Pengawasan Obat dan Makanan
Pengawasan Obat dan Makanan
Disampaikan pada :
Rapat Konsultasi Teknis
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Kondisi Saat Ini, Implikasi dan
Tantangannya
1
Globalisasi, persaingan dagang dan
perlindungan kesehatan masyarakat
IMPLIKASI?
TANTANGAN?
KONDISI SAAT INI
KONDISI SAAT INI
Globalisasi, persaingan dagang
dan perlindungan kesehatan
masyarakat
1. Semakin meningkat dan bervariasinya peredaran OM seiring dengan perkembangan Iptek
2. Krisis ekonomi global dan meningkatnya produk impor 3. Perubahan Gaya Hidup Masyarakat
3. Perubahan Gaya Hidup Masyarakat
4. Peningkatan Emerging dan Re emerging Diseases serta Perubahan Masalah Kesehatan 5. Keterbatasan dalam pengawasan produk yang tidak memenuhi syarat
6. Rendahnya daya saing produk OM, khususnya UMKM 7. Gencarnya tuntutan pengamanan pasar dalam negeri
No KONDISI SAAT INI IMPLIKASI TANTANGAN 1 Semakin meningkat
dan bervariasi
peredaran Obat dan Makanan seiring
• Pengawasan OM semakin kompleks
• Ketidaksiapan masyarakat dengan kemajuan TIK dan
Regulasi, standard, Kompetensi SDM, pengawasan pre dan post market termasuk farmakovigilans, kerjasama lintas sektor, dan
IMPLIKASI DENGAN KONDISI SAAT INI DAN TANTANGANNYA
IMPLIKASI DENGAN KONDISI SAAT INI DAN TANTANGANNYA
Makanan seiring
dengan perkembangan Iptek
dengan kemajuan TIK dan promosi gencar.
kerjasama lintas sektor, dan pemberdayaan masyarakat
2 Krisis ekonomi global dan meningkatnya produk impor
Persaingan dagang semakin ketat, produk OM sub-standard, illegal, palsu, adulterated products
semakin meningkat.
Daya saing, kerjasama lintas sektor, penegakan hukum, program
integrated Criminal Justice system
3 Perubahan Gaya Hidup Masyarakat
Penyalahgunaan narkotik &
psikotropika meningkat, penyakit degeneratif meningkat utamanya
Pemberdayaan masyarakat, regulasi, kerjasama lintas sektor degeneratif meningkat utamanya
akibat GGL (gula garam dan lemak) berlebih, pengawasan rokok, beban pelayanan
kesehatan meningkat, sistem penjualan on line meningkat, pengawasan OM semakin kompleks
No KONDISI SAAT INI IMPLIKASI TANTANGAN 4 Peningkatan
Emerging dan Reemerging Diseases serta
Beban pelayanan kesehatan meningkat akibat masih tingginya penyakit menular dan meningkatnya penyakit
Program PHBS, keamanan pangan, program promotif dan preventif, biosecurity, kemampuan
laboratorium, surveillance, kerjasama
IMPLIKASI DENGAN KONDISI SAAT INI DAN TANTANGANNYA
IMPLIKASI DENGAN KONDISI SAAT INI DAN TANTANGANNYA
Diseases serta Perubahan Masalah Kesehatan
dan meningkatnya penyakit tidak menular
laboratorium, surveillance, kerjasama lintas sektor
5 Keterbatasan
dalam pengawasan produk yang tidak memenuhi syarat / tidak memenuhi ketentuan
• Produk OM TMS /TMK semakin banyak beredar di pasar
• Penyalahgunaan BKO dan bahan berbahaya dalam
Kompetensi SDM dan laboratorium, regulasi, kompetensi inspektur OM, penguatan jejaring laboratorium nasional, regional dan global, kerjasama lintas unit dan sektor,
penguatan pengawasan pre dan post ketentuan bahan berbahaya dalam
makanan, kosmetik, obat tradisional dan jamu
semakin marak.
No KONDISI SAAT INI IMPLIKASI TANTANGAN 6 Rendahnya daya
saing produk OM, khususnya UMKM
• Produk nasional kurang dapat bersaing dengan produk global; mutu, keamanan dan
kemanfaatan produk UMKM
Kerjasama pemerintah pusat, pusat dan daerah, serta
komitmen Pemda dalam pembinaan dan pengawasan
IMPLIKASI DENGAN KONDISI SAAT INI DAN TANTANGANNYA
IMPLIKASI DENGAN KONDISI SAAT INI DAN TANTANGANNYA
kemanfaatan produk UMKM belum memadai
• Ancaman kesehatan masyarakat meningkat, ketahanan ekonomi dan ketahanan nasional rapuh
pembinaan dan pengawasan OM dari UMKM, program
insentif pemerintah, Inkubator teknologi, Kerjasama ABG,
inovasi, pemberdayaan UMKM, komitmen dan kesadaran pelaku usaha UMKM.
7 Gencarnya Pengamanan pasar dalam negeri Regulasi, pemberdayaan UMKM
7 Gencarnya tuntutan pengamanan pasar dalam negeri
Pengamanan pasar dalam negeri membaik namun tantangan semakin berat karena kekurangberdayaan UMKM dalam daya saing dan memproduksi OM yang aman, bermutu dan berkhasiat.
Regulasi, pemberdayaan UMKM dan masyarakat, komitmen
Pemerintah Pusat, Daerah dan Pelaku Usaha, Promosi Cinta Produk Nasional
No KONDISI SAAT INI IMPLIKASI TANTANGAN
8 Ekspektasi yang meningkat dari
• Masyarakat lebih menuntut profesionalisme BPOM
Keberhasilan program preventif dan promotif, kesiapan pelaksanaan JKN;
IMPLIKASI DENGAN KONDISI SAAT INI DAN TANTANGANNYA
IMPLIKASI DENGAN KONDISI SAAT INI DAN TANTANGANNYA
meningkat dari masyarakat dan pemerintah terhadap obat, obat tradisional, kosmetik, makanan yang aman,
bermutu dan berkhasiat /
profesionalisme BPOM terhadap pengawasan dan pelayanan publik sektor OM.
• Ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja BPOM dan pemerintah jika BPOM tidak melakukan peningkatan kinerja.
promotif, kesiapan pelaksanaan JKN; kerjasama lintas sektor termasuk pemerintah pusat dan daerah, pelaku usaha dan masyarakat; kesiapan pelayanan publik BPOM dalam kecepatan, kecermatan, kepastian, transparansi,
akuntabilitas dalam menjamin
mutu, keamanan dan kemanfaatan berkhasiat /
bermanfaat
mutu, keamanan dan kemanfaatan OM; penguatan pengawasan pre-post market termasuk
Semakin canggihnya teknologi, deteksi dan
managemen bahaya Era globalisasi
Tipisnyaentry barier antar negara
Ekspektasi masyarakat thdp perlindungan kesehatan meningkat
PERU-BAHAN LINGKU NGAN
Tantangan Pengawasan Obat dan
Makanan
Semakin canggihnya teknologi, deteksi dan
managemen bahaya
Ekspektasi masyarakat
Anti Counterfeiting Trade antar negara
LINGKU NGAN
STRA-TEGIS FOKUS
PENGAWASAN OBAT & MAKANAN
Perubahan gaya
Agreement hidup masyarakat
SISPOM
Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
Anti Counterfeiting Trade Agreement
Era globalisasi Tipisnyaentry barier
antar negara
Ekspektasi masyarakat thdp perlindungan kesehatan meningkat
PERU-PENGAWASAN OBAT & MAKANAN
Perubahan gaya hidup masyarakat
SISPOM
GOAL
Perlindungan kesehatan masyarakat
Keunggulan daya saing produk Obat dan Makanan dengan jaminan keamanan,kemanfaatan dan mutu sesuai standar internasional
Perekonomian Nasional yang kuat
3 GOAL
SISPOM
Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
•Perlindungan kesehatan masyarakat
•Keunggulan daya saing produk Obat dan Makanan dengan jaminan
•keamanan, kemanfaatan/khasiat dan mutu sesuai standar internasional
CONTOH
MASALAH UMUM PENGAWASAN
MASALAH UMUM PENGAWASAN
SERING KALI REAKTIF DAN BELUMMENYELESAIKAN AKAR MASALAH
FENOMENA PUNCAK GUNUNG ES
- Kasus berulang - Tidak ada
efek jera - Pengawasan Penyalahgunaan
Bahan Kimia / Bahan Berbahaya pada
makanan, jamu dan kosmetik
REAKTIF
• Menyelesaikan gejala dengan cara menindak pelaku
- Pengawasan tidak efektif - Terbatas pada
kewenangan
SOLUSI
FUNDAMENTAL?
KONDISI SAAT INI
Perubahan Lingkungan Strategis dan
Kondisi yang Diharapkan
2
KONDISI YANG DIHARAPKAN?
PERUBAHAN
LINGKUNGAN STRATEGIS?
Perubahan global
Harapan masyarakat dan suprastruktur Komitmen Indonesia
• BPOM yang mampu
mengawal keamanan, mutu, khasiat / manfaat obat dan makanan beredar
• Produsen / pelaku usaha yang KONDISI YANG DIHARAPKAN
KONDISI YANG DIHARAPKAN
• Produsen / pelaku usaha yang bertanggung jawab atas
produknya
• Konsumen yang berdaya untuk melindungi diri dari produk OM berisiko terhadap kesehatan
InspectionLaboratory PEMERINTAH
SEBAGAI REGULATOR
KONSUMEN
PRODUSEN /
BAGAIMANA MEWUJUDKAN KONDISI YANG DIHARAPKAN DAN DAMPAK
YANG DIHARAPKAN?
BAGAIMANA MEWUJUDKAN KONDISI YANG DIHARAPKAN DAN DAMPAK
YANG DIHARAPKAN?
Keamanan, mutu, khasiat / manfaat Obat dan makanan meningkat
• Kesehatan masyarakat meningkat
• Daya saing OM nasional meningkat
Masyarakat Sejahtera dan Ketahanan Nasional semakin kokoh
Keamanan, mutu, khasiat / manfaat Obat dan makanan meningkat
• BPOM yang mampu mengawal keamanan, mutu dan khasiat /manfaat OM beredar
• Produsen / pelaku usaha yang bertanggung jawab
Legal aspek dan mandat yang jelas, manajemen pengawasan OM berbasis risiko. pre dan post
market evaluation termasuk farmakovigilans, inspektur kompeten, sumber dana tercukupi. inspeksi sarana produksi dan distribusi, laboratorium, memadai. surveillance, KIE stakeholders, program insentif, utamakan pencegahan, penegakan hukum, kerjasama stakeholders. 13
FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN
FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN
3
5 kekuatan pendorong sebagai faktor kunci
kesuksesan
1. Regulatory system
2. Kelembagaan
2. Kelembagaan
3. Sumberdaya
4. Jejaring
FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN
FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN
1. Regulatory system
Legal aspek, pengaturan dan standardisasi; penilaian keamanan, khasiat dan mutu produk sebelum diijinkan beredar di Indonesia; inspeksi, pengambilan sampel dan pengujian
laboratorium dan produk yang beredar;
pengawasan label dan iklan, serta peringatan kepada publik yang didukung penegakan hukum
5
1. Regulatory system
2. Kelembagaan
3. Sumberdaya
Reformasi birokrasi, QMS, right sizing, laboratorium, kemandirian balai, learning organization
SDM, pengembangan jabatan fungsional, pengelolaan sarana dan prasarana,
pendanaan, dan LSP.
Jejaring antar regulator, laboratorium
public-4. Jejaring
5. Analisis Risiko
Jejaring antar regulator, laboratorium public-private partnership, CSR, ABG, perguruan tinggi
Manajemen risiko, kajian risiko, komunikasi risiko, media monitoring - briefing,clearing house, pemberdayaan masyarakat, pelaku usaha dan stakeholder, KIE, social
enforcement
SASARAN STRATEGIS
1. Meningkatnya efektifitas pengawasan
Obat dan Makanan
2. Meningkatnya kemitraan dengan
2. Meningkatnya kemitraan dengan
pemangku kepentingan dan kesadaran
masyarakat terhadap Obat dan
Makanan yang aman dan bermutu
3. Meningkatnya sarana dan prasarana
pengawasan obat dan makanan
4. Meningkatnya kapasitas manajemen
organisasi Badan POM
STRATEGI
1. Penguatan Regulatory System
1. Penguatan Regulatory System
2. Penataan Kelembagaan
3. Pengelolaan Sumber Daya
4. Penguatan jejaring
1
.
Penguatan
Regulatory System
1
.
Penguatan
Regulatory System
1.1.
Review
Regulatory System
, gap analysis, filling the gap, pembuatan
blue print / roadmap
1.1.
Review
Regulatory System
, gap analysis, filling the gap, pembuatan
blue print / roadmap
OUTPUT / PROGRAM
blue print / roadmap
1.2.
Pengawasan OM berbasis analisis risiko, meliputi pengaturan dan
standardisasi; penilaian keamanan, khasiat dan mutu produk OM
sebelum diijinkan beredar di Indonesia; inspeksi, pengambilan sampel
dan pengujian laboratorium produk yang beredar pengawasan label
dan iklan serta peringatan kepada publik yang didukung penegakan
hukum.
1.3.
Penguatan Pre and Post Market Control dalam implementasi
Good
blue print / roadmap
1.2.
Pengawasan OM berbasis analisis risiko, meliputi pengaturan dan
standardisasi; penilaian keamanan, khasiat dan mutu produk OM
sebelum diijinkan beredar di Indonesia; inspeksi, pengambilan sampel
dan pengujian laboratorium produk yang beredar pengawasan label
dan iklan serta peringatan kepada publik yang didukung penegakan
hukum.
1.3.
Penguatan Pre and Post Market Control dalam implementasi
Good
1.3.
Penguatan Pre and Post Market Control dalam implementasi
Good
Practices
GMP, GDP, Good Clinical Practices, Good Laboratory
Practices, serta HACCP pada produk OM relevan sesuai ketentuan,
1.4.
Prioritas pengawasan OM berisiko, mengutamakan pencegahan, dan
sigap dalam kondisi darurat.
1.5. Penguatan
standard and conformance
dalam menghadapi globalisasi
1.5.
Pengembangan
Regulatory Science
1.6.
Regulatory Impact Assessment
1.3.
Penguatan Pre and Post Market Control dalam implementasi
Good
Practices
GMP, GDP, Good Clinical Practices, Good Laboratory
Practices, serta HACCP pada produk OM relevan sesuai ketentuan,
1.4.
Prioritas pengawasan OM berisiko, mengutamakan pencegahan, dan
sigap dalam kondisi darurat.
1.5. Penguatan
standard and conformance
dalam menghadapi globalisasi
1.5.
Pengembangan
Regulatory Science
2
.
Penataan Kelembagaan
2
.
Penataan Kelembagaan
2.1. Penyusunan Rencana Induk Penataan Kelembagaan BPOM
2.2. Rightsizing BPOM
2.3. Penataan Laboratorium Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN)
beserta pembuatan Blue Print PPOMN, termasuk pengembangan lab rujukan
2.1. Penyusunan Rencana Induk Penataan Kelembagaan BPOM
2.2. Rightsizing BPOM
2.3. Penataan Laboratorium Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN)
beserta pembuatan Blue Print PPOMN, termasuk pengembangan lab rujukan
OUTPUT / PROGRAM
beserta pembuatan Blue Print PPOMN, termasuk pengembangan lab rujukan
dan lab unggulan
2.4. Penataan Balai Besar / Balai POM menjadi lembaga mandiri sebagai kantor
perwakilan BPOM dan pelaksana teknis pengawasan OM termasuk didaerah
perbatasan dan remote area
2.5. Pengembangan BPOM menjadi organisasi pembelajar (learning organization). 2.6. Perbaikan mutu pelayanan publik, antara lain penyederhanaan penilaian produk
(pre market evaluation) melalui e registration, e payment, notifikasi untuk
produk low risk dalam rangka pelayanan publik yang lebih cepat, cermat, pasti,
beserta pembuatan Blue Print PPOMN, termasuk pengembangan lab rujukan
dan lab unggulan
2.4. Penataan Balai Besar / Balai POM menjadi lembaga mandiri sebagai kantor
perwakilan BPOM dan pelaksana teknis pengawasan OM termasuk didaerah
perbatasan dan remote area
2.5. Pengembangan BPOM menjadi organisasi pembelajar (learning organization). 2.6. Perbaikan mutu pelayanan publik, antara lain penyederhanaan penilaian produk
(pre market evaluation) melalui e registration, e payment, notifikasi untuk
produk low risk dalam rangka pelayanan publik yang lebih cepat, cermat, pasti, produk low risk dalam rangka pelayanan publik yang lebih cepat, cermat, pasti, transparan, akuntabel dalam menjamin mutu, keamanan dan kemanfaatan OM
2.7. Penguatan kelembagaan pengawasan pre-post market yang terintegrasi
2.7. Pemeliharaan dan peningkatan QMS secara konsisten
2.8. Penerapan Good Governance dan Clean Governance dalam rangka Reformasi
Birokrasi melalui penguatan SPIP yang efektif pada tahapan proses manajemen/ pengelolaan keuangan
produk low risk dalam rangka pelayanan publik yang lebih cepat, cermat, pasti, transparan, akuntabel dalam menjamin mutu, keamanan dan kemanfaatan OM
2.7. Penguatan kelembagaan pengawasan pre-post market yang terintegrasi
2.7. Pemeliharaan dan peningkatan QMS secara konsisten
2.8. Penerapan Good Governance dan Clean Governance dalam rangka Reformasi
Birokrasi melalui penguatan SPIP yang efektif pada tahapan proses manajemen/ pengelolaan keuangan
3
.
Pengelolaan Sumber Daya
3
.
Pengelolaan Sumber Daya
3.1. Pengembangan jabatan fungsional berbasis kompetensi, meliputi pemetaan
3.1. Pengembangan jabatan fungsional berbasis kompetensi, meliputi pemetaan
OUTPUT / PROGRAM
3.1. Pengembangan jabatan fungsional berbasis kompetensi, meliputi pemetaan
kompetensi; pengembangan standar kompetensi; pengembangan skema sertifikasi; pengembangan kurikulum dan modul berbasis kompetensi;
pengembangan pelatihan berbasis kompetensi; dan sertifikasi kompetensi profesi
3.2. Pembuatan rencana induk pengembangan kompetensi SDM BPOM
3.3. Pelaksanaan pengembangan kompetensi SDM Badan POM
3.4. Pembentukan LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) Pengawas OM, serta
mendorong stakeholders untuk mengembangkan LSP internal maupun untuk
pihak ketiga
3.1. Pengembangan jabatan fungsional berbasis kompetensi, meliputi pemetaan
kompetensi; pengembangan standar kompetensi; pengembangan skema sertifikasi; pengembangan kurikulum dan modul berbasis kompetensi;
pengembangan pelatihan berbasis kompetensi; dan sertifikasi kompetensi profesi
3.2. Pembuatan rencana induk pengembangan kompetensi SDM BPOM
3.3. Pelaksanaan pengembangan kompetensi SDM Badan POM
3.4. Pembentukan LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) Pengawas OM, serta
mendorong stakeholders untuk mengembangkan LSP internal maupun untuk
pihak ketiga pihak ketiga
3.5. Pembuatan Rencana Induk Pembangunan Sarana dan Prasarana BPOM, khususnya laboratorium (termasuk pengawasan rokok)
3.6. Pengelolaan infrastruktur dan penganggaran BPOM yang lebih profesional dan akuntabel
pihak ketiga
3.5. Pembuatan Rencana Induk Pembangunan Sarana dan Prasarana BPOM, khususnya laboratorium (termasuk pengawasan rokok)
4
.
Penguatan Jejaring
4
.
Penguatan Jejaring
4.1. Penguatan dan pengembangan jejaring pengawasan OM, misalnya dalam mendukung perencanaan dan pelaksanaan JKN
4.2. Penguatan dan pengembangan jejaring pusat dan daerah dalam pengawasan OM, misalnya JKPN (Jejaring Keamanan Pangan Nasional), JKPD, AN PJAS, 4.1. Penguatan dan pengembangan jejaring pengawasan OM, misalnya dalam
mendukung perencanaan dan pelaksanaan JKN
4.2. Penguatan dan pengembangan jejaring pusat dan daerah dalam pengawasan OM, misalnya JKPN (Jejaring Keamanan Pangan Nasional), JKPD, AN PJAS,
OUTPUT / PROGRAM
OM, misalnya JKPN (Jejaring Keamanan Pangan Nasional), JKPD, AN PJAS, RANPG, RADPG, Satgas Pemberantasan OM Ilegal, TPBB
4.3. Pengembangan Jejaring Laboratorium Nasional, Regional dan International. 4.4. Penguatan dan pengembangan jejaring pengawasan OM
Nasional-Internasional, antara lain PIC/S (Pharmaceutical Inspection Cooperation
Scheme), INRASFF (Indonesia Rapid Alert System for Food and Feed), INCB (International Narcotic Control Board).
4.5. Penguatan kerjasama ABG (Academia, Business and Government).
4.6. Pengembangan program Public Private Partnership (antara lain CSR)
4.7. Peningkatan Kerjasama BPOM dengan WHO, FAO. EMA dan kerjasama
OM, misalnya JKPN (Jejaring Keamanan Pangan Nasional), JKPD, AN PJAS, RANPG, RADPG, Satgas Pemberantasan OM Ilegal, TPBB
4.3. Pengembangan Jejaring Laboratorium Nasional, Regional dan International. 4.4. Penguatan dan pengembangan jejaring pengawasan OM
Nasional-Internasional, antara lain PIC/S (Pharmaceutical Inspection Cooperation
Scheme), INRASFF (Indonesia Rapid Alert System for Food and Feed), INCB (International Narcotic Control Board).
4.5. Penguatan kerjasama ABG (Academia, Business and Government).
4.6. Pengembangan program Public Private Partnership (antara lain CSR)
4.7. Peningkatan Kerjasama BPOM dengan WHO, FAO. EMA dan kerjasama 4.7. Peningkatan Kerjasama BPOM dengan WHO, FAO. EMA dan kerjasama
dengan Institusi POM International seperti FDA, TGA, KFDA, PMDA dll. 4.8. Pembentukan Pusat kerjasama Badan POM dengan Perguruan Tinggi dan
Lembaga Penelitian
4.9. Peningkatan Kerjasama BPOM dengan asosiasi profesi dan asosiasi / lembaga kemasyarakatan.
4.10. Pengembangan jejaring sosial di media elektronik
4.7. Peningkatan Kerjasama BPOM dengan WHO, FAO. EMA dan kerjasama dengan Institusi POM International seperti FDA, TGA, KFDA, PMDA dll. 4.8. Pembentukan Pusat kerjasama Badan POM dengan Perguruan Tinggi dan
Lembaga Penelitian
4.9. Peningkatan Kerjasama BPOM dengan asosiasi profesi dan asosiasi / lembaga kemasyarakatan.
4.10. Pengembangan jejaring sosial di media elektronik
5
.
Pengembangan Pengawasan Obat dan
Makanan Berbasis Risiko
5
.
Pengembangan Pengawasan Obat dan
Makanan Berbasis Risiko
5.1. Pembentukan Pusat Kewaspadaan dan Penanggulangan Obat dan Makanan (non struktural) untuk merespons kondisi / situasi darurat, terhubung dengan jejaring pengawasan OM internasional, nasional, dan daerah, pusat kajian dan 5.1. Pembentukan Pusat Kewaspadaan dan Penanggulangan Obat dan Makanan
(non struktural) untuk merespons kondisi / situasi darurat, terhubung dengan jejaring pengawasan OM internasional, nasional, dan daerah, pusat kajian dan
OUTPUT / PROGRAM
surveillance.
5.2. Analisis, pengolahan dan interpretasi data terkait pengawasan OM dan faktor risiko untuk program manajemen, kajian dan komunikasi risiko
5.3. Penguatan akses komunikasi dengan media melalui media monitoring, media briefing, media gathering dan media visit,
5.4. Pengembangan Clearing House di Pusat dan daerah untuk akses bagi pelaku
usaha untuk pemenuhan persyaratan keamanan, mutu dan manfaat dari pangan, kosmetik, jamu, dan obat tradisional.
5.5. Peningkatan akses komunikasi dengan masyarakat secara lebih terbuka / surveillance.
5.2. Analisis, pengolahan dan interpretasi data terkait pengawasan OM dan faktor risiko untuk program manajemen, kajian dan komunikasi risiko
5.3. Penguatan akses komunikasi dengan media melalui media monitoring, media briefing, media gathering dan media visit,
5.4. Pengembangan Clearing House di Pusat dan daerah untuk akses bagi pelaku
usaha untuk pemenuhan persyaratan keamanan, mutu dan manfaat dari pangan, kosmetik, jamu, dan obat tradisional.
5.5. Peningkatan akses komunikasi dengan masyarakat secara lebih terbuka / 5.5. Peningkatan akses komunikasi dengan masyarakat secara lebih terbuka /
transparant melalui pengembangan contact center / call center BPOM (single access point)
5.6. Pemberdayaan stakeholders (Pemda, pelaku usaha, masyarakat, asosiasi,
penggalangan kader) melalui advokasi, sosialisasi, dan KIE.
5.7. Pengembangan dan penguatan program-program new initiative Pemberdayaan
Masyarakat seperti Food Safety Masuk Desa, PJAS, Pasar Aman dari Bahan Berbahaya guna mendukung program preventif dan promotif Kemkes
5.5. Peningkatan akses komunikasi dengan masyarakat secara lebih terbuka / transparant melalui pengembangan contact center / call center BPOM (single access point)
5.6. Pemberdayaan stakeholders (Pemda, pelaku usaha, masyarakat, asosiasi,
penggalangan kader) melalui advokasi, sosialisasi, dan KIE.
5.7. Pengembangan dan penguatan program-program new initiative Pemberdayaan
Masyarakat seperti Food Safety Masuk Desa, PJAS, Pasar Aman dari Bahan
• Inspeksi terkait
pelaksanaan Uji Klinik
Pengembangan
• Evaluasi produk • Inspeksi
sarana
Pendaftaran
• Pengawasan importasi melalui sistem INSW
Pengawasan Produksi/ Importasi
• Konsistensi Mutu:pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian
• Konsistensi Keamanan: Pengawasan Distribusi
PRE-MARKET
PRE-MARKET POST-MARKETPOST-MARKET KERANGKA PENGAWASAN PRE DAN POST MARKET OBAT
• Kepka BPOM 2002/2001 tata laksana uji klinis (Inpeksi: Ps. 18)
• Perka BPOM 3682/2005 tata laksana uji BE,
pelaksanaan Uji Klinik
Inspeksi sarana produksi
INSW
• Inspeksi sarana produksi (rutin dan khusus) tindak lanjut
• Konsistensi Keamanan:
monitoring efek samping obat (MESO)
• Konsistensi Informasi:
monitoring penandaan, was iklan/promosi
Reg obat:
• UU 36/2009 Ps 106 (1), PP 72/98 Bab II
• Permenkes 1010/2008 reg obat
• Perka BPOM 08481/2011 tata
Inspeksi sar distribusi:
• PP 72/98 Bab IV, Permenkes 1148 PBF, Perka 7542/12 Pedoman CDOB Pengujian:
• PP 72/98 Bab IV, Bab IX MESO:
Permenkes 1010/2008, Permenkes Importasi:
• PP72/98 Bab V
• Perka BPOM 27/2013 was pemasukan OM
• Perka BPOM 28/2013 was pemasukan BO, OT, SK, Pangan 3682/2005 tata
laksana uji BE, 1818/2005 pedoman uji BE, 10217/2011 obat wajib BE
Perka BPOM 08481/2011 tata laksana reg obat Inspeksi sar produksi:
• PP 72/98 Bab III, Permenkes 1799/2010, Perka BPOM 8195/12 pedoman CPOB, 9337/2011 sertif CPOB
MESO:
• Permenkes 1010/2008, Permenkes 1799/2010 Industri Farmasi, Perka BPOM 8481/2011
• Perka BPOM 10690/2011 penerapan farmakovigilans bagi Industri Farmasi
Was Penandaan, Iklan/Promosi:
• PP72/98 Bab VII, Permenkes 1010/2008 Ps 4, Perka 8481/2011 Ps 3
was pemasukan BO, OT, SK, Pangan Pemasukan obat jalur khusus (SAS):
• Permenkes 1010/08 Ps 2, Kepmenkes
1379.A/2002
Penggunaan obat alkes makanan khusus, Kep Ka BPOM 914/2002
PEMASTIAN MUTU
STRATEGI:
Perkuatan Regulasi
dan Standard Peningkatan Pengawasan
Perkuatan PengawasanPost
Peningkatan Efektifitas
Perkuatan Sistem Pengawasan Obat dan
Makanan Nasional
PROGRAM PRIORITAS:
dan Standard Pengawasan
O dan M
Pengawasan
Pre-Market
PengawasanPost Market Obat dan
Makanan
Efektifitas Pengawasan Obat
dan Makanan
1. Peningkatan pelayanan pendaftaran
onlineregistrasi 2. Pengawasan
pengembangan teknologi pangan Penyelarasan
/ Harmonisasi regulasi
1. Pemantapan
sampling produk obat dan makanan berdasarkan risk based
2. Perluasan cakupan pengawasan
1. Intensifikasi pemberantasan produk ilegal, termasuk produk palsu
Pemberian Ijin Edar Pelaksanaan inspeksi
sarana (produksi & distriusi)
Kepatuhan terhadap
persyaratan CPOB dan CDOB
Pemenuhan Standar produk
(Farmakope, Stabilitas)
OBAT yang
TERJAMIN
KHASIAT,
KEAMANAN,
Dan MUTUnya
Akurasi
Pelaksanaan Pengujian (GLP)
Konsisten Berdasarkan alasan
ilmiah (scientifically sound)
Selesai sesuai target waktu
(within time target)
Kerangka Regulatori Konsep Evaluasi Pre-Market Obat
KRITERIA DAN PERSYARATAN
GOOD Konsisten GOOD
secara ilmiah dan legal (legally & scientifically
consistent) Prosedur
dapat diprediksi (Procedurally
predictable)
Unit BPOM Keputusan
GOOD DOSSIER PRACTICES
1. Proses yang jelas dan tertata baik (Good clear & defined
GOOD DOSSIER PRACTICES
3. SDM yang kompeten
P
RODUK DENGAN
NOMOR IJIN EDAR
26Keputusan
Regulasi yang bermutu (Good Quality Decision)
baik (Good clear & defined process)
2. Aplikasi Dossier yang konsisten(consistent application)
3. SDM yang kompeten (well trainedpeople) 4. Evaluasi proses yang
sesuai Good
Kriteria Penilaian Obat
(Penilaian berbasis Risiko)
Khasiat dan
Keamanan
Mutu
Informasi
Produk/
Kriteria
Khusus
Keamanan
Produk/
Penandaan
PENILAIAN MUTU OBAT
PENILAIAN MUTU OBAT
Proses Produksi
Pemastian mutu Bahan baku dan
Produk jadi
Validasi metoda analisa & proses
Bahan Baku (Zat aktif &tambahan)
Sumber
Proses sintesa
Spesifikasi
Validasi metoda analisa & proses
In Process Control (IPC)
Kesesuaian
sarana
&
prasarana
terhadap pemenuhan CPOB
Spesifikasi
Metode analisis
Stabilitas
UJI EKIVALENSI IN VIVO
Dapat berupa studi bioekivalensi farmakokinetik, studi farmakodinamik
Dapat berupa studi bioekivalensi farmakokinetik, studi farmakodinamik
komparatif atau uji klinik komparatif
Diperlukan jika ada risiko bahwa perbedaan bioavailabilitas dapat
menyebabkan inekivalensi terapi
UJI EKIVALENSI IN VITRO
KUALIFIKASI PEMASOK OBAT / BAHAN OBAT SESUAI DENGAN ASPEK
CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK (CDOB)
ASPEK-ASPEK CDOB
Perka BPOM RI Nomor
HK 03.1.31.11.12.7542 Tahun 2012 :
Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik
BAB II
Organisasi, Manajemen dan Personalia
BAB III
Bangunan dan Peralatan
BAB IV
Operasional --Kualifikasi Pemasok
BAB I
Manajemen Mutu
Personalia Pemasok
BAB V
Inspeksi Diri
BAB VI
Keluhan, Obat
dan/atau Bahan Obat Kembalian, Diduga palsu dan penarikan kembali
BAB VII
Transportasi
BAB VIII
Sarana Distribusi Kontrak
BAB IX
ANNEX CDOB
Perka BPOM RI Nomor
HK 03.1.31.11.12.7542 Tahun 2012 :
Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik
Kualifikasi
pemasok
Annex II
Cold Chain Product (CCP)
Annex III
Narcotics and Psychotropics --Operasional
Annex I
Starting Materials
2003 - 2008
2009
2010 - 2012
- Pedoman
CDOB 2003
- Bimtek CDOB
- Pelatihan
- Penyusunan
Tools
Mapping
- Pelatihan
- Pelatihan Inspektur CDOB
- Sosialisasi Mapping
- Mapping pemenuhan CDOB
5% (2010), 15% (2011), 30% (2012)
Roadmap CDOB
Roadmap CDOB
- Pelatihan
Inspektur
CDOB
- Inspeksi CDOB
- Pelatihan
Inspektur
CDOB
- Inspeksi
CDOB
5% (2010), 15% (2011), 30% (2012)
- Sertifikasi CDOB
2% (2011), 10% (2012)
- Inspeksi CDOB
- Pedoman Teknis CDOB 2012
2013 - 2014
2015
- Pelatihan Inspektur CDOB
- Pelatihan Inspektur CDOB (lanjutan)
- Pelatihan Inspektur CDOB
- Sosialisasi Pedoman Teknis CDOB
- Mapping pemenuhan CDOB 45%
(2013), 60% (2014)
- Sertifikasi CDOB
25% (2013), 45% (2014)
- Inspeksi CDOB
- Pelatihan Inspektur CDOB (lanjutan)
- Sosialisasi Pedoman Teknis CDOB
(lanjutan)
- Mapping pemenuhan CDOB (lanjutan)
- Sertifikasi CDOB (lanjutan)
Mapping dan Sertifikasi CDOB
Mapping
Sertifikasi
Mendapatkan gambaran
kondisi nyata terhadap
penerapan CDOB pada
sarana distribusi obat di
seluruh Indonesia
Memberikan jaminan
konsistensi pelaksanaan
CDOB
Memperoleh data
kategori sarana distribusi
berdasarkan pendekatan
risiko (
risk-based
approach
)
Memberikan jaminan
konsistensi mutu obat
sesuai spesifikasi yang
PELAKSANAAN MAPPING
Capaian Mapping
Tahun
Jumlah PBF yg Dimapping
Total
Badan POM
BB/BPOM
2010
176 PBF
-
176 PBF
2011
71 PBF
224 PBF
295 PBF
35
2012
96 PBF
316 PBF
412 PBF
Profil Pemenuhan Aspek CDOB
Pelaksanaan Mapping
Pelaksanaan Mapping
15.00% 20.00% 25.00%
30.00%
27.70%
29.07%
26.85%
16.38%
e
rs
e
n
ta
se
P
B
F
0.00% 5.00% 10.00%
≥ 80% ≥ 65 - < 80% ≥ 50 - < 65% < 50%
P
e
rs
e
n
t
Tren Obat TMS tahun 2011 - 2013
60 55
Tren Kelas Terapi Obat TMS (6 besar)
6 besar obat TMS berd. kelas terapi:
1. Antibiotik
0 20 40
Antibiotik Analgesik Anti Inflamasi Non Steroid
Anti Inflamasi Steroid
Antihistamin Vitamin
20
2011 2012 2013
1. Antibiotik
2. Analgesik
3. AINS
4. AIS
5. Antihistamin
6. Vitamin
Tren Parameter Uji Obat TMS
3 besar obat TMS berdasarkan parameter uji:
1. Uji Disolusi
2. Kadar
3. Kes.
Uji Disolusi Kadar Pemerian Kes. Kandungan
pH Susut Kering
Isi minimum Waktu Hancur
Tren Parameter Uji Obat TMS
Tren Obat TMS tahun 2011 – 2013 (lanjutan)
Dari tren tersebut, diketahui bahwa ditemukan sedikitnya 2 obat TMS dari lebih dari 20 Industri
Tren Jumlah Industri Farmasi yang memiliki riwayat
Obat TMS ≥ 2 kali Tahun 2011 - September 2013
dari 20 Industri Farmasi yang sama setiap tahunnya(2011 – September 2013)
0 50
2011 2012 2013
33 25 23
Industri Farmasi 10 Besar yang diperintahkan untuk Recall Obat TMS
Berdasarkan Propinsi Tahun 2011 - 2013
IF yg masuk dalam 10 besar terdapat di 5
Banten DKI Jakarta
Tren Obat TMS 2011 - 2013
Tren Obat
Parameter Uji yang TMS:
• Uji Disolusi
Kelas Terapi:
•Antibiotik
• Analgesik
•AINS
Tren Obat
TMS
• Uji Disolusi
• Kadar
• Kes.
Kandungan
•AINS
•AIS
•Antihistamin
•Vitamin
•lainnya
Obat Jantung / Anti Hipertensi KB/Sex
Hormon Dampak
Terhadap Pasien
Obat Asma