• Tidak ada hasil yang ditemukan

T PD 1200973 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T PD 1200973 Chapter3"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Vina Amilia Suganda M., 2014

ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan kualitatif. Moleong (2009, hlm. 6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik (utuh) dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Desain penelitian kualitatif yang digunakan yaitu studi kasus yang bersifat deskriptif, yang bertujuan untuk menganalisis gambaran kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah dan penyebab munculnya kesulitan tersebut, serta sikap matematis yang mendukung siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah.

Dikarenakan penelitian ini menggunakan desain kualitatif, maka rancangan yang dipilih yaitu rancangan penelitian induktif, dimana penarikan kesimpulan yang bersifat umum (general) dari kasus-kasus yang bersifat khusus. Menurut Denzin dan Lincoln (2009, hlm. 595) rancangan induktif akan sangat berguna khususnya bagi sebuah studi kasus di lokasi yang masih asing dan benar-benar rumit, dan lebih bersifat deskriptif eksploratis.

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

1. Subjek penelitian

(2)

Vina Amilia Suganda M., 2014

ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

kesulitan yang dialaminya dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika dapat mewakili kesulitan siswa lainnya.

2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah salah satu Sekolah Dasar Negeri di Bandung. Penentuan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan peneliti karena peneliti merasa tidak dipersulit dalam melakukan penelitian baik segi administrasi, biaya dan kluster sekolah tersebut.

C. Fokus Penelitian

Yang menjadi fokus penelitian adalah bagaimana gambaran kesulitan siswa kelas V di salah satu Sekolah Dasar Negeri Bandung dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika sesuai dengan tingkatan kemampuan matematika rendah, sedang dan tinggi, serta sikap matematis siswa yang mendukung kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah.

D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

a. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengasakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenoma yang dijadikan obyek pengamatan (Djaali, 2004, hlm. 23). Kelemahan dari observasi adalah kecenderungan terganggunya suasana, sehingga latar tidak lagi alami, dan mungkin beberapa responden merasa terancam karena perilakunya terdokumentasikan. Peneliti harus berhati-hati betul agar semua responden merasa aman, dan kepentingannya tidak terancam oleh observasi ini.

(3)

Vina Amilia Suganda M., 2014

ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

yang nantinya akan diteliti yaitu siswa. Ada beberapa karakteristik yang menjadi pusat pengamatan peneliti yaitu proses pembelajaran yang berupa interaksi guru dan siswa, sikap yang ditunjukkan siswa saat proses pembelajaran matematika dilaksanakan, kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah yaitu ketika mereka diberikan permasalahan dalam bentuk soal, bagaimana respon siswa yang timbul dan sikap matematis siswa yang mendukung dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah.

Metode observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data melalui pengamatan dan pengindraan (Bungin, 2010, hlm. 115). Jenis observasi yang digunakan dengan teknik observasi partisipatif, dimana Sugiyono (2010, hlm. 64) menyatakan bahwa jenis observasi partisipatif ini melibatkan peneliti dalam kegiatan sehari-hari subjek yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan observasi partisipan, maka data yang diperoleh lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak, yang dapat menunjukkan bagaimana kesulitan yang lebih cenderung pada subjek penelitian.

Pada tahap observasi ini, peneliti mengamati aktivitas siswa ketika mengerjakan soal-soal pemecahan masalah. Setiap aktivitas dan sikap yang ditunjukkan subjek saat proses pembelajaran matematika berlangsung diamati, agar meminimalisir terlewatkannya hal-hal yang penting dalam mendukung penelitian. Hasil pada observasi ini digunakan untuk disesuaikan dengan informasi yang peneliti peroleh dari hasil tes dan wawancara untuk menggambarkan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah dan sikap matematis yang ditunjukkannya.

(4)

Vina Amilia Suganda M., 2014

ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

masalah, kemudian ketika proses wawancara berlangsung sehingga selanjutnya tingkah laku yang mencerminkan sikap matematis subjek penelitian dapat digambarkan.

2. Angket

Langkah selanjutnya adalah menyusun instrumen angket. Angket yang dibuat berdasarkan skala likert yang terdiri atas 4 pilihan jawaban yaitu : “setuju

sekali”, “setuju”, “tidak setuju”, “sangat tidak setuju”. Pernyataan-pernyataan yang dimunculkan dalam angket dibuat berdasarkan indikator dan definisi serta hal-hal yang terkait secara langsung maupun tidak langsung terhadap sikap matematis siswa ditinjau dari kompetensi sikap yang terdapat pada Kurikulum Singapura.

Pernyataan-pernyataan yang ada pada angket digunakan untuk memperkuat atau menambahkan informasi-informasi mengenai sikap matematis siswa yang mendukungnya baik dalam menyelesaikan soal-soal matematis dari subjek maupun sikap yang muncul dalam proses pembelajaran matematika. Hal ini dilakukan karena dikhawatirkan ada beberapa hal penting yang mungkin tidak bisa digali atau tidak muncul pada observasi maupun wawancara nantinya.

Pemberian angket sikap kepada subjek penelitian ini dimaksudkan untuk untuk memperkuat atau bahkan menambahkan informasi-informasi mengenai sikap matematis siswa karena dikhawatirkan ada beberapa hal penting yang mungkin tidak bisa digali atau tidak muncul pada observasi maupun wawancara nantinya. Pengumpulan data dengan menggunakan angket jauh lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga, Sudjiono (2011, hlm. 84) menyatakan bahwa angket (questionnaire) juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar.

(5)

Vina Amilia Suganda M., 2014

ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

pernyataan yang disajikan, kemudian ia diminta untuk menilai pernyataan-pernyataan itu. Penilaian terhadap pernyataan-pernyataan-pernyataan-pernyataan itu sifatnya subjektif, tergantung dari kondisi sikap masing-masing individu. Faktor dari luar yang bisa mempengaruhi diusahakan tidak ada. Derajat penilaian siswa terhadap suatu pernyataan terbagi ke dalam 5 (lima) kategori yang tersusun secara bertingkat, mulai dari Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS) atau bisa pula disusun sebaliknya.

Tabel 3.1

Sistem Penetapan Skor untuk Skala Sikap Pernyataan

Sikap

Sangat

Setuju Setuju Tidak Setuju

Sangat Tidak

Skor Maksimum = 4 x jumlah pertanyaan Skor Minimum = 1 x jumlah pertanyaan

Dengan kategori kriteria 4, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus :

Kategori angket siswa ditentukan sebagai berikut: Tabel 3.2

Kategori Angket Sikap Siswa

Persentasi Skor Sikap Kategori Penilaian

(6)

Vina Amilia Suganda M., 2014

ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu 3. Tes

Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mempersiapkan instrumen Tes. Soal-soal yang nantinya digunakan merupakan tipe soal pemecahan masalah, yang dirancang sedemikian rupa agar bisa menggali penggambaran kesulitan siswa dalam dalam menyelesaikannya berdasarkan tingkatan kemampuam matematika subjek penelitian yang terdiri dari rendah, sedang dan tinggi. Untuk mengetahui dan mengelompokkan siswa sesuai dengan kemampuan matematikanya, maka peneliti telah menyiapkan soal KAM (Kemampuan Awal Matematis) yang terdiri dari 15 soal berupa materi yang telah dipelajari dari kelas I hingga kelas V semester I.

Tes ini berupa soal kemampuan pemecahan masalah yang dilakukan secara tertulis untuk memperoleh data berupa kesulitan dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika siswa kelas V Sekolah Dasar. Soal tes terlebih dahulu di validasi oleh pembimbing dan guru serta diuji cobakan ke beberapa siswa. Seperti yang dibahas sebelumnya, peneliti akan melihat gambaran kesulitan siswa dari kemampuan matematika siswa yang dimilikinya yaitu rendah, sedang dan tinggi. Soal kemampuan pemecahan masalah yang diberikan terdiri dari dua materi yaitu bilangan pecahan serta bangun datar dan bangun ruang. Dimana masing-masing materi terdiri dari 5 soal yang dibuat dari 5 indikator kemampuan pemecahan masalah. Soal yang diberikan beragam, yaitu terdiri dari soal cerita, non cerita, soal rutin, non rutin, masalah terbuka di dalam matematika dan di luar matematika serta masalah terdefinisi terdefinisi lemah (ill defined).

(7)

Vina Amilia Suganda M., 2014

ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu Tabel 3.3

Kategori KAM (Kemampuan Awal Matematis) Siswa

Arikunto, (2009, hlm. 263-265) Keterangan:

= nilai rata-rata (jumlah skor dibagi dengan banyaknya siswa yang memeiliki skor itu.

SD = Standar Deviasi

= tiap skor dikuadratkan lalu dijumlahkan kemudian dibagi N.

= semua skor dijumlahkan, dibagi N, lalu dikuadratkan.

4. Wawancara

Tujuan dilakukan wawancara ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai kesulitan subjek penelitian dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah dan mengetahui bagaimana sikap matematis yang mendukung dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah serta sikap yang muncul saat berlangsungnya proses pembelajaran.

Jenis wawancara yang dilakukan adalah wawancara semiterstruktur, dimana wawancara dengan jenis ini merupakan kategori in-depth interview,

Rentang Kategori KAM Siswa

KAM + SD Tinggi

- SD KAM < + SD Sedang

KAM < - SD Rendah

(8)

Vina Amilia Suganda M., 2014

ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Sugiyono (2010, hlm. 73) mengatakan bahwa pelaksanaan jenis wawancara semistruktur ini lebih terbuka, bebas dimana tujuannya adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, pihak diwawancarai diminta pendapatnya dan ide-idenya. Dalam wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

Sebelum melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu membuat pedoman wawancara. Pedoman wawancara dipersiapkan untuk mempermudah pelaksanaan wawancara, sehingga materi wawancara yang nantinya diberikan kepada subjek terarah untuk mengetahui bagaimana penggambaran kesulitan subjek penelitian dalam membangun kemampuan memecahkan permasalahan matematika berdasarkan tingkatan berpikir matematika. Akan tetapi, wawancara dapat dikembangkan sendiri oleh peneliti pada saat wawancara berlangsung.

Wawancara dilakukan terhadap subjek penelitian. Tujuan dilakukannya wawancara ini adalah untuk memperoleh informasi awal mengenai bagaimana kesulitan subjek penelitian dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika. Dengan wawancara ini, peneliti akan mendapatkan informasi yang mendalam, seperti yang dikatakan Alwasilah (2003, hlm. 154) mengatakan bahwa wawancara dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mungkin diperoleh lewat observasi. Melalui interview peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam (in-depth information), antara lain:

a. Peneliti dapat menjelaskan atau mem-parafrase pertanyaan yang tidak dimengerti responden.

b. Peneliti dapat mengajukan pertanyaan susulan (follow-up question). c. Responden cenderung menjawab apabila diberi pertanyaan.

d. Responden dapat menceritakan sesuatu yang terjadi di masa silang dan masa mendatang.

(9)

Vina Amilia Suganda M., 2014

ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

jenuh yang dimaksud disini adalah informasi yang diberikan oleh siswa dan ditangkap oleh peneliti yang berupa pernyataan atau berupa informasi yang tetap, tidak ada perubahan lagi ketika dilakukan penelurusan dengan fokus yang sama sekalipun. Hal ini menandakan bahwa informasi yang diberikan sudah berupa informasi yang benar-benar menggambarkan sikap matematis subjek penelitian berdasarkan tingkatan kemampuan matematika yang dimilikinya. Wawancara kedua ini dilakukan setelah soal pemecahan masalah diberikan ke siswa.

Wawancara dilakukan tidak hanya dengan subjek penelitian saja, akan tetapi peneliti juga mewawancarai guru matematika yang mengajar di kelas peneliti mengadakan penelitian. Wawancara dilakukan saat awal peneliti melakukan penelitian, saat berlangsungnya proses pembelajaran dan setelah diperoleh jawaban penelitian dari subjek yang diteliti. Wawancara akhir yang dilakukan dengan guru ini, bermaksud untuk mengkonfirmasi kumpulan dari data-data penelitian yaitu dari observasi, hasil tes, dan angket sikap siswa.

5. Triangulasi Data

Teknik pengumpulan data dengan triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menuju pada kredibilitas data (Sugiyono, 2010, hlm. 83).

(10)

Vina Amilia Suganda M., 2014

ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

terus menggali mengenai alasan mengapa perbedaan itu bisa terjadi. Tujuannya adalah mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda.

Sugiyono (2010, hlm. 83) menyatakan bahwa bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekkan terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat sama dengan metode lainnya (Bungin, 2010, hlm. 257).

b. Teknik Analisis Data

Pada tahap analisis ini, dilakukan analisis yang diperoleh dari respon subjek penelitian pada tes dan wawancara lanjutan yang dilakukan setelah observasi, angket, penilaian diri, wawancara dan studi dokumen. Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Reduksi data (pengurangan)

(11)

Vina Amilia Suganda M., 2014

ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Penyeleksian dan pemfokusan ditekankan pada hasil wawancara serta pengamatan yang mengamati pola interaksi yang terjadi antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa lainnya dalam pembelajaran matematika, yang nantinya digunakan untuk menyimpulkan bagaimana penggambaran kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah dan sikap matematis yang ditunjukkan subjek penelitian. Kemudian, beberapa hal yang berada di luar fokus penelitian dikurangi dan tidak dimasukkan pada analisis data. Adapun tahap reduksi data dalam penelitian ini meliputi:

1. Hasil observasi pertama dan observasi lanjutan disederhanakan menjadi bahasa yang baik dan mudah dimengerti ke dalam bentuk tulisan dan disebut transkrip observasi.

2. Hasil angket disusun berdasarkan poin-poin pertanyaan yang hendak dijawab.

3. Hasil wawancara pertama dan wawancara lanjutan disederhanakan menjadi susunan bahasa yang baik dan rapi, kemudian ditransformasikan ke dalam catatan yang disebut transkrip wawancara. b. Penyajian data

Tahap selanjutnya adalah mengolah sekumpulan informasi yang telah diperoleh dan tersusun rapi tersebut untuk memberi kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Sugiyono (2010, hlm. 95) menyatakan bahwa melalui penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

c. Menarik kesimpulan dan verifikasi

(12)

Vina Amilia Suganda M., 2014

ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

masalah dan mencocokkan hasil observasi, wawancara dan angket untuk penggambaran sikap matematis yang ditunjukkan subjek penelitian.

Adapun pendapat lain namun masih sama maksudnya dengan penjelasan sebelumnya mengenai analisis data yang dikemukakan Moleong (2009, hlm. 280) bahwa analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data dilakukan dalam suatu proses, berarti pelaksanaannya sudah dimulai dilakukan sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif sesudah meninggalkan lapangan penelitian.

Dalam penelitian ini, Moleong menyatakan analisis data yang dilakukan menggunakan metode perbandingan tetap (constant comparative method) karena dalam analisis data, secara tetap membandingkan satu datum dengan datum lainnya, kemudian secara tetap membandingkan kategori dengan kategori lainnya. Secara umum proses analisis data tersebut mencakup: reduksi data, kategorisasi data, diakhiri dengan hipotesis kerja.

Miles dan Huberman (Denzin dan Lincoln, 2009, hlm. 592) menggambarkan proses analisis data dengan model interaktif sebagai berikut:

Gambar 3.1 Komponen Analisis Data Pengumpulan

data

Penyajian data

reduksi data

(13)

Vina Amilia Suganda M., 2014

ANALISIS KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DAN SIKAP MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Gambar

Tabel 3.2 Kategori Angket Sikap Siswa
Gambar 3.1  Komponen Analisis Data

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

untuk mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada siswa dengan menggunakan.. tes pilihan ganda beralasan dan pedoman

data hasil dari lapangan dengan tujuan untuk memberikan gambaran yang lebih tajam. tentang hasil pengamatan, wawancara, dan studi dokumentasi serta

Proses analisis dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber dan berbagai teknik, yaitu wawancara yang telah dituliskan kemudian data tersebut

Ini berarti koefisien regresi dalam model tersebut dapat digunakan untuk menganalisis dan menyimpulkan ketergantungan dan hubungan pola komunikasi guru model multi

Peneliti di sini melakukan wawancara dan pengamatan secara langsung dan ikut serta dalam pembelajaran, dengan pendidik PAUD Kelompok bermain Nurul Huda, peserta

Wawancara dilakukan untuk mengetahui tanggapan, komentar, dan saran guru serta siswa setelah menggunakan media pembelajaran komik. Metode wawancara dipilih karena

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

memperbaiki soal kemampuan memecahkan masalah dan melakukan wawancara kepada guru dan peserta didik dari kelas IV, V, dan VI. Setiap kelas terdiri dari tiga