BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang
Atraumatic care merupakan bentuk keperawatan terapeutik yang diberikan
oleh tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan kesehatan anak, melalui penggunaan tindakan yang dapat mengurangi distres fisik maupun distres psikologis yang dialami anak maupun orang tuanya (Supartini, 2014). Atraumatic care adalah perawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak maupun keluarga (Hidayat, 2012). Pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stres fisik dan psikologis ini dialami anak dan orang tua pada saat menjalani hospitalisasi (Supartini, 2014).
penduduk adalah 14,44%, dan diperkirakan di Indonesia 35 per 1000 anak menjalani hospitalisasi (Sumarko, 2008 dalam Purwandari, 2009).
Ketidaktahuan anak dan keluarga terhadap pengalaman dan situasi yang baru akibat hospitalisasi menyebabkan anak dan keluarga mengalami stres (Potts & Mandleco, 2007). Selain itu anak membutuhkan perawatan yang spesial dibanding pasien lain, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk merawat anak-anak 20%-45% melebihi waktu untuk merawat orang dewasa (Aidar, 2011).
Hospitalisasi pun sering kali membingungkan, kompleks, dan berlebihan bagi anak dan keluarga mereka (Kyle & Carman, 2014). Sehingga, perawat sebagai salah satu pemberi pelayanan kesehatan yang senantiasa berhubungan dengan pasien, dalam memberikan asuhan pada anak yang mengalami hospitalisasi harus berfokus pada atraumatic care, yaitu dengan intervensi meminimalkan stresor, memaksimalkan manfaat hospitalisasi, memberi dukungan psikologis pada anggota keluarga, dan mempersiapkan anak sebelum dirawat di rumah sakit (Wong, et al., 2009).
Atraumatic care bermanfaat untuk mencegah masalah psikologis
(kecemasan) dan mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang di hospitalisasi (Hidayat, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Rini dan koleganya (2013) membuktikan bahwa terdapat korelasi kuat antara penerapan atraumatic care dengan penurunan tingkat kecemasan pada anak yang menjalani
berpengaruh menurunkan kecemasan saat pemasangan infus pada anak yang menjalani hospitalisasi.
Hal berbeda diungkapkan oleh Bolin (2011) tentang hubungan penerapan atraumatic care dalam pemasangan infus terhadap penurunan tingkat kecemasan
pada anak yang menjalani hospitalisasi, menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara penerapan atraumatic care dalam pemasangan infus terhadap respon kecemasan pada anak. Hal tersebut dapat disebabkan karena pelaksanaan atraumatic care yang kurang baik. Amalia (2013) juga mengungkapkan bahwa
perilaku perawat dalam melakukan atraumatic care pada perawatan anak sebagian besar (54,5%) berperilaku negatif.
Perilaku adalah totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bawaan dari berbagai faktor internal maupun eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku diantaranya adalah fasilitas, sedangkan faktor internal yang mempengaruhi perilaku adalah pengetahuan dan sikap (Notoadmodjo, 2010). Penelitian Amalia (2013) menyatakan bahwa perilaku perawat dalam melaksanakan atraumatic care dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja dan pendapatan.
juga akan mendukung terbentuknya perilaku atau pelaksanaan suatu tindakan yang diinginkan, khususnya disini adalah pelaksanaan atraumatic care.
Rumah sakit umum Cut Meutia Aceh Utara merupakan rumah sakit tipe B milik Pemerintah Kabupaten Aceh Utara. Rumah sakit ini juga merupakan salah satu rumah sakit yang menyediakan pelayanan keperawatan anak, dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada Januari 2016 di ruang rawat inap anak terhadap 10 orang keluarga pasien mereka menyatakan bahwa kurangnya komunikasi perawat dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan terhadap anak, lambatnya kinerja perawat dalam melakukan tindakan, dan kurangnya informasi yang diberikan perawat kepada keluarga tentang penyakit anak selama dirawat di rumah sakit umum Cut Meutia Aceh Utara. Hal tersebut menunjukkan bahwa, pelaksanaan atraumatic care di rumah sakit umum Cut Meutia Aceh Utara masih belum terlaksana dengan baik. Hal ini juga didukung oleh data yang diperoleh peneliti dari buku dokumentasi pasien bahwa jumlah pasien yang pulang atas permintaan sendiri (PAPS) selama tahun 2015 adalah 501 pasien dari keseluruhan pasien yang dirawat selama tahun 2015 sebanyak 1675 pasien. KepMenKes Nomor 129/MenKes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal rumah sakit menjelaskan bahwa pulang atas permintaan sendiri adalah pulang paksa atau pulang atas permintaan pasien atau keluarga pasien sebelum diputuskan boleh pulang oleh dokter yang merawat.
terhadap pasien pulang atas permintaan sendiri, artinya pasien yang menyatakan daya tanggap rumah sakit kurang baik mempunyai peluang untuk pulang atas permintaan sendiri 5,179 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang menyatakan daya tanggap rumah sakit baik. Ketanggapan dan perhatian di ruang anak terkait erat dengan atraumatic care. Pelaksanaan atraumatic care yang kurang optimal menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi banyaknya pasien pulang atas permintaan sendiri (PAPS) di rumah sakit umum Cut Meutia Aceh Utara.
Perawat yang bekerja diruang rawat inap anak rumah sakit umum Cut Meutia
Aceh Utara sebanyak 28 perawat. Pada studi pendahuluan peneliti juga melakukan wawancara dengan 3 orang perawat yang bekerja di ruang rawat inap anak rumah sakit umum Cut Meutia Aceh Utara, mereka mengatakan bahwa atraumatic care telah dilaksanakan di rumah sakit tersebut, namun belum secara optimal. Hal tersebut disebabkan karena banyak faktor, diantaranya fasilitas yang kurang mendukung untuk pelaksanaan atraumatic care.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan atraumatic care di rumah sakit umum Cut Meutia Aceh Utara.
2. Rumusan masalah
3. Tujuan penelitian 3.1 Tujuan umum
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan atraumatic care di rumah sakit umum Cut Meutia Aceh Utara.
3.2 Tujuan khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengidentifikasi karakteristik responden penelitian.
b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan atraumatic care berdasarkan faktor internal (pengetahuan dan sikap) di rumah sakit
umum Cut Meutia Aceh Utara.
c. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan atraumatic care berdasarkan faktor eksternal (fasilitas) di rumah sakit umum Cut
Meutia Aceh Utara. 4. Manfaat penelitian
4.1 Pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan bahan yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan sebagai informasi bagi institusi pendidikan.
4.2 Praktek keperawatan
4.3 Penelitian keperawatan