• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pemerintah Terhadap Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani Di Era Pasar Bebas Di Tinjau Dari Undang-Undang No 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Pemerintah Terhadap Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani Di Era Pasar Bebas Di Tinjau Dari Undang-Undang No 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani Chapter III V"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN 2013

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Negara mempunyai tanggung jawabuntuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam sila kelima Pancasila dan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, secara jelas dinyatakan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi dasar salah satu filosofi pembangunan bangsa, sehingga setiap warga Negara Indonesia, berhak atas kesejahteraan. Oleh karena itusetiap warga Negara Indonesia berhak dan wajib sesuai dengankemampuannya ikut serta dalam pengembangan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan, khususnya di bidang Pertanian.67

Sejalan dengan amanat Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut, salah satu tujuan pembangunan Pertaniandiarahkan untuk meningkatkan sebesar-besar kesejahteraan Petani. Selama ini Petanitelah memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan Pertaniandan pembangunan ekonomi perdesaan.

Petanisebagai pelaku pembangunan Pertanianperlu diberi Perlindungandan Pemberdayaanuntuk mendukung pemenuhan kebutuhan pangan yang merupakan hak dasar Setiap Orangguna mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan secara berkelanjutan. Dalam menyelenggarakan pembangunan Pertanian, Petani mempunyai peran sentral dan memberikan

67

(2)

kontribusi besar. Pelaku utama pembangunan Pertanian adalah para Petani, yang pada umumnya berusaha dengan skala kecil, yaitu rata-rata luas Usaha Tani kurang dari 0,5 hektare, dan bahkan sebagian dari Petani tidak memiliki sendiri lahan Usaha Tani atau disebut Petani penggarap, bahkan juga buruh tani. Petani pada umumnya mempunyai posisi yang lemah dalam memperoleh sarana produksi, pembiayaan Usaha Tani, dan akses pasar.

Selain itu, Petani dihadapkan pada kecenderungan terjadinya perubahaniklim,kerentanan terhadap bencana alam dan risiko usaha, globalisasidan gejolak ekonomi global, serta sistem pasar yang tidak berpihak kepada Petani. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk melindungi dan sekaligus memberdayakan Petani. Upaya Perlindungandan PemberdayaanPetani selama ini belum didukung oleh peraturan perundang-undangan yang komprehensif, sistemik, dan holistik, sehingga kurang memberikan jaminan kepastian hukum serta keadilan bagi Petani dan Pelaku Usaha di bidang Pertanian. Undang-Undang yang ada selamaini masih bersifat parsial dan belum mengatur upaya Perlindungan dan Pemberdayaan secara jelas, tegas, dan lengkap. Hal tersebut antara lain dapat dilihat dalam:

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;

2. Undang-Undang Nomor 56 PRP Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian;

(3)

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia);

5. Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan;

6. Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian , Perikanan, dan Kehutanan;

7. Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;

8. Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan;

9. Undang - Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;

10.Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura; dan 11.Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

(4)

penetapan tarif bea masuk Komoditas Pertanian, sertapenetapan tempat pemasukan Komoditas Pertaniandari luar negeri dalam kawasan pabean.

Selain itu, juga dilakukan penetapan kawasan Usaha Taniberdasarkan kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan; fasilitasi Asuransi Pertanianuntuk melindungi Petanidari kerugian gagal panen akibat bencana alam, wabah penyakit hewan menular, perubahan iklim; dan/atau jenis risiko lain yang ditetapkan oleh Menteri; serta dapat memberikan bantuan ganti rugi gagal panen akibat kejadianluar biasa sesuai dengan kemampuan keuangan negara.Selain kebijakan Perlindunganterhadap Petani, upaya Pemberdayaanjuga memiliki peran penting untuk mencapai kesejahteraan Petaniyang lebih baik. Pemberdayaandilakukan untuk memajukan dan mengembangkan pola pikir Petani, meningkatkan Usaha Tani, serta menumbuhkan dan menguatkan Kelembagaan Petaniagar mampu mandiri dan berdaya saing tinggi dalam berusaha Tani.

Beberapa kegiatan yang diharapkan mampu menstimulasi Petaniagar lebih berdaya, antara lain, berupapendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan,pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil Pertanian;pengutamaan hasil Pertaniandalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional.konsolidasi dan jaminan luasan lahan Pertanian;penyediaan fasilitas pembiayaan dan permodalan;kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi; dan penguatan Kelembagaan Petani.

(5)

mempunyai lahan dan melakukan usaha budi dayatanaman pangan pada luas lahan paling luas 2 (dua) hektare; Petanihortikultura, pekebun, atau peternak skala usaha kecil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Perlindungandan PemberdayaanPetanibertujuan untuk mewujudkan kedaulatan dan kemandirian Petanidalam rangka meningkatkantaraf kesejahteraan, kualitas, dan kehidupan yang lebih baik; melindungi Petanidari kegagalan panen dan risiko harga; menyediakan prasarana dan sarana Pertanianyang dibutuhkan dalam mengembangkan Usaha Tani; menumbuhkembangkan kelembagaan pembiayaan Pertanianyang melayani kepentingan Usaha Tani; meningkatkan kemampuan dan kapasitas Petaniserta Kelembagaan Petanidalam menjalankan Usaha Taniyang produktif, maju, modern, bernilai tambah, berdaya saing, mempunyai pangsa pasar dan berkelanjutan; sertamemberikan kepastian hukum bagi terselenggaranya Usaha Tani..

A. Pertimbangan – Pertimbangan diundangkannya Undang-Undang No.19 Tahun 2013

Adapun pertimbangan-pertimbangan diundangkannya Undang-Undang No 19 Tahun 2013 Tentang Perlindugan dan Pemberdayaan Petani antara lain :68 1. Pertimbangan Filosofis

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Negara mempunyai tanggung jawab untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraanumum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyatIndonesia. Dalam sila kelima Pancasila dan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

68

(6)

RepublikIndonesia Tahun 1945, secara jelas dinyatakan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesiamenjadi dasar salah satu filosofi pembangunan bangsa, sehingga setiap warga Negara Indonesia, berhakatas kesejahteraan. Oleh karena itu, setiap warga Negara Indonesia berhak dan wajib sesuai dengankemampuannya ikut serta dalam pengembangan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan, khususnya dibidang Pertanian.69

Sejalan dengan amanat Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945tersebut, salah satu tujuan pembangunan Pertanian diarahkan untuk meningkatkan sebesar-besar kesejahteraan Petani. Selama ini Petani telah memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan Pertanian dan pembangunan ekonomi perdesaan. Petani sebagai pelaku pembangunan Pertanian perlu diberi Perlindungan dan Pemberdayaan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan pangan yang merupakan hak dasar Setiap Orang guna mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan secara berkelanjutan.

2. Pertimbangan Sosiologis

untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur serta untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasar warga negara, negara menyelenggarakan perlindungan dan pemberdayaan masyarakat, khususnya petani secara terencana, terarah, dan berkelanjutan.

Dalam menyelenggarakan pembangunan Pertanian, Petani mempunyai peran sentral dan memberikankontribusi besar Pelaku utama pembangunan Pertanian adalah para Petani, yang pada umumnya berusaha dengan skala kecil,

69

(7)

yaitu rata-rata luas Usaha Tani kurang dari 0,5 hektare, dan bahkan sebagian dari Petani tidak memiliki sendiri lahan Usaha Tani atau disebut Petani penggarap, bahkan juga buruh tani. Petani pada umumnya mempunyai posisi yang lemah dalam memperoleh sarana produksi, pembiayaan Usaha Tani, dan akses pasar.Selain itu, Petani dihadapkan pada kecenderungan terjadinya perubahan iklim, kerentanan terhadap bencana alam dan risiko usaha, globalisasi dan gejolak ekonomi global, serta sistem pasar yang tidak berpihak kepada Petani. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk melindungi dan sekaligus memberdayakan Petani.

3.Pertimbangan Yuridis

Upaya Perlindungan dan Pemberdayaan Petani selama ini belum didukung oleh peraturan perundang-undangan yang komprehensif, sistemik, dan holistik, sehingga kurang memberikan jaminan kepastian hukum serta keadilan bagi Petani dan Pelaku Usaha di bidang Pertanian.

Undang-Undang yang ada selama ini masih bersifat parsial dan belum mengatur upaya Perlindungan dan Pemberdayaan secara jelas, tegas, dan lengkap. Hal tersebut antara lain dapat dilihat dalam:

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;

2. Undang-Undang Nomor 56 PRP Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian;

(8)

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia);

5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan;

6. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan;

7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;

8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan;

9. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;

10.Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura; dan 11.Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

Dengan demikian, agar upaya Perlindungan dan Pemberdayaan Petani mencapai sasaran yang maksimal diperlukan pengaturan yang terpadu dan serasi dalam suatu Undang-Undang.

B. Asas, Tujuan dan Lingkup Pengaturan 1. Asas

Adapun perlindungan dan Pemberdayaan Petani berasaskan pada :70

a. kedaulatan;

Yang dimaksud dengan “asas kedaulatan” adalah penyelenggaraan Perlindungandan PemberdayaanPetaniharus dilaksanakan dengan

70

(9)

menjunjung tinggi kedaulatan Petaniyang memiliki hak-hak dan kebebasan dalam rangka mengembangkan diri.

b. kemandirian;

Yang dimaksud dengan “asas kemandirian” adalah penyelenggaraan Perlindungandan PemberdayaanPetaniharus dilaksanakan secara independen dengan mengutamakan kemampuan sumber dayadalam negeri. c. kebermanfaatan;

Yang dimaksud dengan “asas kebermanfaatan”adalah penyelenggaraan Perlindungandan PemberdayaanPetani harus bertujuan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat. d. kebersamaan;

Yang dimaksud dengan “asas kebersamaan” adalah penyelenggaraan Perlindungan dan PemberdayaanPetaniharus dilaksanakan secara bersama-sama oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pelaku Usaha, dan masyarakat. e. keterpaduan;

Yang dimaksud dengan “asas keterpaduan” adalah penyelenggaraan Perlindungandan PemberdayaanPetaniharus memadukan dan menyerasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan.

f. keterbukaan;

(10)

memperhatikan aspirasi Petanidan pemangku kepentingan lainnya yang didukung dengan pelayanan informasi yang dapat diakses oleh masyarakat.

g. efisiensi-berkeadilan;

Yang dimaksud dengan “asas efisiensi-berkeadilan” adalah penyelenggaraan Perlindungandan PemberdayaanPetaniharus memberikan peluang dan kesempatan yang sama secara proporsional kepada semua warga negara sesuai dengan kemampuannya.

h. keberlanjutan.

Yang dimaksud dengan “asas keberlanjutan” adalah penyelenggaraan Perlindungandan PemberdayaanPetaniharus dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan untuk menjamin peningkatan kesejahteraan Petani. 2. Tujuan

Perlindungan dan Pemberdayaan Petani bertujuan untuk:71

a) mewujudkan kedaulatan dan kemandirian Petani dalam rangka meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kehidupan yang lebih baik;

b) menyediakan prasarana dan sarana Pertanian yang dibutuhkan dalam mengembangkan Usaha Tani;

c) memberikan kepastian Usaha Tani;

d) melindungi Petani dari fluktuasi harga, praktik ekonomi biaya tinggi, dan gagal panen; Penghapusan praktik ekonomi biaya tinggidimaksudkan untuk menjamin terlaksananya kegiatan Usaha Tani secara efektif dan efisien.

71

(11)

e) meningkatkan kemampuan dan kapasitas Petani serta Kelembagaan Petani dalam menjalankan Usaha Tani yang produktif, maju, modern dan berkelanjutan; maksudnya Peningkatan kemampuan dan kapasitas Petani serta Kelembagaan Petani ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing, dan akses pasar.

f) menumbuhkembangkan kelembagaan pembiayaan Pertanian yang melayani kepentingan UsahaTani.

3. Ruang Lingkup Pengaturan

Lingkup pengaturan Perlindungan dan Pemberdayaan Petani meliputi:72 a. perencanaan;

b. Perlindungan Petani; c. Pemberdayaan Petani; d. pembiayaan dan pendanaan; e. pengawasan; dan

f. peran serta masyarakat.

C.Pengaturan Perlindungan terhadap Petani

Pengaturan Perlindungan terhadap Petani diatur dalam beberapa pasal di

dalam Undang-Undang No.19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan

pemberdayaan petani, . Adapun pasal-pasal tersebut sebagai berikut :

Pasal 12 pada bab 4 bagian kesatu menjelaskan tentang perlindungan

petani dilakukan melalui strategi sebagai mana yang di maksud dalam pasal 7 ayat

(2).73 Pasal 13 pada bab 4 bagian kesatu menjelaskan bahwa pemerintah dan

72

Pasal 4 UU No.19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani 73

(12)

pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya bertanggung jawab atas

perlindungan petani.74

Pasal 14 pada bab 4 bagian kesatu menjelaskan tentang pemerintah dan

pemerintah daerah melakukan koordinasi dalam perencanaan,pelaksanaan dan

pengawasan perlindungan petani.75 Pasal 15 pada bab 4 bagian kesatu

menjelaskan tentang pemerintah berkewajiban mengutamakan produksi pertanian

dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional.76

Dalam mengatasi permasalahan yang sering dialami oleh para petani lokal

akibat hadirnya pasar bebas khususnya kawasan ASEAN, yang menyebabkan

tidak adanya kepastian usaha yang didapat oleh petani, yang pada akhirnya selalu

membuat para petani lokal mengalami kerugian,dari latar belakang tersebut,

pemerintah mencoba mengatasi masalah ini melalui Undang-Undang No 19

Tahun 2013 tentang perlindungan dan Pemberdayaan Petani.yakni terdapat pada

Bagian Ketiga tentang Kepastian Usaha dan Bagian Keempat tentang harga

komoditas pertanian, adapun bunyi pasal-pasal tersebut antara lain :

Bagian ketiga tentang kepastian usaha pasal 22 yang menjelaskan tentang jaminan kepastian usaha sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) huruf b. Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban:77

a. menetapkan kawasan Usaha Taniberdasarkan kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan;

74

Pasal 13 UU No.19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani 75

Pasal 14 UU No.19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani 76

Pasal 15 UU No.19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani

77

(13)

b. memberikanjaminan pemasaran hasil Pertaniankepada Petaniyang melaksanakan Usaha Tani sebagai program Pemerintah;

c. memberikan keringanan Pajak Bumi dan Bangunan bagi lahan Pertanianproduktif yangdiusahakan secara berkelanjutan; dan

d. mewujudkanfasilitas pendukung pasar hasil Pertanian.

Pada bagian keempat tentang komoditas pertanian pasal 25 ayat (1dan 2) menjelaskan bahwa pemerintah berkewajiban menciptakan kondisi yang menghasilkan harga komoditas pertanian yang menguntungkan bagi petani sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) huruf c. Adapun kewajiban pemerintah dalam menciptakan kondisi sebagaimana yang dimaksud dapat dilakukan dengan menetapkan :

a. tarif bea masuk Komoditas Pertanian;

b. tempatpemasukan Komoditas Pertanian dari luar negeridalam kawasan pabean

c. persyaratan administratifdan standar mutu

d. struktur pasar produk Pertanian yang berimbang; dan e. kebijakan stabilisasiharga pangan.78

a. pengaruh Komoditas Pertanian terhadap stabilitas ekonomi nasional; dan/atau

b. kepentingan hajat hidup orang banyak. D. Pengaturan tentang Pemberdayaan Petani

Pemberdayaan petani sangat penting dilakukan untuk memajukan pola pikir dan pola kerja petani, sehingga kedepannya petani-petani lokal memiliki

78

(14)

daya saing tinggi dan memiliki sumber daya manusia yang mempuni sehingga mampu bersaing dengan petani-petani dari negara lain. untuk itu pemerintah melalui UU No.19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani mencoba memberdayaankan petani Indonesia agar mampu bersaing di Era Pasar bebas ini, adapun pengaturannya terdapat di UU No.19 Tahun 2013 BAB V tentang pemberdayaan Petani yaitu antara lain :

Pada bab v tentang pemberdayaan petani,pada bagian kesatu pasal 40 menjelaskan bahwa Pemberdayaan Petani dilakukan untuk memajukan dan mengembangkan pola pikir dan pola kerja Petani, meningkatkan Usaha Tani, serta menumbuhkan dan menguatkan Kelembagaan Petani agar mampu mandiri dan berdaya saing tinggi.79

Selanjutnya pada bagian kedua tentang pendidikan dan pelatihan dijelaskan dalam pasal 42 bahwa :

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannyaberkewajiban menyelenggarakanpendidikan dan pelatihan kepada Petani.

(2) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain berupa:

a. pengembangan program pelatihan dan pemagangan;

b. pemberian beasiswa bagi Petani untuk mendapatkan pendidikan di bidang Pertanian; atau

c. pengembangan pelatihan kewirausahaan di bidang agribisnis.80

79

Pasal 40 UU No 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani

80

(15)

(3) Petani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12ayat (2)yang sudah mendapatkan pendidikan dan pelatihan serta memenuhi kriteria berhak memperoleh bantuan modal dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah. (4) Persyaratan Petani yang berhakmemperoleh bantuan modal dari

(16)

BAB IV

PERANAN PEMERINTAH DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI DI ERA PASAR BEBAS DI TINJAU

DARI UU NO.19 TAHUN 2013 A. Kebijakan Pemerintah dalam menghadapi Pasar Bebas

Dalam kaitannya dengan keikutsertaan Indonesia dalam program-program integrasi ekonomi kawasan/regional, hal yang paling penting dan mendesak, serta memerlukan dukungan adalah mantapnya infrastruktur termasuk jalan raya. Bila dapat diselesaikan dengan baik terkait dengan perdagangan pasar bebas, tentunya akan mempermudah proses integrasi ekonomi yang lebih luas yang akan diwujudkan di masa depan seperti kawasan di Asia khususnya.81 Hal ini yang menjadi pemikiran agar Indonesia tidak semakin tertinggal dalam jejaring produksi regional dan globalisasi proses produksi.82Dalam kaitannya dengan hal tersebut,Indonesia hendaknya memerhatikan komposisi produk dan negara tujuan ekspor agar dapat lebih memenangkan persaingan dengan sesama negara di Dunia.83

Seiring dengan kecenderungan semakin kuatnya keterkaitan antarnegara dalam perdagangan bebas. Dengan adanya perdagangan bebas akan memberikan kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan dengan adanya intervensi pemerintah,

81

Soetanto, H. .Kebijakan Perdagangan Indonesia dan Keikutsetaan dalam Kerjasama Ekonomi di Kawasan Asia Tenggara dan Asia Pasifik. Makalah disampaikan pada Seminar Trans Asia dalam konteks Asia dan ASEAN Highway: Peluang dan Tantangan menghadapi Tatanan Global,. Jakarta : 1 Juli 2009

82

Tambunan, T. 2007. Pengkajian Kebijakan Investasi Riil di Indonesia. http://kadin-indonesia.or.id diakses pada tanggal 11 April 2017 pukul 16.51 WIB.

83

(17)

seperti yang disajikan oleh Chen et al.84 dimana volume perdagangan akan meningkat dan keuntungan yang diperoleh negara pengimpor lebih banyak daripada negara pengekspor. Namun demikian, khusus untuk Indonesia masih perlu menjadi pertanyaanapakah memang demikian? Menurut Masyhuri, salah satu solusi untuk mengatasi perekonomian secara keseluruhan, perlu ada perubahan orientasi dari industri high technologyke industri pertanian dan dari broad base industryke domestic resources industry.

Sejarah perekonomian mencatat beragamnya strategi yang dianut oleh masingmasing negara. Ada yang berusaha memacu perkembangan ekonomi melalui ekspansi perdagangan internasional dan sekaligus membuka pintu lebar-lebar terhadap investasi asing, bantuan luar negeri, dan imigrasi (outward-lookingatau melihat keluar). Di pihak lain, tak sedikit negara yang membangun perekonomiannya dengan menerapkan strategi industrialisasi substitusi impor dan menggunakan perencanaan ekonomi ”perisai” untuk menangkis pengaruh-pengaruh eksternal yang dianggap mengganggu dan tidak dikehendaki (inward-lookingatau melihat ke dalam). Perkembangan yang terjadi dewasa ini menunjukkan semakin sulit menemukan contoh kasus negara yang konsisten menerapkan kebijakan melihat keluar dan ke dalam secara murni.Kedua belah pihak secara bergantian saling mengungguli selama empat puluh tahun terakhir.

Pemerintah harus melindungi sektor-sektor domestiknya dengan pengenaan tarif dan/atau kuota untuk membendung masuknya produk impor yang berpotensi menyaingi produk-produk domestik. Dalam jangka panjang, dapat

84

Chen, C., B.A. McCarl and C. Chang. 2006. Estimating the Impacts of Government Interventions in the International Rice Market. Canadian Journal of Agricultural Economics 54 (1): 81-100

(18)

mengekspor produknya yang semula diproteksi dimana dalam kondisi skala ekonomis dan tingkat upah buruh yang memadai, serta terkuasainya keahlian dan teknologi produksi sehingga produsen domestik dapat menghasilkan ouput dengan harga bersaing dengan harga pasaran dunia.

Biaya-biaya industri hilir yang potensial dan adanya pembelian kebutuhan pembelian impor yang seharusnya berasal dari dalam negeri.Sementara itu, strategi promosi ekspormenjalankan usaha eksporproduk-produknya baik produk primer maupun manufaktur, dimana memegang prinsip efisien dan keuntungan yang terkandung di dalam persaingan dan perdagangan bebas antarbangsa. Diharapkan dengan promosi ekspor ini dilakukan penurunan setiap bentuk roteksi yang diyakininya akan menimbulkan distorsi harga-harga dan biaya.

Beberapa kegagalan mekanisme pasar diatas menyebakan perlunya campur tangan pemerintah dalam memperbaiki pengaturan kegiatan ekonomi. Dari kelemahan-kelemahan mekanisme pasar yang telah di uraikan dibagian sebelumnya. Ini dapat simpulkan bahwa campuran tangan pemerintah mempunyai beberapa tujuan penting seperti yang dinyatakan adalah sebagai berikut:

a) Mengawasi agar eksternaliti kegiatan ekonomi yang merugikan dapat dihindai atau akibat buruknya dapat dikurangi

(19)

d) Menjamin agar kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak menimbulkan penindasan dan ketidaksetaraan di dalam masyarakat.

e) Memastikan agar pertumbuhan ekonomi dapat diwujudkan dengan efisien. Campur tangan pemerintah dalam kegiatan ekonomi dapat dibedakan dalam tiga bentuk:85

1. Membuat dan melaksanakan peraturan dan undang-undang.

2. Secara langsung melakukan beberapa kegiatan ekonomi (membuat perusahaan).

3. Melakukan kebijakan fiskal dan moneter. 1. Undang-Undang Untuk Mempertinggi Efisiensi

A. Yang pertama, peraturan dan undang-undang dapat menciptakan suasana ekonomi dan sosial yang akan memberikan galakan kearah terciptanya sisem mekanisme pasar yang lancer.

B. Yang kedua, peraturan dan undang-undang dapat digunakan untuk memastikan agar persaingan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dilakukan sebebas mungkin dan kekuasaan monopoli sedapat mungkin dilenyapkan.

Kedua peranan dari peraturan dan undang-undang untuk memperbaiki kelancaran operasi mekanisme pasar diuraikan di bawah ini.

a) Menentukan Aturan permainan

Pentingnya membuat peraturan dan undang-undang yang akan menjamin berfungsinya mekanisme pasar secara efisien, dapat dengan jelas dilihat apabila diperhatikan akibat-akibat buruk yang mungkin timbul apabila setiap pelaku

85

(20)

kegiatan ekonomi diberikan kebebasan yang tidak terbatas dalam melakukan kegiatannya. Tujuan setiap perseorangan atau perusahaan untuk mencapai keuntungan yang maksimum bagi dirinya adakalanya akan sangat merugikan masyarakat.86

b) Menciptakan Persaingan yang lebih bebas

Tujuan kedua dari membuat undang-undang yang mengatur kegiatan ekonomi adalah untuk menjamin agar dalam prekonomian tidak terdapat kekuasaan monopoli dan setiap pelaku kegiatan ekonomi dapat menjalankan kegiatannya dalam suasana persaingan yang relatif bebas. Berlakunya persaingan yang bebas merupakan salah satu syarat penting untuk menciptakan mekanisme pasar yang ehisien dan berjalan dengan lancar.

2. Campur Tangan Langsung

Secara langsung melakukan beberapa kegiatan ekonomi (membuat perusahaan) yaitu dengan memproduksi barang publik. Campur tangan pemerintah dalam perekonomian tidak saja terbatas kepada menyediakan barang bersama dan barag setengah bersama, tetapi juga menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa yang tidak digunakan secara bersama oleh seluruh masyarakat. Barang-barang itu dapat dijual kepada perseorangan-perseorangan dalam masyarakat. Dengan demikian tidak timbul kesukaran untuk memungut pembayaran ke atas barang-barang yang digunakan.

3. kebijakan fiscal dan moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dijalankan oleh bank sentral untuk mengatur jumlah uang dalam perekonomian. Kebijakan fiskal adalah

86

(21)

kebijakan pemerintah didalam memungut pajak dan membelanjakan pendapatan pajak tersebut untuk membiayai kegiatan-kegiatannya.87 Di dalam perekonomian kedua kebijakan ini digunakan oleh pemerintah untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu:

a. Untuk mengatasi masalah-masalah pokok makroekonomi yang timbul, yaitu masalah pengangguran, masalah kenaikan harga-harga dan masalah menciptakan pertumbuhan ekonomi yang memuaskan.

b. Untuk menjamin agar faktor-faktor produksi digunakan dan dialokasikan keberbagai kegiatan ekoomi secara efisien.

c. Untuk memperbaiki keadaan distribusi pendapatan yang tidak seimbang yang selalu tercipta di dalam masyarakat yang kegiatan-kegiatan ekonominya terutama diatur oleh sistem pasar bebas.

B. Peran Pemerintah berdasarkan UU No. 19 Tahun 2013

Produk pertanian indonesia yang dihasilkan sangat bergantung pada iklim. Indonesia dengan iklimnya yang tropis memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Kedua musim tersebut sangat berpengaruh sekali terhadap hasil pertanian. Bila cuaca mendukung, hasil pertanian akan sangat bagus dan bila cuaca tidak mendukung atau kemarau dan hujan yang berkepanjangan hal itu akanberpengaruh negatif terhadap hasil pertanian bahkan para petani berisiko untuk gagal panen. Selain itu, hal-hal lain yang berisiko terhadap pertanian adalah hama atau penyakit pertanian yang menyerang pertanian. Risiko yang dialami oleh petani ini ditanggung sendiri oleh petani dimulai dari pembelian bibit hingga

87

(22)

risiko terhadap gagal panen ini dengan berhutang uang kepada rentenir, tengkulak dan pihak-pihak lainnya.

Pembayaran utang-utang tersebut dipastikan selalu ditambah dengan bunga yang pada kenyataannya hal ini membuat para petani berat dalam menghadapi keharusan membayar pengembalian utang beserta bunganya tersebut.Para petani sangatlah dirugikan oleh hal-hal yang disebutkan diatas. Maka dalam hal ini diperlukan peran pemerintah dalam mengurangi kerugian petani dalam menanggulangi risiko tersebut. seperti yang kita ketahui bahwa sektor pertanian itu mempengaruhi hajat hidup orang banyak, dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi:

“Untuk membentuk suatu Pemerintah NegaraIndonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilansosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

(23)

Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani yang berbunyi: “ Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban melindungi Usaha Tani yang dilakukan oleh Petani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) dalam bentuk Asuransi Pertanian.”

Dari penjelasan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani disebutkan bahwa Negara sebagai penguasa cabang produksi pertanian ikut bertanggungjawab terhadap risiko pertanian dengan memberikanfasilitas pembiayaan dan permodalan sebagai upaya ganti rugi kepada petani yang bersumber pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (yang selanjutnya disingkat APBN) sepertiyang tertera dalam Pasal 66 ayat (1) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani yang menyebutkan :“Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban memfasilitasi pembiayaan dan permodalan petani.”

Pada kenyataannya ganti kerugiantersebut di lapangan banyak sekali mendapatkan hambatan dikarenakan jumlah ganti rugi yang tidak sesuai atau mekanisme ganti rugi yang tidak sesuai dengan petani. Hal ini juga menjadi risiko negara dalam hal ganti rugi yang bersumber pada APBN. Untuk itu diperlukan penanggulangan risiko yang tidak menimbulkan kerugian langsung dari APBN. Oleh karena itu, untuk meminimalkan penggunaan APBN dalam ganti rugi gagal panen ini diperlukan pihak lain yang dapat membantu menanggulangi masalah ini, yaitu pengalihan risiko kepada perusahaan asuransi.

(24)

Pemberdayaan Petani) merupakan sebagian dari peran pemerintah dalam membantu petani dalam menghadapi permasalahan kesulitan memperoleh prasarana dan sarana produksi, kepastian usaha, resiko harga, kegagalan panen, praktik ekonomi biaya tinggi dan perubahan iklim seperti disebutkan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang ini. Pengalihan risiko gagal panen sudah tercantum dalam Undang-Undang ini dalam Pasal 7 ayat (2) yang menyebutkan Strategi Perlindungan Petani dilakukan melalui :

a. prasarana dan sarana produksi pertanian; b. kepastian usaha;

c. harga komoditas pertanian;

d. penghapusan praktik ekonomi biaya tinggi; e. ganti rugi gagal panen akibat kejadian luar biasa;

f. sistem peringatan dini dan penanganan dampak perubahan iklim;dan g. asuransi pertanian.”

a). Prasarana dan sarana produksi pertanian

Prasarana Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat(1) antara lain meliputi:

a. jalan Usaha Tani, jalan produksi, dan jalan desa; b. bendungan, dam, jaringan irigasi, dan embung; dan c. jaringan listrik, pergudangan, pelabuhan, dan pasar.

(25)

b). Kepastian usaha

Untuk menjamin kepastian usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf b, Pemerintah danPemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannyaberkewajiban:

a. menetapkan kawasan Usaha Tani berdasarkan kondisidan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,dan sumber daya buatan;

b. memberikan jaminan pemasaran hasil Pertania kepada Petani yang melaksanakan Usaha Tani sebagaiprogram Pemerintah;

c. memberikan keringanan Pajak Bumi dan Bangunanbagi lahan Pertanian produktif yang diusahakan secara berkelanjutan; dan

d. mewujudkan fasilitas pendukung pasar hasil Pertanian. c). Harga komoditas pertanian

Pemerintah berkewajiban menciptakan kondisi yang menghasilkan harga Komoditas Pertanian yangmenguntungkan bagi Petani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c. Kewajiban Pemerintah menciptakan kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukandengan menetapkan:

a. tarif bea masuk Komoditas Pertanian;

b. tempat pemasukan Komoditas Pertanian dari luar negeri dalam kawasan pabean;

c. persyaratan administratif dan standar mutu;

d. struktur pasar produk Pertanian yang berimbang;dan e. kebijakan stabilisasi harga pangan.

(26)

Penghapusan praktik ekonomi biaya tinggi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf d dilakukan dengan menghapuskan berbagai pungutan yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

e). Ganti rugi gagal panen akibat kejadian luar biasa

Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dapat memberikan bantuan ganti rugigagal panen akibat kejadian luar biasa sebagaimanadimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf e sesuai dengankemampuan keuangan negara.

f). Sistem peringatan dini dan penanganan dampak perubahan iklim

Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengankewenangannya membangun sistem peringatan dini dan penanganan dampak perubahan iklim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf f untuk mengantisipasi gagal panen akibat bencana alam.

g). Asuransi pertanian

Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban melindungi Usaha Taniyang dilakukan oleh Petani sebagaimana dimaksuddalam Pasal 12 ayat (2) dalam bentuk AsuransiPertanian. Asuransi Pertanian sebagaimana dimaksud dilakukan untuk melindungi Petani dari kerugian gagal panen akibat:

a. bencana alam;

b. serangan organisme pengganggu tumbuhan; c. wabah penyakit hewan menular;

(27)

e. jenis risiko-risiko lain diatur dengan Peraturan Menteri.

Dalam Pasal 247 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (yang selanjutnya disebut KUHD)pun menyebutkan beberapa jenis asuransi yaitu asuransi kebakaran, asuransi jiwa, asuransi pengangkutan dan termasuk asuransi pertanian. Dalam Pasal 247 KUHD ini terdapat kata “ antara lain “ yang menurut Emmy Pangaribuan Simanjuntaksalah seorang pakar hukum Universitas Gadjah Mada menyatakan secara yuridis tidak membatasi atau menghalangi timbulnya jenis-jenis pertanggungan lain menurut kebutuhan masyarakat.Hal ini memungkinkan untuk mengadakan peralihan resiko menurut kebutuhan masyarakat,88 karena dirasalahan pertanian membutuhkan penanggulangan kerugian atas resiko pertanian yang dialami.

Pemerintah dalam hal ini telah menjalankan program Asuransi Pertanian yang telah diwujudkan pada tahun 2014 ini, dalam hal ini diharapkan dapat menumbuhkan kemandirian petani sehingga apabila terjadi kerugian akibat gagal panen dapat ditanggulangi oleh klaim dari asuransi. Asuransi pertanian diIndonesia sudah tercantum dalam Pasal 37 Undang-Undang nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani(Selanjutnya disebut Undang-Undang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani) disebutyang menyebutkan :

“(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban melindungi Usaha Tani yang dilakukan oleh Petani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) dalam bentuk Asuransi Pertanian.

88

Man Suparman Sastrawidjaja dan Endang. Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung Asuransi Deposito dan Usaha Perasuransian (Bandung: Alumni, 2010) hlm.46

(28)

Asuransi Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk melindungi Petani dari kerugian gagal panen akibat:

a. bencana alam;

b. serangan organisme pengganggu tumbuhan; c. wabah penyakit hewan menular;

d. dampak perubahan iklim; dan/atau

e. jenis resiko -resiko lain diatur dengan Peraturan Menteri.”

C.Upaya Pemerintah dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia Petani di

Indonesia dalam menghadapi Pasar Bebas

Dewasa ini mutu SDM pertanianIndonesia masih memiliki keterbatasan yang nyata. Menurut Nuhung ,89 persentase penduduk setengah pengganguran 70,2 % berada pada sektor pertanian dan 29, 8 % berada di sektor non pertanian. Potret SDM yang 70,2 % kalau dilihat dari tingkat pendidikan formal maka 35,5 % berpendidikan SD kebawah, 23,5 % berpendidikan SLTP, 35,5 % berpendidikan SLTA dan 5,7 % berpendidikan perguruan tinggi. Berdasarkan curahan jam kerja yang dihitung berdasarkan lamanya bekerja per minggu, ternyata tenaga kerja pertanian baik secara komutatif maupun pada masing-masing subsektor, sebanyak 59% bekerja kurang dari 35 jam per minggu (katagori disguised unemployment).

Sementara berdasarkan data statistik Tahun 1999 dan 2002 produktivitas tenaga kerja sektor pertanian menduduki urutan terakhir (sebesar 6.923) dibanding

89

(29)

produktivitas tenaga kerja menurut lapangan usaha yang lain. Berdasarkan indikator yang digunakan untuk mengetahui perkembangan pendapatan petani (produktivitas tenaga kerja yang diukur sebagai nilai PDB per tenaga kerja di sektor pertanian), data menunjukan bahwa rasio pendapatan tenaga kerja sektor pertanian/non pertanian sangat rendah yakni hanya 0,23. Lebih lanjut Intan (1997), mengungkapkan bahwa mutu sumberdaya manusia agribisnis Indonesia dalam era otonomi daerah ini masih terdapat kendala yang mendalam dalam hal sikap mental yang menghambat, terutama dalam hal sikap malas/enggan/lamban, masa bodoh dan tidak peduli, suka menunda, kerja asal jadi, iri dan dengki.

1. Melalui Pembinaan Sumber Daya Manusia Petani

Pembinaan Sumberdaya Manusia pada sektor pertanian saat ini merupakan konsekuensi dari semakin disadarinya ketertinggalan Indonesia dalam hal mutu sumberdaya manusia (SDM).Tuntutan pembinaan mutu SDM tersebut merupakan langkah antisipatif dalam menghadapi persaingan global, di mana dalam kondisi tersebut akan mendorong semakin tingginya mobilitas tenaga kerja sektor pertanian antar negara. Peter Thigpen90 dalam Pfeffer pembinaan mutu SDM di era otonomi daerah, di mana pemerintah otonomi daerah mempunyai proporsi yang besar dalam mewujudkan bagus atau tidaknya SDM pada sektor agribisnis. Pembinaan tersebut dapat dilakukan dengan;

a)Pembinaan unsur kognitif

Pembinaan yang meliputi pengetahuan dasar tentang pertanian, teknologi dalam pertanian, dan manajerial dibidang pertanian serta bidang pendukungnya seperti keuangan, pemasaran operasi produksi dan lain-lain.

90

(30)

Pembinaan unsur kognitif ini mencakup upaya-upaya peningkatan, pengetahuan, melatih daya pikir, kemampuan analisis, mempertajam intelegensi dan kecerdasan serta peningkatan pengetahuan manejerial dan wawasan teknologi bidang pertanian;

b)Pembinaan unsur psikomotorik

Pembinaan yang mencakup upaya-upaya untuk membina dan meningkatkan keahlian dan keterampilan spesifik dari penjabaran bidang-bidang kognitif seperti keterampilan bidang manejerial, keterampilan bidang produksi, keterampilan bidang tekhnologi;

c) Pembinaan unsur afeksi,

pembinaan yang meliputi sikap mental, moral, dan etika. Sesungguhnya pembinaan unsur ini akan sangat berpengaruh terhadap kinerja SDM agribisnis. Sikap mental, moral dan etika tersebut mampu mendorong terciptanya suasana kerja yang harmonis, ketenagan kerja serta memberikan dukungan moral terhadap peningkatan produktivitas organisasi.

d)Pembinaan unsur intuisi,

merupakan kombinasi antara unsur kognisi, psikomotor, serta afeksi yang dimilikinya. Intuisi merupakan suatu kemampuan mutu SDM yang bersumber dari keyakinan diri dan dapat mempengaruhi tindakan-tindakan manusia terutama tindakan arif dan bijak dalam melihat peluang dan kesempatan bisnis.

2. Peningkatan Pendidikan melalui Penyuluhan dan Pelatihan

(31)

putra/putri petani. Petani sebagai salah satu pelaku utama pembangunan pertanian memerlukan kemampuan yang memadai tentang pengetahuan, sikap maupun ketrampilan untuk mengantisipasi berbagai perubahan strategis baik ditingkat lapang, nasional, maupun internasional. Petani memerlukan penyesuaian substansi materi penyuluhan untuk mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan, global warning, persaingan globalisasi (perdagangan bebas) atau perubahan lingkungan, baik lingkungan alam, social maupun budaya.

Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh petani dan pelaku usaha diindikasikan dengan:

(1) adanya kelembagaan tani (poktan/gapoktan) yang mandiri, kuat dan berbadan hukum (koperasi, LKM);

(2) jumlah petani dan pelaku usaha yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi;

(3) jumlah petani dan pelaku usaha yang memanfaatkan data dan informasi dan

(4) jumlah petani yang bergabung dalam jejaring kerja dan kerjasama atau kemitraan usaha.

(32)

karena itu lembaga penelitian dan pengembangan harus dapat menghasilkan teknologi yang dapat menarik minat kaum muda, seperti mekanisasi pertanian, dan teknologi pengolahan hasil pertanian. Baik lembaga penelitian maupun lembaga penyuluhan harus selalu dapat berkoordinasi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat pertanian mengingat lembaga penelitian dan lembaga penyuluhan di Indonesia tidak berada dalam satu atap.

Untuk menarik lebih banyak generasi muda berkecimpung di bidang pertanian, perlu dibuka akses yang lebih besar pada pemuda, terutama yang telah menyelesaikan pendidikan setingkat SLTA serta PT untuk membuka usaha berbasis pertanian. Disamping hal itu juga dengan menembangkan berbagai program pelatihan kewirausahaan sektor pertanian.

(33)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya ada beberapa kesimpulan yang diambil oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan pemerintah Indonesia mengenai petani dalam menghadapi pasar bebas

adalah dengan mensahkan UU No.19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan Petani, bahwa tujuan perlindungan dan pemberdayaan petani antara lain :mewujudkan kedaulatan dan kemandirian Petani dalam rangka meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kehidupan yang lebih baik

2. Kebijakan Pemerintah Indonesia selanjutnya mengenai petani dalam menghadapi pasar bebas adalah melakukan perubahan paradigma sebagaimana tertuang dalam SIPP 2015-2045, maka sasaran strategis Kementerian Pertanian tahun 2015-2019 adalah :Pencapaian swasembada padi, jagung dan kedelai, peningkatan produksi gula dan daging peningkatan diversifikasi pangan, peningkatan komoditas bernilai tambah dan berdaya saing dalam memenuhi pasar ekspor dan substitusi impor, penyediaan bahan baku bioindustri dan bioenergi, peningkatan pendapatan keluarga petani, serta akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik.

(34)

gratis,pemberian alat-alat pertanian dengan teknologi terbaru,pemberian jaminan asuransi pertanian, pemberian pengetahuan dan penyuluhan tentang pertanian modern, yang semua termuat dalam rencana strategis kementerian pertanian yang telah diwujudkan dari awal tahun 2014 lalu sebagai wujud dari keseriusan pemerintah memberikan jaminan kesejahteraan bagi petani, dalam hal ini diharapkan dapat menumbuhkan kemandirian petani sehingga petani tidak merasa terlalu kahwatir apabila ancaman gagal panen tiba. Semua sudah tercantum dalam Undang-Undang nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani serta RENSTRA KEMENTAN 2015-2019.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap peran pemerintah dalam perlindungan dan pemberdayan terhadap petani di era pasar bebas, maka saran yang dapat diberikan adalah:

1. Perlunya memperbanyak penyuluhan mengenai peran dari UU No 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani,sehingga petani di Indonesia mengetahui payung hukum yang melindunginya, karena pada kenyataannya saat ini uu tersebut belum mampu seutuhnya untuk melindungi dan memperdayaakan petani untuk hidup yang lebih sejahtera.

(35)

pemberdayaan. Perlu adanya peran pemerintah yang lebih aktif di dalam membangun pertanian.

Referensi

Dokumen terkait

Purwanto (2011:45) mengemukakan bahwa “hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran (ends are being attained)”. Hasil

Selain data tersebut, MaPPI FHUI juga akan menyajikan data 17 perkara yang dipantau sejak sidang pertama (pembacaan dakwaan) namun tidak sampai sidang terakhir

[r]

tersedia pada sebuah stasiun televisi misalnya: studio, MCR ( MasterControl Room) , kamera, mixer, peralatan editing, clip on serta para personilnya. Semua fasilitas

Menambahkan sebuah sensor yang dapat membaca intensitas cahaya sehingga cahaya akan secara otomatis menyala sesuai kebutuhan ikan symphysodon discus maupun tanaman

Sedangkan faktor eksternal yang menyebabkan meningkatnya penyaluran kredit pada BPR di Kabupaten Bogor adalah pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor berdasrkan GDP

Dengan adanya ide perancangan program radio ini, penulis ingin memberikan informasi kepada masyarakat khususnya kota Salatiga dalam hal Kuliner dan bisnis kuliner yang di

Aspek penonjolan dilakukan wartawan untuk memperkuat atau menonjolkan pendefinisian peristiwa atas realitas/isu yang dipilih untuk ditampilkan dalam frame Majalah