• Tidak ada hasil yang ditemukan

s pgsd kelas 1205483 chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "s pgsd kelas 1205483 chapter1"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial atau sering disingkat IPS merupakan suatu pelajaran yang mengajarkan peserta didik agar peka terhadap lingkungan sosial yang ada di lingkungan sekitar mereka. Dalam pendidikan IPS siswa diajarkan bagaimana cara untuk berinteraksi, berkomunikasi, bermasyarakat dan saling bertoleransi dengan sesama.

Supriatna, dkk (2010, hlm. 96) mengemukakan bahwa “Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu mata pelajaran yang mengajarkan kepada siswa mulai dari SD/MI, agar mereka dapat mengenal berbagai fenomena-fenomena dunia”.

Ini berarti IPS merupakan suatu pelajaran yang harus diberikan atau diajarkan kepada setiap peserta didik mulai dari SD hingga SMA, hal ini bertujuan agar peserta didik dapat mengenal berbagai fenomena-fenomena yang

terjadi di dunia yang merupakan tempat mereka tinggal.Supriatna,dkk (2010) menyatakan bahwa

Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan aspek keruangan atau geografis. Aktivitas sosial manusia dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam dimensi arus produksi, distribusi dan konsumsi. Selain itu dikaji pula bagaimana manusia membentuk seperangkat peraturan sosial dalam menjaga pola interaksi sosial antara manusia dan bagaimana cara manusia memperoleh dan mempertahankan suatu kekuasaan. Pada intinya, fokus kajian IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai mahluk sosial (homo socius). (hlm. 5-6)

(2)

sosial yang berkembang di masyarakat. Hasan (dalam Supriatna.dkk, 2010) mengemukakan bahwa

Tujuan pendidikan IPS dapat dikelompokan ke dalam tiga kategori yaitu pengembangan kemampuan intelektual siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi. Tujuan pertama berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan diri siswa dan kepentingan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial. Tujuan kedua berorientasi pada pengembangan diri siswa dan kepentingan masyarakat. Sedangkan tujuan ketiga lebih berorientasi pada pengembangan pribadi siswa baik untuk kepentingan dirinya, masyarakat maupun ilmu. (hlm. 7)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan IPS yang diberikan pada jenjang persekolahan yaitu untuk memperkenalkan siswa kepada pengetahuan yang berhubungan dengan peran manusia dalam bermasyarakat yang secara sistematis dapat mendidik peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat berperan secara aktif dalam kehidupan kelak sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik.

Tujuan yang demikian itu bukan merupakan pekerjaan yang mudah, karena saat ini mata pelajaran IPS menjadi pelajaran yang dianggap kurang menarik dibandingkan dengan kelompok mata pelajaran lainnya. “IPS hanya bersifat hafalan, kurang menantang untuk berpikir, sarat dengan kumpulan konsep-konsep, pengertian-pengertian, data, atau fakta yang harus dihafal dan tidak perlu dibuktikan.” (Wasino & Edy Sutrisna, 2004)

Karena inilah IPS kurang diminati oleh peserta didik (motivasi belajar IPS kurang) sehingga masih banyak peserta didik yang kurang aktif ketika belajar IPS sehingga hasil belajarnya tidak maksimal. Masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah nilai KKM pada mata pelajaran IPS.

Banyak metode yang bisa digunakan untuk menyampaikan materi IPS. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menyampaikan materi pembelajaran yang menarik sehingga IPS tidak diasumsikan seperti yang telah

(3)

meningkatkan minat motivasi anak agar mereka mudah untuk mempelajarinya dan hasil belajarnya pun meningkat.

Dari data awal yang telah dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2015 pukul 08.00 sampai pembelajaran selesai di kelas V SDN Sindang III, hasil pengamatan kinerja guru pada pembelajaran IPS yang terjadi di kelas V SDN Sindang III yaitu:

a. Di awal pembelajaran guru tidak melakukan apersepsi.

b. Dalam menjelaskan materi guru hanya sekedar menjelaskan saja, guru cenderung hanya menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan media dan murid hanya mendengarkan saja. Hal ini berakibat siswa hanya akan hafal materi pelajaran IPS yang dijelaskan guru tetapi tidak memahaminya, sehingga siswa susah paham dalam materi pelajaran IPS serta akan memunculkan kebosanan pada siswa.

c. Dalam menyampaikan materi tentang kenampakan alam dan buatan guru tidak menggunakan media sebagai alat bantu dalam pembelajaran.

d. Guru menyampaikan materi tentang kenampakan alam dan buatan hanya

bersumber dari buku paket kelas V tanpa menghubungkan dengan kenyataan di lapangan.

Kinerja guru yang kurang maksimal menyebabkan aktivitas siswa pun kurang interaktif. Berikut ini lebih jelasnya hasil pengamatan aktivitas siswa pada pembelajaran IPS yang terjadi di kelas V SDN Sindang III yaitu :

a. Peserta didik tidak banyak melakukan aktivitas ketika pembelajaran berlangsung dan hanya duduk mendengarkan penjelasan guru.

b. Pembelajaran hanya berpusat pada guru.

c. Peserta didik kurang aktif selama pembelajaran berlangsung karena interaksi pembelajaran bersifat satu arah dan masih banyak peserta didik yang tidak memperhatikan penjelasan guru.

(4)

Selain menyebabkan aktivitas siswa yang kurang interaktif, hasil belajar siswa pun kurang memuaskan. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang ditetapakan guru sebesar 70, dari 22 siswa hanya 4 orang siswa yang dinyatakan tuntas dan siswa yang lainnya sejumlah 18 orang dinyatakan belum tuntas. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa masih kurang memuaskan karena masih banyak siswa yang nilainya kurang dari KKM.Lebih jelasnya terlihat dalam tabel hasil belajar siswa.

1 111201020 Tera Siti Sadiah 43 √

2 111201022 Aditia Muhamad Hilmi 36 √

3 111201023 Ajeng Siti Nurrohmah 64 √

4 111201027 Dhirma Kartaningrum 57 √

5 111201029 Gilang Kurnia 71 √

6 111201031 Muhamad Riyan Suryadi 36 √

7 111201032 Nenden Siti Nuramanah 86 √

8 111201033 Nurlaela 36 √

9 111201034 Nuranisa Septiani 64 √

10 111201035 Nur Hodijah 71 √

11 111201036 Pedriansyah 43 √

12 111201037 Rendi Sukmana 0 √

13 111201038 Ridwan Pebrian 36 √

14 111201039 Rivaldi Ilham Fadilah 57 √

15 111201042 Ulfah Fitriyyah 64 √

16 121302035 Ifan Fadillan 50 √

17 131403040 Sandi Krisna 36 √

18 131403041 Aldi Ozulfahmi 43 √

19 131403042 Slamet Gunawan P 43 √

20 0051932722 Zhahwa Putrinuraini 71 √

21 141504039 Rafie Arif Fauzi 36 √

22 0044507577 M. Rizqon Fadhilalfarizi 43 √

Jumlah 1086 4 18

(5)

Catatan : KKM 70

Dilihat dari data di atas, masih banyak siswa yang begitu sulit untuk mendapatkan nilai tuntas (KKM). Karena itulah dibutuhkan pembelajaran yang menarik serta menantang bagi siswa agar siswa dapat aktif dalam belajar serta paham terhadap materi ajar yang disampaikan guru sehingga hasil belajarnya pun meningkat.

Hernawan, dkk (2010, hlm. 9) mengemukakan bahwa “pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran”.

Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran dan menciptakan pembelajaran yang menarik, upaya yang harus dilakukan guru adalah memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran. Dengan model pembelajaran yang tepat diharapkan akan meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar sehingga hasil belajar pun dapat ditingkatkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa adalah menggunkan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) dengan teknik make a match dengan media kartu klop.Dalam teknik make a match ini siswa akan diberikan kartu klop yang berisi konsep, materi maupun gambar. Mereka akan mencari dan mencocokan kartu jawaban atau kartu soal yang mereka pegang. Dalam proses inilah terjadi interaksi antar kelompok dan interaksi antar siswa di dalam kelompok untuk membahas kembali soal dan jawaban.

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik make a match siswa akan lebih bersemangat karena ada unsur permainan dan siswa pun

(6)

proses pembelajaran yang akan membuat siswa semakin antusias dalam belajar dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, sehingga diharapkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dan lebih bermakna. Penerapan model pembelajaran ini akan diterapkan pada materi kenampakan alam dan buatan wilayah Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “Penerapan Model Kooperatif Teknik Make a Match dengan Media KartuKlop untukMeningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Kenampakan Alam dan Buatan Wilayah Indonesia Kelas Vb SDN SINDANG III Sumedang”.

B. Rumusan Dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana penerapan model kooperatif teknik Make a match dengan media kartu klop dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada subtema kenampakan alam dan buatan wilayah Indonesia. Oleh karena itu dirumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif make a match pasangan dengan media kartu klop pada materi kenampakan alam dan buatan wilayah Indonesia di kelas V SDN Sindang III Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang?

b. Bagaimana pelaksanaan model kooperatif teknik make a match dengan media kartu klop untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kenampakan alam dan buatan wilayah Indonesia di kelas V SDN Sindang III Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang?

(7)

2. Pemecahan Masalah

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2015 pada materi kenampakan alam dan buatan wilayah Indonesia, diketahui bahwa hasil belajar siswa masih banyak yang mendapatkan nilai di bawah KKM IPS yaitu 70. Diantara 22 siswa hanya 4 siswa yang dinyatakan tuntas dan 18 siswa yang dinyatakan belum tuntas.Selain itu juga dalam pembelajaran guru hanya sekedar menjelaskan saja, guru cenderung hanya menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan media dan murid hanya mendengarkan saja. Hal ini berakibat siswa hanya akan hafal materi pelajaran IPS yang dijelaskan guru tetapi tidak memahaminya, sehingga siswa susah paham dalam materi pelajaran IPS serta akan memunculkan kebosanan pada siswa.

Untuk memecahkan permasalahan di atas dan permasalahan yang telah dirumuskan perlu digunakan sebuah pembelajaran yang menarik.Sebuah pembelajaran yang mampu membangkitkan motivasi dan

gairah belajar siswa.Upaya yang harus dilakukan guru adalah memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran.Dengan model pembelajaran yang tepat diharapkan mampu meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar sehingga hasil belajarpun dapat meningkat.

Adapun solusi yang digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa mengenai kenampakan alam dan buatan wilayah Indonesia yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik make a match dengan media kartu klop.

(8)

Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap maupun perilaku bersama dalam bekerja atau membantu sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari 4 orang atau lebih untuk memecahkan masalah yang ada dalam tugas.Warsono dan Hariyanto (2012) mengemukakan bahwa

Pembelajaran kooperatif terbukti merupakan pembelajaran yang efektif bagi bermacam karakteristik dan latar belakang sosial siswa karena mampu meningkatkan prestasi akademis siswa.Strategi ini meningkatkan hasil belajar, mendorong untuk saling menghargai dan menjalin persahabatan diantara berbagai kelompok siswa bahkan dengan mereka yang berasal dari ras dan golongan etnis yang berbeda. (hlm. 164)

Model pembelajaran kooperatif ini mampu meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Karena pada pembelajaran ini siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan serta mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompok lainnya.

Heriawan, dkk (2012, hlm. 126) mengemukakan bahwa “Model pembelajaran kooperatif teknik make a match (mencari pasangan) yaitu siswa disuruh untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, yang dapat mencocokan kartunya dengan benar maka akan diberi poin.”

Dalam teknik make a match ini siswa akan diberikan satu kartu klop yang berisi konsep, materi maupun gambar. Mereka akan mencari dan mencocokan kartu jawaban atau kartu soal yang mereka pegang. Kelompok dengan pasangannya ingin saling mendahului untuk mencari pasangan dan mencocokkan dengan kartu (kartu soal atau kartu jawaban) yang dimilikinya. Dalam proses inilah terjadi interaksi antar kelompok dan

(9)

pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh siswa.Pembelajaran kooperatif cocok diterapkan untuk berbagai jenis mata pelajaran, baik itu, ilmu sosial, bahasa, matematika,sains dan sastra dll. Stahl (dalam Taniredja, 2011mengemukakan bahwa

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah (1) belajar bersama dengan teman, (2) selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman, (3) saling mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok, (4) belajar dari teman sendiri dalam kelompok, (5) belajar dalam kelompok kecil, (6) produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat, (7) keputusan tergantung pada siswa. (hlm. 59)

Teknik belajar mengajar make a match ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Dan keunggulan dari teknikmake a match ini yaitu untuk melatih ketelitian, kecermatan, ketepatan serta kecepatan. Selain itu juga siswa melakukan aktivitas mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya dalam suasana yang menyenangkan.

Warsono & Hariyanto (2012, hlm. 222) mengemukakan bahwa “Aktivitas dalam penggunaan teknik make a match ini dapat mendorong siswa untuk berpikir secara analitis melihat kecocokan suatu konsep dengan konsep yang lain.”

“Hal - hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan make a match adalah kartu-kartu. Kartu kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan” (Suprijono, 2009, hlm. 94).

Kartu yang digunakan pada model kooperatif teknik make a match ini yaitu kartu klop. Penggunaan media kartu klop ini adalah untuk memudahkan siswa dalam menemukan konsep-konsep materi.Kartu klop ini merupakan sebuah kartu yang di dalamnya memuat suatu materi konsep maupun gambar yang dirancang semenarik mungkin.Kartu klop dibagikan kepada siswa yang terlebih dahulu sudah di kocok oleh guru dan setiap

(10)

kelompoknya.Berikut langkah-langkah pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan (make a match) menggunakan media kartu klop yaitu : a. Guru Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dan

memberikan motivasi pada siswa agar bersemangat mengikuti kegiatan belajar mengajar.

b. Guru menyiapkan materi ajar yang akan diberikan pada siswa. c. Guru menyajikan materi pelajaran pada siswa.

d. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, 3 kelompok berjumlah 6 Orang dan 1 kelompok berjumlah 4 orang.

e. Guru memberikan LKS kepada siswa untuk dikerjakan.

f. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

g. Guru mengocok kartu klop dan membagikan kepada siswa per kelompok. Setiap siswa mendapat 5 buah kartu.

h. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

i. Guru meniupkan peluit. Setiap siswa mencari pasangan yang

mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal/jawaban). Misalnya, pemegang kartu yang bergambar teluk akan berpasangan dengan pengertian dari teluk itu sendiri. Aktifitas ini diiringi dengan musik instrumentalia yang dapat membangkitkan semangat.

j. Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin dan mendapatkan reward berupa stiker senyum.

k. Setelah siswa mencocokan kartu klop dengan pasangannya, guru menyuruh siswa untuk menjelaskan pasangan kartu klop pada siswa lainnya.

l. Setelah satu babak kartu klop dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. Demikian seterusnya.

m. Guru dan siswa menyimpulkan pelajaran yang telah berlangsung. n. Guru memberikan evaluasi pada siswa dan setelah itu menutup

(11)

Setelah diterapkannya model kooperatif teknik make a match dengan media kartu kloppeneliti menargetkan 85% siswa mencapai nilai KKM untuk hasil belajar,karena adanya beberapa anak yang belum lancar membaca yang akan menghambat ketika mengerjakan soal tes tertulis dan bahkan masih ada siswa yang belum bisa membaca sama sekali. Untuk aktivitas, peneliti menargetkan 85%. Dalam pembelajaran diharapkan siswa akan terlibat aktif, memiliki tanggung jawab setiap individunya dalam menyelesaikan tugas dari guru, dan dapat bekerjasama di dalam proses pelajaran berlangsung. Siswa akan menemukan konsep-konsep materi melalui media kartu klop dengan suasana yang menyenangkan. Dalam proses mencari pasangan ini keaktifan siswa, tanggungjawabakan mucul dan kerjasama siswa akan terjalin.

Sedangkan untuk kinerja guru peneliti menargetkan 100%. Kinerja guru dapat dilihat mulai dari tahap perencanaan guru sebelum melakukan pembelajaran, kemudian pada tahap pelaksanaan. Apakah guru mengajar sesuai dengan RPP yang telah dibuat, guru menyajikan materi dengan baik, dapat memotivasi siswa, dapat mengkondisikan siswa dalam kegiatan

permainan, serta membuat soal evaluasi sesuai dengan tujuan pembelajaran.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengatasi kesulitan siswa sekaligus membantu meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Sindang III Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang pada subtema kenampakan alam dan buatan wilayah Indonesia, secara khusus tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif teknik make a match dengan media kartu klop pada materi kenampakan alam dan buatan wilayah Indonesia di kelas V SDN Sindang III Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang.

(12)

materi kenampakan alam dan buatan wilayah Indonesia di kelas V SDN Sindang III Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang.

3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi kenampakan alam dan buatan wilayah Indonesia di kelas V SDN Sindang III Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang setelah penerapan model kooperatif teknik make a match dengan media kartu klop.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis berharap semoga hasil penelitian dapat memberikan manfaat:

1. Bagi siswa

a. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada subtema kenampakan alam wilayah Indonesia dengan menerapkan model kooperatif teknik make a match dengan media kartu klop.

b. Meningkatkan prestasi juga motivasi siswa dalam belajar di kelas. 2. Bagi Guru

a. Guru dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dikelas.

b. Guru dapat menambah kemampuan dan wawasan, meningkatkan kemampuan guru dalam KBM. Dan juga dapat menggunakan model kooperatif teknik mencari pasangan (make a match) dengan media kartu klop dalam meningkatkan prestasi juga motivasi belajar siswa. 4. Bagi Peneliti

a. Memberikan pengalaman bagaimana melakukan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa disertai keterampilan lainnya yang juga harus didapat dari suatu pembelajaran.

b. Menambah pengetahuan yang baru dalam upaya mengatasi permasalahan di lapangan.

c. Menambah wawasan mengenai kondisi nyata yang banyak terjadi dalam dunia pendidikan yang menimbulkan masalah bagi siswa ataupun guru dalam hal ini ditingkat sekolah dasar.

(13)

a. Menjadi bahan rujukan bagi peneliti berikutnya yang mungkin akan melakukan penelitian sejenis ini.

b. Menjadi tolak ukur agar bisa lebih baik lagi dari peneliti ini. E. Struktur Organisasi Skripsi

Secara garis beras, sistematika skripsi ini terdiri dari bab I sampai bab V. Pada bab I Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah dan pemecahan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan istilah, serta struktur organisasi skripsi. Latar belakang masalah merupakan uraian mengenai alasan dalam melakukan penelitian. Selanjutnya, rumusan masalah dan pemecahan masalah berisi pertanyaan penenlitian berserta gambaran rencana pemecahan masalah. Bagian tersebut disambung oleh tujuan dan manfaat yang dapat dirasakan setelah penelitian selesai yakni untuk mengetahui arah penelitian serta untuk mengetahui kegunaan penelitian bagi beberapa pihak. Bagian selanjutnya adalah batasan istilah yang memaparkan penjelasan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam skripsi. Pada bagian akhir bab I terdapat struktur organisasi skripsi yang memaparkan garis besar susunan

skripsi.

Pada bab II kajian pustaka terdiri dari tiga subbab, yaitu kajian pustaka, temuan hasil penelitian yang relevan serta hipotesis tindakan. Kajian pustaka merupakan bagian yang menjelaskan dan mendukung terhadap permasalahan yang dikaji dengan teori yang telah ada. Kajian pustaka merupakan pondasi bagi peneliti dalam memaparkan temuan dan hasil penelitiannya. Selanjutnya yaitu temuan relevan, pada bagian memperlihatkan bahwa penelitian yang dilakukan bukan penelitian yang asal aja, namun relevan dengan penelitian yang terdahulu, baik dari segi permasalahan yang dikaji maupun tindakan yang digunakan pada penelitian tersebut. Terakhir di bab II adalah hipotesis tindakan yang merupakan keoptimisan peneliti terhadap tindakan yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dikaji.

(14)

hal lain yang berhubungan dengan subjek penelitian. Lokasi dan waktu penelitian yang memaparkan tempat dan waktu penelitian secara rinci. Selanjutnya metode dan desain penelitian merupakan paparan mengenai metode penelitian yang digunakan yang penelitian tindakan kelas dengan menggunakan desain dari Kemmis dan Mc Taggart. Terdapat prosedur penelitian yang meliputi tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. Teknik pengolahan dan analisis data proses dan hasil. Terakhir yaitu validasi data, bagian ini menjelaskan bagaimana data yang diperoleh di validasi sebelum dilakukan pengolahan data.

Bab IV membahas mengenai paparan data dan pembahasan yang berisi paparan data awal, paparan data tindakan, paparan pendapat guru dan siswa, serta pembahasan. Paparan data awal menguraikan bagaimana permasalahan muncul dan teridentifikasi. Paparan data tindakan merupakan penjelas mengenai data-data yang diperoleh ketika tindakan dilaksanakan. Paparan data tersebut dijelaskan per siklus sesuai dengan jumlah siklus yang dilaksanakan. Berikutnya paparan pendapat guru dan siswa mengenai tindakan yang telah

dilakukan. Data pada bagian ini diperoleh melalui wawancara. Adapun pembahasan perbaikan yang terjadi selama tindakan yang dijelaskan dalam bagian pembahasan.

Bab V simpulan dan saran yang merupakan penyajian singkat dari keseluruhan isi skripsi. Pada bagian simpulan terdapat deskripsi singkat mengenai data awal dan perbaikan yang terjadi selama tindakan dilaksanakan hingga berakhirnya penelitian.

F. Batasan Istilah

(15)

2. Slavin (dalam Solihatin, Etin & Raharjo, 2008, hlm. 4) mengemukakan bahwa cooperatif learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.

3. Model pembelajaran kooperatif teknik Teknik Make a Match (mencari pasangan) adalah teknik belajar mengajar yang dilakukan secara berpasangan. Heriawan, dkk (2012, hlm. 126)

4. Media Kartu klop adalah seperangkat kartu yang berisi konsep-konsep serta gambar-gambar materi bahan ajar. Kartu yang terbuat dari kertas lipat berbentuk persegi panjang dengan ukuran 6 x 8,5 cm beberapa kartu yang sudah di tulis konsep-konsep serta gambar-gambar materi bahan ajar tentang Kenampakan Alam dan buatan wilayah Indonesia.

5. Sudjana, 2010, hlm. 3 mengemukan bahwa penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang

dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini sejalan dengan pendapat Bloom (dalam Suprijono, 2009, hlm. 6) yang berpendapat bahwa “hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan Psikomotorik”

6. Kenampakan alam adalah segala sesuatu yang nampak dipermukaan alam. (Asy‟ari, 2007, hlm. 40)

Gambar

Tabel 1.1 Data Awal Hasil Belajar Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada anak

Pemilihan model atau strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan dan potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang

Mendeskripsikan perencanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (numbered head together) dan media kartu budaya pada materi keragaman suku bangsa dan

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui penggunaan metode bermain peran pada pembelajaran ips dengan materi kegiatan ekonomi.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Pembelajaran kontekstual ( Contextual Teaching and Learning ) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan

Calon guru belum tepat dalam memilih strategi yang sesuai dengan konten pembelajaran IPA misalnya make a match untuk materi listrik. Materi listrik lebih tepat

Bagaimana peningkatan kemampuan hasil belajar siswa yang menggunakan. pembelajaran dengan

Dengan kondisi pembelajaran di atas, peneliti menemukan beberapa masalah di kelas, yaitu (1) ketika guru menjelaskan materi, terdapat banyak siswa yang mengobrol, (2)