• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KADAR MALONDIALDEHID PAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KADAR MALONDIALDEHID PAD"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

i HUBUNGAN ANTARA KADAR MALONDIALDEHID PADA LENSA

TERHADAP PATOFISIOLOGI KATARAK SENILIS

Sebagai Karya Tulis Ilmiah dalam Sriwijaya Medical Scientific Olympiade

Disusun oleh :

Herdinta Yudaristy 04101401115 Lina Wahyuni Hrp 04111001093

Dosen Pembimbing: dr. Ella Amalia

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

(2)

ii LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Tulisan : Hubungan antara Kadar Malondialdehid pada Lensa terhadap Patofisiologi Katarak Senilis

2. Penulis :

a. Nama Lengkap : Herdinta Yudaristy

NIM : 04101401115

Jurusan : Pendidikan Dokter Umum

Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Sriwijaya

Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Putri Kembang Dadar No. 333 Tanjung Pulai, Bukit Besar, 30137, Palembang / 085669242554

Alamat email : ristyudadinta@hotmail.com

b. Nama Lengkap : Lina Wahyuni HRP

NIM : 04111001093

Jurusan : Pendidikan Dokter Umum

Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Sriwijaya

Alamat Rumah /HP : Jl. Letnan Yasin Kosan JK No. 9, 30139, Palembang/ 085382728383

Alamat email : linaw23r@gmail.com

3. Dosen Pendamping

a . Nama Lengkap dan Gelar : dr. Ella Amalia

b . NIP : 19841014 201012 2007

c. Jurusan/Fakultas : Fakultas Kedokteran d . Alamat email : ella_aya20@yahoo.co.id

(3)

iii ABSTRAK

Berdasarkan Survey Kesehatan Indera tahun 1993-1996, katarak merupakan penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia yaitu sebesar 52% dari total 1,5% penduduk Indonesia yang mengalami kebutaan(1). Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.

Ada banyak mekanisme yang memberi kontribusi dalam progresivitas kekeruhan lensa. Salah satu mekanisme yang diduga berperan dalam proses pengeruhan lensa adalah penumpukan radikal bebas.

Radikal bebas merupakan agen pengoksidasi kuat yang dapat merusak sistem pertahanan tubuh dengan akibat kerusakan sel dan penuaan dini karena elektron yang tidak berpasangan selalu mencari pasangan elektron dalam makromolekul biologi. Protein lipid dan DNA dari sel manusia merupakan sumber pasangan elektron yang baik. Stres oksidatif (oxidative stress), menunjukkan adanya produksi radikal bebas yang berlebihan melebihi kapasitas perlindungan antioksidan.

Malondialdehid sebagai hasil utama peroksidasi lipid akibat stres oksidatif MDA merupakan produk akhir dari peroksidasi lipid, dan biasanya digunakan sebagai biomarker biologis untuk menilai stres oksidatif. Adanya hubungan antara radikal bebas dengan antioksidan pada katarak senilis, yaitu peningkatan MDA dan penurunan antioksidan enzimatis dan non-enzimatis. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan radikal bebas dan penurunan kadar antioksidan pada penderita katarak.

(4)

iv KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis yang berjudul Hubungan antara Kadar Malondialdehid pada Lensa terhadap Patofisiologi Katarak Senilis. Penulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti lomba

Sriwijaya Medical Scientific Olympiade tahun 2012.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan arahan dari seluruh dosen, khususnya dosen pembimbing, yaitu dr. Ella Amalia dan para dosen yang telah membantu dalam penyempurnaan karya ilmiah ini. Dengan tangan-tangan terbuka penulis menerima berbagai saran, kritik, dan arahan dari pembaca khususnya rekan-rekan mahasiswa.

Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual, penulis ucapkan terima kasih. Semoga karya ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Palembang, September 2012

(5)
(6)

vi

3.2. Perumusan Masalah ... 14

3.3. Sumber dan Jenis Data... 14

3.4. Metode Pengumpulan Data... 14

3.5. Metode Analisis dan Pemecahan Masalah ... 14

3.6. Penarikan Simpulan ... 15

BAB 4 ANALISIS DAN SINTESIS 4.1. Hubungan MDA dengan Stress Oksidatif ... 16

4.2. Pengaruh Kadar MDA terhadap Katarak Senilis... .... 17

4.3. Radikal bebas dan lensa... 19

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 21

5.2. Saran ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 22

(7)

vii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hubungan antioksidan dan ROS (Reactive Oxygen Species). Gambar 2. Struktur kimia Propanedial/Malondialdehid.

Gambar 3. Inisiasi peroksidasi lemak oleh CCl3O2•

Gambar 4. Tahap propagasi peroksidasi lemak

Gambar 5. Tahap terminasi peroksidasi lemak oleh vitamin E Gambar 6. Katarak

(8)

viii BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutaan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan penurunan kualitas sumber daya manusia. Tidak hanya menurunkan produktivitas penyandangnya namun juga membebani keluarga dan orang-orang sekitarnya. Berdasarkan Survey Kesehatan Indera tahun 1993 – 1996, penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia adalah katarak, yaitu sebesar 52%.(1).

Sebagian besar katarak timbul pada usia tua sebagai akibat pajanan terus menerus terhadap pengaruh lingkungan dan pengaruh lainnya seperti merokok,

radiasi ultraviolet, dan peningkatan kadar gula darah. Katarak jenis ini disebut katarak senilis (katarak yang terkait dengan usia).

Patofisiologi terjadinya katarak senilis cukup rumit dan belum diketahui secara pasti. Ada banyak mekanisme yang memberi kontribusi dalam progresivitas kekeruhan lensa. Salah satu mekanisme yang diduga berperan dalam proses pengeruhan lensa adalah penumpukan radikal bebas.

Radikal bebas akan menimbulkan reaksi patologis dalam jaringan lensa dan senyawa toksis lainnya sehingga terjadi reaksi oksidatif. Reaksi oksidatif akan mengganggu struktur protein lensa sehingga terjadi cross link antar dan intra protein dan menambah jumlah high molecular weight protein sehingga terjadi agregasi protein tersebut, kemudian akan menimbulkan kekeruhan lensa yang disebut katarak. Salah satu turunan dari radikal bebas adalah malondialdehid.

(9)

ix menganalisis hubungan antara kadar malondialdehid pada lensa terhadap patofisiologi katarak senilis.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kadar Malondialdehid dalam keadaan stres oksidatif? 2. Bagaimana kadar Malondialdehid lensa pada penyakit katarak?

3. Apa bagian dari lensa mata yang paling banyak mengandung

malondialdehid dan turunan dari radikal bebas lainnya pada penyakit katarak?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui kadar Malondialdehid dalam keadaan stres oksidatif. 2. Mengetahui kadar Malondialdehid lensa pada penyakit katarak. 3. Mengetahui cara mengukur kadar Malondialdehid lensa mata.

1.4 Manfaat

1. Mencegah peningkatan angka kejadian penyakit katarak.

(10)

x BAB 2

TELAAH PUSTAKA

2.1. Proses Degeneratif 2.1.1. Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan atom atau gugus atom apa saja yang

memiliki satu atau lebih elektron tak berpasangan. Karena jumlah elektron

ganjil, maka tidak semua elektron dapat berpasangan sehingga sifatnya

sangat reaktif. Jika jumlahnya sedikit, radikal bebas dapat dinetralkan oleh

sistem enzimatik tubuh, namun jika berlebihan akan memicu efek patologis.

Radikal bebas merupakan agen pengoksidasi kuat yang dapat merusak

sistem pertahanan tubuh dengan akibat kerusakan sel dan penuaan dini

karena elektron yang tidak berpasangan selalu mencari pasangan elektron

dalam makromolekul biologi. Protein lipid dan DNA dari sel manusia

merupakan sumber pasangan elektron yang baik. Radikal bebas yang

berasal dari oksigen diklasifikasikan sebagai Reactive Oxigen Species

(ROS), termasuk radikal superoksida (O2-), radikal hidroksil (OH+) dan

radikal hidrogen peroksida (H2O2). Enzim yang berperan dalam peningkatan

produksi ion superoksid termasuk rantai transport elektron mitokondria,

NAD(P)H Oxidase, dan Xanthin Oxidase, serta e NOS (2).

Perusakan sel oleh radikal bebas reaktif didahului oleh kerusakan

(11)

xi  Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan komponen membran (enzim-enzim membran, komponen karbohidrat membran plasma), sehingga terjadi perubahan struktur dan fungsi reseptor.

 Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang menyebabkan prose transpor lintas membran terganggu.

 Reaksi peroksidasi lipid dan kolestrol membran yang mengandung asam lemak tak jenuh majemuk (PUFA = Poly unsaturated Fatty Acid). Hasil peroksidasi lipid membran oleh radikal bebas berefek langsung terhadap kerusakan membran sel, antara lain dengan mengubah

fluiditas, cross-linking, struktur dan fungsi membran serta kematian sel.

2.1.2. Stres Oksidatif

(12)

xii Gambar 1. Hubungan antioksidan dan ROS (Reactive Oxygen Species).

Stres oksidatif menyebabkan gangguan oksidasi lemak, protein, dan DNA. ROS dapat memicu proses peroksidasi terhadap lipid. Peroksidasi lipid mengakibatkan gangguan pada fluiditas dan permiabilitas membran, kerusakan membran sel dan organela, kerusakan sitoskeleton, hambatan pada metabolisme sel dan gangguan transpor ion. Kerusakan mitokondria juga dapat terjadi menyebabkan produksi ROS bertambah. Oksidasi protein oleh radikal bebas membentuk karbonil grup atau disulfid, dan juga sebagai reduktan, menyebabkan formasi S-H dari ikatan S-S. Kerusakan pada protein, terutama bentuk enzim, akan mengganggu fungsinya (3). Peroksida lipid tidak saja bertanggung jawab terhadap perusakan jaringan tubuh in

(13)

xiii 2.2. Malondialdehid (MDA)

Gambar 2. Struktur kimia Propanedial/Malondialdehid.

Malondialdehid sebagai hasil utama peroksidasi lipid akibat stres oksidatif MDA merupakan produk akhir dari peroksidasi lipid, dan biasanya digunakan sebagai biomarker biologis untuk menilai stres oksidatif (4). Pada proses peroksidasi lipid, selain MDA terbentuk juga radikal bebas yang lain,

tetapi radikal bebas tersebut mempunyai waktu paruh yang pendek sehingga sulit diperiksa dalam laboratorium (5). Pengukuran kadar MDA serum dapat dilakukan

dengan Test thiobarbituric acidreactive subtance (TBARS) yang berdasar pemeriksaan reaksi spektrofotometrik (6).

Peroksidasi lipid dalam bahan pangan akan terdekomposisi menjadi aldehid, keton dan khususnya malondialdehid. Senyawa-senyawa karbonil ini akan bereaksi dengan gugus amino protein melalui rekasi amino-karbonil dan pembentukan basa Schiff. Reaksi malondialdehid dengan rantai samping lisil akan mengakibatkan cross-linking dan polimerisasi protein. Reaksi ini berdampak pada menurunnya nilai gizi protein dan dapat menimbulkan off-flavour(7).

Karbon tetraklorida di metabolisme di dalam sel mikrosomal membran. Tahap pertama diubah oleh sitokrom P-450 menjadi radikal bebas reaktif yang dapat menyebabkan nekrosis hepatoselular. Ketika ikatan enzim CCl4 menerima

satu elektron, selanjutnya diuraikan menjadi CCl3 dan Cl. Radikal CCl3 tidak

dapat melanjutkan serangkaian reaksi P450. CCl3 akan menginisiasi reaksi rantai

di sekeliling lemak yang tidak tersaturasi di retikulum endoplasma. CCl3

kemudian bereaksi dengan anion superoksida (O2-) dan membentuk CCl3OO•

(14)

xiv Gambar 3. Inisiasi peroksidasi lemak oleh CCl3O2•

Tahap propagasi terjadi ketika O2 ditambahkan untuk membentuk radikal peroksil

lemak (LOO•) dan peroksidasi lemak (LOOH).

Gambar 4. Tahap propagasi peroksidasi lemak

Pada tahap degradasi terjadi penyususnan kembali elektron tunggal yang membentuk malondialdehyde (MDA). Malondialdehyde (MDA) dapat ditemukan dalam darah dan urin yang digunakan sebagai indikator radikal bebas. (2)

Terminasi adalah tahap akhir dari peroksidasi lemak dapat dilakukan oleh vitamin E dan antioksidan lain dengan memberikan satu elektron untuk membentuk produk nonradikal. Produk nonradikal ini bersifat stabil sehingga tidak dapat mempropagasi reaksi rantai peroksidasi lemak. (2)

Gambar 5. Tahap terminasi peroksidasi lemak oleh vitamin E

2.3. Katarak Senilis 2.3.1 Definisi

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.(2). Kelainan ini dapat menyebabkan

gangguan penglihatan dari ringan sampai berat (kebutaan)(8). Lensa katarak memiliki ciri berupa edema lensa, perubahan protein, peningkatan

(15)

xv proliferasi, dan kerusakan kontinuitas normal serat-serat lensa. Secara umum, edema lensa bervariasi sesuai perkembangan katarak. (2). Sebagian besar katarak timbul pada usia tua akibat pajanan kumulatif terhadap pengaruh lingkungan dan pengaruh lainnya seperti merokok, radiasi UV, dan peningkatan kadar gula darah(9). Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat mengalami perubahan dalam

waktu lama. Katarak senilis merupakan kekeruhan lensa yang terjadi pada usia lanjut.

Gambar 6. Katarak

2.3.2. Gejala dan Tanda katarak

(16)

xvi perkembangan penglihatan normal) karena pembentukan bayangan pada retina buruk(9).

Katarak mungkin terjadi tanpa gejala dan ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan mata. Katarak kadang-kadang tidak menimbulkan rasa sakit tetapi mengganggu penglihatan, seperti penglihatan menjadi kabur, penglihatan bagian sentral hilang sampai menjadi buta. (10)

Salah satu keluhan dini pada katarak adalah keluhan silau atau tidak tahan terhadap cahaya terang, seperti sinar matahari langsung atau sinar lampu kendaraan bermotor dari arah depan. Keluhan silau bervariasi tergantung lokasi dan besarnya kekeruhan pada lensa. Kekeruhan kecil yang terjadi di daerah pupil akan dirasakan sangat mengganggu. Apabila kekeruhan lensa menjadi semakin parah maka penglihatan jarak jauh dan dekat mulai terganggu. Keluhan lain dapat berupa penglihatan berkabut, penglihatan bewarna menjadi tumpul dan penglihatan ganda(10).

Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai kekeruhan cukup padat, yaitu pada tingkat matur atau hipermatur yang menyebakan kebutaan. (11)

2.3.3. Klasifikasi katarak

Tiga tipe utama katarak senilis, adalah : 1. Katarak nuklear

Beberapa derajat nuklear sklerosis dan penguningan dikatakan normal pada pasien dewasa setelah melewati usia menengah. Secara umum, kondisi ini hanya sedikit mengganggu fungsi penglihatan. Sklerosis dan

penguningan dalam jumlah yang berlebihan disebut katarak nuklear, yang menyebabkan kekeruhan sentral(12). Bila sudah lanjut, nukleus bewarna

coklat (katarak brunescent dan konsistensinya keras(12). 2. Katarak kortikal

(17)

xvii seperti lampu mobil(12). Monokular diplopia bisa juga dijumpai. Tanda pertama pembentukan katara kortikal terlihat dengan slitlamp sebagai vakuola dan celah air di korteks anterior atau posterior.

3. Katarak posterior subkapsular

Katarak posterior subkapsular (posterior subcapsular cataract = PSCs) sering dijumpai pada pasien yang lebih muda daripada katarak

nukelar atau kortikal. PSCs berlokasi di lapisan kortikal posterior dan biasanya aksial. Indikasi pertama pembentukan PSC adalah kialauan warna yang samar pada lapisan kortikal posterior yang terlihat dengan slitlamp. Pasien sering mengeluhkan silau dan penglihatan jelek pada kondisi cahaya terang karena PSC menutupi pupil ketika miosis akibat cahaya terang, akomodasi, atau miotikum(12). Penglihatan dekat lebih jelek daripada penglihatan jauh. Beberapa pasien juga mengalami monokular diplopia.

2.3.4. Stadium

Katarak senilis adalah kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Katarak senilis secara klinik dibedakan dalam 4 stadium, yaitu insipien, imatur, matur dan hipermatur.

2.3.5. Etiologi

Penyebab katarak senilis sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Tetapi, seiring dengan menigkatnya usia, maka lensa seseorang akan mengalami perubahan – perubahan yaitu bertambahnya tekanan dan ketebalan lensa, serta berkurangnya kekuatan akomodasi dari lensa. Cristalin atau protein lensa dirubah oleh modifikasi dan agregasi bahan

kimia menjadi molekul protein. Hasil dari terjadinya agregasi protein ini menyebabkan berfluktuasinya indeks refraksi, penghamburan cahaya, serta

(18)

xviii 2.3.6. Faktor Risiko

Katarak bersifat multifaktorial dan belum diketahui secara pasti. Berbagai faktor risiko yang dianggap berhubungan dengan terjadinya katarak antara lain :

1. Umur

Proses normal ketuaan mengakibatkan lensa menjadi keras dan

keruh, keadaan ini disebut sebagai katarak senil, yang sering ditemukan terjadi mulai usia 40 tahun ke atas. Dengan meningkatnya umur maka ukuran lensa akan bertambah dengan timbulnya serat-serat lensa yang baru. Serat-serat yang terbentuk lebih dahulu akan terdorong kearah tengah membentuk nukleus. Nukleus ini akan memadat dan mengalami dehidrasi sehingga terjadi skelrosis. Sklerosis in menyebabkan lensa tidak elastis, menjadi kompak dan kesanggupan untuk berakomodasi menjadi turun(13). Seiring bertambahnya usia lensa berkurang kebeningannya, keadaani ini akan berkembang dengan bertambah beratnya katarak. Pada golongan usia 60 tahun hampir 2/3-nya mulai mengalami katarak(13).

2. Gender

Ada indikasi bahwa penderita katarak wanita lebih meningkat dibanding laki-laki terutama usia di atas 65 tahun. Tetapi belum ada penjelasan yang mendasari. Mungkin karena umur harapan hidup wanita lebih lama dibanding kaum pria. (13)

3. Penyakit Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus dapat mempengaruhi kejernihan lensa, indeks refraksi, dan amplitudo akomodatif. Dengan meningkatnya kadar gula

darah, maka meningkat pula kadar glukosa dalam akuos humor. Oleh karena glukosa dari akuos masuk ke dalam lensa dengan cara difusi, maka kadar

(19)

xix 4. Nutrisi

Walaupun defisiensi nutrisi dapat menyebabkan katarak pada hewan, tapi etiologi ini sulit untuk dipastikan pada manusia (12). Beberapa penelitian mendapatkan bahwa mulitivitamin, vitamin A, vitamin C, vitamin E, niasin, tiamin, tiboflavin, beta karoten, dan peningkatan protein mempunyai efek protektif terhadap perkembangan katarak. Lutein dan

zeaxantin adalah satu-satunya karotenoid yang dijumpai dalam lensa manusia, dan penelitian terakhir menunjukkan adanya penurunan risiko katarak dengan penignkatan frekuensi asupan makanan tinggi lutein (bayam, brokoli). Dengan memakan bayam yang telah dimasak lebih dari dua kali dalam seminggu dapat menurunkan risiko katarak. (12)

5. Merokok

Individu yang merokok 20 batang atau lebih jenis sigaret dalam sehari mempunyai risiko 2 kali lebih banyak mengalami katarak.(13)

Merokok dan mengunyak tembakau dapat menginduksi stress oksidatif dan dihubungkan dengan penurunan kadar antioksidan, askorbat dan karotenoid(15).

Merokok menyebabkan penumpukan molekul berpigmen – 3 hydroxykhynurinine dan chromophores, yang menyebabkan terjadinya penguningan warna lensa. Sianat dalam rokok juga menyebabkan terjadinya karbamilasi dan denaturasi protein(13).

6. Obat-obatan

Obat-obatan jenis tertentu dapat menstimulasi pembentukan katarak, di antaranya : Amiodarone (obat untuk jantung), Chlopromazine

(sedatif), kortikosteroid (penanganan radang akut dan kronis), lovastatin (penurun kolesterol), Phenytoin (antiseizure, pengobatan epilepsi).

Penggunaan obat kortikosteroid sebagai faktor risiko perkembangan katarak sub capsular poseterior (14).

7. Sinar UV

(20)

xx ultraviolet meningkatkan faktor risiko katarak(13). Bukti epidemiologi menunjukkan bahwa paparan dengan waktu yang lama radiasi ultraviolet, dihubungkan dengan peningkatan risiko dari katarak sub kapsular(13). Berbagai penelitian telah berhasil membuktikan adanya hubungna antara radiasi ultra violet yang berasal dari sinar matahari dan kejadian katarak(13). Hasil penelitian ilmu dasar seperti biokimia, fotokimia dan histologi sangat

menunjang konsep bahwa radiasi ultra violet dapat mempercepat proses terjadinya katarak (13).

Sinar ultra violet akan diserap oleh protein lensa terutama sama amino aromatik, yaitu triptofan, fenil alanin dan tirosin sehingga menimbulkan reaksi foto kimia dan menghasilkan fragmen molekul yang disebut radikal bebas, seperti anion superoksida, hidroksil dan spesies oksigen reaktif seperti hidrogen peroksida yang semuanya bersifat toksis (13). Selanjutnya radikal bebas ini akan menimbulkan reaksi patologis dalam jaringan lensa dan senyawa toksis lainnya sehingga terjadi reaksi oksidatif pada gugus sulfhidril protein. Reaksi oksidatif akan mengganggu struktur protein lensa sehingga terjadi cross link antar dan intra protein dan menambah jumlah high molecular weight protein sehingga terjadi agregasi protein tersebut, kemudian akan menimbulkan kekeruhan lensa yang disebut katarak.

8. Trauma Mata

Trauma pada mata dapat mengakibatkan katarak pada semua umur, pukulan keras, tembus, sayatan, panas tinggi atau bahan kimia dapat mengakibatkan kerusakan lensa yang disebut katarak traumatika. Trauma

(21)

xxi BAB 3

METODE PENULISAN

3.1. Sifat Penulisan

Karya tulis ilmiah ini bersifat kajian pustaka untuk mengetahui hubungan

antara kadar Malondialdehida lensa pada penyakit katarak.

3.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah ditentukan berdasarkan permasalahan yang terdapat pada masyarakat mengenai penyakit katarak.

3.3. Sumber dan Jenis Data

Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan karya tulis ini berasal dari berbagai literatur pepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Beberapa jenis referensi utama yang digunakan adalah: (1) buku pelajaran kedokteran (2) jurnal ilmiah kedokteran edisi cetak dan non-cetak (3) artikel ilmiah bersumber dari internet.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penulisan ini dilakukan dengan metode studi pustaka (literature review) berdasarkan permasalahan, baik melalui informasi digital maupun non digital dari sumber pustaka sebagai berikut:

1. Jurnal-jurnal kesehatan

2. Buku ajar atau referensi pustaka

3. Informasi internet yang relevan dan valid

3.5. Metode Analisis dan Pemecahan Masalah

(22)

xxii 2. Metode analitik, yaitu melalui proses analisis data atau informasi dengan memberikan argumentasi melalui berpikir logis dan yang selanjutnya diambil suatu kesimpulan.

3.6. Penarikan Simpulan

Simpulan didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah,

(23)

xxiii

BAB 4

ANALISIS dan SINTESIS

4.1. Hubungan MDA dengan Stres Oksidatif

Stres oksidatif adalah keadaan jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi kapasitas tubuh untuk menetralisirnya. Akibatnya intesitas proses oksidasi sel-sel tubuh normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih banyak. Penumpukan radikal bebas ini akan menimbulkan berbagai reaksi salah satunya adalah peroksidasi lipid.

Peroksidasi lipid adalah mekanisme dari trauma sel, baik pada tumbuhan ataupun hewan, dengan demikian peroksidasi lipid digunakan sebagai indikator dari stres oksidatif pada sel dan jaringan. Endoperoksida lipid yang berasal dari asam lemak tak jenuh ganda, bersifat tak stabil dan terurai membentuk beberapa

senyawa komplek, termasuk senyawa karbonil reaktif, terutama malondialdehyde (MDA). Sehingga pengukuran MDA sering digunakan sebagai indikator

peroksidasi lipid jaringan (16).

MDA (Malonildialdehid) terbentuk dari asam lemak tidak jenuh jamak (PUFA) yang mengalami proses peroksidasi menjadi peroksida lipid yang kemudian mengalami dekomposisi (17).

(24)

xxiv radikal-radikal bebas yang terbentuk bereaksi dengan molekul-molekul lain disekitarnya.

Sehingga dapat dipahami bahwa pada kondisi stres oksidatif, dapat terjadi peroksidasi lipid yang dapat mengakibatkan terjadinya reaksi rantai dan akhirnya membentuk MDA (Malondialdehid)(18).

4.2. Pengaruh Kadar MDA terhadap Katarak Senilis

Proses degenerasi mengakibatkan peningkatan jumlah protein lensa yang tidak larut, walaupun lensa tetap jernih. Konversi protein yang larut menjadi tidak larut dalam air terjadi secara alamiah pada maturasi serabut lensa. Hal ini berkaitan dengan terjadinya penurunan glutation dan peningkatan glutation disulfida (12).

Radikal bebas pada lensa dihasilkan oleh proses metabolisme sel dan dapat juga akibat pengaruh luar seperti radiasi. Struktur dan komposisi biokimiawi lensa mampu menyerap sinar ultraviolet yang bersifat sitotoksin. Keseimbangan antara ketersediaan antioksidan dan terbentuknya radikal bebas mempunyai arti penting dalam menjaga lingkungan di dalam sel. Apabila ketersediaan antioksidan tidak mampu menetralisir radikal bebas, akan timbul stres oksidatif yang berujung pada kerusakan membran sel, lisosom, mitokondria, DNA, maupun serabut lensa. Peroksidasi lipid membran plasma serabut lensa dianggap sebagai faktor yang berperan dalam timbulnya katarak. Pada proses peroksidasi lipid, bahan teroksidasi akan mengambil atom H dari asam lemak tidak jenuh sehingga terbentuk radikal asam lemak dan seterusnya dengan oksigen akan terbentuk radikal peroksi lipid. Reaksi ini dapat memperbanyak rantai, yang menyebabkan pembentukan lipid peroksida (LOOH), serta akhirnya terjadi hasil utama pemecahan berupa malondialdehida (MDA). Malondialdehid dihipotesiskan mampu bereaksi silang dengan lipid membran.

(25)

xxv Radikal bebas dapat juga merusak protein maupun lipid membran sel pada bagian korteks lensa. Kerusakan dalam serabut lensa mengakibatkan polimerisasi dan ikatan silang antara lipid dan protein, serta akhirnya terjadi peningkatan jumlah protein lensa yang tidak larut air (12).

Tingginya kadar radikal bebas dalam tubuh dapat ditunjukkan oleh rendahnya aktivitas dari enzim antioksidan dan tingginya kadar malondialdehid

(MDA). Adanya hubungan antara radikal bebas dengan antioksidan pada katarak senilis, yaitu peningkatan MDA dan penurunan antioksidan enzimatis dan non-enzimatis. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan radikal bebas dan penurunan kadar antioksidan pada penderita katarak.

Malondialdehid (MDA) terbentuk dari peroksidasi lipid (lipid peroxidation) pada membran sel yaitu reaksi radikal bebas (radikal hidroksi) dengan Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA). Reaksi tersebut terjadi secara berantai, akibat akhir dari reaksi rantai tersebut akan terbentuk hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida tersebut dapat menyebabkan dekomposisi beberapa produk aldehid yang bersifat toksik terhadap sel dan berbeda panjang rantainya, antara lain MDA, yang merupakan salah satu aldehid utama yang terbentuk. (19)

Untuk pengukuran kadar MDA pada lensa, pertama lensa harus diambil dengan jalan operasi. Pada sel epitel lensa, sel di homogenisasi dengan air suling dan di sentrifus dengan kecepatan 12.000 pada suhu 4°C selama 30 menit(20). Kemudian barulah kadar malondialdehid dapat diukur dengan menggunakan cairan dari proses tersebut. Pengukuran kadar MDA dilakukan dengan dasar reaksi MDA dengan asam tiobarbiturat (TBA) yang membentuk senyawa

berwarna MDA-TBA2 dan mengabsorbsi sinar dengan panjang gelombang 532-534 nm. Senyawa berwarna tersebut dapat diukur konsentrasinya berdasarkan

absorbansi warna yang terbentuk, dengan membandingkannya pada absorbansi warna larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya menggunakan spektrofotometer(20).

(26)

xxvi adalah pigmen berwarna merah yang dapat diukur pada panjang gelombang 532 nm. Jumlah MDA yang terdeteksi menggambarkan banyaknya peroksidasi lipid yang terjadi(20).

4.3. Radikal Bebas dan Lensa

Gambar 7. Proses pembentukan serat lensa primer dan nukleus embrionik.

(27)

berulang-xxvii ulang melalui berbagai reaksi biokimia, sehingga terjadi efek merusak kejernihan lensa (Chylack 1984).

Lensa manusia atau nama lengkapnya lensa kristalin manusia sebetulnya sudah terbentuk pada 25 hari sejak kehidupan di dalam kandungan yang tidak lain merupakan penonjolan otak bagian depan. Penonjolan ini kemudian akan berkembang membentuk gelembung pada hari ke-33, dan untuk selanjutnya

terjadi pembentukan serabut lensa primer yang bergabung sebagai nukleus embrional. Epitel lensa daerah ekuator memanjang dan mengalami multiplikasi cepat membentuk serabut lensa sekunder, kemudian membentuk nukleus fetalis pada minggu ke-7. Pada saat lahir, berat lensa 90 mg dan terus meningkat 2 mg per tahun sesuai dengan bertambahnya usia akibat pembentukan serabut lensa baru. Pada usia 40 tahun serabut lensa menjadi berkurang, dan mulai umur ini untuk melihat dekat perlu kaca mata baca. Pada usia 60 tahun nukleus lensa mengalami sklerosis dan perubahan warna, hal ini serig dikelirukan sebagai katarak.

Kekeruhan lensa dapat terjadi sejak di dalam kandungan disebut katarak kongenital. Sejak bayi lahir bisa tampak lensa berwarna putih yang dapat terjadi pada satu mata maupun dua mata. Katarak kongenital terjadi pada I di antara 2000 kelahiran hidup (Hilles dan Killy,1994). Katarak kongenital kedua mata dapat terjadi akibat penyakit keturunan atau infeksi ibu hamil akibat rubella, virus sitomegali, varisela, sifilis, dan tosoplasmosis pada usia kehamilan 1-2 bulan. Selain itu dapat juga disebabkan oleh cacat mata dan akibat reaksi toksis misalnya steroid, dan akibat radiasi. Katarak pada satu mata dapat disebabkan oleh beberapa kelainan mata bawaan, trauma, dan infeksi rubella.

Lensa katarak mempunyai tanda karakteristik berupa degenerasi hidrofik, denaturasi protein, nekrosis, dan gangguan susunan serabut lensa (Vaughan et al,

(28)

xxviii BAB 5

SIMPULAN dan SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Stres oksidatif terjadi ketika terjadi ketidakseimbangan antara jumlah radikal bebas dan antioksidan di dalam tubuh.

2. Malondialdehid adalah hasil dari stres oksidatif.

3. Proses degeneratif mengakibatkan peningkatan jumlah protein lensa yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya katarak. 4. Malondialdehid dapat digunakan sebagai marker pada proses

degeneratif pada lensa.

5. Peningkatan kadar Malondialdehid berpengaruh terhadap progresivitas penyakit katarak.

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan kadar Malondialdehid pada lensa terhadap terjadinya penyakit katarak. 2. Pentingnya kepedulian masyarakat dalam menjaga pola dan gaya

hidup untuk meminimalisir faktor risiko terjadinya penyakit katarak.

(29)

xxix DAFTAR PUSTAKA

1. 1,5% Penduduk Indonesi Mengalami Kebutaan. Available from :

http://www.depkes.go.id/index.php?option= news&task= viewarticle&sid32

33. Diakses 15 Agustus 2012

2. Rush, J.W.E., Denniss, S.G., Graham, D.A. 2005. Vascular Nitric Oxide

and Oxidative Stress: Determinants of Endothelial Adaptations to

Cardiovascular Disease and to Physical Activity. Can J Appl Physiol 30(4): 442-474.

3. Siswonoto, Susilo. Hubungan Kadar Malondialdehid Plasma dengan Keluaran Klinis Stroke Iskemik Akut. [Tesis]. Semarang: Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Biomedik Dan Program Pendidikan Dokter Spesialis I Universitas Diponegoro; 2008. Available from: http://eprints.undip.ac.id/18745/1/Susilo_Siswonoto.pdf. Diakses 22 Agustus 2012

4. Suryohudoyo, P. Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler. Perpustakaan Nasional RI. Jakarta. Penerbit CV Sagung Seto;2000. hal: 31-47.

5. Cherubini, A., Ruggiero, C., Polidori, M.C., Mecocci, P. Potensial marker of oxidative stress in stroke. Free Radic Biol Med;2005.

6. Suwandi, Trijono, Pemberian Ekstrak Kelopak Bunga Rosela Menurunkan Malondialdehid pada Tikus yang Diberi Minyak Jelantah. [Tesis]. Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana; 2012. Available from:

http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-420-116968620-tesis%20trijono.pdf. Diakses 22 Agustus 2012

7. Apryanto A. 2002. Pengaruh Pengolahan Nilai Gizi. Makalah Seminar

Online Kharisma ke-2. Available from :

(30)

xxx 8. Tana L. Determinan Kejadian Katarak di Indonesia. Riset Kesehatan

Dasar 2007. [Laporan penelitian]. Jakarta. 2009.

9. James,Bruce dkk. Lecture Notes : Oftalmologi . Jakarta : Erlangga. 2005. 10.Tana,L. Faktor Risiko dan Upaya Pencegahan Katarak pada Kelompok

Pekerja. Media Litbang Kesehatan Volume XVI Nomor 1, 2006, hal 45-49 11.Hollow F, Moran D, cataract, The Ultraviolet Risk Factor, The lancet;

1981 : 1249-1250

12.Hutasoit,H. Prevalensi Akibat Kebutaan di Kabupaten Tapanuli Selatan. [Tesis]. Medan: Bagian Ilmu Penyakit Mata FK USU, 2009, hal 6,12 13.Pujiyanto, TI, Faktor-Faktor yang Berisiko Terhadap Kejadian Katarak

Senilis. [Tesis]. Semarang; Program Pasca Sarjana FK UNDIP, 2004, hal 16-20

14.Robert G Cumming, Use of Inhaled Corticosteroids and The Risk of Cataract, The New England Journal of Medicine, 1997, P 5-10

15.Taylor A. Nutritional and Environmental Influences on Risk for Cataract in Duane’s Clinical of Ophthalmology. Volume 1. Lippincot Williams & Wilkins; 2004.

16.Mc Kee, T., Mc Kee, J.R. Aerobic metabolism II: electron transport and oxidative phosphorylation In: Biochemistry the molecular basis of life. 3rd ed. McGraw-Hill, NY 10020. 2003. p 319-326.

17.Price, S.A. dan Lorraine M.W. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. EGC. Jakarta. 2006. Hal 253

18.Winarsi,H, Pembentukan Senyawa Oksigen Reaktif dan Radikal Bebas, in : Antioksidan Alami & Radikal Bebas.Yogyakarta: Penerbit

Kanisius;2007; 5 :26-42.

19.Putri,Dini,R. Efek Antioksidan Fraksi Larut Etil Asetat Ekstrak Etanol

Daun Jambu Biji Pada Kelinci yang dibebani Glukosa. Available from : http://www.etd.eprints.ums.ac.id./6090/I/KI00050059.pdf. diakses 12 Agustus 2012

(31)

xxxi Cataract. Journal of Clinical andDiagnostic Research [serial online] 2010 February [cited: 2010 February 1]; 3:2061-2067. Available fromhttp://www.jcdr.net/back_issues.asp?issn= 0973-709x&year= 2010

&month= February &volume= 4&issue= 1&page= 2061-2067 &id= 532.

(32)

xxxii DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Herdinta Yudaristy

NIM : 04101401115

Fakultas : Kedokteran

Jurusan / Angkatan : Pendidikan Dokter Umum FK Unsri/ 2010

Alamat : Jl. Putri Kembang Dadar No. 333 Tanjung Pulai, Bukit Besar, Palembang

Nomor HP : 085669242554

Alamat e-mail : ristyudadinta@hotmail.com

Karya-Karya yang Pernah Dibuat:

 Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Manusia Dusun III Desa Ibul Besar 1 dalam Pengolahan Pempek Cajuput tahun 2011

 Pembuatan Replika Kepala Berbahan Dasar Sampah yang Ramah Lingkungan sebagai Media Pembelajaran Alternatif

 Pengolahan Rumput Gajah dan Rumput Shittake sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol

 Efek Antiinflamasi Ekstrak Jahe sebagai Terapi Herbal Alternatif pada Pengobatan dan Pencegahan Preeklampsia

 Analisis Potensi Tanaman Pare (Momordica charantia) sebagai bahan baku kontrasepsi pria

 Obesitas

 Sayangi Ginjal Anda!

 Gakumi (Gantungan Kunci Anatomi) Solusi Kegundahan Mahasiswa dalam Mempelajari Anatomi

(33)

xxxiii DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Lina Wahyuni Hrp

NIM : 04111001093

Fakultas : Kedokteran

Jurusan / Angkatan : Pendidikan Dokter Umum FK Unsri/ 2011

Alamat : Jl. Letnan Yasin Kosan JK No. 9, 30139, Palembang

Nomor HP : 085382728383

Alamat e-mail : linaw23r@gmail.com

Karya-Karya yang Pernah Dibuat:  Tali Pengikat Hati

 Ikhlas = Difraksi  Mahalnya Air

 Please Don’t Waste Your Food

 Payo ke Palembang

 Let’s Aim for the Sky

(34)

xxxiv LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA TULIS

Judul Karya Tulis : Hubungan antara Kadar Malondialdehid pada Lensa terhadap Patofisiologi Katarak Senilis

Nama Penulis :

1. Lina Wahyuni HRP 2. Herdinta Yudaristy

Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa memang benar karya tulis dengan judul yang tersebut di atas merupakan karya orisinal dan belum pernah dipublikasikan dan/atau dilombakan di luar kegiatan Sriwijaya Medical Scientific Olympiade di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya tahun 2012.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya, dan apabila terbukti terdapat pelanggaran di dalamnya, maka kami siap untuk didiskualifikasi dari kompetisi ini sebagai bentuk tanggung jawab kami.

Palembang, 7 September 2012

Penulis 1, Penulis 2,

Lina Wahyuni HRP 04111001093

Gambar

Gambar 1. Hubungan antioksidan dan ROS (Reactive Oxygen Species).
Gambar 2. Struktur kimia Propanedial/Malondialdehid.
Gambar 5. Tahap terminasi peroksidasi lemak oleh vitamin E

Referensi

Dokumen terkait