jember
Drs. Sujito, PH.D Dr. Ir. Entin Hidayah, M.UM.
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya kepada kita
semua sehingga dapat menyelesaikan kegiatan penyusunan Masterplan Drainase
Perkotaan Kabupaten Jember (Kajian Penyusunan Data Base Drainase Perkotaan
Jember) tepat pada waktunya.
Maksud dari kegiatan penyusunan Masterplan Drainase Perkotaan Kabupaten
Jember (Kajian Penyusunan Data Base Drainase Perkotaan Jember) untuk memberikan
masukan bagi instansi terkait dalam merencanakan desain saluran drainase perkotaan di
Kabupaten Jember khususnya di kecamatan Kaliwates dan kecamatan Sumbersari agar
tidak terjadi banjir atau genangan di sekitar kedua kecamatannya.
Laporan Akhir Penyusunan Masterplan Drainase Perkotaan Kabupaten Jember
(Kajian Penyusunan Data Base Drainase Perkotaan Jember) berisikan materi
pendahuluan, landasan hukum, kondisi hidrologi, identifikasi sistem jaringan,
kesimpulan dan rekomendasi.
Akhir kata tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kelancaran penyusunan naskah Laporan Akhir ini.
Jember, Agustus 2014
DAFTAR ISI
1.2 Maksud dan Tujuan 2
1.3 Manfaat 3
1.4 Ruang Lingkup Pekerjaan 3
1.4.1 Lingkup Wilayah 3
1.4.2 Lingkup Kegiatan 4
1.5 Sistematika Pembahasan 5
1.6 Organisasi Penyusun Kegiatan 5
1.6.1 Uraian Tugas Tenaga Ahli 7
1.6.2 Struktur Organisasi 9
1.7 Jadwal Kegiatan 10
BAB II KETENTUAN UMUM
2.1 Dasar Hukum Pelaksanaan 12
2.2 Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan 13
2.2.1 Pendekatan Spasial 14
2.2.2 Pendekatan Hidroklimatologi dan Hidrolika 14
2.2.3 Pendekatan Sosial Ekonomi Masyarakat 15
2.3 Metode Kajian 15
2.3.2 Tahapan Kegiatan 16
2.3.2.1 Persiapan dan Pengumpulan Data 16
2.3.2.2 Kegiatan Survey dan Investigasi 17
2.3.2.3 Pengumpulan Data 22
2.3.2.4 Pengelolaan Data dan Analisis Data 23
2.3.2.5 Penyusunan Laporan 23
2.4 Sistematika Pekerjaan 23
2.4.1 Analisis Curah Hujan 23
2.4.2 Perhitungan Curah Hujan Rencana Periode Ulang 24
2.4.3 Analisis Intensitas Curah Hujan 25
2.5 Klasifikasi Saluran 26
2.6 Penyiapan Data Input Model 27
2.7 Flow Chart 37
BAB III KONDISI HIDROLOGI
3.1 Curah Hujan 38
3.2 Analisis Frekuensi Data Hujan 39
3.3 Uji Distribusi Probabilitas 42
3.3.1 Metode Chi-Kuadrat 43
3.3.2 Metode Smirnov-Kolmogorof 50
3.4 Perhitungan Distribusi Curah Hujan Analisis
Frekuensi 54
3.5 Analisis Intensitas Hujan 55
BAB IV ANALISIS FUNGSI DAN KINERJA RUAS JALAN
4.1 Sistem Jaringan Drainase 57
4.1.1 Pematusan Irigasi Kotok BM3–Sungai Ajung 58
4.1.2 Pematusan Irigasi Kotok BM3–Sungai Cakol 60
4.1.3 Pematusan Sungai Cakol–Sungai Bedadung 62
MATRIKS LAMPIRAN
4.1.5 Pematusan Sungai Jompo–Sungai Argopuro 66
4.1.6 Pematusan Sungai Argopuro–Sungai Semangir 68
4.1.7 Pematusan Selatan Sungai Bedadung 70
4.2 Kondisi Topografi 72
4.2.1 Situasi Topografi Jalan di Kecamatan Kaliwates 72
4.2.2 Situasi Topografi Jalan di Kecamatan Sumbersari 82
4.3 Evaluasi Kondisi Eksisting 85
4.3.1 Wilayah Pematusan Irigasi Kotok BM3–Sungai Cakol 86
4.3.2 Wilayah Pematusan Sungai Argopuro–Sungai Semangir 88
4.3.3 Wilayah Pematusan Selatan Sungai Bedadung 92
4.3.4 Wilayah Pematusan Sungai Cakol–Sungai Bedadung 97
4.3.5 Wilayah Pematusan Sungai Bedadung–Sungai Jompo 103
4.3.6 Wilayah Pematusan Irigasi Kotok BM3–Sungai Ajung 105
4.3.7 Wilayah Pematusan Sungai Jompo–Sungai Argopuro 109
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 111
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Jadual Kegiatan Penyusunan Masterplan Drainase
Perkotaan Kabupaten Jember
11
Tabel 2.1 : Periode Ulang Saluran Drainase 25
Tabel 2.2 : NilaiDepression Storage Depth 34
Tabel 2.3 : Harga Infiltrasi Maksimum dari Berbagai Kondisi Tanah 34
Tabel 2.4 : Harga Infiltrasi Minimum dari Berbagai Jenis Tanah 34
Tabel 2.5 : Karakteristik Jenis Tanah 35
Tabel 3.1 . : Data Curah Hujan Kecamatan Kaliwates 39
Tabel 3.2. : Data Curah Hujan Kecamatan Sumbersari 39
Tabel 3.3. : Perhitungan Besaran Statistik X , Si, CsdanCkDebit
Maksimum Kecamatan Kaliwates
40
Tabel 3.4. : Perhitungan Besaran Statistik X , Si, CsdanCkDebit
Maksimum Kecamatan Sumbersari
41
Tabel 3.5. : Hujan Rencana dengan Periode Ulang T tahun Kecamatan
Kaliwates
42
Tabel 3.6 : Hujan Rencana dengan Periode Ulang T tahun Kecamatan
Sumbersari
42
Tabel 3.7 : Perhitungan Nilai Parameter Chi-Kuadrat Terhitung Untuk
Distribusi Normal Kecamatan Kaliwates
43
Tabel 3.8. : Perhitungan Nilai Parameter Chi-Kuadrat Terhitung Untuk
Distribusi Normal Kecamatan Sumbersari
44
Tabel 3.9. : Perhitungan Nilai Parameter Chi-Kuadrat Terhitung Untuk
Distribusi Log Normal Kecamatan Kaliwates
45
Tabel 3.10. : Perhitungan Nilai Parameter Chi-Kuadrat Terhitung Untuk
Distribusi Log Normal Kecamatan Sumbersari
46
Distribusi Gumbel Kecamatan Kaliwates
Tabel 3.12 : Perhitungan Nilai Parameter Chi-Kuadrat Terhitung Untuk
Distribusi Gumbel Kecamatan Sumbersari
48
Tabel 3.13 : Perhitungan Nilai Parameter Chi-Kuadrat Terhitung Untuk
Distribusi Log Pearson III Kecamatan Kaliwates
49
Tabel 3.14 : Perhitungan Nilai Parameter Chi-Kuadrat Terhitung Untuk
Distribusi Log Pearson III Kecamatan Sumbersari
50
Tabel 3.15 : Perhitungan Uji Distribusi Dengan Metode
Smirnov-Kolmogorof Kecamatan Kaliwates
51
Tabel 3.16 : Perhitungan Uji Distribusi Dengan Metode
Smirnov-Kolmogorof Kecamatan Sumbersari
52
Tabel 3.17 : 17 Rekapitulasi Hasil Uji Chi-Kuadrat dan Smirnov Kolmogorof Kecamatan Kaliwates
53
Tabel 3.18 : Rekapitulasi Hasil Uji Chi-Kuadrat dan Smirnov
Kolmogorof Kecamatan Sumbersari
53
Tabel 3.19 : Hasil Perhitungan Analis Frekuensi Kecamatan Kaliwates 54
Tabel 3.20 Hasil Perhitungan Analis Frekuensi Kecamatan Sumbersari 54
Tabel 3.21 Intensitas Hujan Jam-Jaman untuk Kala Ulang Tertentu
Kecamatan Kaliwates dan Sumbersari
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 : Hubungan Organisasi antara Bappekab Jember dan
Universitas Jember
6
Gambar 1.2 : Bagan Struktur Organisasi Kegiatan “Penyusunan
Masterplan Drainase Perkotaan Kabupaten Jember
(Kawasan Kampus Universitas Jember)”
10
Gambar 2.1 : Lokasi Kajian 16
Gambar 2.2 : Bagan Alir Kegiatan Pengukuran Topografi 22
Gambar 2.3 : Grafik Lengkung Intensitas Curah Hujan 26
Gambar 2.4 : Sistem Drainase Perkotaan 27
Gambar 2.5 : Deskripsi Sistem dan Objek Spasial 28
Gambar 2.6 : Diagram Alir Kegiatan 37
Gambar.3.1. : Kurva Intensity Duration Frequency (IDF) Kecamaatan
Kaliwates
56
Gambar 3.2. : Kurva Intensity Duration Frequency (IDF) Kecamaatan
Sumbersari
56
Gambar 4.1 : Wilayah Pematusan Irigasi Kotok BM 3–Sungai Ajung 58
Gambar 4.2. : Wilayah Pematusan Irigasi Kotok BM 3–Sungai Cakol 60
Gambar 4.3 : Wilayah Pematusan Sungai Cakol–Sungai Bedadung 62
Gambar 4.4 : Wilayah Pematusan Sungai Bedadung–Sungai Jompo 64
Gambar 4.5 : Wilayah Pematusan Sungai Bedadung–Sungai Jompo 66
Gambar 4.6 : Wilayah Pematusan Sungai Argopuro–Sungai Semangir 68
Gambar 4.7 : Wilayah Pematusan Selatan Sungai Bedadung 70
Gambar 4.8 : Gambar running swmm saluran drainase SUP 1 86
Gambar 4.9 : Gambar running swmm saluran drainase SUP 2 87
Gambar 4.10 : Gambar running swmm saluran drainase basuki 6 87
Gambar 4.12 : hasil running swmm saluran Hayam Wuruk 2 89
Gambar 4.13 : hasil running swmm hayam wuruk 3 89
Gambar 4.14 : hasil running swmm pada saluran Hayam Wuruk 4 90
Gambar 4.15 : running swmm saluran Hayam Wuruk 6 90
Gambar 4.16 : hasil running swmm saluran Hayam Wuruk 12 92
Gambar 4.17 : hasil running swmm saluran Hayam Wuruk 13 92
Gambar 4.18 : hasil running swmm saluran Teuku Umar 4 93
Gambar 4.19 : hasil running swmm Teuku Umar 5 94
Gambar 4.20 : hasil running swmm Teuku Umar 6 94
Gambar 4.21 : hasil running swmm saluran Imam Bonjol 6 kala ulang 1
tahun
96
Gambar 4.22 : hasil running swmm saluran Imam Bonjol 6 kala ulang 2
tahun
96
Gambar 4.23 : hasil running swmm saluran Imam Bonjol 10 96
Gambar 4.24 : hasil running swmm Sistem jaringan Panjaitan+Parman 1 97
Gambar 4.25 : hasil running swmm Sistem jaringan Panjaitan+Parman 2 98
Gambar 4.26 : hasil running swmm saluran Panjaitan + Parman 1 98
Gambar 4.27 : hasil running swmm saluran Panjaitan + Parman 1 99
Gambar 4.28 : hasil running swmm saluran Suprapto 3 100
Gambar 4.29 : hasil running swmm saluran Suprapto 3 pada kala ulang 2
tahun
100
Gambar 4.30 : hasil running swmm saluran Suprapto 2 101
Gambar 4.31 : hasil running swmm saluran Suprapto 2 101
Gambar 4.32 : hasil running swmm saluran Gunung Batu 1 102
Gambar 4.33 : hasil running swmm saluran Gunung Batu 1 102
Gambar 4.34 : hasil running swmm saluran karimata 3 103
Gambar 4.35 : saluran drainase siddiq 2 104
Gambar 4.36 : saluran drainase sentot 1 104
Gambar 4.38 : hasil running swmm saluran Taman Gading 1 106
Gambar 4.39 : Gambar hasil running swmm saluran taman gading 2 107
Gambar 4.40 : hasil running swmm saluran Muktisari 2 107
Gambar 4.41 : hasil running swmm di saluran Muktisari 3 108
Gambar 4.42 : Hasil running swmm saluran sriwijaya 5 108
Gambar 4.43 : hasil running swmm saluran Condro 1 110
1.1 Latar Belakang
Suatu kota yang berkelanjutan harus memiliki suatu sistim jaringan
drainase yang memadai. Sehingga jika terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi
tidak menimbulkan genangan air atau banjir. Banjir atau genangan air ini sangat
menggangu aktivitas masyarakat, kelancaran transportasi, menimbulkan berbagai
penyakit seperti diare, batuk pilek, sakit kulit dll) dan bahkan sampai
menimbulkan kerugian harta benda.
Terjadinya banjir atau genangan air untuk masing masing wilayah kota
memiliki penyebab yang berbeda beda. Faktor penyebab terjadinya banjir antara
lain: sistim drainase yang ada kurang berfungsi dengan baik, kapasitas drainase
yang ada tidak memadai, kesadaran masyarakat terhadap fungsi drainase kurang
dan tidak adanya pemeliharaan secara rutin.
Kurang berfungsinya sistim jaringan drainase ini dapat terjadi diakibatkan
oleh hiraki saluran yang kurang tepat, kemiringan saluran yan tidak memenuhi
syarat untuk mengalirkan air, adanya alih fungsi lahan, dan terjadi botlle
neck/penyempitan saluran. Penggabungan antara saluran drainase dengan saluran
pembuang dari pertanian menyebabkan adanya penambahan debit diluar debit
banjir rencana sehingga terjadi limpasan air ke jalan. Adanya alih fungsi lahan
yang semula lahan pertanian menjadi lahan perumahan akan mmeningkatkan
koefisien runoff saluran sehingga terjadi kelebihan debit.
Kurangnya pemeliharaan bangunan-bangunan drainase, serta kurangnya
kesadaran masyarakat terhadap fungsi drainase menjadikan drainase penuh
dengaan sampah berefek pada pendangkalan saluran, penyunbatan gorong-gorong
serta inlet-inlet drainase. Kebiasaan ini merugikan fungsi drainase karena akan
mengurangi kapasitas saluran yang ada, terlebih jika saluran tersebut tertutup
trotoar, hal ini akan menyulitkan dalam pemeliharaanya.
P
ENDAHULUAN
Untuk mewujudkan fungsi drainase perkotaan yang optimal, perencanaan
drainase perkotaan harus dilakukan secara menyeluruh dan terarah, melalui
pembuatan rencana induk, study kelayakan dan perencanaan teknis. Namun
demikian sebelum membuat rencana induk sistem drainase perkotaan yang
terintegrasi, perlu dilakukan identifikasi penyebab terjadinya banjir melalui
penelusuran suatu jaringan terlebih dahulu.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari kegiatan Penyusunan Data Base drainase perkotaan adalah
untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi dan permasalahan-permasalahan
drainase perkotaan Kecamatan Sumbersari dan Kecamatan Kaliwates Kabupaten
Jember yang ada di kawasan perkotaan Jember, agar dapat disusun suatu rencana
program-program penataan serta panduan dalam perencanaan dan pengembangan
drainase wilayah perkotaan.
Sedangkan tujuan yang diharapkan adalah :
1. Melakukan identifikasi kondisi drainase perkotaan dan memetakan daerah
genangan banjir wilayah perkotaan Kecamatan Sumbersari dan Kecamatan
Kaliwates Kabupaten Jember
2. Mengevalusi sistem prasarana drainase perkotaan Kecamatan Sumbersari dan
Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember, baik kondisi jaringan drainase
primer, sekunder dan tersier untuk mencari penyebab terjadinya genangan
banjir.
3. Menunjang kebutuhan pembangunan/development need dalam menunjang
terciptanya skenario pengembangan perkotaan yang berpedoman pada
Rencana Umum Tata Ruang Kota.
4. Mengidentifikasi dan mengevaluasi kegiatan penataan drainase perkotaan dan
sistim jaringan drainase perkotaan untuk wilayah Kecamatan Sumbersari dan
Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember
5. Memetakan sistim jaringan drainase perkotaan Kecamatan Sumbersari dan
1.3. Manfaat
Penyusunan Data Base drainase perkotaan Kecamatan Sumbersari dan
Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember bagi Pemerintah Daerah bermanfaat
untuk :
1. Teridentifikasinya kondisi drainase perkotaan Kecamatan Sumbersari dan
Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember.
2. Teridentifikasinya permasalahan drainase perkotaan Kecamatan Sumbersari
dan Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember
3. Tertatanya pola drainase kawasan perkotaan Kecamatan Sumbersari dan
Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember.
4. Tersedianya panduan dalam operasional dan perawatan serta pengembangan
jaringan drainase dalam bentuk matriks kegiatan.
1.4 Ruang Lingkup 1.4.1 Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah perencanaan Penyusunan Data Base drainase
perkotaan adalah Kecamatan Sumbersari dan Kecamatan Kaliwates Kabupaten
Jember.
1.4.2. Lingkup Kegiatan
Penyusunan Data Base drainase perkotaan Kecamatan Sumbersari dan
Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember dilakukan sesuai dengan tuntutan
pembangunan dan perkembangan wilayah yang dilakukan secara berkala sesuai
kebutuhan. Kegiatan Penyusunan Data Base drainase perkotaan Kecamatan
Sumbersari dan Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember meliputi persiapan
penyusunan, Pengumpulan inventarisasi data dan identifikasi dan Penyusunan
Peta Identifikasi.
Kegiatan Penyusunan Data Base Drainase Perkotaan Kecamatan
Sumbersari dan Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember meliputi :
b. Mengkaji sistem jaringan saluran tersier, sekunder, dan primer.
c. Menginventarisir kebutuhan data sekunder dan primer untuk penyusunan
drainase perkotaan.
d. Melakukan survai lapangan dan identifikasi kondisi drainase perkotaan dalam
rangka memperoleh gambaran lokasi genangan dan banjir serta permasalahan
drainase perkotaan yang ada di lokasi studi.
e. Mengevaluasi sistim jaringan drainase di lokasi studi
f. Memetakan sistim jaringan drainase hasil survei.
g. Pembuatan laporan-laporan dan matriks kegiatan termasuk peta identifikasi
jaringan drainase perkotaan.
1.5. Sistematika Pembahasan Materi Laporan Akhir berisi:
BAB I Pendahuluan
Meliputi latar belakang, tujuan, manfaat dan sasaran, ruang lingkup,
dan sistematika pembahasan, meliputi rencana pekerjaan dan struktur
organisasi, komposisi tenaga ahli dan penjadwalan pekerjaan
BAB II Landasan Hukum dan Pendekatan Pelaksanaan kegiatan
Meliputi dasar hukum dan dasar pelaksanaan pekerjaan, pengertian
umum, batasan-batasan serta gambaran umum serta pendekatan dan
metoda pelaksanaan
BAB III Kondisi Hidrologi
Meliputi kondisi hidrologi berbagai kala ulang, yaitu kala ulang 1
tahun, 2 tahun, 5 tahun dan 10 tahun.
BAB IV Evaluasi Sistem Jaingan dan Permasalahan.
Meliputi evaluasi kondisi drainase eksisting dan permasalahannya.
1.6. Organisasi Penyusun Kegiatan
Struktur organisasi ini dibuat agar pelaksanaan pekerjaan agar
masing-masing sumberdaya pendukung dalam hal ini tim pelaksana memahami tugas,
wewenang, dan kewajibannya dalam menyelesaikan kegiatan ini. Koordinasi
antara anggota tim dan atasannya, atau antar personil tim pelaksana diharapkan
dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan
tepat pada waktunya, efisien dan efektif. Untuk itu setiap anggota tim diharapkan
secara profesional diharapkan memiliki etos kerja dan produktifitas tinggi
sehingga pelaksanaan pekerjaan menjadi lebih efisien dan efektif.
Hubungan Organisasi antara Bappekab Jember dan Universitas Jember
dalam menangani kegiatan Penyusunan dan Pengumpulan Data/Informasi
Kebutuhan Penyusunan Dokumen Perencanaan (Peta Informasi Profil Wilayah
Kabupaten Jember) adalah sebagai berikut pada gambar 1.1:
Gambar 1.1Hubungan Organisasi antara Bappekab Jember dan
Di dalam bagan organisasi tersebut Team Leader membawahi semua divisi
yang ada, seperti tersebut di bawah ini :
Tenaga Ahli :
a. Ahli Teknik Sipil (Sumber Daya Air)
b. Ahli Teknik Sipil (Air Tanah)
c. Ahli Teknik Pengairan (Hidrolika)
d. Ahli Teknik Lingkungan
e. Ahli Teknik Sipil (Mekanika Tanah)
f. Ahli Teknik Sipil (Managemen Konstruksi)
Beberapa tenaga ahli tersebut akan dibantu oleh tenaga-tenaga surveyor. Hal
tersebut dimaksudkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada
waktunya, dengan hasil yang optimal.
1.6.1. Uraian Tugas Tenaga Ahli
Penjelasan tugas rinci setiap personil mengacu penuh pada KAK agar
semua lingkup pekerjaan dapat dilaksanakan dengan lancar dan koordinasi selama
pelaksanaan kegiatan apat dilakukan dengan jelas. Adapun kualifikasi tenaga ahli
yang diperlukan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
1. Team Leader/ Ketua Tim merangkap Tenaga Ahli Sumber Daya Air Sarjana (S3) Teknik Sipil Air dengan pengalaman penyusunan telah
berpengalaman menjadi team leader dalam bidang manajemen sumber daya air
menganalisis permasalahan banjir. Serta memberikan analisis sesuai disiplin dan
analisis komprehensif yang melibatkan tenaga ahli dari disiplin ilmu lainnya.
Tugas-tugas pokoknya antara lain :
• Mengkoordinir pelaksanaan seluruh kegiatan tim di kegiatan serta memeriksa pekerjaan yang ditugaskan.
• Mengadakan hubungan dengan pihak pemberi kerja dan instansi lain yang terkait guna menunjang pelaksanaan kegiatan.
• Menyusun jadwal realisasi pelaksanaan dan mengevaluasi berdasarkan rencana jadwal pelaksanaan.
• Mengkoordinasi hasil semua data-data yang ada di lapangan yang berhubungan dengan pekerjaan ini.
• Melakukan analisis data peta dasar dan analisis hidrologi.
2. Ahli Teknik Sipil ( Air Tanah ) Tanggung jawab :
a. Melakukan telaah teknis sesuai sub bidang keilmuannya sebagai bagian
dari rangkaian kegiatan.
b. Bekerja sama dengan ketua tim dan asisten ahli dalam menyelesaikan
keseluruhan proses pekerjaan.
3. Ahli Teknik Pengairan ( Hidrolika) Tanggung jawab :
a. Melakukan telaah teknis sesuai sub bidang keilmuannya sebagai bagian
dari rangkaian kegiatan.
b. Bekerja sama dengan ketua tim dan asisten ahli dalam menyelesaikan
keseluruhan proses pekerjaan.
4. Ahli Teknik Lingkungan Tanggung jawab :
a. Melakukan telaah teknis sesuai sub bidang keilmuannya sebagai bagian
dari rangkaian kegiatan.
b. Bekerja sama dengan ketua tim dan asisten ahli dalam menyelesaikan
keseluruhan proses pekerjaan.
5. Ahli Teknik Sipil (Mekanika Tanah) Tanggung jawab:
a. Melakukan telaah teknis sesuai sub bidang keilmuannya sebagai bagian
dari rangkaian kegiatan.
b. Bekerja sama dengan ketua tim dan asisten ahli dalam menyelesaikan
6. Ahli Teknik Sipil (Managemen Kontruksi) Tanggung jawab :
a. Melakukan telaah teknis sesuai sub bidang keilmuannya sebagai dari
rangkaian kegiatan.
b. Bekerja sama dengan ketua tim dan asisten ahli dalam menyelesaikan
keseluruhan proses pekerjaan.
1.6.2 Struktur Organisasi
Struktur organisasi untuk kegiatan “Penyusunan Masterplan Drainase Kota Kabupaten Jember)”, dimaksudkan untuk tercapainya sasaran yaitu :
- dapat melaksanakan pekerjaan ini seperti yang tertera pada ruang lingkup
pekerjaan agar tepat pada waktunya.
- agar pelaksanaan pekerjaan tersebut terkoordinir dengan baik, sehingga
pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan secara sistematis dan efektif.
- setiap kegiatan pekerjaan yang dilakukan oleh setiap tenaga ahli akan saling
berkesinambungan, dengan koordinasi dari Team Leader, sehingga
Bentuk Struktur Organisasi yang akan menangani pekerjaan “ Penyusunan Masterplan Drainase Kota Jember)” yang diusulkan terlampir pada gambar1.2.
Gambar 1.2.Bagan Struktur Organisasi Kegiatan “Penyusunan Masterplan Drainase
KotaJember”
1.7. Jadwal Kegiatan
Kegiatan kajian Penyusunan Masterplan Drainase Perkotaan Jember, ini
akan dilaksanakan selama waktu 120 (Seratus dua puluh) hari terhitung sejak
ditandangani kontrak kerjasama antara Badan Perencanaan Pembangunan
Kabupaten Jember dengan Lembaga Penelitian Universitas Jember. Jadwal
kegiatan secara rinci disajikan dalam tabel berikut. Team leader
Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas
Jember
- Surveyor - Drafter Tenaga Pendukung
Tenaga Ahli
TA. Air Tanah TA. Hidrolika TA. Lingkungan TA. Mekanika Tanah
Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan Penyusunan Masterplan Drainase Perkotaan Jember
Jenis Kegiatan
Bulan
ke-1 2 3 4
a. Persiapan dan kajian pustaka terkait
b. Survai pendahuluan dan observasi lapang
c. Pengumpulan dan Olah Data
d. Analisis dan interpretasi data
e. Penyusunan Laporan
i. Laporan Pendahuluan
ii. Laporan Akhir
3.1. Curah Hujan
Hujan merupakan komponen masukan paling penting dalam proses
hidrologi, karena jumlah tinggi hujan (rainfall depth) akan ditransformasikan
menjadi aliran di sungai/saluran, baik melalui limpasan permukaan (surface
runoff), aliran antara (interflow, sub surface, flow), maupun sebagai aliran air
tanah (groundwater).
Komponen hujan yang penting dalam proses perhitungan hujan-aliran
adalah intensitas hujan, tinggi hujan, durasi hujan dan distribusi hujan. Intensitas
hujan adalah tinggi hujan persatuan waktu, misalnya: mm/menit, atau mm/jam,
mm/hari. Tinggi hujan adalah jumlah atau banyaknya hujan yang dinyatakan
dengan tinggi air di atas permukaan datar, dalam mm. Durasi hujan adalah
lamanya curah hujan dalam menit atau jam. Distribusi hujan adalah pola kejadian
hujan yang digambarkan oleh waktu dan posisi kejadiannya.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data curah hujan tahun
2004-2013 yang diambil dari pos penakar hujan yang terdekat dari tempat
penelitian. Pos penakar hujan yang dipakai yaitu untuk kecamatan Kaliwates
digunakan stasiun hujan Semanggir yang terletak di Mangli. Sedangkan untuk
kecamatan Sumbersari digunakan stasiun hujan Jember yang berada di desa
Kebonsari dan stasiun hujan Wirolegi yang berada di desa Wirolegi. Data curah
hujan kecamatan Kaliwates dapat dilihat dari Tabel 3.1. Sedangkan untuk
kecamatan Sumbersari dapat dilihat dari tabel 3.2.
K
ONDISI
H
IDROLOGI
Tabel 3.1. Data Curah Hujan Kecamatan Kaliwates
Dari tabel 3.1 data curah hujan tahunan maksimal terbesar selama dua
belas tahun terakhir, yang tercatat oleh Stasiun Hujan Jember adalah 135 mm
yaitu pada tahun 2013, sedangkan yang terendah adalah 70 mm yaitu pada tahun
2007.
Tabel 3.2.Data Curah Hujan Kecamatan Sumbersari
No. Tahun R (mm) No. Tahun R (mm)
1 2004 103,5 6 2009 82,64
2 2005 93,5 8 2010 66,5
3 2006 102,5 9 2011 79,5
4 2007 100 10 2012 93,5
5 2008 94,5 11 2013 83,5
Dari tabel 3.2 data curah hujan tahunan maksimal terbesar selama
dua belas tahun terakhir, yang tercatat oleh Stasiun Hujan Jember adalah 103,5
mm yaitu pada tahun 2004, sedangkan yang terendah adalah 66,5 mm yaitu pada
tahun 2010.
3.2. Analisis Frekuensi Data Hujan
Analisis frekuensi data hujan terdapat berbagai macam metode
distribusi yang biasa digunakan, yaitu Distribusi Normal, Distribusi Log-Normal,
Distribusi Log-Person III dan Distribusi Gumbel. Ada beberapa parameter
yang berkaitan dengan analisis frekuensi data meliputi koefisien skewness,
parameter yang terkait seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.3Perhitungan Besaran Statistik X , Si, CsdanCkDebit Maksimum
Kecamatan Kaliwates
1 0,091 2013 135,000 4,905
2 0,182 2011 125,000 4,828
3 0,273 2006 120,000 4,787
4 0,364 2012 116,000 4,754
5 0,455 2008 98,000 4,585
6 0,545 2010 95,000 4,554
7 0,636 2004 92,000 4,552
8 0,727 2005 80,000 4,382
9 0,818 2009 75,000 4,317
10 0,909 2007 70,000 4,248
Jumlah Data = 10 10
Nilai Rerata (Mean) = 100,600 4,588
Standar Deviasi = 22,411 0,227
Koefisien Skewness = 0,138 -0,121
Koefisien Kurtosis = -1,358 -1,335
Koefisien Variasi = 0,223 0,049
Nilai Tengah = 96,500 4,569
Dari tabel 3.3 didapat nilai X = 100,600; Si = 22,411; Cs = 0,138;
Ck = -1,358; Cv = 0,223; Nilai tengah = 96,500. Parameter– parameter tersebut
selanjutnya akan digunakan untuk perhitungan analisis frekuensi data hujan.
Tabel 3.4Perhitungan Besaran Statistik X , Si, CsdanCkDebit Maksimum
Kecamatan Sumbersari
1 0,091 2004 103,500 4,640
2 0,182 2006 102,500 4,630
3 0,273 2007 100,000 4,605
4 0,364 2008 94,500 4,549
5 0,455 2005 93,500 4,538
6 0,545 2012 93,500 4,538
7 0,636 2013 83,500 4,425
8 0,727 2009 82,643 4,415
10 0,909 2010 66,500 4,197
Jumlah Data = 10 10
Nilai Rerata (Mean) = 89,964 4,491
Standar Deviasi = 11,748 0,138
Koefisien Skewness = -0,778 -1,045
Koefisien Kurtosis = 0,117 0,888
Koefisien Variasi = 0,131 0,031
Nilai Tengah = 93,500 4,538
Dari tabel 3.4 didapat nilai X = 89,964; Si = 11,748; Cs = -0,778;
Ck = 0,117;Cv = 0,131; Nilai tengah = 93,500. Parameter – parameter tersebut
selanjutnya akan digunakan untuk perhitungan analisis frekuensi data hujan.
Perhitungan frekuensi hujan harian maksimum yang akan terjadi
pada periode ulang tertentu pada penelitian ini, menggunakan empat metode
distribusi yaitu Gumbel, Normal, Log Normal, Log pearson type III. Berikut
hasil perhitungan analisis frekuensi data hujan dengan menggunakan keempat
metode tersebut, Hasil perhitungan dari analisis frekuensi dapat dilihat pada
Tabel berikut :
Tabel 3.5Hujan Rencana Dengan Periode Ulang T tahun Kecamatan Kaliwates
P(x >= Xm) Probabilitas
T (Tahun) Metode Distribusi (mm)
Kala-0,5 2 100,600 98,330 96,918 98,781
0,2 5 119,462 118,989 116,724 119,131
0,1 10 129,321 131,461 129,837 131,052
Tabel 3.6Hujan Rencana Dengan Periode Ulang T tahun Kecamatan Sumbersari
P(x >= Xm) Probabilitas
T (Tahun) Metode Distribusi (mm)
0,2 5 99,852 100,231 98,416 100,300
0,1 10 105,020 106,515 105,290 104,131
Dari tabel 3.5 dan 3.6 didapat besar curah hujan rencana dengan
beberapa periode ulang (T) tahun, yang selanjutnya akan dilakukan pengujian
distribusi probabilitas untuk masing-masing metode distribusi yang telah
digunakan, guna mendapatkan satu metode distribusi yang dapat mewakili
distribusi statistik sampel data yang dianalisis.
3.3. Uji Distribusi Probabilitas
Uji distribusi probabilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah
persamaan distribusi probabilitas yang dipilih dapat mewakili distribusi
statistik sampel data yang dianalisis (Made Kamiana, 2011:36). Pengujian
Parameter yang sering digunakan ada dua metode pengujian distribusi
probabilitas yaitu Metode Chi- Kuadrat dan Metode Smirnov-Kolmogorof.
3.3.1 Metode Chi-Kuadrat
Pada kajian ini pengujian distribusi probabilitas dengan menggunakan
Metode Chi-kuadrat dilakukan terhadap empat metode distribusi probabilitas,
dengan harapan didapat satu metode distribusi probabilitas yang paling tepat
untuk mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis. Untuk lebih
lengkapnya berikut hasil perhitungan pengujian bagi masing-masing metode
distribusi probabilitas.
Tabel 3.7Perhitungan Nilai Parameter Chi-Kuadrat Terhitung Untuk Distribusi Normal
Kecamatan Kaliwates
,400 ,200 < P <= ,400 2,000 106,278 1,000 1,000 0,500
,600 ,400 < P <= ,600 2,000 94,922 2,000 0,000 0,000
,800 ,600 < P <= ,800 2,000 81,738 1,000 1,000 0,500
0,999 ,800 < P <= 0,999 2,000 31,344 3,000 1,000 0,500
10,000 10,000 Chi-Kuadrat = 2,000
DK = 2
Distribusi
Diterima
Ket. :
Chi-Kuadrat
= Harga Chi-Kuadrat
Ef = Frekuensi sesuai pembagian kelasnya Of = Frekuensi dengan aplikasi distribusi frekuensi DK = Derajat Kebebasan
Dapat dilihat pada tabel 3.7 hasil perhitungan nilai parameter
Chi-Kuadrat terhitung untuk Distribusi Normal adalah 2,000, sedangkan dengan
derajat kebebasan (DK) = 2 dan derajat kepercayaan 5% didapat parameter
Chi-Kuadrat kritis = 5,991.
Tabel 3.8Perhitungan Nilai Parameter Chi-Kuadrat Terhitung Untuk Distribusi Normal
Kecamatan Sumbersari
,400 ,200 < P <= ,400 2,000 92,941 3,000 1,000 0,500
,600 ,400 < P <= ,600 2,000 86,988 0,000 2,000 2,000
,800 ,600 < P <= ,800 2,000 80,077 2,000 0,000 0,000
0,999 ,800 < P <= 0,999 2,000 53,661 2,000 0,000 0,000
10,000 10,000 Chi-Kuadrat = 3,000
DK = 2
Distribusi NORMAL
Diterima Chi-Kritik = 5,991
Ket. :
Chi-Kuadrat = Harga Chi-Kuadrat
Ef = Frekuensi sesuai pembagian kelasnya
Of =
Frekuensi dengan aplikasi distribusi frekuensi
DK = Derajat Kebebasan
Dapat dilihat pada tabel 3.8 hasil perhitungan nilai parameter
Chi-Kuadrat terhitung untuk Distribusi Normal adalah 3,000, sedangkan dengan
derajat kebebasan (DK) = 2 dan derajat kepercayaan 5% didapat parameter
Tabel 3.9 Perhitungan Nilai Parameter Chi-Kuadrat Terhitung Untuk Distribusi Log
,400 ,200 < P <= ,400 2,000 104,140 1,000 1,000 0,500
,600 ,400 < P <= ,600 2,000 92,845 2,000 0,000 0,000
,800 ,600 < P <= ,800 2,000 81,259 1,000 1,000 0,500
0,999 ,800 < P <= 0,999 2,000 48,820 3,000 1,000 0,500
10,000 10,000 Chi-Kuadrat = 2,000
DK = 2
Distribusi LOG-NORMAL
Diterima Chi-Kritik = 5,991
Ket. :
Chi-Kuadrat =
Harga Chi-Kuadrat
Ef = Frekuensi sesuai pembagian kelasnya
Of =
Frekuensi dengan aplikasi distribusi frekuensi
DK = Derajat Kebebasan
Dapat dilihat pada tabel 3.9 hasil perhitungan nilai parameter
Chi-Kuadrat terhitung untuk Distribusi Log-Normal adalah 2,000, sedangkan dengan
derajat kebebasan (DK) = 2 dan derajat kepercayaan 5% didapat parameter
Chi-Kuadrat kritis = 5,991.
Tabel 3.10 Perhitungan Nilai Parameter Chi-Kuadrat Terhitung Untuk Distribusi Log
Normal Kecamatan Sumbersari
,400 ,200 < P <= ,400 2,000 92,403 4,000 2,000 2,000
,600 ,400 < P <= ,600 2,000 86,153 0,000 2,000 2,000
,800 ,600 < P <= ,800 2,000 79,425 3,000 1,000 0,500
0,999 ,800 < P <= 0,999 2,000 58,208 1,000 1,000 0,500
10,000 10,000 Chi-Kuadrat = 5,000
DK = 2
Distribusi LOG-NORMAL
Diterima Chi-Kritik = 5,991
Ket. :
Chi-Kuadrat =
Ef = Frekuensi sesuai pembagian kelasnya
Of =
Frekuensi dengan aplikasi distribusi frekuensi
DK = Derajat Kebebasan
Dapat dilihat pada tabel 3.10 hasil perhitungan nilai parameter
Chi-Kuadrat terhitung untuk Distribusi Log-Normal adalah 5,000, sedangkan dengan
derajat kebebasan (DK) = 2 dan derajat kepercayaan 5% didapat parameter
Chi-Kuadrat kritis = 5,991.
Tabel 3.11 Perhitungan Nilai Parameter Chi-Kuadrat Terhitung Untuk Distribusi Gumbel Kecamatan Kaliwates
,400 ,200 < P <= ,400 2,000 102,252 1,000 1,000 0,500
,600 ,400 < P <= ,600 2,000 92,042 2,000 0,000 0,000
,800 ,600 < P <= ,800 2,000 82,198 1,000 1,000 0,500
0,999 ,800 < P <= 0,999 2,000 56,743 3,000 1,000 0,500
10,000 10,000 Chi-Kuadrat = 2,000
DK = 2
Distribusi GUMBEL
Diterima Chi-Kritik = 5,991
Ket. :
Chi-Kuadrat =
Harga Chi-Kuadrat
Ef = Frekuensi sesuai pembagian kelasnya
Of =
Frekuensi dengan aplikasi distribusi frekuensi
DK = Derajat Kebebasan
Dapat dilihat pada tabel 3.11 hasil perhitungan nilai parameter Chi
-Kuadrat terhitung untuk Distribusi Gumbel adalah 2,000, sedangkan dengan
derajat kebebasan (DK) = 2 dan derajat kepercayaan 5% didapat parameter
Tabel 3.12 Perhitungan Nilai Parameter Chi-Kuadrat Terhitung Untuk Distribusi
,400 ,200 < P <= ,400 2,000 90,830 3,000 1,000 0,500
,600 ,400 < P <= ,600 2,000 85,478 0,000 2,000 2,000
,800 ,600 < P <= ,800 2,000 80,318 2,000 0,000 0,000
0,999 ,800 < P <= 0,999 2,000 66,975 1,000 1,000 0,500
10,000 9,000
Kuadrat = Harga Chi-Kuadrat
Ef = Frekuensi sesuai pembagian kelasnya Of = Frekuensi dengan aplikasi distribusi frekuensi DK = Derajat Kebebasan
Dapat dilihat pada tabel 3.12 hasil perhitungan nilai parameter Chi
-Kuadrat terhitung untuk Distribusi Gumbel adalah 3,500, sedangkan dengan
derajat kebebasan (DK) = 2 dan derajat kepercayaan 5% didapat parameter
Chi-Kuadrat kritis = 5,991.
Tabel 3.13 Perhitungan Nilai Parameter Chi-Kuadrat Terhitung Untuk Distribusi Log Pearson III Kecamatan Kaliwates
Kelas P(x >= Xm) Ef
,400 ,200 < P <= ,400 2,000 104,582 1,000 1,000 0,500
,600 ,400 < P <= ,600 2,000 93,248 2,000 0,000 0,000
,800 ,600 < P <= ,800 2,000 81,378 1,000 1,000 0,500
0,999 ,800 < P <= 0,999 2,000 46,930 3,000 1,000 0,500
10,000 10,000 Chi-Kuadrat = 2,000
DK = 1
Distribusi LOG-PEARSON III
Ket. :
Chi-Kuadrat = Harga Chi-Kuadrat
Ef = Frekuensi sesuai pembagian kelasnya Of = Frekuensi dengan aplikasi distribusi frekuensi DK = Derajat Kebebasan
Dapat dilihat pada tabel 3.13 hasil perhitungan nilai parameter Chi
-Kuadrat terhitung untuk Log Pearson III adalah 2,000, sedangkan dengan derajat
kebebasan (DK) = 1 dan derajat kepercayaan 5% didapat parameter
Chi-Kuadrat kritis = 3,841.
Tabel 3.14 Perhitungan Nilai Parameter Chi-Kuadrat Terhitung Untuk Distribusi Log Pearson III Kecamatan Sumbersari
Kelas P(x >= Xm) Ef
,400 ,200 < P <= ,400 2,000 94,247 2,000 0,000 0,000
,600 ,400 < P <= ,600 2,000 88,237 2,000 0,000 0,000
,800 ,600 < P <= ,800 2,000 80,457 2,000 0,000 0,000
0,999
,800 < P <=
0,999 2,000 46,937 2,000 0,000 0,000
10,000 10,000 Chi-Kuadrat = 0,000
DK = 1
Distribusi LOG-PEARSON III
Diterima Chi-Kritik = 3,841
Ket. :
Chi-Kuadrat =
Harga Chi-Kuadrat
Ef = Frekuensi sesuai pembagian kelasnya
Of =
Frekuensi dengan aplikasi distribusi frekuensi
DK = Derajat Kebebasan
Dapat dilihat pada tabel 3.14 hasil perhitungan nilai parameter Chi
-Kuadrat terhitung untuk Distribusi Log-Pearson III adalah 0,000, sedangkan
dengan derajat kebebasan (DK) = 1 dan derajat kepercayaan 5% didapat
3.3.2 Metode Smirnov-Kolmogorof
Uji probabilitas Metode Smirnov-Kolmogorof sering disebut juga uji
kecocokan non parametrik, karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi
distribusi tertentu (Suripin, 2004:58). Berikut hasil perhitungan pengujian
probabilitas dengan menggunakan Metode Smirnov-Kolmogorof
Tabel 3.15 Perhitungan Uji Distribusi Dengan Metode Smirnov-Kolmogorof Kecamatan Kaliwates
Hujan (mm) m
P =
m/(N+1) NORMAL LOG-NORMAL GUMBEL LOG-PEARSON III P(x
135,000 1 0,091 0,062 0,029 0,081 0,010 0,075 0,015 0,078 0,013
125,000 2 0,182 0,138 0,044 0,145 0,037 0,130 0,052 0,144 0,038
120,000 3 0,273 0,193 0,079 0,190 0,083 0,169 0,104 0,191 0,082
116,000 4 0,364 0,246 0,118 0,233 0,131 0,208 0,156 0,236 0,128
98,000 5 0,455 0,546 0,092 0,506 0,051 0,479 0,024 0,514 0,059
95,000 6 0,545 0,599 0,053 0,560 0,015 0,539 0,007 0,568 0,023
92,000 7 0,636 0,649 0,013 0,615 0,021 0,601 0,035 0,623 0,014
80,000 8 0,727 0,821 0,094 0,819 0,091 0,839 0,112 0,820 0,092
75,000 9 0,818 0,873 0,055 0,884 0,066 0,912 0,094 0,883 0,064
70,000 10 0,909 0,914 0,005 0,933 0,024 0,961 0,052 0,930 0,021
DKritik
= 0,410 0,118 0,131 0,156 0,128
Diterima Diterima Diterima Diterima
Dari hasil perhitungan uji distribusi Metode Smirnov-Kolmogorof
didapat nilai Δ P Maksimal untuk masing-masing metode distribusi, Seperti yang
terlihat pada tabel 3.15 yaitu Metode Normal = 0,118; Metode Log-Normal
Tabel 3.16Perhitungan Uji Distribusi Dengan Metode Smirnov-Kolmogorof
103,500 1 0,091 0,125 0,034 0,141 0,051 0,120 0,029 0,114 0,023
102,500 2 0,182 0,143 0,039 0,158 0,024 0,133 0,049 0,139 0,043
100,000 3 0,273 0,196 0,076 0,205 0,068 0,171 0,102 0,209 0,064
94,500 4 0,364 0,350 0,014 0,339 0,025 0,290 0,074 0,391 0,028
93,500 5 0,455 0,382 0,073 0,367 0,087 0,317 0,137 0,426 0,029
93,500 6 0,545 0,382 0,164 0,367 0,178 0,317 0,228 0,426 0,120
83,500 7 0,636 0,709 0,073 0,684 0,048 0,679 0,043 0,732 0,095
82,643 8 0,727 0,733 0,006 0,710 0,017 0,713 0,014 0,752 0,025
79,500 9 0,818 0,813 0,005 0,798 0,020 0,828 0,010 0,819 0,001
66,500 10 0,909 0,977 0,068 0,983 0,074 0,999 0,090 0,964 0,055
DKritik
= 0,410 0,164 0,178 0,228 0,120
Diterima Diterima Diterima Diterima
Dari hasil perhitungan uji distribusi Metode Smirnov-Kolmogorof
didapat nilai Δ P Maksimal untuk masing-masing metode distribusi, Seperti yang
terlihat pada tabel 3.16 yaitu Metode Normal = 0,164; Metode Log-Normal
= 0,178; Metode Gumbel = 0,228; metode Log-Pearson III = 0,120.
Tabel 3.17Rekapitulasi Hasil Uji Chi-Kuadrat dan Smirnov Kolmogorof Kecamatan Kaliwates
Distribusi Metode-Kuadrat Metode Smirnov-Kolmogorof
Probabilitas X2 X2cr Keterangan Δ P Δ Pkritis
Keterangan
Normal 2,000 5,991 Diterima 0,118 0,410 Diterima
Log-Normal 2,000 5,991 Diterima 0,131 0,410 Diterima
Gumbel 2,000 5,991 Diterima 0,156 0,410 Diterima
Dari hasil pengujian masing-masing metode distribusi probabilitas
seperti yang terlihat pada tabel 3.17, maka dapat disimpulkan bahwa untuk
perhitungan intensitas hujan menggunakan XT (hujan rencana dengan periode
ulang T) dari hasil perhitungan analisis frekuensi dengan Metode Normal, karena
distribusi probabilitas dengan menggunakan Metode Normal mempunyai nilai
simpangan maksimal terkecil dan lebih kecil dari simpangan kritis.
Tabel 3.18 Rekapitulasi Hasil Uji Chi-Kuadrat dan Smirnov Kolmogorof Kecamatan Sumbersari
Distribusi Metode-Kuadrat Metode Smirnov-Kolmogorof
Probabilitas X2 X2cr Keterangan Δ P Δ P kritis
Keterangan
Normal 3,000 5,991 Diterima 0,164 0,410 Diterima
Log-Normal 5,000 5,991 Diterima 0,178 0,410 Diterima
Gumbel 3,500 5,991 Diterima 0,228 0,410 Diterima
Log-Pearson 0,000 3,841 Ditolak 0,120 0,410 Diterima
Dari hasil pengujian masing-masing metode distribusi probabilitas
seperti yang terlihat pada tabel 3.18, maka dapat disimpulkan bahwa untuk
perhitungan intensitas hujan menggunakan XT (hujan rencana dengan periode
ulang T) dari hasil perhitungan analisis frekuensi dengan Metode Log pearson III,
karena distribusi probabilitas dengan menggunakan Metode Log Pearson III
mempunyai nilai simpangan maksimal terkecil dan lebih kecil dari simpangan
3.4. Perhitungan Distribusi Curah Hujan Analisis Frekuensi
Hasil perhitungan dari analisis frekuensi dapat dilihat pada tabel 3.19 dan 3.20
berikut:
Tabel 3.19Hasil Perhitungan Analis Frekuensi Kecamatan Kaliwates
P(x >= Xm)
Probabilitas
T (Tahun) Metode Distribusi (mm)
Kala-0,5 2 100,600 98,330 96,918 98,781
0,2 5 119,462 118,989 116,724 119,131
0,1 10 129,321 131,461 129,837 131,052
Sumber :Hasil perhitungan
Dari tabel 3.19 didapatkan hasil yaitu curah hujan dengan metode Normal
dengan kala ulang 2 tahun adalah 100,600 mm, kala ulang 5 tahun adalah
119,462, dan kala ulang 10 tahun adalah 129,321 mm.
Tabel 3.20Hasil Perhitungan Analis Frekuensi Kecamatan Sumbersari
P(x >= Xm)
Probabilitas
T (Tahun) Metode Distribusi (mm)
Kala-0,5 2 89,964 89,224 88,034 91,329
0,2 5 99,852 100,231 98,416 100,300
0,1 10 105,020 106,515 105,290 104,131
Sumber :Hasil perhitungan
Dari tabel 3.20 didapatkan hasil yaitu curah hujan dengan metode Log
Pearson III dengan kala ulang 2 tahun adalah 91,329 mm, kala ulang 5 tahun
adalah 100,300, dan kala ulang 10 tahun adalah 104,131 mm.
3.5 Analisis Intensitas Hujan
Intensitas hujan diperlukan dalam penelitian ini sebagai input rain
gagedalam permodelan drainase menggunakan SWMM yang berupa hujantime
masing-masing kecamatan. Hasil Perhitungan hujan jam-jaman dengan rumus
mononobedi dapatkan intesitas hujanmulai dari 0,25 jam sampai 6 jam dilihat
pada tabel 1. Perbandingan nilai intensitas hujan antara kedua kecamatan, secara
umum kecamatan Sumbersari lebih kecil dari Kecamatan Kaliwates. Kecamatan
Kaliwates untuk hujan periode ulang 5 tahun lebih dari 100 mm/jam. Sedangkan
untuk kecamatan Sumbersari untuk hujan periode ulang 5 tahun di bawah 100
mm/jam. Sementara itu, untuk periode ulang 2 tahun, intensitas hujan untuk kedua
kecamatan hampir sama.
Tabel 3.21Intensitas Hujan Jam-Jaman untuk Kala Ulang Tertentu Kecamatan Kaliwates dan Sumbersari
0,25 87,88 104,36 79,78 87,62
0,5 55,36 65,74 50,26 55,20
0,75 42,25 50,17 38,36 42,12
1 34,88 41,42 31,66 34,77
2 21,97 26,09 19,95 21,90
3 16,77 19,91 15,22 16,72
4 13,84 16,44 12.57 13,80
5 11,93 14,16 10,83 11,89
6 10,56 12,54 9,59 10,53
Secara umum intensitas hujan yang terjadi pada kedua kecamatan
menunjukkan bahwa makin singkat hujan yang berlangsung intensitasnya
cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula
intensitasnya seperti pada gambar 3.1 dan 3.2 kurvaIntensity Duration Frequency
Gambar 3.1KurvaIntensity Duration Frequency (IDF)Kecamatan Kaliwates
4.1. Sistem Jaringan Drainase
Sistem jaringan drainase perkotaan pada umumnya dibagi menjadi 2, yaitu
sebagai beikut:
1. Sistem Drainase Mayor.
Yaitu sistem saluran atau badan air yang menampung dan mengalirkan air
dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada umumnya sistem
drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan utama (major
system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala
besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai.
Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5
sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan dalam
perencanaan sistem drainase ini.
2. Sistem Drainase Mikro.
Yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung
dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan yang
termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan,
saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase
kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu
besar. Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa
ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem
drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase
mikro.
Sesuai dengan pembagian sistem jaringan di atas, untuk memudahkan
identifikasi klasifikasi saluran drainase sistem jaringan drainase kecamatan
I
DENTIFIKASI
S
ISTEM
J
ARINGAN
DAN
P
ERMASALAHAN
Kaliwates dan Sumbersari dibagi menjadi 7 wilayah pematusan, yaitu sebagai
berikut:
1. Wilayah pematusan irigasi Kotok BM 3–sungai Ajung
2. Wilayah pematusan irigasi Kotok BM 3–sungai Cakol
3. Wilayah pematusan sungai Cakol–sungai Bedadung
4. Wilayah pematusan sungai Bedadung–sungai Jompo
5. Wilayah pematusan sungai Jompo–sungai Argopuro
6. Wilayah pematusan sungai Argopuro–sungai Semangir
7. Wilayah pematusan selatan sungai Bedadung
4.1.1. Pematusan Irigasi Kotok BM 3–Sungai Ajung
Wilayah Pematusan Irigasi Kotok BM 3 dibatasi oleh sungai Ajung dan Irigasi
Kotok BM 3 yang berasal dari DAM Kotok pada sungai Kotok. Irigasi ini memotong
jalan Basuki Rahmat dan jalan Sriwijaya menjadi 2 yaitu sebelah selatan dan sebelah
utara. Sehingga wilayah yang berada di sebelah selatan Irigasi Kotok BM 3 sampai
dengan perbatasan sungai Ajung merupakan wilayah pematusannya.
Berdasarkan lampiran 2, pada wilayah pematusan Irigasi Kotok BM 3-Sungai
Ajung terdapat beberapa sistem jaringan drainase, yaitu:
1. Sistem Jaringan Drainase Muktisari 1–Muktisari 2
Sistem jaringan drainase ini berasal dari buangan air pemukiman warga di
daerah depan SMA 3 Jember yang melintang di jalan basuki rahmat, kemudian
mengalir di wilayah perumahan Muktisari dan bermuara di Sungai Ajung.
Sistem jaringan drainase ini menerima buangan dari saluran drainase Taman
Gading 1 dan Taman Gading 2.
2. Sistem Jaringan Drainase Irigasi Dam Kotok 1 - Irigasi Dam Kotok 2 - Irigasi
Dam Kotok 3
Sistem jaringan drainase ini berasal dari percabangan irigasi dam kotok
BM 3 yang mengalir di pemukiman depan SMA 3 Jember, yang kemudian
melintang di jalan basuki rahmat lalu masuk ke perumahan Muktisari dan
bermuara di sawah belakang kantor Dinas Pelatihan Ketenagakerjaan (KLK).
3. Sistem Jaringan Drainase Muktisari 5
Sistem jaringan drainase ini berada di depan kantor Dinas Pelatihan
Ketenagakerjaan (KLK) kemudian melintang di jalan basuki rahmat dan
bermuara di sawah belakang pemukiman sekitar SMA 3 Jember. Sistem
jaringan drainase ini menerima buangan dari saluran drainase Muktisari 4.
4. Sistem Jaringan Drainase Taman Gading 3
Sistem jaringan drainase ini berasal dari percabangan Irigasi Dam Kotok
yang mengalir ke wilayah perumahan Taman Gading dan bermuara di Sungai
Ajung.
5. Sistem Jaringan Drainase Taman Gading 4–Taman Gading 6
Sistem jaringan drainase ini berasal dari percabangan Irigasi Dam Kotok
yang mengalir di tengah – tengah perumahan Taman Gading dan bermuara di
Sungai Ajung.
6. Sistem Jaringan Drainase Srwijaya 1 – Sutoyo 5 – Taman Gading 5 – Taman
Sistem jaringan drainase ini berasal dari irigasi sawah di belakang
perumahan Sriwijaya yang melintang di jalan Sriwijaya dan berasal dari
percabangan irigasi dam kotok yang mengalir melintang juga di jalan Sutoyo
kemudian mengalir di tengah–tengah perumahan Taman Gading dan bermuara
di Sungai Ajung.
4.1.2. Pematusan Irigasi Kotok BM 3–Sungai Cakol
Wilayah pematusan Irigasi Kotok BM 3 – Sungai Cakol dibatasi oleh Irigasi
Kotok BM 3 dan Sungai Cakol. Wilayah pematusan ini dilewati oleh jalan Basuki
Rahmat, jalan Letjen Suprapto, jalan S Parman dan jalan Sriwijaya. Wilayah
pematusan Irigasi Kotok BM 3 – Sungai Cakol ini terdiri dari jalan Basuki Rahmat
bagian utara Irigasi Kotok BM3, jalan Letjen Suprapto bagian selatan Sungai Cakol,
jalan S Parman yang berada di antara sungai sungai Cakol dan Irigasi Kotok BM 3,
dan jalan Sriwijaya di bagian utara Irigasi Kotok BM 3.
Gambar 4.2 Wilayah Pematusan Irigasi Kotok BM 3–Sungai Cakol
Berdasarkan lampiran 3, pada Wilayah Pematusan Iigasi Kotok BM3–Sungai
Cakol terdapat beberapa sistem jaringan drainase, yaitu:
Sungai Cakol merupakan anak sungai Bedadung. Saluran drainase
Sungai Cakol ini menerima buangan air dari saluran drainase suprapto 1 (SUP
1), Suprapto 2 (SUP 2), Sutoyo 1 (SUT 1), Sutoyo 2 (SUT 2) dan Basuki 10
yang kemudian bermuara di Sungai Bedadung.
2. Sistem Jaringan Drainase Rahmat 1
Rahmat 1 merupakan cabang saluran dari DAM KOTOK. Saluran ini
menerima limpasan air dari saluran drainase Basuki 2 dan Basuki 5.
3. Sistem Jaringan Drainase Rahmat 2
Saluran drainase Rahmat 2 ini menerima limpasan air dari saluran
drainase Sriwijaya 5 dan Sriwijaya 6 yang kemudian keduanya menyatu.
Selain menerima limpasan, saluran ini berasal dari buangan air irigasi dari
sawah di sekitar jalan Piere Tendean dan jalan Sutoyo. Saluran ini juga
menerima limpasan air dari saluran drainase Basuki 3 dan Basuki 4.
4. Sistem Jaringan Drainase Anak Sungai Cakul
Sungai anak Cakul merupakan anak sungai bedadung. Saluran
drainase yang membuang limpasan airnya ke sungai ini adalah saluran
drainase Parman 6. Saluran drainase Parman 6 ini terletak di sisi kanan jalan
Letjend S. Parman.
5. Sistem Jaringan Drainase Sukorejo
Saluran Drainase Sukorejo ini menerima limpasan air dari saluran
drainase Parman 4 dan Parman 5 yang kemudian bergabung dengan
Sumbersari 1 mengalir ke sungai Cakul.
6. Sistem Jaringan Drainase Sumbersari 1
Saluran Drainase Sumbersari 1 ini merupakan gabungan sistem
jaringan drainase Sukorejo. Selain itu saluran ini memerima limpasan air dari
saluran drainase Parman 2, Parman 3, Sriwijaya 1, Sriwijaya 2, Sriwijaya 3
dan Sriwijaya 4 yang kemudian mengalir melintang di jalan Sriwijaya ke
Sungai Cakul lalu bermuara di sungai Bedadung.
Saluran drainase Sumbersari 2 berasal dari buangan air irigasi dari
sawah dibelakang lapangan Sukorejo, kemudian mengalir melintang di jalan
Sriwijaya ke sungai Cakul lalu bermuara di sungai Bedadung.
4.1.3. Pematusan Sungai Cakol–Sungai Bedadung
Wilayah pematusan Sungai Cakol – Sungai Bedadung dibatasi oleh sungai
cakol dan sungai bedadung. Wilayah pematusan ini dilewati beberapa jalan, yaitu
jalan Letjen Suprapto, jalan Panjaitan, jalan S Parman, jalan Karimata dan perumahan
Gunung Batu. Wilayah pematusan Sungai Cakol – Sungai Bedadung ini terdiri dari
jalan Letjen Suprapto bagian utara sungai Cakol, jalan Panjaitan, jalan S Parman
bagian barat sungai Cakol, perumahan Gunung Batu dan jalan Karimata.
Gambar 4.3Wilayah Pematusan Sungai Cakol–Sungai Bedadung
Berdasarkan lampiran 4, pada wilayah pematusan sungai Cakol – Sungai
Bedadung terdapat beberapa sistem jaringan drainase, yaitu:
1. Sistem jaringan Drainase Suprapto-3 Suprapto-4 Suprapto-5
Saluran drainase ini berasal jalan Letjen Panjaitan (Pada saluran
Suprapto-4) ketiga system drainase ini bertemu pada satu titik saluran
Primer Suprapto 6 yang nantinya akan bermuara ke sungai Bedadung.
2. Sistem Jaringan Drainase Suprapto-1 Suprapto-2 Bukit Permai-1 Bukit
Permai-2
Saluran Drainase ini berasal dari jalan Letjen Suprapto (Pada
saluran Suprapto-1 dan Suprapto-2) dan dari arah Perum Bukit Permai
(Pada saluran Bukit Permai-1 dan Bukit Permai-2) dari pertemuan ke
empat system jaringan tersebut, menjadikan sistem jaringan
Suprapto-Bukit Permai sebagai saluran Primer yg akan bermuara ke sungai Cakol.
3. Sistem Jaringan Drainase Karimata-1 Karimata-2 Karimata-3 Karimata-4
Karimata-9
Pada Sistem drainase ini, Karimata-9 berasal dari buangan air
irigasi dari sawah kemudian bertemu dengan Karimata-1 Karimata-2
Karimata-3 Karimata-4, kemudian saluran ini menjadi satu saluran yang
masuk ke dalam perumahan Gunung Batu dan menjadi saluran Primer,
nantinya saluran ini bermuara ke Sungai Bedadung
4. Sistem Jaringan Drainase Karimata-5 Karimata-6 Karimata-7
Pada Sistem drainase ini, ketiga system ini bertemu pada satu titik
saluran yaitu Karimata-8, Karimata-8 sendiri adalah saluran buangan dari
sawah yg berada disebelah timur jalan Karimata.
5. Sistem Jaringan Sungai Cakol
Saluran Drainase yang membuang airnya ke Sungai Cakol yaitu,
S.Parman-1 S.Parman-2 dan Suprapto-Bukit Permai
6. Sistem Jaringan Sungai Bedadung
Saluran Drainase yang membuang airnya ke Sungai Bedadung
yaitu, Panjaitan S.Parman-1, Panjaitan S.Parman-2, Suprapto-6, Gunung
4.1.4. Pematusan Sungai Bedadung–Sungai Jompo
Wilayah pematusan sungai Bedadung – Sungai Jompo dibatasi oleh sungai
Bedadung dan Sungai Jompo. Wilayah pematusan ini dilalui oleh jalan Ahmad Yani,
jalan Trunojoyo, jalan Kartini, jalan Sultan Agung, jalan HOS Cokroaminoto, jalan
KH Siddiq dan jalan Sentot Prawirodirjo. Wilayah pematusan sungai Bedadung –
sungai Jompo ini terdiri dari jalan Ahmad Yani, jalan Trunojoyo, jalan Sultan Agung,
jalan Hos Cokroaminoto bagian timur sungai Jompo, jalan KH Siddiq dan jalan
Sentot bagian barat sungai Jompo.
Gambar 4.4Wilayah Pematusan Sungai Bedadung–Sungai Jompo
Berdasarkan lampiran 5, pada wilayah pematusan sungai Bedadung – sungai
Jompo terdapat beberapa sistem jaringan drainase, yaitu:
1. Sistem Jaringan SLT Agung 3 dan SLT Agung 4
Saluran ini berasal dari Sungai Jompo mengalir melewati masjid Al-Baitul
main kemnudian menerima buangan dari SLT Agung 2, SLT Agung 1 dan
Kartini 3 kemudian bergabung menjadi 1 menjadi Kartini 4.
2. Sistem Jaringan Kartini 4
Saluran drainase Kartini 4 merupakan gabungan saluran drainase SLT4
Pada saluran drainase Fatahilah 1 mengalir menuju Pasar Burung dan
menerima aliran dari Trunojoyo 2 kemudian terpecah lagi menjadi 2 yaitu
saluran drainase Trunojoyo 4 dan Trunojoyo 6. Dari Trunojoyo 4
mendapat aliran dari Diponegoro 1 dan bergabung menjadi satu
membentuk saluran drainase Trunojoyo 5 yang juga mendapat limpahan
air dari Trunojoyo 7 kemudian menjadi satu lagi dengan saluran drainase
Trunojoyo 6 membentuk saluran drainase Sutomo 1. Sedangkan untuk
saluran drainas Fatahilah 2, saluran ini terpecah menjadi 2 menjadi saluran
drainase Diponegoro 1 dan Diponegoro 2. Saluran Diponegoro 2
mendapat aliran air dari SLT Agung 6 dan bergabung menjadi 1
membentuk SMHD 3 yang akan terbelah menjadi 2 lagi membentuk
SMHD 3a dan SMHD 4.
3. Sistem Jaringan SMHD 1, SMHD 2, dan SMHD 5 (SSS)
Sistem jaringan SSS merupakan saluran drainase yang berasal dari
buangan air dari pemukiman dan mendapat limpahan dari SMHD 3a dan
SMHD 4.
4. Sistem Jaringan Kartini 1
Sistem Jaringan Kartini 1 merupakan saluran drainase sepanjang Jalan
Kartini 1 dan Kartini 5 yang kemudian menjadi satu dengan Trunojoyo 1
lalu menuju A. Yani 2 yang bermuara di Sungai Bedadung
5. Sistem Jaringan Shidiq
Sistem Jaringan Shidiq merupakan saluran drainase sepanjang Jalan
Shidiq 1 dan Shidiq 5. Pada saluran drainase Shidiq 1 terpecah menjadi
Shidiq 3 yang mengalir ke sawah dan Shidiq 2 dan Shidiq 4 yang
bermuara ke Sungai Bedadung.
6. Sistem Jaringan Sentot
Sistem Jaringan Sentot merupakan saluran drainase sepanjang Jalan Sentot
1, Sentot 2 dan Sentot 3 yang menjadi satu di Sentot 4 yang bermuara di
Sentot 4.
Saluran drainase yang membuang limpasan airnya ke sungai ini adalah
saluran drainase Sentot 4, Cokro 1, dan SLT Agung 5.
8. Sistem Jaringan Sungai Bedadung
Saluran drainase yang membuang limpasan airnya ke sungai ini adalah
saluran drainase Sutomo 2, Sutomo 3, A. Yani 1, dan A. Yani 2
4.1.5. Pematusan Sungai Jompo–Sungai Argopuro
Wilayah pematusan Sungai Jompo-Sungai Argopuro dibatasi oleh sungai
Jompo dan sungai Argopuro. Wilayah pematusan ini dilalui oleh jalan Gajah Mada,
jalan Hos Cokroaminoto, jalan Sentot Prawirodirjo dan jalan Imam Bonjol. Wilayah
pematusan sungai Jompo – sungai Argopuro terdiri dari jalan Hos Cokroaminoto
bagian barat sungai Jompo, jalan Gajah Mada bagian timur sungai Argopuro, jalan
Sentot bagian barat sungai jompo dan jalan Imam bonjol bagian utara sungai
Bedadung.
Gambar 4.5Wilayah Pematusan Sungai Bedadung–Sungai Jompo
Berdasarkan lampiran 6, pada Wilayah Pematusan Sungai Bedadung–Sungai
1. Sistim jaringan Drainase Patimura 3-Pelita 1-Pelita 2 dan Kyai Mojo 1
(PPPKM).
Saluran drainase ini berasal dari buangan air irigasi sawah di belakang
Telkom Gajah Mada, kemudian mengalir sejajar dengan jalan Jayanegara dan
melintang di jalan Sentot lalu masuk ke perumahan Kyai Mojo dan bermuara
ke sungai Bedadung. Saluran drainase PPPKM ini menerima buangan air dari
saluran drainase gajah mada 3, sentot 11, sentot 12, sentot 9 dan sentot 8.
2. Sistem Jaringan Drainase Pelita 3 dan Nusantara 5 (PN).
Saluran drainase PN merupakan hasil perpecahan dari saluran drainase
Pelita 1 yang mengarah ke jalan sentot XI dan masuk ke wilayah perumahan
Nusantara.
3. Sistem Jaringan Drainase Patimura 2, Patimura 1, Condro 1, Nusantara 2 dan
Nusantara 4 (PPCNN).
Saluran drainase PPCNN berasal dari buangan air irigasi dari sawah di
utara rel kereta api, yaitu saluran drainase Patimura 1 dan patimura 2 yang
kemudian keduanya menyatu. Saluran ini menerima limpasan air dari saluran
drainase Gajah Mada 5 yang kemudian melintang ke jalan Gajah Mada dan
masuk ke wilayah condro di sebelah masjid condro. Saluran drainase ini
menerima limpasan air dari saluran drainase Gajah Mada 6. Saluran drainase
ini terus melintasi wilayah condro dan masuk ke jalan sentot. Namun aliran
ini terpecah menjadi 2 saluran, yaitu saluran drainase sentot 4 dan saluran
Nusantara 2. Untuk saluran drainase sentot 4 juga mendapat tambahan
limpasan air dari saluran drainase Sentot 2, Sentot 1 dan Sentot 3. Kemudian
saluran drainase ini melintan jalan sentot kemudian masuk ke perumahan
Nusantara di sebelah Gereja Kristen Indonesia dan terus bermuara di sungai
Bedadung. Untuk saluran drainase Nusantara 2 saluran ini terus memasuki
perumahan Nusantara dan bermuara di sungai Bedadung.
Saluran drainase Nusantara 3 merupakan gabungan dari saluran
drainase Sentot 6, Sentot 5,Sentot 8 dan Sentot 7 yang kemudian bergabung
dengan Nusantara 2 dan terus bermuara di sungai Bedadung.
5. Sistem Jaringan Anak Sungai Wates
Sungai Wates merupakan anak sungai Bedadung. Saluran drainase
yang membuang limpasan airnya ke sungai ini adalah saluran drainase Gajah
mada 9, Gajah mada 10, Gajah Mada 8 dan Gajah Mada 7.
6. Sistem Jaringan Sungai Argopuro
Sungai Argopuro merupakan anak sungai Bedadung. Saluran drainase
yang membuang airnya ke sungai Argopuro ini adalah saluran drainase Bonjol
1-Bonjol 3, Bonjol 4 dan Bonjol 2.
7. Sistem Jaringan Sungai Jompo.
Saluran drainase yang membuang airnya ke sungai Jompo adalah
saluran drainase Gajah Mada 1, Gajah Mada 2, Sentot 13 dan Sentot 14.
4.1.6. Pematusan Sungai Argopuro–Sungai Semangir
Wilayah pematusan Sungai Argopuro – Sungai Semangir dibatasi adalah
sungai Argopuro dan sungai Semangir. Wilayah pematusan ini dilalui oleh jalan
Hayam Wuruk dan Gajah Mada.
Berdasarkan lampiran 7, pada Wilayah Pematusan Sungai Argopuro – Sungai
Semangir terdapat beberapa sistem jaringan drainase, yaitu:
1. Sistem Jaringan Drainase Gajah Mada 1
Sistem jaringan drainase Jalan Gajah Mada 1 dimulai dari depan
Indomaret Gajah Mada, saluran ini airnya langsung dibuang ke sungai
Argopuro.
2. Sistem Jaringan Drainase Gajah Mada 2
Sistem jaringan drainase Jalan Gajah Mada 1 dimulai dari depan
Indomaret Gajah Mada, saluran ini airnya langsung dibuang ke sungai
Argopuro.
3. Sistem Jaringan Drainase Hayam Wuruk 1
Saluran ini merupakan gabungan dari sebagian dari aluran drainase
gajah mada, dan saluran drainase Hayam Wuruk 1. Limpasan air yang ada
dibuang ke Saluran Irigasi Karang Waru II (samping Xing Trisno).
4. Sistem Jaringan Drainase Hayam Wuruk 2
Saluran ini merupakan gabungan dari sebagian dari aluran drainase
gajah mada, dan saluran drainase Hayam Wuruk 2. Limpasan air yang ada
dibuang ke Saluran Irigasi Karang Waru II (samping Xing Trisno).
5. Sistem Jaringan Drainase Hayam Wuruk 3
Saluran ini dimulai dari depan dealer Toyota, limpasannya dibuang ke
Saluran Irigasi Karang Waru II (samping Xing Trisno).
6. Sistem Jaringan Drainase Hayam Wuruk 4-9
Saluran drainase ini berasal dari saluran irigasi Karang Waru II, Roxy,
dan Mandiri Land. Saluran dimulai dari depan dealer Toyota, menuju saluran
depan Hotel bandung Permai. Saluran samping Bandung Permai merupakan
saluran irigasi Karang Waru II. Saluran ini memecah menjadi II, yaitu depan
Carrefour hingga Telkom Majapahit, dan Hayam Wuruk 6. Saluran dari Roxy
dan Mandiri Land juga bergabung disaluran drainase ini kemudian bercabang,
yaitu menuju Saluran Karang Waru (lumba-lumba) dan menyebrang jalan
Wuruk 7 dan saluran dari arah Roxy yang memecah menjadi 2, satu saluran
membuang limpasannya ke saluran Karang Waru (lumba-lumba),yang lain
menuju persawahan.
7. Sistem Jaringan Drainase Hayam Wuruk 10
Saluran ini dimulai dari depan jalan STAIN, limpasannya dibuang ke
Saluran Irigasi Semangir Kanan (samping Alfamart).
8. Sistem Jaringan Drainase Hayam Wuruk 11
Saluran ini dimulai ruko, limpasannya dibuang ke Saluran Irigasi
Semangir Kanan (samping Alfamart).
9. Sistem Jaringan Drainase Hayam Wuruk 12-13
Saluran drainase ini terdiri dari Hayam Wuruk 12 dan 13, kedua
saluran ini tidak terintegrasi dengan baik yaitu di titik depan Rumah Makan
Terapung Taman Mangli Indah.
4.1.7. Pematusan Selatan Sungai Bedadung
Wilayah pematusan Sungai Bedadung merupakan wilayah yang ada di sebelah
selatan sungai Bedadung. Wilayah ini dilalui oleh jalan Imam Bonjol dan Teuku
Umar.
Berdasarkan lampiran 8, pada wilayah pematusan ini, sebagian besar saluran
sekunder bermuara pada satu saluran primer kemudian dialirkan ke sungai bedadung,
sebagian lagi langsung dialirkan. Adapun sistem jarigan drianase pada wilayah
pematusan ini dibagi menjadi 2 sistem jaringan, yaitu:
1. Sistem Jaringan Jalan Teuku Umar
Pada sistem jaringan drainase ini, terdiri dari beberapa saluran sekunder, yaitu
Teuku Umar 1, Teuku Umar 2, Teuku Umar 3, Teuku Umar 4, Teuku Umar 5,
Teuku Umar 6, Teuku Umar 7, Agus Salim 1, Agus Salim 2, Avour PLN 1,
dan Avour PLN 2. Sistem jaringan drainase ini bergabung menjadi satu
saluran yang selanjutnya disebut Imam Bonjol Primer.
2. Sistem Jaringan Jalan Imam Bonjol
Sistem Jaringan terdiri dari beberapa saluran sekunder, yaitu Imam Bonjol 7,
Imam Bonjol 8, Imam Bonjol 9, Imam Bonjol 10, Imam Bonjol 11 , Imam
Bonjol 12, Imam Bonjol 13, Imam Bonjol 14, Imam Bonjol 15, Imam Bonjol
16, Imam Bonjol 17 dan Imam Bonjol 18. Seluruh saluran ini bermuara pada
saluran primer yaitu Imam Bonjol Primer.
Adapun saluran 2 sistem jaringan tersebut bermuara pada satu saluran yaitu
saluran Imam Bonjol Primer. Namun, beberapa saluran sekunder langsung bermuara
di sungai bedadung, saluran tersebut adalah Agus Salim 3, Agus Salim 4, Imam