• Tidak ada hasil yang ditemukan

9 Pemetaan Tek Kesetan Jalan Triyono WS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "9 Pemetaan Tek Kesetan Jalan Triyono WS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

63

PEMETAAN TEKNOLOGI KESELAMATAN DI JALAN RAYA

Triyono Widi Sasongko

1)

1

Pusat Teknologi Industri dan Sistem Transportasi TIRBR - BPPT

e-mail : triyono.widi@bppt.go.id

Serpong, 24 November 2015

ABSTRAK

Dalam sistem transportasi jalan raya, terdapat tiga sub sistem yang saling terkait, yaitu pengguna jalan (orang), kendaraan yang digunakan, serta jalan dan lingkungan pendukungnya. Dari berbagai hasil riset, maka faktor penyebab terjadinya kecelakaan yang terbesar adalah faktor manusia. Akan tetapi strategi peningkatan keselamatan di jalan raya tidak hanya difokuskan pada aspek manusia sebagai pengguna, regulator dan penegak hukum saja, akan tetapi teknologi keselamatan harus juga diterapkan pada insfrastuktur jalan dan lingkungan, serta pada kendaraan. Dengan perbaikan aspek infrasruktur dan kendaraan, maka manusia sebagai pelaku utama sistem transportasi di jalan raya akan dimudahkan dalam mengemudikan kendaraan. Interaksi manusia-kendaraan-infrastruktur ini bisa dipetakan dalam matrik Haddon berdasarkan fase sebelum kecelakaan, saat kecelakaan dan setelah kecelakaan, dan teknologi keselamatan yang dibutuhkan pada setiap fase tersebut. Infrastruktur teknologi jalan yang berkeselamatan harus mengadopsi prinsip forgiving road dan self-explaining road, disamping self-regulating road. Sedangkan teknologi kendaraan yang berkeselamatan harus bisa memandu pengemudi untuk bisa menghindari kecelakaan dan meminimalkan fatalitas akibat kecelakaan dengan menerapkan teknologi advanced driver assistance systems (ADAS). Pada makalah ini dilakukan pemetaan teknologi keselamatan di jalan raya yang terus perlu dikembangkan untuk membantu manusia mengurangi kecelakaan dan fatalitas di jalan raya.

Kata Kunci : forgiving road, self-explaining road, teknologi keselamatan kendaraan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perhatian dunia terhadap keselamatan di jalan raya semakin meningkat dengan dicanangkannya dekade keselamatan jalan oleh PBB. Di Indonesia, Inpres RI Nomor 4

Tahun 2013 Tentang “Program Dekade Aksi

Keselamatan Jalan” merupakan acuan dalam

melaksanakan program keselamatan jalan

yang meliputi manajemen keselamatan jalan, jalan yang berkeselamatan, kendaraan yang berkeselamatan, perilaku pengguna jalan yang berkeselamatan dan penanganan pra dan pasca kescelakaan.

(2)

64 lainnya. Dalam sistem transportasi jalan raya, terdapat tiga sub sistem yang saling terkait, yaitu:

a) Pengguna jalan (orang). b) Kendaraan yang digunakan.

c) Jalan dan lingkungan pendukungnya.

Mobilitas orang dan barang yang lancar, aman, nyaman, efektif dan efisian, serta dengan biaya yang terjangkau merupakan output yang diharapkan. Akan tetapi, interaksi tiga sub sistem tersebut sering menghasilkan output yang tidak diharapkan, antara lain terjadinya kecelakaan, kemacetan dan gangguan lain di jalan.

Keselamatan di jalan raya merupakan agenda penting yang perlu diperhatikan oleh berbagai lapisan kepentingan, baik pemerintah (selaku regulator, penyedia prasarana jalan dan penegak hukum), industri otomotif dan pendukungnya, serta masyarakat (sebagai pengguna jalan). Dengan meningkatkan aspek keselamatan, maka akan menurunkan tingkat kecelakaan dan korban (baik korban meninggal, luka-luka maupun kerugian material).

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melakukan identifikasi dan memetakan teknologi yang dibutuhkan untuk meningkatan keselamatan di jalan raya.

Sasaran yang hendak dicapai adalah adanya pembahasan tentang faktor penyebab terjadinya kecelakaan, strategi peningkatan keselamatan di jalan raya, teknologi jalan berkesalamatan dan teknologi kendaraan berkeselamatan.

METODE

Dalam melakukan pemetaan teknologi keselamatan di jalan raya, maka metode yang dilakukan adalah berupa penelusuran literatur dengan tahapan sebagai berikut:

1) Faktor-faktor penyebab kecelakaan di jalan raya.

2) Strategi peningkatan keselamatan di jalan raya.

3) Teknologi jalan berkeselamatan.

4) Teknologi kendaraan berkeselamatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kecelakaan di Jalan Raya

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, maka jumlah kendaraan juga mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada tahun 2013 tercatat jumlah kendaraan adalah 104.118.969 unit, dengan komposisi sepeda motor 84.732.652 unit (81,4%), mobil penumpang 11.484.514 unit (11%), truk 5.615.494 unit (4,4%) dan bis 2.286.309 unit (2,2%) (Statistik Indonesia, 2015).

Jumlah kendaraan yang cukup besar tersebut apabila tidak dikelola dengan baik akan menjadi pemicu awal terjadinya kemungkinan yang lebih besar terjadinya kecelakaan di jalan. Apalagi dari 104 juta lebih jumlah kendaraan yang tercatat pada tahun 2013, sebanyak 81,4% adalah sepeda motor.

Gambar 1. Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor di Indonesia (Statistik Indonesia,

2015) [2]

(3)

65

Gambar 2. Perkembangan Jumlah Kecelakaan di Indonesia (Statistik Indonesia, 2015)

Dari beberapa sumber, antara lain Gunadi Sindhuwinata (2015) [5], terkait komposisi kecelakaan fatal bisa dirangkum sebagai berikut:

a) Jenis kendaraan yang terlibat: sepeda motor (52,5%), mobil pribadi (20%), truk (17,5%) dan bis (10%).

b) Jenis kecelakaan yang terjadi: depan (36,67%), tunggal (33,3%), depan-samping (16,67%), depan-belakang (10%) dan samping-samping (3,33%).

c) Waktu terjadinya kecelakaan: jam sibuk pagi (34,48%), jam sibuk sore (24,14%), tidak menentu (17,24%), malam hari (13,79%) dan siang hari (10,34%).

d) Usia korban: 15-29 tahun (46,89%), lebih besar dari 50 tahun (22,8%), 30-50 tahun (21,52%) dan 0-14 tahun (8,79%).

Secara umum faktor penyebab kecelakaan bisa dikategorikan menjadi tiga penyebab, yaitu faktor manusia, faktor kendaraan dan faktor jalan dan lingkungan.

Faktor penyebab kecelakaan menurut beberapa survei disebabkan oleh:

a) Faktor manusia (67%). b) Faktor kendaraan (5%).

c) Faktor jalan dan lingkungan (4%). d) Faktor kombinasi (24%).

Faktor manusia yang sering menjadi penyebab terjadinya kecelakaan adalah: a) Faktor manusia, meliputi pengemudi

kehilangan konsentrasi, lelah dan mengantuk, pengaruh alkohol dan obat dan kecepatan melebihi batas.

b) Faktor kendaraan disebabkan komponen rusak.

c) Faktor kondisi jalan yang membahayakan karena kondisi cuaca yang menyebabkan jalan tergenang, angin kencang, dan salju.

Lima aspek kendaraan yang memicu kecelakaan (Korlantas Polri, 2011) adalah permasalahan rem (59,03%), kemudi (13,22%), lampu (6,49%), spion (4,13) dan muatan (2,18%).

Jenis pelanggaran dengan jumlah tertinggi (Korlantas Polri, 2015) meliputi pengemudi kendaraan bermotor:

a) Tidak mempunyai surat izin mengemudi (SIM),

b) melanggar batas kecepatan maksimum dan minimum,

c) mengemudi secara tidak wajar (melakukan kegiatan lain dan atau dipengaruhi oleh keadaan, sehingga mengganggu konsentrasi mengemudi di jalan),

d) tidak memberi isyarat saat akan berpindah lajur atau bergerak ke samping.

Secara umum, keselamatan infrastruktur jalan dapat diartikan sebagai upaya dalam menanggulangi kecelakaan yang terjadi di jalan raya (road crash), yang tidak hanya disebabkan oleh faktor kondisi kendaraan maupun pengemudi, namun disebabkan pula oleh banyak faktor antara lain [6]:

a) kondisi alam (cuaca).

b) desain ruas jalan (alinyemen vertikal dan horizontal).

c) jarak pandang pengemudi. d) kondisi kerusakan perkerasan.

e) kelengkapan rambu atau petunjuk jalan. f) pengaruh budaya dan pendidikan

masyarakat sekitar jalan.

(4)

66

Strategi Peningkatan Keselamatan Jalan

Secara umum disimpulkan bahwa kelalaian manusia merupakan sebagian besar penyebab kecelakaan jalan, sehingga strategi meningkatkan keselamatan jalan sebaiknya diarahkan langsung untuk memperbaiki perilaku pengguna jalan, antara lain melalui strategi pendidikan, informasi yang lengkap dan penegakaan hukum.

Akan tetapi beberapa kesalahan pengemudi tidak bisa secara sederhana dihubungkan dengan pendidikan (misalkan tidak konsentrasi, mengantuk, sakit, dll), sehingga diperlukan pendekatan yang lebih komprehensif termasuk intervensi teknologi ke kendaraan dan jalan sangat diperlukan.

Dengan pertimbangan ini, maka interaksi antara manusia, kendaraan dan infrastruktur menjadi sangat penting. Infrastruktur di sini meliputi jalan dan lingkungan pendukungnya, regulasi dan sistem penegakaan hukum.

Sebagai sebuah metode pendekatan, maka dalam melakukan pemetaan teknologi keselamatan di jalan raya, bisa dilakukan dengan mengacu kepada matrik Haddon, dimana interaksi ketiga faktor di atas disandingkan dengan tiga fase kecelakaan (sebelum, saat dan sesudah kecelakaan), sehingga akan membentuk sel matrik fase-faktor, dan kebutuhan aksi dan teknologi apa yang perlu dilakukan dan dikembangkan, seperti bisa dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Matrik Haddon Terkait Fase-Faktor-Teknologi

FASE FAKTOR

MANUSIA KENDARAAN INFRASTRUKTUR

Sebelum Kecelakaan

(Pencegahan kecelakaan)

a. Pelatihan mengemudi untuk mendapatkan SIM.

b. Meningkatkan pemahaman pejalan kaki dan pengguna roda dua untuk menghindari kecelakaan. c. Penegaan hukum

(penggunaan HP, minuman keras dan obat-obatan) d. Kampanye

a. Kendaraan laik jalan (pemeliharaan rutin) b. In-vehicle recorders

c. Teknologi blac box

d. Intelligent speed assistance e. Brake assist f. Anti-lock braking g. Proximity sensors h. Kaca tambahan

a) Desain jalan (forgiving roads, self-explaining roads)

b) Desain untuk orang tua, difabel dan pengguna dengan kebutuhan khusus a. Penerangan jalan b. Kamera/CCTV c. Rambu dan marka d. Variabel message

sign (VMS) e. Batasan/zona

kecepatan

a. Penggunaan sabuk pengaman

b. Penggunaan pelindung lainnya

a. Sabuk pengaman

b. Airbags

c. Crash-protective design d. Personal protective

equipment

e. Boosterseats and baby carriers

f. Helm

a. Obyek pelindung kecelakaan

b. Pagar sisi jalan (road barrier)

c. Permukaan anti selip

Setelah Kecelakaan

(Kelanjutan hidup)

a. Pertolongan pertama b. Akses ke rumah sakit c. Rehabilitasi

d. Monitoring dan investigasi kecelakaan jalan

a. Kemudahan akses b. Risiko kebakaran c. Alat pemotong

d. E-call (notifikasi otomatis kepada polisi dan rumah sakit terdekat)

a. Kualitas fasilitas penyelamatan b. Kedekatan dengan

fasititas medis dan pelayanan darurat c. Kemacetan lalu-lintas Sumber: European Road Transport Research Advisory Council – ERTRAC (2011), “European Roadmap: Safe Road

(5)

67

Teknologi Jalan Berkeselamatan

Prinsip dasar dalam penyediaan jalan yang berkeselamatan adalah penerapan konsep forgiving road, self-explaining road dan self-enforcement roads.

Forgiving road adalah jalan raya yang didesain dan dibangun untuk bisa mencegah dan mengurangi terjadinya kesalahan mengemudi, dan untuk menghindari atau memperkirakan akibat yang negatif dari kesalahan mengemudi tersebut.

Self-explaining road adalah jalan raya yang didesain dan dibangun untuk membimbing pengemudi agar pengemudi bisa mengemudi yang sesuai dengan kondisi jalan yang dilengkapi dengan rambu, marka dan informasi yang lengkap, baik yang pasif di jalan raya maupun yang bisa terkoneksi dan diakses di perangkat dalam kendaraan.

Beberapa Alternatif dalam desain forgiving road dan self-explaining road environment dirangkum dalam Tabel 2.

Tabel 2. Beberapa Alternatif dalam Desain Forgiving Road dan Self-Explaining Road Environment

Kesalahan Di Kendaraan Infrastruktur Kerjasama dan

komunikasi vehicle-infrastructure dan

vehicle-to-vehicle

Kecepatan tinggi di tikungan tajam

Tikungan tajam dikenali dengan warna merah di peta digital pada sistem navigasi dan disampaikan

kepada pengemudi

Kendaraan dianalisis (misal kecepatannya), dan Variable message

sign (VMS) memberikan sinyal

bahaya

Rambu electronic memberikan tambahan info

di dilayar di dalam kendaraan tentang kondisi

jalan (misal peringatan tikungan tajam)

sinyal lalu-lintas yang dikenali

Batasan kecepatan ditampilkan di VMS

Sistem peringatan kecepatan berdasarkan peta digital yang memuat

batasan kecepatan yang diizinkan dengan info

tambahan terkait

LDWA (lane departure warning assistant)

Audio lane warning delineation

Status sinyal lalu-lintas dipancarkan ke arah

kendaraan

Kegagalan menyalip

Blind spot detector memberikan peringatan

kepada pengemudi apabila ada kendaraan sedang mendekati dari

belakang

Memberikan pita penggaduh (rumble strips) pada pemisah

lajur yang menandakan larangan

menyalip

Peringatan kepada kendaraan yang akan menyalip berdasarkan

vehicle-to-vehicle communication system

Ketidakcukupan jarak aman

A frontal warning system seperti ACC (advanced

cruise control)

VMS yang dilengkapi dengan sistem deteksi

kabut

ACC diset dengan sistem cuaca setempat (lokal):

Dynamic ACC

(6)

68 Untuk kasus di Indonesia, beberapa teknologi ini perlu dikembangkan untuk memberikan peringatan kepada pengemudi dan mengurangi fatalitas akibat kecelakaan, yaitu: a) Teknologi cable barrier pembatas jalan,

dimana teknologi ini sangat cocok diterapkan di jalan – jalan di Indonesia karena banyak kasus kecelakaan mobil dengan kecepatan tinggi dan mengakibatkan mobil meloncat ke jalur sebelah maupun melompat masuk ke jurang dan mengurangi fatalitas pada pengemudinya.

b) Pita kejut/speed trap, yang berfungsi agar pengemudi mengurangi kecepatannya. Pita kejut ini dipasang dengan dimensi sesuai dengan peraturan yang berlaku. c) Teknologi marka jalan segala kondisi,

yaitu marka jalan yang bisa menyala dalam gelap ataupun dapat memberikan/memantulkan cahaya meskipun dalam kondisi terendam air (genangan air hujan).

Dalam rangka peningkatan keselamatan di jalan raya, maka kegiatan audit dan ispeksi keselamatan jalan harus dilakukan secara rutin dan terencana dengan baik. Salah satu alat uji keselamatan jalan yang perlu disempurnakan dan digunakan secara periodik adalah kendaraaan uji dengan teknologi Hawkeye 2000 yang dimiliki oleh Pusjatan [4], dimana kendaraan ini bisa digunakan untuk:

a) Survai aset, jaringan dan tahapan proyek jalan.

b) Survai pemantauan rutin kondisi perkerasan jalan.

c) Manajemen aset dan bangunan pelengkap sisi jalan (roadside inventory).

d) Survai pemetaan dan geometrik jalan. e) Survai kelayakan kondisi sisi jalan. f) Kelayakan jarak pandang di tikungan. g) Survai keselamatan kondisi jalan (Audit

Keselamatan Jalan, iRAP, dsb).

h) Sumber data jalan untuk keperluan lain (dengan penyesuaian/customization).

Alat uji ini perlu disempurnakan dengan penambahan modul pada alat uji inspeksi jalan untuk mengukur kedalaman retak, penyempurnaan video recording yang dapat

digunakan pada waktu malam hari, serta menyempurnakan sensor laser agar dapat menangkap data/melakukan survey pada kondisi lalu-lintas padat (macet), dan laser yang dapat merekam data jika ada air tergenang (dalam kondisi hujan).

Teknologi Kendaraan Berkeselamatan

Teknologi keselamatan kendaraan terdiri dari perangkat keselamatan pasif dan perangkat keselamatan aktif.

Contoh perangkat keselamatan pasif adalah: a) Airbags.

b) Sabuk keselamatan (safety belt). c) Helm (bagi pengendara roda dua).

d) Desain bodi kendaraan yang efektif melindungi penumpang dari cidera akibat benturan dari luar seperti global outstanding assessment (GOA) body dan pedestrian injury-reducing body.

Contoh perangkat keselamatan aktif adalah fitur teknologi keselamatan yang membantu pengemudi mengemudi dengan selamat atau yang disebut dengan advanced driver assistance systems (ADAS).

Pengembangan ADAS sangat diperlukan, karena berdasarkan hasil riset menunjukkan sebagian besar kecelakan di jalan raya disebabkan oleh kelalaian manusia, sehingga apabila teknologi ini diintegrasikan dengan kendaraan, maka ADAS akan membantu mencegah atau mengoreksi kelalaian ini.

Secara umum teknologi ini terkait dengan: a) Menghidari tabrakan dan mengurangi

kerasnya benturan dan akibatnya b) Kemudahan penglihatan.

c) Peringatan batas kecepatan. d) Peringatan penggunaan pelindung. e) Permasalahan ban.

(7)

69

Tabel 3. Teknologi Keselamatan Kendaraan Advanced Driver Assistance System (ADAS)

Fungsi Perangkat Jenis Perangkat Keselamatan

1) Menghidari tabrakan, mengurangi kerasnya benturan dan akibatnya

a) Electronic stability control (ESC) b) Brake assis system (BAS) c) Anti lock brake system (ABS) d) Pre collision warning

e) Adaptive cruise control (ACC)

2) Kemudahan penglihatan pengemudi a) Blind spot detection

b) Parking assistance/vision c) Night view

d) High beam detection

3) Peringatan batas kecepatan a) Intelegent speed adaption (ISA)

b) Speed alert

4) Peringatan penggunaan pelindung a) Seat belt reminders

b) Universal anchorage systems (ISOFIX)

5) Permasalahan ban a) Sistem monitoring tekanan ban

b) Perangkat pengukuran pengereman

6) Perilaku pengemudi a) Alcohol ignition interlocks

b) Detektor kelelahan

c) Perekaman data kejadian atau kecelakaan d) Lane departure warning

Sumber: European Commission Directorate General Energy and Transport (2006), “Cost-Benefit Assessment

and Prioritisation of Vehicle Safety Technologies”[9]

Penjelasan singkat beberapa teknologi keselamatan kendaraan antara lain adalah sebagai berikut: [8], [11], [12]

Electronic Stability Control (ESC) membantu untuk menghindari tabrakan dengan mengurangi risiko selip pada saat manuver mendadak karena menghindari kendaraan atau gangguan di depan kendaraan. ESC mengidentifikasi risiko ini lebih awal dan menstabilkan kendaraan dengan braking individual wheels.

Warning and Emergency Braking Systems (sebagaimana teknologi forward collision warning systems, automatic braking and pre-crash safety systems) mendeteksi dini bahaya terjadinya kecelakaan dengan kendaraan di depan. Dalam hal terdapat potensi tabrakan, maka sistem ini akan memberi peringatan kepada pengemudi, dan apabila tidak ada

reaksi dari pengemudi, maka teknologi ini akan mengaktifkan pengereman bersamaan dengan sistem lain seperti untuk menghindari atau mengurangi tabrakan.

Blind Spot Monitoring membantu pengemudi untuk menghindari tabrakan dengan kendaraan yang berada di lajur yang bersebelahan dengan secara kontinyu memindai (screening) blind spots (area yang tidak tertangkap spion) di samping kendaraan apabila ada kendaraan lain atau hazard, dan hanya memberikan informasi, bukan melakukan tindakan intervensi.

(8)

70 pengemudi dan Lane Keeping Support akan membantu pengemudi memperbaiki kembali arah kendaraan, sehingga bisa menghindari kecelakaan.

Speed Alert membantu pengemudi menjaga kecepatan dengan benar dan menghgindari tabrakan yang dikarenakan kecepatan tinggi. Speed Alert akan memberikan informasi kepada pengemudi tentang batasan kecepatan dan memberitahukan apabila kecepatan sudah melebihi batasan tersebut.

Semua fitur keselamatan di kendaraan telah menjadi perhatian dan nilai jual produk otomotif saat ini, dimana kelas kendaraan premium dilengkapi dengan teknologi keselamatan yang mutakhir dan dijual dengan harga mahal. Sedangkan kendaraan kelas standar tetap dilengkapi dengan teknologi keselamatan, meskipun minimal, akan tetapi secara teknis dinilai tetap laik jalan. Semua teknologi ini tetap netral dihadapan manusia yang mengendalikannya. Inilah mengapa faktor perbaikan perilaku pengemudi perlu menjadi perhatian yang serius.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pemetaan teknologi keselamatan di jalan raya yang dilakukan di atas, maka bisa disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

a) Keselamatan jalan dipengaruhi oleh pengguna jalan, kendaraan dan prasarana jalan dan lingkungan.

b) Faktor penyebab kecelakaan sebagian besar disebabkan oleh faktor kesalahan manusia.

c) Strategi peningkatan keselamatan lalu-lintas perlu difokuskan pada perilaku manusia, baik pendidikan dan sosialisasi pengguna jalan, kampanye disiplin dan taat di jalan, maupun penegakaan hukum yang tidak pandang bulu.

d) Kesalahan manusia bisa dikurangi dengan perbaikan prasarana jalan dan lingkungan,

antara lain dengan menerapkan desain forgiving road and self-explaining road. e) Kesalahan manusia juga bisa dikurangi

dengan perbaikan fitur teknologi keselamatan pada kendaraan yang memudahkan manusia menyiapkan kendaraan agar laik jalan.

Saran

Meskipun hasil pemetaan menunjukkan bahwa faktor manusia merupakan faktor utama penyebab kecelakaan, akan tetapi peningkatan keselamatan di jalan tetap harus dilakukan di semua sub sistem, yaitu sub sistem jalan, kendaraan dan manusia.

Teknologi keselamatan jalan raya yang perlu dikembangkan antara lain adalah cable barrier (pembatas jalan yang bisa mengurangi fatalitas), pita kejut yang cepat menyadarkan pengemudi untuk kembali ke lajur yang benar dan mengurangi kecepatan, marka jalan segala kondisi (marka jalan yang bisa menyala dalam gelap ataupun dapat memberikan/memantulkan cahaya meskipun dalam kondisi terendam air hujan).

Teknologi keselamatan kendaraan yang perlu dikembangkan antara lain adalah teknologi yang membantu mengingatkan batas kecepatan dan menjaga jarak dengan kendaraan di depan dan samping.

Penekanan perbaikan perilaku manusia meliputi manusia sebagai regulator, penyedia sarana dan prasarana, penegak hukum dan pengguna.

UCAPAN TERIMA KASIH

(9)

71

DAFTAR PUSTAKA

[1] Inpres Ri Nomor 4 Tahun 2013 Tentang Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan. [2] Badan Pusat Statistik (2015), “Statistik

Indonesia 2015”.

[3] Korp Lalu-lintas Polri, korlantas.polri.go.id (2015), “Statistik Kecelakaan Lalu-lintas” [4] Muhammad Idris (2010) “Inspeksi

Keselamatan Jalan dan Pemanfaatan Hawkeye dalam Pelaksanaan Inspeksi

Keselamatan Jalan”, Balai Teknik Lalu -lintas dan Lingkungan Jalan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

[5] Gunadi Sindhuwinata (November 2015),

“Keselamatan dan Kesehatan Pemotor, “Health and Safety Begins With Us

[6] Agus Taufik Mulyono, Berlian Kushari dan

Hendra Edi Gunawan (200λ), “Audit

Keselamatan Infrastruktur Jalan (Studi Kasus Jalan Nasional KM 78-KM 79 Jalur

Pantura Jawa, Kabupaten Batang)”,

Jurnal Teknik Sipil Vol 16, Yogyakarta. [7] E. Bekiaris et al. (2011), “Infrastructure

and Safety in a Collaborative World”, Berlin.

[8] Organisation for Economic Co-operation and Development - τECD (2003), “Road Safety: Impact of New Technology”, Paris. [9] European Commission Directorate

General Energy and Transport (2006),

“Cost-Benefit Assessment and

Prioritisation of Vehicle Safety

Technologies”.

[10] www.eSafetyChallenge.eu (2010), Promoting Advanced Vehicle Safety

Technology”, Belgia

[11] European Road Transport Research Advisory Council – ERTRAC (2011),

European Roadmap: Safe Road

Transport”.

[12] Roman Staszewski and Hannes Esti

(2013), “Making Cars Safer Through

Gambar

Gambar 1. Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor di Indonesia (Statistik Indonesia, 2015) [2]
Gambar 2. Perkembangan Jumlah Kecelakaan di Indonesia (Statistik Indonesia, 2015)
Tabel 1 Matrik Haddon Terkait Fase-Faktor-Teknologi
Tabel 2. Beberapa Alternatif dalam Desain Forgiving Road dan Self-Explaining Road Environment
+2

Referensi

Dokumen terkait