• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARAMETER PROGNOSIS PERBAIKAN FUNGSI GINJAL PADA PASIEN OBSTRUKSI UROPATI. | Aristo | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 9271 30283 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PARAMETER PROGNOSIS PERBAIKAN FUNGSI GINJAL PADA PASIEN OBSTRUKSI UROPATI. | Aristo | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 9271 30283 1 PB"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

9 Aristo & Danarto, Parameter Prognosis Perbaikan Fungsi Ginjal ... PARAMETER PROGNOSIS PERBAIKAN FUNGSI GINJAL PADA PASIEN

OBSTRUKSI UROPATI.

Aristo*, Danarto**

* PPDS Urologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.

** KSM Urologi, Bagian Bedah, RSUP Dr. Sardjito, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.

ABSTRAK

Latar belakang: Obstruksi uropati merupakan suatu kegawatan dibidang urologi yang dapat meyebabkan gagal ginjal akut maupun kronik. Penanganan lebih lanjut pasien obstruksi uropati sangat ditentukan oleh fungsi ginjal. Pemeriksaan sesuai standar baku emas untuk menilai fungsi ginjal dengan renogram, akan tetapi penggunaan renogram masih sangat terbatas terkait fasilitas terbatas dengan biaya yang tinggi. Diperlukan suatu parameter untuk menilai prognosis perbaikan fungsi ginjal setelah dilakukan release obstruksi.

Objektif: untuk menilai parameter yang dapat digunakan untuk menilai prognosis perbaikan fungsi ginjal pada pasien obstruksi uropati setelah dilakukan release obstruksi Metodologi: penelitian ini merupakan studi analitik retrospektif. Data diambil dari pasien pasien obstruksi uropati periode januari 2014 – desember 2015. Dilakukan analisis bivariat untuk menilai hubungan antara rasio BUN/Creatinin (<10 atau ≥10) , kadar hemoglobin (<10 g/dL atau ≥10 g/dL), kadar kalium (<5.5 atau ≥5.5), kadar gula darah (<200 atau ≥200), dan tebal parenkim ginjal(<10 mm atau ≥10 mm) dengan penururan kreatinin serum (< 2 mg/dL). Dengan analisis Chi Square dan Fisher’s Exact test diperoleh parameter prognosis perbaikan fungsi ginjal.

Hasil: Tebal parenkim ginjal, kadar hemoglobin dan rasio BUN/Creatinin memiliki hubungan signifikan dengan penurunan kreatinin sehingga dapat digunakan sebagai parameter prognosis perbaikan fungsi ginjal setelah dilakukan release obstruksi.

(2)

10 Aristo & Danarto, Parameter Prognosis Perbaikan Fungsi Ginjal ... PENDAHULUAN

Obstruksi uropati adalah

sumbatan secara anatomi maupun fungsi

pada semua level dari saluran kemih

mulai dari ginjal, ureter, kandung kemih,

hingga pada urethra. Obstruksi dapat di

sebabkan oleh kelainan kongenital,

neoplasma, infeksi ataupun adanya batu

saluran kemih. Bilamana obstruksi

uropati menyebabkan penurunan fungsi

ginjal disebut obstruksi nefropati... Bell

(1950) melaporkan bahwa dari otopsi

serial prevalensi hidronefrosis adalah 3,1

%. Thoelke Mark melaporkan bahwa

sekitar 1 dari 500 pasien yang dirawat

dirumah sakit di Amerika Serikat setiap

tahun akan didiagnosis obstruksi uropati.

Sumbatan aliran urin mengakibatkan

peningkatan tekanan pada proksimal dari

sumbatan, hidronefrosis, kerusakan

progresif nefron, hingga gagal ginjal

terminal. 1,2,3,4

Penelitian pada anjing

menunjukkan bahwa setelah obstruksi

total unilateral selama 1 minggu pada

ginjal akan terjadi pemulihan sempurna

setelah dua minggu pasca release

obstruksi, pemulihan fungsi ginjal 70 %

setelah obstruksi selama 14 hari, dan

tidak ada pemulihan fungsi ginjal setelah

obstruksi total selama 6 minggu.

Pemulihan fungsi ginjal pasca obstruksi

pada manusia belum dapat diperkirakan

secara pasti. 1

Sebelum operasi defenitif,

diperlukan parameter untuk memprediksi

prognosis fungsi ginjal pascaoperasi.

Pemeriksaan renogram merupakan gold

standard, namun pemeriksaan ini masih

terbatas dilakukan karena ketersediaan

alat dan biaya yang mahal. Evaluasi lain

dengan penilaian hidronefrosis dan

ketebalan dari korteks ginjal, meskipun

belum menjadi suatu konsensus. Oleh

karena itu diperlukan parameter untuk

menilai prognosis fungsi ginjal pada

obstruksi uropati apakah masih reversible

atau ireversibel. 3

Gejala klinik pasien dengan

obstruksi traktus urinarius bervariasi.

Keluhan pasien dipengaruhi oleh banyak

faktor termasuk interval sejak mulai

obstruksi sampai berobat (akut atau

kronik), adanya infeksi, penyebab

obstruksi (intrinsik/ekstrinsik), unilateral

atau bilateral, derajat obstruksi parsial

(3)

11 Aristo & Danarto, Parameter Prognosis Perbaikan Fungsi Ginjal ...

peningkatan blood ureum nitrogen (BUN)

dan kreatinine serum. 1, 5

Jones dkk (1988) melaporkan bahwa

ada 2 fase pemulihan fungsi ginjal pasca

release obstruksi. Fase terjadi 2 minggu

setelah direlease dimana terjadi

peningkatan fungsi tubulus, dan fase

kedua terjadi setelah 10 minggu

berikutnya dimana laju filtrasi glomerulus

akan mengalami pemulihan secara

bertahap. 1, 5

Obstruksi uropati dapat merupakan

suatu reversible atau ireversibel. Belum

ada guideline ataupun konsensus

parameter prognostik apakah obstruksi

adalah proses reversibel atau ireversibel.

Pemeriksaan gold standard adalah

dengan renogram namun pemeriksaan

renografi masih belum dapat dilakukan

secara rutin karena biaya yang tinggi dan

karena keterbatasan alat. Pemeriksaan

lain berupa pemeriksaan histopatologi

dan pengukuran tebal korteks ginjal.

Pemeriksaan histopatologi dilakukan

dengan menilai adanya peningkatan

kolagen dan elastin pada parenkim ginjal.

Pemeriksaan tersebut memililki nilai

prediktif, akan tetapi merupakan

pemeriksaan yang invasif. Pemeriksaan

tebal parenkim dapat dilakukan melalui

CT scan maupun dengan pemeriksaan

ultrasonografi. Beland (2010) melaporkan

bahwa pengukuran tebal parenkim ginjal

dengan USG lebih akurat dibandingkan

dengan pengukuran panjang aksis ginjal

bila dihubungkan dengan laju filtrasi

glomerulus. Pemeriksaan kreatinin serum

merupakan pemeriksaan sederhana dan

diterima luas sebagai parameter fungsi

ginjal. Pada penelitian ini penilaian

fungsi ginjal dilakukan dengan

mengevaluasi perubahan kreatinin serum.

6,7

II.3 Kerangla konsep

METODOLOGI

Penelitian ini merupakan penelitian

analitik retrospektif dengan

menggunakan studi kohor retrospektif.

Data diambil dari rekam medik Rumah

(4)

12 Aristo & Danarto, Parameter Prognosis Perbaikan Fungsi Ginjal ... pertama dengan memilih setiap pasien

obstruksi uropati yang dilakukan tindakan

release obstruksi. Dilakukan identifikasi

dan pengelompokan apakah kretinin

pasien membaik atau tidak kemudian

dilakukan identifikasi retrospektif

terhadap faktor-faktor yang berpengaruh.

Dilakukan analisis untuk mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi

perbaikan fungsi ginjal.

Penelitian dilakukan pada Januari 2014

sampai dengan Desember 2015.

Dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat

Dr Sardjito. Populasi penelitian adalah

semua pasien obstruksi uropati yang

dirawat dan dilakukan tindakan operasi di

RSUP Dr Sardjito periode Januari 2014

sampai Desember 2015. Pasien dengan

hemodialysis rutin dieksklusi. Jumlah

sampel meinimal ditentukan dengan

persamaan Lemeshow, diperoleh sampel

minimal sebanyak 47 pasien.

Data dikumpulkan retrospektif dari rekam

medis pasien rawat inap, data yang di

kumpulkan berupa data demografi (umur,

jenis kelamin, berat badan), hasil

pemeriksaan darah (hemoglobin, kalium,

kadar gula darah dan rasio

BUN/Kreatinin.), pemeriksaan USG

ginjal (tebal parenkim ginjal), dan

etiologi obstruksi. Pasien dilakukan

evaluasi mreatinin serum pada 1 minggu

pertama, akhir bulan pertama dan kedua

pasca tindakan release obstruksi.

Dilakukan analisis bivariat dengan Chi-

Square dan Fisher Exact test. Fungsi

ginjal dinilai dari penurunan kretatinin

serum dibawah 2 mg/dL.

HASIL PENELITIAN

Sebanyak 66 pasien dengan

rata-rata usia 54 tahun, terdiri atas 36 laki-laki

(55.5%) dan 30 perempuan (45.5%).

Distribusi sampel berdasarkan jenis

kelamin ditampilkan pada tabel 1.

Penyebab obstruksi uropati

dikelompokkan menjadi dua yakni

obstruksi karena batu saluran kemih dan

obstruksi oleh tumor. Pada penelitian ini

diperoleh jumlah penderita yang

disebabkan oleh batu adalah 50 (76%)

(5)

13 Aristo & Danarto, Parameter Prognosis Perbaikan Fungsi Ginjal ... Kreatinin serum rata-rata sebelum

dilakukan tindakan operasi adalah 8.01

±5.84 mg/dl. Evaluasi setelah I minggu

pasca tindakan, kreatinin serum turun

secara signifikan menjadi 3.82±2.40

mg/dl. Evaluasi 1 bulan pasca tindakan,

kreatinin serum turun menjadi 2.83±1.92

mg/dl dan evaluasi pada 2 bulan

ditemukan bahwa rata-rata kreatinin

serum menjadi 2.41±1.35 mg/dl (tabel 3).

Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa secara

statistik terdapat penurunan secara

bermakna kreatinin serum pasca tindakan

pada evaluasi minggu pertama (p=0.001),

1 bulan pertama (p=0.001) dan evaluasi 2

bulan (p=0.001). Hasil uji Wilcoxon

ditampilkan pada grafik 1.

Grafik 1. Perubahan kreatinin rata-rata

setelah dilakukan release obstruksi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

rasio BUN/kreatinin rata-rata adalah

9.001 (2.69-18.64), kalium rata-rata

5.1042 (2.08-9.20), GDS rata-rata

122,545 (67-423), tebal parenkim ginjal

rata-rata adalah 10.0773 (4.000-16.00),

hemoglobin rata-rata adalah 10.730

(5.30-15.60) dengan nilai GFR rata-rata

adalah 12.7898 (2.34-36.91).

Hasil analisis bivariat dengan

Chi-Square menunjukkan bahwa variabel

yang berpengaruh signifikan terhadap

penurunan fungsi ginjal adalah kadar

hemoglobin (p=0,001), rasio

BUN/Kreatinin (p=0.003), tebal

parenkim ginjal (p=0.001), dan GFR (p=

0.003) sedangkan variabel etiologi

obstruksi (p=.566), jenis tindakan

(p=0.453), dan hiperkalemia (p=792)

tidak meyebabkan penurunan kreatinin

secara signifikan. Variabel diabetes

mellitus tidak memenuhi syarat untuk

dilakukan uji dengan Chi-Square

sehingga dilakukan uji dengan Fisher's

Exact Test dengan nilai p=0.114 sehingga

variabel tersebut juga tidak bermakna

secara statistic.. Hasil uji bivariat

(6)

14 Aristo & Danarto, Parameter Prognosis Perbaikan Fungsi Ginjal ... Tabel 5: Variabel-variabel yang diduga

berpengaruh terhadap fungsi ginjal

DISKUSI

Standar baku emas pemeriksaan

fungsi ginjal adalah dengan renogram,

namun keterbatasan sarana menyebabkan

penggunaan masih terbatas. Pada praktek

klinik pemeriksaan blood urea nitrogen

(BUN) dan kreatinin serum masih

diterima luas sebagai parameter dalam

menilai fungsi ginjal, pemeriksaan ini

sangat praktis dan mudah dilakukan.

Penurunan fungsi ginjal menyebabkan

peningkatan BUN dan kreatinin dalam

darah. Pemeriksaan blood urea nitrogen

(BUN) dan kreatinin adalah metode

paling mudah sederhana untuk

memonitor terhadap fungsi ginjal. Pada

penilitian ini dikatakan fungsi ginjal

mengalami perbaikan bilamana terjadi

penurunan nilai kreatinin menjadi < 2

mg/dL setelah dilakukan release

obstruksi. BUN dan kreatinin adalah sisa

dari produk metabolisme tubuh yang

diekskresikan oleh ginjal. 8,9

Beberapa penelitian dilakukan

untuk menentukan parameter klinik

apakah peningkatan kreatinin serum

bersifat reversible atau ireversibel.

Beberapa penelitian sebelumnya

menggunakan serum kreatinin sebagai

parameter fungsi ginjal hal tersebut

sesuai dengan penelitian ini. Hussain

melakukan ealuasi pemulihan fungsi

ginjal dengan penurunan kreatinin

menjadi <3 mg/dL melaporkan bahwa pH urin ≤ 6, diuresis post nefrostomi dan natriuresis merupakan faktor prognostik

terhadap pemulihan fungsi ginjal. Pada

penelitian ini juga menggunakan evaluasi

pemulihan fungsi ginjal dengan evaluasi

kreatinin, dikatakan membaik bilamana

creatinin < 2 mg/dL.

Penelitian kami menunjukkan bahwa tebal parenkim ginjal ≥ 10 mm secara signifikan berhubungan dengan

penurunan kreatinin < 2 mg/dL, hal ini

sejalan dengan hasil penelitian oleh

Sukmagara bahwa penurunan kreatinin

(7)

15 Aristo & Danarto, Parameter Prognosis Perbaikan Fungsi Ginjal ... grade hidronefrosis. Grade hidronefrosis

linear terhadap tebal parenkim ginjal.

Semakin tinggi grade hidronefrosis

semakin tipis parenkim ginjal. Laporan

dari Beland et al. menyatakan bahwa

tebal parenkim ginjal yang diukurr

dengan USG merupakan prediktor

terhadap fungsi ginjal.

Charles et al. melaporkan bahwa

rata-rata tebal parenkim ginjal pada polulasi di Nigeria adalah 1.94 + 0.20 cm sedangkan pada populasi kaukasian di United Kindom tebal parenkim ginjal rata-rata 1.89 + 0.36 cm. Roger et al. melaporkan bahwa terdapat potensi

perbaikan fungsi ginjal bilamana tebal

parenkim 1 cm – 1,5 cm dan perubahan

ireversibel bilamana tebal parenkim

kurang dari 1 cm. 3 Pada penelitian ini diperoleh tebal parenkim ginjal rata-rata

adalah 10,077 + 2.15 mm. Analisis Chi-square diperoleh hubungan secara

signifikan antara tebal parenkim ginjal

dengan penurunan kreatinin serum

dimana kemungkinan perbaikan fungsi bilamana tebal parenkim ≥ 10 mm (p=0.001.). Hasil tersebut sejalan dengan

laporan oleh Roger et al bahwa terdapat

korelasi antara tebal parenkim ginjal

dengan perbaikan fungsi ginjal, sehingga

tebal parenkim ginjal dapat digunakan

sebagai parameter perbaikan fungsi

ginjal. Handri et al. melaporkan bahwa

gambaran sonografi penderita gagal

ginjal kronik di RSUP Kariadi semarang

bahwa ukuran ginjal mengecil disertai

penipisan parenkim ginjal, semakin

rendah laju filtrasi glomerulus, semakin

tipis parenkim ginjal. Ketebalan

parenkim menurun signifikan pada pasien

dengan gagal ginjal kronik, dan

pemeriksaan tebal parenkim dengan USG

dapat memberi informasi prognostik

terhadap penderita gagal ginjal kronik.

Yamashita et al. melaporkan bahwa tebal

parenkim tidak berhubungan dengan

penurunan fungsi ginjal. 10, 11, 12, 13, 14, Harraz et al. melaporkan bahwa

pemulihan fungsi ginjal dipengaruhi oleh

kadar kreatinin, kadar hemoglobin. Hal

tersebut sejalan dengan hasil penelitian

kami bahwa pemulihan fungsi ginjal

dipengaruhi oleh kadar hemoglobin dan

rasio BUN/ kreatinin serum. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kadar

hemoglobin ≥ 10 mg/dL dan rasio

BUN/creatinin berhubungan dengan

(8)

16 Aristo & Danarto, Parameter Prognosis Perbaikan Fungsi Ginjal ... melakukan analisis multivariat terdiri atas

7 kategori rasio BUN/kreatinin <10,

10-15, 15-20, 20-25, 25-30, 30-40, >40,

menemukan bahwa rasio BUN/Kreatinin

tidak dapat digunakan untuk

membedakan antara prerenal azotemia

dan akut tubular nekrosis, namun dapat di

gunakan sebagai prediktor prognosis

pasien. Dwinnell menggunakan rasio

BUN/kreatinin 10:1 sebagai parameter

untuk memprediksi kelainan ginjal

prerenal atau post renal. Penelitian kami

menggunakan rasio BUN/kreatinin 10:1

sebagaimana yang dilakukan oleh

Dwinnel. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pasien dengan rasio

BUN/kreatinin > 10 berhubungan dengan

penuruan kreatinin < 2 mg/dL secara

signifikan. Sehingga rasio BUN/kreatinin

dapat digunakan sebagai parameter

prognosis perbaikan fungsi ginjal. 15,16 Harraz melaporkan bahwa

penurunan kreatinin dipengaruhi kadar

hemoglobin saat masuk rumah sakit.

NHANES III melaporkan bahwa

prevalensi anemia meningkat dengan

penurunan laju filtrasi glomerulus dengan

rata-rata hemoglobin pada pasien CKD

stage 4 adalah 12.0±1.6 dan 10.9 ±1.6

g/dL pada CKD stage 5. Pada penelitian

ini ditemukan hemoglobin rata-rata

adalah 10.73 g/dL, dimana hemoglobin

terendah 5.30 g/dL dan tertinggi 15.60

g/dL. Hal ini sesuai dengan laporan dari

Pali bahwa pasien dengan CKD memiliki

nilai rata-rata hemoglobin 8,87 g/dL.

Peneliti mengelompokkan pasien manjadi

dua kategori yakni pasien dengan

hemoglobin < 10 g/dL dan hemoglobin ≥

10 g/dL. Analisis dengan Chi-Square

menunjukkan bahwa kadar hemoglobin

berpengaruh signifikan terhadap fungsi

ginjal dengan nilai p=0,001. Hal tersebut

menunjukkan bahwa kadar hemoglobin

dapat digunakan sebagai

parameterprognosis perbaikan fungsi

ginjal. 17,18.19

Ginjal mempunyai peranan utama

dalam pengaturan kadar kaliun darah

dengan ekskresi kalium pada tubulus.

Pada pasien dengan penurunan fungsi

ginjal kronik, terjadi peningkatan

bertahap terhadap kadar kalium sebagai

respon adaptasi tubuh. Pada penelitian ini

di peroleh kadar kalium rata-rata adalah

5.10. Analisis dengan Chi-square

menunjukkan tidak ada hubungan yang

(9)

17 Aristo & Danarto, Parameter Prognosis Perbaikan Fungsi Ginjal ... dengan penurunan kreatinin serum. Hasil

ini berbeda dengan hasil penelitian

sebelumnya bahwa peningkatan kadar

kalium serum memiliki korelasi dengan

penurunan fungsi ginjal. Meskipun

laporan lain menunjukkan bahwa korelasi

yang lemah karena peningkatan kalium

dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa

faktor yang dilaporkan mempengaruhi

kadar kalium pada penderita gagal ginjal

adalah anemia, jenis kelamin, dan

diabetes melitus.

Beberapa variabel lain yang

diteliti berupa etiologi obstruksi yang

dikategorikan menjadi batu dan tumor

tidak memiliki hubungan yang signifikan

dengan penurunan kreatinin serum

dengan nilai p= 0.566. Hal tersebut sesuai

dengan laporan dari Sukmagara bahwa

etiologi obstruksi tidak memiliki

hubungan yang bermakna terhadap

penurunan kreatinin setelah dilakukan

nefrostomi.

Pasien dikelompokkan menjadi

diabetes melitus dan non diabetes

mellitus sesuai hasil pemeriksaan gula

darah sewaktu. Hasil analisis dengan Fisher’s Exact test menunjukkan tidak ada hubungan signifikan terhadap

penurunan kreatinin serum (p =0.114).

Hasil ini sesuai pula dengan laporan dari

Sukmagara bahwa diabetes melitus tidak

memiliki hubungan terhadap penurunan

kreatinin. Laporan lain dari Harraz

menunjukkan bahwa penurunan kreatinin

serum tidak berhubungan dengan adanya

diabetes mellitus. 2, 19, 20

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara tebal parenkim

ginjal, rasio BUN/kreatinin, dan kadar

hemoglobin dengan penurunan kadar

kreatinin setelah dilakukan tindakan

release obstruksi. Variabel-variabel

tersebut dapat dijadikan faktor

prediktor prognosis fungsi ginjal pada

penderita obstruksi uropati.

2. Pasien penderita obstruksi uropati

dengan tebal parenkim ginjal > 10

mm, kadar hemoglobin >10 g/dL, dan

rasio BUN/Creatinin > 10 memiliki

prognosis perbaikan fungsi ginjal yang

baik setelah dilakukan release

(10)

18 Aristo & Danarto, Parameter Prognosis Perbaikan Fungsi Ginjal ... Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

dengan dengan populasi dan sampel

yang lebih besar untuk meningkatkan

akurasi hasil penelitian.

2. Perlu dilakukan penelitian dengan

variabel klinis yang lebih luas dengan

teknik sampling yang lebih baik.

3. Perlu dilakukan penelitian dengan

menggunakan pembanding dengan

pemerikasaan fungsi ginjal sesuai

standar baku emas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Singh, Strandhoy, Assimos: Pathophysiology of Urinary Tract Obstruction in Wein, Kavoussi, Novick, Partin, Peters. Campbell-Walsch Urology, 10th Ed, Saunders, 2012.

2. Sukmagara J, Danarto HR.: Prognosis Pasien Obstruksi Uropati Pascanefrostomi Perkutan, KSM Urologi Bagian Ilmu Bedah RSUP Dr Sardjito, 2013

3. Husain M, Ali B, Ahmed S, Zafar N, et al.: Prediction of Renal Function Recovery in Obstructive Renal Failure Due to Stones, 2011

4. Skandalakis, Colborn, Weidman, et al. : Kidneys and Ureters in

Skandalakis' Surgical

Anatomy, Chapter 23.

5. Getman, Segura: Failure of urinary drainage Upper Urinary in

Emergency in Urology, Springer, pyeloplasty, Annals of Nuclear Medicine, 2003

7. Ucero A.C, Gonçalves S., Benito-Martin, et al.: Obstructive Renal Injury: From Fluid Mechanics To Molecular Cell Biology, Dove Medical Press. 2010

8. Chan LW, Wong KT, CHENG CW, YU SC, WONG WS: Prediction Of Differential Kreatinine Clearance In Chronically Obstructed Kidneys By Non-Contrast Helical Computerized Tomography. International Braz J Urol Vol. 30 (2):102-108, March - Applied Life Sciences vol. 4 (4):199-202, October-December, 2014

10.Adibi A, Emami A, Salehi H,

Normative ultrasound values of

renal parenchymal thickness

among adults in Enugu,

South-East Nigeria

.

African Health Sciences vol. 14: 689-697 2014; 12.Roger SD, Beale AM, Cattel WR,

Webb JAW. What is the value of

(11)

19 Aristo & Danarto, Parameter Prognosis Perbaikan Fungsi Ginjal ...

thickness before renal biopsy?

Clinical radiology vol. 49: 45-49. 1994;

13.Web JW. The Role Of

Ultrasonography In The Diagnosis Of

Intrinsic Renal Disease. Clinical

Radiology, vol 49:589 – 591, 1994

14.Yamashita SR, von Atzingen AC,

Iared W, et al., Value Of Renal

Cortical Thickness As A Predictor Of Renal Function Impairment In Chronic Renal Disease Patients.

Radiol Bras. Vol. 48(1):12–16.

January, 2015

15.Uchino S, Bellomo R, Goldsmith D, The Meaning Of The Blood Urea Nitrogen/Kreatinin Ratio In Acute Kidney Injury, Oxford University Press on behalf of ERA-EDTA. 2012. 16.Dwinnell BG, Anderson RJ, Diagnostic Evaluation of the Patient with Acute Renal Failure

17.Anonymous: Clinical Update Of hyperkalemia A Chronic Risk for CKD Patients and a Potential Barrier to Recommended CKD Treatment, National Kidney Foundation

18.Pali DY, Moeis SY, Rotty LW. Gambaran anemia pada penderita penyakit ginjal kronik di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandow. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

19.Harraz A, Zahran M, Nabeeh H, et al., Factors Predicting Recoverability Of Renal Function After Relief Of Obstructive Uropathy Secondary To Benign Diseases: Does The Method Of Drainage Matter? The journal of urology, vol. 191, No. 4s, supplement, sunday, May 18, 2014 20.Hsieh M, Wu I, Lee C, et al., higher

serum potassium level associated with

Gambar

Grafik 1. Perubahan kreatinin rata-rata
Tabel 5: Variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap fungsi

Referensi

Dokumen terkait

Foto kopi surat keterangan pendanaan: (konsultasikan terlebih dahulu dengan CampusFrance) -Bagi Penerima Beasiswa: kopi surat pernyataan beasiswa yang harus mencantumkan..

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. T]NIVERSITAS NEGERI

mempermudah dosen untuk memilih asistennya. Sistem yang dirancang menggunakan ID3 menghasilkan rekomendasi penerimaan dengan kriteria yang paling menentukan yaitu

Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 dan dijelaskan sebagai berikut : Langkah pertama dalam tahapan penelitian adalah Analisis kebutuhan dan Pengumpulan

Metode penelitian dilakukan dengan cara mengeringkan bonggol pisang jenis pisang kepok selama 5 hari, kemudian dihomogenkan dengan proses penghalusan, setelah itu dilakukan tiga

YUSMAN SRIANTO,

Pembelajaran dan belajar merupakan dua hal yang sangat berkaitan dan tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Pembelajaran adalah suatu proses pendidikan yang

1. Pandangan dan keyakinan guru diharapkan akan membantu proses pembelajaran matematika. Matematika merupakan filter penting untuk banyak kesempatan pendidikan dan