• Tidak ada hasil yang ditemukan

Algemeene Vereeniging Van Rubberplanters Ter-Ooskust Van Sumatra (Avros) 1910-1958

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Algemeene Vereeniging Van Rubberplanters Ter-Ooskust Van Sumatra (Avros) 1910-1958"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

BERDIRINYA AVROS

Bab ini membahas tentang berdirinya perhimpunan para pengusaha

perkebunan Algemeene Vereeniging van Rubberplanters ter-Ooskust van Sumatera

atau biasa disingkat AVROS. Pembahasan ditujukan pada berdirinya AVROS yang

dilatar belakangi oleh perkembangan industri perkebunan karet yang sangat pesat di

Sumatera Timur. Perkembangan yang dialami Sumatera Timur menjadi daerah

perkebunan dapat terjadi karena terpenuhinya segala kebutuhan dan kepentingan yang

diperlukan oleh para pengusaha perkebunan. AVROS dianggap sangat bermanfaat

bagi perkebunan dan pengusahanya, sebab dengan adanya perhimpunan ini

permasalahan maupun kebutuhan perkebunan dapat terpenuhi, terutama dalam urusan

pengadaan buruh. Pada pembahasan ini juga dibahas mengenai pengertian dasar

AVROS hingga siapa saja yang pernah menjabat sebagai ketua AVROS selama masa

Pemerintahan Hindia Belanda.

2.1Lahirnya AVROS

Wilayah administratif Sumatera Timur memiliki luas 94.583 kilometer

persegi yang dihitung sejak Bengkalis menjadi bagian dari Sumatera Timur. Bentuk

lahan dan keadaan tanah Sumatera Timur19

19

Penjelasan mengenai keadaan tanah di Sumatera Timur dapat dilihat pada, Karl J. Pelzer,

Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1985, hlm. 36-44.

(2)

perkebunan membuat wilayah ini menjadi incaran atau wensareaalen bagi banyak

investor asing yang ingin meraup keuntungan dari penanaman modal dalam sektor

perkebunan.20

Mudahnya sultan dalam memberikan izin untuk pemakaian tanah di wilayah

kekuasaannya untuk dijadikan perkebunan ternyata juga menjadi daya tarik tersendiri

yang membuat penanaman modal di Sumatera Timur terus mengalir. Penanaman

modal ini menjadikan para investor asing sebagai pengusaha perkebunan di Sumatera

Timur. Pada awal masa pertumbuhan industri perkebunan, tembakau merupakan

tanaman komersial utama yang dikembangkan yang kemudian laku di pasaran dunia

karena kualitasnya yang tinggi.21

Pemerintah Hindia Belanda juga memiliki andil besar dalam pertumbuhan

perkebunan di Sumatera Timur, salah satunya dengan mengeluarkan undang-undang

Agrarische Wet22pada tahun 1870, yang mengatur tentang kepemilikian tanah dan

memberikan hak Erfpacht23

20Ibid,

hlm. 31.

21Ibid,

hlm. 55.

22Agrarische Wet

bertujuan untuk membuka pintu bagi perusahaan swasta untuk menanamkan modalnya di Hindia Belanda terutama dalam bidang perkebunan. Pada awalnya undang-undang ini berlaku hanya untuk daerah Jawa dan Madura, namun kemudian diberlakukan juga untuk daerah Sumatera Timur. T.Keizerina Devi, Poenale Sanctie: Studi tentang Globalisasi Ekonomi Dan Perubahan Hukum di Sumatera Timur (1870-1950), Medan:Program Pascasarjana Sumatera Utara, 2004, hlm. 36.

23

Hak Erfpact adalah hak kebendaan untuk menikmati sebidang tanah milik orang lain. Mahadi, Sedikit Sejarah Perkembangan Hak-Hak Melayu atas Tanah di Sumatera Timur (Tahun 1800-1975), Bandung: Penerbit Alumni. 1978, hlm. 240.

(3)

sengaja dikeluarkan pemerintah agar semakin menarik pengusaha menanamkan

modalnya di Sumatera Timur dan sebagai pendukung kegiatan produksi

perkebunan.24

Semakin lama jumlah perusahaan perkebunan asing di Sumatera Timur

semakin bertambah banyak. Oleh karena itu, kebutuhan dari para pengusaha

perkebunan juga semakin banyak dan harus terpenuhi, salah satunya persoalan tenaga

kerja perkebunan (buruh). Untuk menangani hal ini maka didirikanlah Deli Planters

Vereeniging (DPV)25

24

Devi, op.cit.,hlm. 1.

pada tahun 1879. DPV merupakan Perhimpunan Para

25

(4)

Pengusaha Deli, tugas utama perhimpunan ini yaitu untuk mengurusi

masalah-masalah agraria, peraturan perburuhan dan pengimporan buruh dari Malaya dan Cina,

belakangan dari Jawa .26

Tembakau yang merupakan produk unggulan dari Sumatera Timur, ternyata

juga harus mengalami kemunduran. Hal ini terjadi karena menurunnya kualitas

tembakau Deli sehubungan dengan tanah yang digunakan sebagai lahan tempat

tumbuhnya.27Selain faktor tanah, faktor lain yang mempengaruhi penurunan dalam

industri tembakau adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam pasaran

tembakau.28

satunya adalah artikel yang memaparkan tentang pemuliaan dan penyalahgunaan otoritas sipil yang terjadi di perkebunan.Penjelasan mengenai DPV ini disebabkan oleh sejak AVROS berdiri tahun 1910 AVROS banyak menjalin kerjasama dengan DPV. Hingga pada tahun-tahun pasca kemerdekaan DPV menyatukan diri dengan AVROS. Penjelasan lengkap mengenai pembentukan DPV dan kerjasamanya dengan AVROS baca, Modderman, P.W., T. Volker, M.G.V.D. Veen, Gedenkboek Uitgegeven ter Gelegenheid van het Vijftig Jarig Bestaan van Deli Planters Vereeniging, Batavia: Gedrukt Bij G. Kolff en Co., 1929.

26

Pelzer,Toean Keboen…op.cit., hlm. 59.

27

Tembakau merupakan tanaman yang banyak menyerap unsur hara dan air yang ada di dalam tanah, sehingga tanah yang telah digunakan untuk menanami tembakau, harus dipulihkan kembali sebelum ditanami dengan tanaman yang sama. Jenis tanah yang dapat ditanami oleh tanaman tembakau juga menentukan hasil dari produksi. Jenis tanah dasitik atau dasitik-andesistik yang membentang sepanjang Sungai Ular hingga Sungai Wampu merupakan tanah terbaik untuk ditanami tembakauIbid.,hlm. 41 dan 72-74.

28

Pasaran tembakau jatuh pada 1891 yang disebabkan oleh penawaran tembakau Deli di pasaran dunia yang berlebih karena jumlah produksinya meningkat, selain itu diberlakukannya tarif bea masuk Mc. Kinley yaitu tarif bea masuk yang sangat tinggi untuk impor tembakau ke Amerika Serikat membuat tembakau Deli semakin terpuruk. Sejak saat itu banyak perusahaan perkebunan yang menderita kerugian dan kemudian beberapa pengusaha perkebunan memilih untuk mengalihkan jenis tanaman perkebunannya dengan tanaman keras.Poesponegoro, Marwati Djoened dan Notosusanto Nugroho, Sejarah Nasional Indonesia IV, Jakarta: PN Balai Pustaka. 1984, hlm.140-141. Lihat juga, Aan Laura Stoler, Kapitalisme dan Konfrontasi: di Sabuk Perkebunan Sumatera, 1870-1979,

(5)

Penurunan yang dialami industri tembakau, ternyata menjadi awal baru bagi

perkembangan industri tanaman keras seperti kopi dan karet (Hevea Brasiliansis).29

Para pengusaha perkebunan kopi membentuk Perhimpunan Para Pengusaha

Kopi Serdang atau Serdang Koffie Planters Vereeniging. Selain itu ada pula

perhimpunan lain yang disebut Landbouw Vereeniging Asahan, akan tetapi kedua

perhimpunan ini juga tidak bertahan lama.

Diversifikasi tanaman komersial yang terjadi pada lingkungan perkebunan di

Sumatera Timur, akhirnya juga membuat pengelompokan pada jenis perkebunannya.

Mengetahui bahwa banyak hal harus dilakukan untuk memenuhi segala kepentingan

yang dibutuhkan oleh perkebunannya, para pengusaha perkebunan ini pun mengambil

langkah seperti yang sebelumnya telah dilakukan oleh industri perkebunan tembakau,

dengan membentuk perhimpunan masing-masing.

30

Selain itu ada pula Plantersbond atau

Serikat Para Pengusaha yang dididikan pada tahun 1904. Plantersbond merupakan

serikat para pengusaha tembakau maupun kopi yang bukan berasal dari kalangan

pengusaha yang memiliki modal besar dan juga tidak bersedia untuk bergabung

perhimpunan para pengusaha yang telah ada.31

29

Pelzer, Toean Keboen…, loc.cit. li 30

T. Volker, Van Oerbosch Tot Cultuurgebied: Een Schets van de Betekenis van de Tabak, De Andere Cultures en De Industrie Ter Oostkust van Sumatra, Medan : TYP. Varekamp & Co, 1928, hlm. 83.

31Ibid,

(6)

Penanaman kopi sebagai tanaman komersial perkebunan ternyata tidak begitu

berhasil. Hal ini berbeda dengan yang terjadi pada tanaman karet. Karet merupakan

tanaman tahunan yang membutuhkan waktu lama agar dapat diperoleh hasilnya,

namun karet memiliki prospek yang lebih baik dan menguntungkan di kemudian hari.

Pada tahun 1907 keuntungan yang diperoleh dari hasil perkebunan karet sangat besar.

Selain itu, pertumbuhan industri mobil dan manufaktur di Amerika Utara juga

menjadi suatu pemicu semakin berkembangnya perkebunan karet di daerah-daerah

yang memberikan tenaga kerja murah dan pemerintahan kolonial yang kuat. Pada

tahun 1910 karet tampil sebagai tanaman komersial yang memiliki harga sangat

tinggi, sehingga terlihat prospek yang semakin cerah untuk industri perkebunan karet.

Hal ini membuat perkebunan karet dengan cepat meluas di Sumatera Timur.32

Perluasan sangat cepat yang terjadi pada perkebunan karet tidak hanya

dialami oleh Sumatera Timur, tetapi juga bagian Selat Malaka dan Malaya Barat.

Kesempatan bagi kedua wilayah ini semakin terbuka lebar karena pada saat itu juga

karet alam yang dihasilkan oleh Brazil mengalami penurunan yang bersamaan

produksi karet alam dari Brazil mengalami penurunan, sehingga Sumatera Timur dan

Malaya secepatnya menjadi pusat dari produksi karet dunia pada saat itu.33

32

Stoler, op.cit., hlm. 29. Lihat juga, Poesponegoro, op.cit., hlm.142.

33

Yoko Hayashi, , “Agencies and Clients: Labour Recruitment in Java 1870s-1950s”, dalam

(7)

Dapat dilihat dari pertumbuhan industri karet di Sumatera Timur pada tahun

1902, 1905, 1907, 1909, 1910, masing-masing luasnya 176 hektar, 1.337 hektar,

6.873 hektar, 21.926 hektar, 29.471 hektar. Terlihat dari beberapa sampel tahun yang

diambil, luas industri karet dari tahun ke tahun mengalami perluasan yang

signifikan.34 Hal ini juga menunjukkan bahwa dibutuhkan tanah yang luas untuk

membuka sebuah perkebunan. Ketersediaan tenaga kerja atau buruh yang sudah lebih

dahulu menjadi permasalahan bahkan sejak pembukaan pertama lahan perkebunan di

Sumatera Timur juga harus segera diatasi, agar kelangsungan produksi perkebunan

dapat terjamin. Dibutuhkan buruh dalam jumlah besar dan murah menjadikan

tanah-tanah Sumatera Timur yang masih hutan belantara menjadi perkebunan karet yang

memberi keuntungan besar bagi pengusahanya. Selain itu, dibutuhkan penelitian

untuk menghasilkan bibit-bibit unggul untuk tanaman perkebunan, belum lagi banyak

kepentingan yang harus dipenuhi agar produksi perkebunan dapat tetap berjalan. Para

pengusaha perkebunan akan merasa kesulitan untuk menangani semua hal yang

menyangkut urusan perkebunan.35

Perkebunan karet merupakan perkebunan mengalami perkembangan sangat

pesat bila dibandingkan dengan perkebunan dengan jenis tanaman lainnya, oleh

karena itu, dibutuhkan sebuah wadah yang mampu untuk menangani

34

Pelzer, op.cit., hlm. 76.

35

“Pengaruh Pertumbuhan Industri Karet Terhadap Kuli Kontrak Di Sumatera Timur

1904-1920”,

(8)

kepentingan perkebunan karet. Selain itu para pengusaha dari kalangan perkebunan

karet juga merasa bahwa Plantersbondsudah tidak mampu lagi untuk menangani

masa-masa sulit ini dengan tenaga yang diperlukan baginya.36 Maka, atas dasar ini,

maka pada tahun 1910 didirikanlah Algemeene Vereeniging van Rubberplanters ter

Ooskust van Sumatra atau biasa disingkat dengan AVROS.37

2.2Algemeene Vereeniging van Rubberplanters ter-Ooskust van

Sumatra(AVROS)

Struktur Organisasi AVROS pada 1 Januari 1939- 31 Desember 1939 Ketua AVROS Terdahulu

Pertama : Van Ris (1910-1919)

Kedua : J.F.A.M. Buffart (1919-1929)

Anggota Terdahulu

J.C.F. Schor

J. Morton

Pengurus

Ketua AVROS : H. Kolkman

Wakil Ketua : K.Raadsheer

36Besluit van den, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie van den 31 Oktober 1910 No.34.

37

(9)

Anggota : H.H. Fenton, L.M. Reuvers, J.C. Groenenberg,

G.H. Schwarz, G.G. van Kooy, J.G.J.A. Maas,

F.J. Hartman, F.A. Moes.

Sekretaris : J.P. Timmer

Pengurus Harian

Ketua : H. Kolkman

Anggota : K. Raadsheer, L.M. Reuvers, H.H. Fenton

Sekretaris : J.P.Timmer

Sekretariat AVROS

Sekretaris : J.P.Timmer

Adj. Sekretaris : P.A.Verhulst

Akuntan : H.Paris

Pegawai : E.Schoggers

Balai Penyelidikan AVROS (Algemeene Proefstation der AVROS/APA)

Direktur Ahli Tumbu-Tumbuhan: A. d’Angremond

Ahli Tumbu-Tumbuhan : W.F. van Hell

Ahli Kimia : L.R. van Dillen, F. Althuisius, O.B. Schrieke

Ahli Pertanian : J.F.Schmole, H.Gonggrijp, G.G.P.Saubert

Asisten kebun percobaan : A.N.J.van Rossem, A. van Duyn

Analis : J.G.R.Rockland

Sekretaris : A.A.B.Thissen

(10)

Ketua : H.Kolkman

Anggota : G.G.van Kooy, J.G.J.A. Maas

Sekretaris : J.P.Timmer

Komisi untuk Memverifikasi Buku-Buku pada Buku Tahunan Pendapatan Keuangan.

Anggota : G.J. Vergoed, W.H. de Bruyn van Melis en

Mariekerke

Plv. Anggota : C.A. van der Linden, J.A.A. Hoefnageis

PengurusVrij Emigratie der DPV en AVROS(VEDA)

Ketua : H.Kolkman

Anggota : P.M. Visser, K. Raadsheer

Sekretaris : G. van der Veen (juga merupakan anggota)

Pengurus Biro Daktiloskopi

Ketua : P.M.Visser

Anggota : F.Th.M. Koster, C.M.Hesse, H. Kolkman,

K.Raadsheer, J.P.Timmer

Sekretaris : G. van der Veen (juga merupakan anggota)

Pengurus Laboratorium Patologi

Ketua : H. Kolkman

(11)

Sekretaris : J.P.Timmer38

Perluasan besar-besaran yang terjadi pada perkebunan jenis tanaman keras

terutama karet, membuat Plantersbond dinilaioleh kalangan perkebunan karet sudah

tidak mampu untuk bertindak pada masa-masa sulit dengan tenaga yang diperlukan

baginya. Ini artinya Plantersbond sudah tidak mampu lagi untuk menjalankan

tugasnya untuk mengurusi kepentingan yang dibutuhkan oleh

perkebunan.-perkebunan pada saat itu. Sehingga para pengusaha perkebunan.-perkebunan karet pada saat itu

menyikapi hal ini dengan cara mengambil suatu kesepakatan dengan pihak-pihak

yang memiliki kepentingan pada tanaman karet untuk membentuk perhimpunan yang

mampu menangani permasalahan ini. Kesepakatan ini ternyata ditanggapi positif oleh

pihak-pihak tersebut, dimana hampir seluruh pengusaha perkebunan karet yang ada di

Sumatera Timur bersedia untuk bergabung di dalam perhimpunan ini.39

Pendirian perhimpunan ini ternyata dianggap sangat penting oleh para

pengusaha perkebunan tersebut, terbukti dengan surat undangan rapat yang

disebarkan kepada para pengusaha kebun untuk membahas pendirian perhimpunan ini

yang mendapat tanggapan baik. Kemudian diadakan rapat yang dihadiri oleh para

38Jaarverslag van de Algemeene Vereeniging van Rubberplanters ter Oostkust van Sumatra 1Januari 1939- 31 Desember 1939, Medan: TYP. Varekamp & Co, hlm. 3- 5.

39Besluit van den…31 Oktober 1910 No.34

(12)

pengusaha perkebunan yang ada di Sumatera Timur. Rapat ini dipimpin oleh H. J. W.

Westenberg pada tanggal 27 Juni 1910.40

Hasil dari rapat tersebut adalah didirikannya perhimpunan para pengusaha

perkebunan karet di Sumatera Timur yang diberi nama Algemeene Vereeniging van

Rubberplanters ter Ooskust van Sumatraatau disingkat menjadi AVROS pada tanggal

27 Juni 1910 dan berstatus sebagai badan hukum. Pendirian AVROS telah disetujui

dengan dikeluarkannya surat-surat keputusan oleh Gubernemen pada tanggal 31

Oktober 1910 No.3441, 8 Januari 1917 No.5242, 25 Juli 1919 No.4743, dan 1 Agustus

1921 No.5744 Untuk memimpin perhimpunan ini, maka dipilihlah seorang ketua

untuk memimpin perhimpunan ini yang bernama Van Ris45 dan wakilnya H. J. W.

Westenberg.46

40Ibid

.

41Ibid.

42Besluit van den, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie van den,8 Januari 1917 No.52.

43Besluit van den Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie van den 25 Juli 1919 No. 47. 44Besluit van den Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie van den 1 Agustus 1921 No.57.

45

Lihat Lampiran I.

46

J. Paulus, Encyclopaedie van Nederlandsch-Indie, Deel II,’s Gravengage: Martinus Nijhoff, Leiden: Brill.1917, hlm. 1506. Lihat juga, Besluit van den…31 Oktober 1910 No.34, dan Royandiths,“AVROS (Algemeene van Vereeniging Rubberplanters ter Ooskust van Sumatra): Organisasi Perkebunan Karet di Sumatera Timur, 1910-1958”,

(13)

Bila dilihat dari nama perhimpunan ini, maka akan terpikir bahwa perusahaan

yang dapat menjadi anggotanya hanya berasal dari kalangan para pengusaha

perkebunan tanaman karet saja, tetapi sebenarnya tidak hanya perkebunan karet yang

menjadi anggota dari AVROS, diantaranya perkebunan kopi, teh, dan kelapa sawit,

sisal.Serdang Koffie Planters VereenigingdanLandbouw Vereeniging Asahanyang

juga merupakan perhimpunan yang ada di Sumatera Timur, namun tidak bertahan

lama dan akhirnya juga menggabungkan diri dengan AVROS. Hanya perkebunan

tembakau yang masuk pengecualian untuk tidak ikut bergabung dalam anggota

AVROS. DPV menolak bergabung dengan AVROS dengan alasan jenis tanaman

yang mereka naungi berbeda, sehingga cara mereka untuk mengatur dan

menjalankannya juga akan berbeda.47

Sesuai dengan surat keputusan yang dikeluarkan oleh tanggal 31 Oktober

1910 no. 34, isi dari pasal 2 dan 3 disebutkan bahwa AVROS didirikan selama 29

tahun. Tujuan adalah untuk memperhatikan kepentingan pertanian dan industri yang

ada di Sumatra Timur pada umumnya juga khususnya untuk kepentingan perkebunan

karet serta para pengusaha dan pekerjanya.48

47Besluit van den …31 Oktober 1910 No.34

.

48Ibid.

Walaupun pada awalnya anggota

(14)

perkembangannya wilayah Tamiang, Langsar, dan Tapanuli juga bergabung menjadi

anggota AVROS.49

Mengenai tujuan AVROS akan lebih diperjelas pada surat keputusan no. 47

pada tanggal 25 Juli 1919, bahwa tujuan dari AVROS tidak hanya memperhatikan

industri dan perkebunan terkait, tetapi juga untuk mencapai tujuan dengan

pembahasan ilmiah atas semua masalah perkebunan, termasuk juga memperhatikan

kepentingan dari para pekerja dengan mendirikan pusat percobaan, menyediakan

informasi dan nasehat, mendorong imigrasi dan kolonisasi buruh, melalui pengaturan

pengangkutan buruh dan sejauh diperlukan untuk mendorong pengangkutan bahan

makanan dan urusan lain bagi kepentingan para anggotanya, akhirnya dengan

memperjuangkan kepentingan dalam arti luas kepada pemerintah.50

AVROS yang sempat berdiri selama hampir 32 pada masa Pemerintahan

Hindia Belanda, juga mengalami tiga kali pergantian ketua yang memimpin

perhimpunan ini. Diawali dengan diangkatnya ketua pertama AVROS yaitu Van Ris

pada tahun 1910. Masa jabatan berlangsung hingga tahun 1919. Kepergian Van Ris

dari AVROS bukan karena masa jabatannya yang telah berakhir, tetapi disinyalir

karena adanya permasalahan internal dalam AVROS.51

49Descriptive Catalogue of Their Exhibit with a Short Review of the Agricultural District of the East Sumatra and Acheen., Batavia: International Rubber Congress, 1914, hlm. 13.

50Besluit van den …25 Juli 1919 No. 47. 51

(15)

Jabatan ketua AVROS kemudian diserahkan kepada J.F.A.M Buffart, maka

sejak itu Buffart menjadi ketua AVROS terhitung sejak tahun 1919 hingga 1929.

Berbeda dengan Van Ris, kepergian Buffart dari AVROS bukan karena

mengundurkan diri atau pun masa jabatannya yang telah berakhir, tetapi karena

diberhentikan secara hormat dari jabatannya sebagai ketua AVROS.52

Seperti yang diketahui dr. Buffart, yang kembali dari Jawa dan kemudian akan berangkat ke Eropa pada hari Minggu, dilepas oleh AVROS. Sejumlah besar pemimpin dari beberapa perusahaan perkebunen tahunan ikut terliba. Menurut apa yang kita ketahui lebih lanjut, AVROS sekarang ini telah meminta Prof. Busch, pelukis potret yang sedang singgah di sini, yang akan mengadakan pameran dengan karya-karyanya, untuk melukis sebuah potret dr. Buffatrt yang lukisannya disiapkan untuk mendapatkan tempat di gedung organisasi ini…

Kepergian

Buffart dari AVROS membuatnya memutuskan untuk kembali ke Eropa.

Pemberhentian dirinya tidak serta merta membuatnya dilupakan oleh AVROS.

AVROS beserta anggotanya tetap menunjukkan sikap penghormatan terhadap mantan

ketuanya tersebut. Hal ini dapat dilihat dari potongan pemberitaan berikut:

53

Ketua AVROS berikutnya Kolkman yang barasal dari kantor pengacara

Aberson. Sebelum menjadi ketua AVROS, Kolkman merupakan pejabat bekas

anggota Pengadilan Tinggi. Kolkman mulai aktif sebagai ketua AVROS sejak 1

Oktober 1929.54

52

“Permanente Arbeidscommisie”, De Sumatra Post, 14 Oktober 1929.

53

“Het Vertrek van dr. Buffart”, De Sumatra Post, 31 Oktober 1929.

54

Referensi

Dokumen terkait

Efek Yarkovsky adalah gaya non-gravitasional yang bekerja pada benda yang disebabkan oleh emisi anisotropik foton termal, dengan membawa momentum bagi benda

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol biji jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) terhadap kadar trigliserida tikus

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dari masyarakat tentang implementasi kurikulum 2013 (K13), yaitu tanggapan masyarakat terhadap; (a) latar

Hasil yang diperoleh adalah penanganan limbah cair dilakukan melalui perbaikan fasilitas produksi dan perbaikan prosedur kerja guna memanfaatkan limbah cair menjadi pupuk

Prinsip proporsi pada ornamen pepatran mengarah pada beberapa hal seperti dimensi dan bentuk elemen. Dimensi dalam penyusunan setiap elemen ornamen pepatran sangat

[r]

Dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran di sekolah kita tercinta ini , ananda dimohon untuk mengisi kuessioner ini dengan baik. Tidak ada nama dalam

Karya film “Jiwa di Balik Rel Kerata ini’ diharapkan dapat menghibur dan masyarakat dapat memahami bahwa kita hidup di dunia ini adalah sebagai makhluk sosial