74
Bab V.
Penutup
Dalam bagian penutup ini, penulis menyampaikan kesimpulan berkaitan dengan permasalahan dalam tesis ini. Beberapa kesimpulan yang dapat ditemukan adalah :
1. Kitab Ayub dapat dipandang sebagai suatu karya sastra kebijaksanaan yang penting dan unggul. Bukan hanya dalam keseluruhan Perjanjian Lama melainkan juga dalam keseluruhan sastra kebijaksanaan. Topik utama tentang orang benar yang menderita dengan pergumulannya yang dikaitkan dengan dogma tradisional tentang dosa dan hukumannya, sikap penderita, hubungan derita yang disandang tanpa alasan dan keadilan Tuhan, dikemas dalam bahasa puisi yang indah dan bermutu tinggi.
2. Sebagai tulisan hikmat, yang ditulis oleh orang bijak Yahudi pada masa Israil menjadi koloni dari bangsa-bangsa lain, kitab Ayub mempergumulkan penderitaan, khususnya penderitaan orang benar (innocent suffering). Melalui tokoh Ayub, sebagai tokoh utama dan ketiga temannya, pengarang menyampaikan pemahaman tentang penderitaan yang berkembang dalam masyarakat Yahudi.
75
dan kutuk. Pemahaman tentang penderitaan secara tradisional tidak mampu menjawab ketika orang benar menderita. Dengan dogma tradisional selalu muncul penghakiman ketika penderitaan menimpa seseorang, yaitu perbuatan dosa. Kedua, pandangan pengarang kitab Ayub. Penderitaan orang benar, tidak dapat dipahami oleh manusia dengan sebenar-benarnya karena keterbatasan manusia di hadapan Tuhan yang maha kuasa. Penderitaan orang benar merupakan misteri ilahi (misterio Dei), dan diperhadapkan pada misteri ilahi tersebut manusia hanya dapat bersikap pasrah dan tetap menjalani kehidupan dengan imannya kepada Tuhannya. Tetap beriman dalam penderitaan merupakan berkat.
4. Bagi orang Yahudi, kitab Ayub sebagai tulisan hikmat (wisdom writing) yang berisi pemahaman tentang penderitaan, juga dapat diterima sebagai tulisan yang menguatkan kehidupan sebagai umat pilihan Allah, ketika mereka memahami bahwa penderitaan yang mereka alami bukanlah hukuman, tetapi memang bagian dari kehendak Allah. Orang Yahudi dapat menerima dan menjalani penderitaan dengan tetap meyakini sebagai bangsa pilihan Allah. 5. Pemahaman tentang penderitaan sebagai misteri ilahi dan tetap setia
76
tingkat-tingkat tertentu. Pemahaman tentang penderitaan yang benar akan menolong dalam melakukan pendampingan pastoral.
6. Penderitaan karena kehilangan menimbulkan kedukaan. Tokoh Ayub yang menderita karena kehilangan segalanya juga merupakan pribadi yang mengalami kedukaan yang penuh. Diperlukan pendampingan pastoral kedukaan supaya kedukaan dapat dipulihkan.
7. Dalam perspektif pendampingan, ada dua pendampingan bagi tokoh Ayub. Pertama, pendampingan yang dilakukan oleh ketiga sahabat Ayub. Ketiga teman Ayub salah dalam melakukan pendampingan karena memiliki persepsi lebih dahulu, menghakimi Ayub sebagai yang bersalah. Akibatnya tidak terjadi pemulihan. Kedua, pendampingan yang dilakukan Allah sendiri. Allah menunjukkan kehadiran, empati, penghargaan dan menantang Ayub untuk memutuskan bagi dirinya sendiri. Terjadi pemulihan.