MATERI OPERASI HITUNG CAMPURAN
PADA SISWA KELAS 2 MI TARBIYATUL ISLAMIYAH
TANJUNGAN DRIYOREJO GRESIK
SKRIPSI
Oleh:
Purnama Sari Rahayu
NIM. D77213088
PROGAM STUDI PGMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
vii
Pada Siswa Kelas 2 Mi Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan Driyorejo Gresik. Skripsi, Progam Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, UIN Sunan Ampel Surabaya. Dosen Pembimbing, Wahyuniati, M.Si dan Sulthon
Mas’ud, S.Ag. M.Pd.I.
Kata Kunci: Kemampuan Berhitung, Operasi Hitung Campuran, Media Gelas Bilangan
Pembelajaran matematika di kelas 2 MI Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan mengalami beberapa hal yang membuat siswa-siswi belum menguasai materi dan belum mencapai kriteria ketuntasan kemampuan berhitung, khususnya pada materi operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan. Kurangnya penggunaan media pembelajaran yang sesuai karakteristik materi pembelajaran menjadi faktor kurang tersampainya materi ajar pada siswa. Selain itu kebiasaan siswa dalam berhitung dengan menggambar garis sejumlah dengan angka yang akan dihitung membuat anak kesulitan berhitung, ini dibuktikan dari 43 siswa, rata-rata siswa yang sudah mencapai ketuntasan kemampuan berhitung hanya 15 siswa atau 34,9% dari keseluruhan siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui bagaimana penerapan media gelas bilangan dalam meningkatkan kemampuan berhitung pada pelajaran matematika materi operasi hitung campuran pada siswa kelas 2 MI Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan Driyorejo Gresik; (2) bagaimana peningkatan kemampuan berhitung pada siswa kelas 2 MI Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan Driyorejo Gresik pada mata pelajaran matematika materi operasi hitung campuran dengan menggunakan media gelas bilangan.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kurt Lewin yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi dan penilaian tes tulis.
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN MOTTO ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
DAFTAR RUMUS ... xvii
DAFTAR GRAFIK ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tindakan yang Dipilih ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Lingkup Penelitian ... 9
F. Signifikansi Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Berhitung 1. Pengertian Kemampuan Menghitung ... 12
2. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menghitung ... 14
3. Indikator Kemampuan Menghitung ... 16
2. Karakteristik Matematika ... 18
3. Pembelajaran Matematika di MI ... 20
4. Materi Operasi Hitung Campuran ... 21
C. Media Gelas Bilangan 1. Pengertian Media ... 24
2. Jenis-jenis Media ... 25
3. Media Gelas Bilangan ... 26
BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian ... 30
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian ... 32
C. Variabel yang Diselidiki ... 35
D. Rencana Tindakan ... 35
E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 41
F. Analisis Data ... 49
G. Indikator Kinerja ... 53
H. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 56
B. Pembahasan ... 87
BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 92
B. Saran ... 93
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 2.1 Kisi-Kisi Soal ... 17
Tabel 3.1 Observasi Aktivitas Guru ... 43
Tabel 3.2 Observasi Aktivitas Siswa ... 45
Tabel 3.3 Kriteria Rata-Rata Kemampuan Berhitung ... 50
Tabel 3.4 Kriteria Ketuntasan Belajar ... 51
Tabel 3.5 Kriteria Hasil Observasi Aktivitas Guru Dan Siswa ... 52
Tabel 4.1 Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 61
Tabel 4.2 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 63
Tabel 4.3 Data Rincian Hasil Kemampuan Berhitung Siklus I ... 65
Tabel 4.4 Data Hasil Kemampuan Berhitung Siklus I ... 66
Tabel 4.5 Perbandingan Nilai Pra Siklus Dengan Siklus I ... 70
Tabel 4.6 Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 77
Tabel 4.7 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 79
Tabel 4.8 Data Rincian Hasil Kemampuan Berhitung Siklus II ... 81
Tabel 4.9 Data Hasil Kemampuan Berhitung Siklus II ... 82
Tabel 4.10 Nilai Hasil Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II ... 86
Gambar 2.1 Media Gelas Bilangan ... 28
Gambar 3.1 Model PTK oleh Kurt Lewin ... 31
Gambar 4.1 Guru Mengabsensi Siswa ... 57
Gambar 4.2 Guru Membagikan Lembar Kerja Kelompok ... 58
Gambar 4.3 Guru Mendampingi Kelompok Menggunakan Media Gelas Bilangan ... 59
Gambar 4.4 ... Perwakilan Kelompok Maju Menjawab Soal Kelompok ... 59
Gambar 4.5 Siswa Mengerjakan Post Test Siklus I ... 60
Gambar 4.6 Guru Mendampingi Kelompok Menggunakan Media Gelas Bilangan ... 74
Gambar 4.7 Perwakilan Kelompok Maju Menunjukkan Hasil Kelompok ... 75
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian Dari Universitas
Lampiran 2 : Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian Dari Sekolah
Lampiran 3 : Profil Sekolah
Lampiran 4 : Hasil Wawancara Guru Dan Siswa Sebelum Dan Sesudah Siklus
Lampiran 5 : Hasil Pre Test
Lampiran 6 : Hasil Validasi Rpp Siklus I
Lampiran 7 : Hasil Validasi Butir Soal Siklus I
Lampiran 8 : Lembar Kerja Siswa Siklus I
Lampiran 9 : Hasil Tes Siklus I
Lampiran 10 : Hasil Observasi Aktivitas Guru Dan Siswa Siklus I
Lampiran 11 :Hasil Validasi Rpp Siklus II
Lampiran 12 :Hasil Validasi Butir Soal Siklus II
Lampiran 13 : Lembar Kerja Siswa Siklus II
Lampiran 14 : Hasil Tes Siklus II
Lampiran 15 : Hasil Observasi Aktivitas Guru Dan Siswa Siklus II
Lampiran 16 : Dokumentasi
Lampiran 17 : Surat Tugas Bimbingan Skripsi
3.1 Rumus Analisis Nilai Rata-Rata Kemampuan Berhitung ... 49
3.2 Rumus Analisis Ketuntasan Kemampuan Berhitung ... 51
Grafik 4.1 Perbandingan Hasil Pra Siklus, Siklus I, Siklus II ... 87
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Matematika memegang peranan yang cukup penting dalam kehidupan
manusia. Banyak yang telah disumbangkan matematika bagi perkembangan
peradaban manusia. Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa
ini tidak lepas dari peranan matematika. Boleh dikatakan landasan utama sains
dan teknologi adalah matematika.1
Karena begitu pentingnya ilmu matematika dalam kehidupan
sehari-hari, maka dari itu matematika dimasukkan sebagai salah satu mata
pelajaran di dalam kurikulum disetiap lembaga-lembaga pendidikan diseluruh
Negara dimuka bumi ini. Di Indonesia sendiri mata pelajaran matematika telah
diperkenalkan dan diajarkan sejak anak sekolah TK hingga perguruan tinggi.
Dalam mata pelajaran matematika kemampuan dasar yang diajarkan adalah
tentang kemampuan berhitung. Karena dengan berhitung akan melatih otak dan
segala komponennya untuk mempunyai kekuatan berupa mental logis yang
akan dipakai disemua kehidupan. Namun pada kenyataannya masih banyak
anak usia sekolah dasar belum mampu melakukan kemampuan berhitung
dengan baik. Banyaknya siswa yang kesulitan belajar matematika salah satunya
adalah karena sifat matematika yang abstrak.
1
Dalam hasil wawancara dengan ibu Sudarmingsih selaku guru mata
pelajaran matematika siswa kelas 2 MI Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan,
Driyorejo Gresik, diketahui bahwa dalam proses pembelajaran materi operasi
hitung campuran penjumlahan dan pengurangan, kemampuan berhitung siswa
sangat kurang yakni 65,1% siswa belum tuntas kemampuan berhitung yang
baik yakni sekitar 28 siswa dari 43 siswa dengan nilai ketuntasan minimal yang
ditentukan oleh guru yakni skor 70 untuk nilai kemampuan berhitung. Hal ini
disebabkan oleh berbagai hal yakni salah satunya adalah kurangnya
penggunaan media yang digunakan guru dalam setiap proses pembelajaran,
kurangnya motivasi dari dalam diri siswa untuk mengikuti pembelajaran di
kelas, strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru terlalu monoton.
Metode pembelajaran yang digunakan guru yakni hanya ceramah dan Tanya
jawab. Jumlah siswa yang ada di kelas pun termasuk dalam kelas besar yakni
berjumlah siswa yang terdiri dari 23 siswa laki-laki dan 20 siswi perempuan.
Beliau juga menjelaskan kemampuan berhitung siswa kurang karena masih
banyak siswa yang dalam menyelesaikan soal berhitung masih menggunakan
cara memvisualkan angka-angka yang akan dihitung terlebih dahulu
menggunakan jari tangan ataupun dengan menggambarkan sebuah garis di
buku sejumlah angka yang akan dihitung. 2
2
Memang anak-anak pada masa SD/MI, dalam rentang usia 6-12 tahun
itu masih memiliki cara berpikir yang konkret dan belum bisa berpikir secara
abstrak. Menurut Piaget dalam Heruman mengatakan, bahwa mereka berada
pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah
kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika,
meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret dan dapat
ditangkap oleh panca indra. Dalam pembelajaran matematika yang abstrak,
siswa memerlukan alat bantu berupa media atau alat peraga yang dapat
memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga cepat dimengerti
dan dipahami oleh siswa.3 Oleh karena itu dalam menerapkan cara berhitung yang baik pada siswa, guru alangkah baiknya menggunakan alat bantu atau
media dalam proses pembelajaran berhitung sebagai alat visualisasi atau upaya
konkret siswa dalam proses berhitung. Media pembelajaran adalah sarana atau
alat bantu pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses
pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai
tujuan pengajaran.4
3
Heruman, Model Pembelajaran Matematika Di sekolah Dasar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 1-2.
4
Media yang dapat digunakan pada anak rentang usia 7-9 atau kelas 2
MI/SD yakni dapat berupa benda-benda konkret yang ada disekitar lingkungan
siswa. Salah satu media yang dapat digunakan yakni media gelas bilangan.
Bahan yang dibutuhkan untuk membuat media ini cukup mudah dicari di
lingkungan sekitar yakni gelas plastik dan sedotan. Diharapkan dengan adanya
benda konkret ini dapat membantu siswa dalam memvisualkan angka-angka
yang abstrak dalam proses berhitung materi operasi hitung campuran
penjumlahan dan pengurangan sehingga peserta didik dapat meningkatkan
kemampuan berhitungnya serta ikut aktif dalam proses pembelajaran
matematika di kelas.
Seperti pada hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan
kemampuan berhitung yakni penelitian dari Okta Khurnia Wahyuni pada tahun
2016 dengan judul “Peningkatan Kemampuan Berhitung Matematika Materi
Operasi Hitung Campuran Menggunakan Media Konkret Koin Warna Pada
Siswa Kelas II MI Al Hidayah Sawotratap Gedangan Sidoarjo”. Dari hasil
penelitian tersebut menyebutkan bahwa dengan penggunaan media konkret
dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak dengan hasil siklus pada
siklus I sebesar 61%, siklus II sebesar 76%, dan siklus III 98%. 5
5
Dan penelitian kedua yang membahas kemampuan berhitung adalah
dari Zaimatul Hurriyah pada tahun 2017 dengan judul “Peningkatan
Kemampuan Berhitung Luas Trapezium Dan Layang-Layang Mata Pelajaran
Matematika Melalui Strategi College Ball Siswa Kelas V MI Bina Bangsa
Krembangan Surabaya”. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
dengan penggunaan strategi callege ball dapat meningkatkan kemampuan
berhitung dengan hasil pada siklus I sebesar 54,5% dan pada siklus II sebesar
90,5%.6
Kemudian untuk penelitian yang membahas tentang media gelas
bilangan, digunakan untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran
Matematika. Penelitian menggunakan Media Gelas Bilangan pernah dilakukan
oleh Suparjo pada tahun 2011 dengan judul “Penggunaan Media Gelas
Bilangan untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Materi
Penjumlahan Siswa Tunagrahita Ringan Kelas V Semester II SLB Negeri
Tegal Tahun 2010/2011”. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
adanya peningkatan rata-rata nilai yang dicapai sebelum tindakan adalah 44
dan setelah dilakukan tindakan pada siklus I 60 dan pada siklus II menjadi 78.7
6
Zaimatul Hurriyah, “Peningkatan Kemampuan Berhitung Luas Trapesiumdan Laying-Layang Mata Pelajaran Matematika Melalui Strategi College Ball Siswa Kelas V MI Bina Bangsa Krembangan Surabaya”, Skripsi, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya, 2017), t.d., vii.
7
Selanjutnya pada penelitian Endi Sarwanto yang berjudul “Penggunaan
Media Gelas Bilangan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Matematika
Pada Siswa Kelas I SD Muhammadiyah Kayen Depok Sleman”. Dari hasil
penelitian menunjukkan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar pada siklus I
adalah 69,1 dengan ketuntasan belajar 61,76% dan pada siklus II nilai rata-rata
menjadi 81,47 dengan ketuntasan belajar 79,41%.8
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Media Gelas Bilangan dapat
menjadi alternatif untuk menjadikan pembelajaran matematika menjadi lebih
baik. Namun dalam penelitian di atas penggunaan media gelas bilangan hanya
untuk meningkatkan hasil belajar siswa, sedangkan pada penelitian ini dengan
menggunakan media gelas bilangan sebagai media konkret dalam proses
meningkatkan kemampuan berhitung, maka nantinya diharapkan mampu
membantu meningkatkan kemampuan berhitung siswa. Maka dari latar
belakang di atas, peneliti ingin mengadakan penelitian tindakan kelas dengan
judul “Penerapan Media Gelas Bilangan Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berhitung Materi Operasi Hitung Campuran Pada Siswa
Kelas 2 MI Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan Driyorejo Gresik”.
8
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penelitian ini
difokuskan pada permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan media gelas bilangan dalam meningkatkan
kemampuan berhitung pada pelajaran matematika materi operasi hitung
campuran pada siswa kelas 2 MI Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan
Driyorejo Gresik?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan berhitung pada siswa kelas 2 MI
Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan Driyorejo Gresik pada mata pelajaran
matematika materi operasi hitung campuran dengan menggunakan media
gelas bilangan?
C.Tindakan yang Dipilih
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka untuk
memecahkan masalah tersebut akan dilaksanakan penelitian berbentuk
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tindakan yang dipilih oleh peneliti untuk
pemecahan masalah yang dihadapi dalam meningkatkan kemampuan berhitung
siswa terhadap materi operasi hitung campuran kelas 2 MI Tarbiyatul
Islamiyah Tanjungan Driyorejo Gresik adalah dengan menggunakan media
gelas bilangan. Media gelas bilangan merupakan sebuah media sederhana yang
berhitung operasi hitung campuran. Media ini cocok digunakan dalam
pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran karena dengan
adanya media ini siswa bisa secara langsung memvisualkan angka-angka yang
ada di dalam soal sehingga memudahkan siswa dalam proses berhitung karena
dapat memberikan pengalaman konkret (nyata) kepada siswa.
D.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui penerapan media gelas bilangan dalam meningkatkan
kemampuan berhitung pada pelajaran matematika materi operasi hitung
campuran pada siswa kelas 2 MI Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan
Driyorejo Gresik.
2. Mengetahui peningkatan kemampuan berhitung pada siswa kelas 2 MI
Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan Driyorejo Gresik pada mata pelajaran
matematika materi operasi hitung campuran dengan menggunakan media
E.Lingkup Penelitian
Penelitian ini didasarkan pada masalah pembelajaran yang ada pada
siswa kelas 2 MI Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan Driyorejo Gresik. Terdapat
beberapa masalah yang peneliti temukan. Agar penelitian ini dapat tuntas dan
terfokus, sehingga hasil penelitian yang didapatkan akurat, maka permasalahan
di atas akan dibatasi pada hal-hal di bawah ini:
1. Subyek penelitian adalah siswa kelas 2 MI Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan
Driyorejo Gresik semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018. Karena di
kelas ini terdapat kesulitan pada mata pelajaran matematika terutama pada
peningkatan kemampuan berhitung materi operasi hitung campuran. PTK
ini dilakukan sebanyak 2 siklus, tiap siklus terdiri dari 1 kali pertemuan
(satu RPP).
2. Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran matematika kelas 2 semester
ganjil tahun ajaran 2017/2018 materi operasi hitung campuran pada kelas 2
dengan Standar Kompetensi “melakukan penjumlahan dan pengurangan
bilangan sampai 500”. Dengan Kompetensi Dasar “Melakukan
penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500”. Oleh sebab itu materi
operasi hitung campuran yang akan digunakan di penelitian ini terbatas
pada operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan. Dikarenakan
kompetensi dasar pada semester ganjil masih membahas tentang
F. Signifikansi Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan berhitung siswa dalam materi operasi hitung
campuran kelas 2 MI Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan Driyorejo Gresik
melalui media gelas bilangan.
Penelitian Tindakan Kelas ini juga dapat menjadi refrensi bagi
penulisan karya ilmiah selanjutnya. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi
alternatif dalam menyelesaikan masalah yang terjadi di dalam proses
pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran menjadi interaktif, variasi
dan menyenangkan dan dapat meningkatkan kemampuan berhitung siswa
pada pembelajaran matematika.
2. Manfaat praktis
a.Bagi siswa
Siswa diharapkan lebih aktif dalam proses belajar mengajar
sehingga dapat meningkatkan kemampuan berhitung kelas 2 MI
Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan Driyorejo Gresik materi operasi hitung
b.Bagi Guru
Penelitian ini dapat membantu guru dalam meningkatkan
kemampuan berhitung siswa serta menciptakan kegiatan pembelajaran
matematika yang aktif, efektif dan menyenangkan.
c.Bagi sekolah
Hasil penelitian dapat dijadikan masukkan kepada pihak
sekolah untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran matematika
khususnya materi operasi hitung campuran.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
1) Sebagai dasar dalam mengadakan penelitian lebih lanjut.
2) Memberikan sumbangsih dalam keilmuan untuk memperbaiki dan
mengembangkan kualitas pendidikan, khususnya yang bersangkutan
KAJIAN TEORI
A.Kemampuan Berhitung
1. Pengertian Kemampuan Berhitung
Salah satu kemampuan yang sangat penting bagi anak yang perlu
dikembangkan dalam rangka membekali mereka, untuk bekal kehidupannya
dimasa depan dan saat ini adalah memberikan bekal kemampuan berhitung.
Kemampuan berhitung adalah suatu kemampuan yang dimiliki setiap anak
yang berhubungan dengan penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian yang merupakan kemampuan yang penting dalam kehidupan
sehari-hari.9
Kemampuan berhitung dimiliki setiap anak untuk mengembangkan
kemampuannya, karakteristik perkembangannya dimulai dari lingkungan
yang terdekat dari dirinya sejalan dengan perkembangan yang dapat
meningkat ketahap pengertian tentang jumlah yakni tentang penjumlahan
dan pengurangan.10
9
Ariyanti, Zidni Immawan Muslimin, “Efektifitas Alat Permainan Edukatif (APE) Berbasis Media Dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung Pada Anak Kelas 2 Di SDN Bulutirto Temanggung”, Jurnal Psikologi , (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,2015), t.d., 61.
10
Dari beberapa penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa
kemampuan berhitung adalah suatu kesanggupan yang dimiliki seseorang
dalam melakukan perhitungan dengan mengenal konsep dasar matematika
sehingga dapat melakukan perhitungan dengan baik dan benar, diantaranya
mampu menyelesaikan suatu proses operasi bilangan tentang penjumlahan
dan pengurangan.
Di dalam Al-Quran Allah SWT telah menjelaskan juga perintah
agar manusia belajar tentang kemampuan berhitung yakni pada surah Yunus
ayat 5 yang berbunyi:
Artinya:
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya
dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan
bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui”.11
Dari ayat di atas diketahui bahwa kemampuan berhitung sangat
penting dipelajari oleh manusia agar manusia dapat mengetahui perhitungan
tahun dan waktu dengan perjalanan matahari dan bulan. Selain perhitungan
tentang waktu, di dalam Al-Quran juga terdapat hal-hal yang menggunakan
kemampuan berhitung dalam menyelesaikan hal-hal tersebut, diantaranya
tentang zakat dan pembagian hak waris. Oleh karena itu kemampuan
berhitung ini sangat diperlukan dan bermanfaat dalam kehidupan seorang
manusia.
2. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berhitung
Faktor yang mempengaruhi kemampuan berhitung menurut
Hidayati adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berhitung
seorang anak diantaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah faktor yang ada dalam diri anak tersebut berupa motivasi,
kematangan, gaya belajar yang khas dari masing-masing anak, bakat yang
ada dalam diri anak saat proses pembelajaran yang dilaksanakan di dalam
maupun di luar kelas.
11Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang: CV
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri anak seperti
dari proses belajar mengajar yang dapat mempengaruhi rendahnya
kemampuan berhitung anak misalnya pembelajaran yang kurang
menyenangkan, pembelajaran yang monoton dan media pembelajaran yang
kurang menarik, pembelajaran yang kurang memfasilitasi keanekaragaman
siswa. Faktor lainnya yang juga mempengaruhi kemampuan berhitung
adalah kekhasan gaya belajar masing-masing anak.12 Adapun faktor internal dibagi menjadi:
a. Faktor jasmaniah, yang meliputi faktor kesehatan (kemampuan
mengingat, kemampuan pengindraan seperti melihat, mendengarkan dan
merasakan) dan cacat tubuh.
b. Faktor psikologis, yang meliputi usia, jenis kelamin, kebiasaan belajar,
intelegensi, perhatian, bakat, minat, emosi, dan motivasi/cita-cita,
perilaku/sikap, konsentrasi, kemampuan/unjuk hasil kerja, rasa percaya
diri, kematangan dan kelelahan.
Kemudian faktor eksternal dibagi menjadi:
a. Faktor keluarga, Karena keluarga adalah lingkungan pertama yang paling
berpengaruh pada kondisi anak sebelum kondisi disekitar anak
(masyarakat dan sekolah).
12
b. Faktor sekolah, karena sekolah merupakan tempat belajar anak setelah di
keluarga.
c. Faktor masyarakat, selain di keluarga dan sekolah, anak juga berinteraksi
dengan lingkungan di masyarakat.13
3. Indikator Kemampuan Berhitung
Kemampuan berhitung Dalam Enik Hidayati, adalah kemampuan
yang memerlukan penalaran dan ketrampilan aljabar termasuk operasi
hitung. Sehingga di dalam kemampuan berhitung ada beberapa indikator
yang harus dipenuhi saat proses mencapai suatu tujuan pembelajaran yakni:
a. Mampu menyelesaikan soal
Siswa mampu mengerjakan soal-soal tes yang diberikan oleh guru.
Terkait dengan pengertian mampu adalah bisa/cakap dalam menjalankan
tugas dan cekatan.
b. Mampu membuat soal dan penyelesaiannya
Selain mampu mengerjakan soal yang diberikan oleh guru, siswa
juga diharapkan mampu membuat soal dan menyelesaikan pengerjaan
soalnya secara mandiri. Hal ini sesuai dengan pengertian kemampuan itu
13
sendiri, yaitu kemampuan adalah kesanggupan untuk menguasai
sesuatu.14
Dengan indikator kemampuan berhitung di atas, maka dapat dibuat
[image:31.595.130.515.221.570.2]kisi-kisi soal sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kisi-Kisi Soal
Kompetensi Dasar
Indikator pencapaian kompetensi Jenis penilaian Bentuk instrument instrume n 1.4 melakukan penjumlaha
n dan
penguranga
n sampai
500
1.4.1 menghitung hasil
pengerjaan operasi
hitung campuran
penjumlahan dan
pengurangan
Tes Tes tulis Uraian
1.4.2 membuat soal
operasi hitung
campuran
penjumlahan dan
pengurangan
Tes Tes tulis Uraian
1.4.3 Menjawab hasil soal operasi hitung campuran
penjumlahan dan
pengurangan bilangan sampai 500 yang telah dibuat
Tes Tes tulis uraian
14
B.Pembelajaran Matematika Pada Materi Operasi Hitung Campuran
1. Pengertian Matematika
Matematika merupakan bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak
menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan
struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke
unsur yang didenifisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.15 Namun dibawah ini ada beberapa definisi lain tentang matematika,
yakni sebagai berikut:
a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan
terorganisasi secara sistematik.
b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasinya.
c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan
berhubungan dengan bilangan.16
2. Karakteristik Matematika
Matematika memiliki karakteristik yang terdiri atas:
a. Matematika memiliki objek kajian yang abstrak
Pada dasarnya yang dipelajari matematika merupakan sesuatu
yang abstrak dan juga disebut obyek mental. Obyek itu merupakan obyek
pikiran yang meliputi fakta, konsep, operasi dan prinsip.
15
Heruman, Model, 1.
16
b. Bertumpu pada kesepakatan
Dalam matematika kesempatan merupakan tumpuan yang penting.
Contohnya adalah lambang bilangan.
c. Pola pikir deduktif
Matematika sebagai “ilmu” hanya diterima jika berpola pikir
deduktif. Pola ini dapat terwujud dalam bentuk tidak sederhana.
d. Memiliki simbol yang kosong dari arti
Dalam matematika terlihat jelas banyak simbol yang digunakan,
baik yang huruf maupun yang bukan huruf. Rangkaian ini membentuk
model matematika. Kekosongan arti dari model matematika merupakan
kekuatan matematika yang dengan sifat tersebut dapat masuk dalam
kehidupan yaitu dari masalah teknis, ekonomi hingga psikologi.
e. Memperhatikan semesta pembicaraan
Sehubungan dengan pernyataan di atas, ditunjukan bahwa
penggunaan matematika diperlukan kejelasan lingkup model yang
dipakai. Benar salahnya ataupun tidaknya penyelesaian suatu model
f. Konsisten dalam sistemnya
Dalam matematika terdapat banyak sistem, ada yang terkait satu
sama lain dan ada pula sistem yang dipandang lepas satu dengan yang
lainnya. 17
3. Pembelajaran Matematika di MI
Pembelajaran matematika di MI adalah usaha yang dilakukan oleh
guru kepada siswa siswi MI untuk membangun pemahaman terhadap
matematika. 18 Selain itu berdasarkan lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dalam Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi,
disebutkan bahwasannya mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma secara luwes, akurat, efisien
dan tepat dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
17
LAPIS PGMI, Matematika 1 paket 2, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2008), 6.
18
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam Kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.19
4. Materi Operasi Hitung Campuran
Dalam mata pelajaran matematika untuk sekolah dasar, operasi
hitung hanya meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian,
pemangkatan dan penarikan akar inilah operasi hitung yang nantinya harus
dapat mereka selesaikan. Pengerjaan operasi hitung dalam matematika
selalu menggunakan simbol-simbol pemisah, misal simbol penjumlahan (+),
pengurangan (-), perkalian (x) dan pembagian (:). Namun dalam
penerapannya, operasi hitung tidak hanya terdapat satu simbol pemisah, ada
pula operasi hitung yang menggunakan dua atau lebih simbol pemisah,
itulah yang disebut dengan operasi hitung campuran.20
19
Departemen Pendidikan Nasional, Standar Isi, (Jakarta: 2007), 417.
20
Operasi hitung campuran adalah operasi atau pengerjaan hitungan
yang melibatkan lebih dari dua bilangan dan lebih dari satu operasi.
Penyelesaian pengerjaan operasi hitung campuran merujuk pada perjanjian
tertentu, yaitu penjumlahan dan pengurangan setingkat. Ini berarti manapun
yang ditulis dahulu, operasi itu yang dikerjakan dahulu.21
Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa
operasi hitung campuran adalah suatu cara pengerjaan hitungan matematika
yang dimana terdapat dua atau lebih simbol operasi hitung yang
pengerjaanya dilihat dari simbol operasi apa yang dahulu muncul itu yang
dikerjakan dahulu.
Dalam penelitian ini, operasi hitung campuran yang dibahas hanya
berbatas pada operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan batas
500. Pembatasan ini dilakukan dengan menyesuaikan Kompetensi Dasar
yang dipakai oleh peneliti, yaitu “melakukan penjumlahan dan pengurangan
sampai 500”.
Pengertian penjumlahan adalah apabila dua bilangan a dan b
dijumlahkan, maka hasilnya ditunjukkan dengan a+b, jadi 3+2 = 5,
sedangkan pengertian pengurangan adalah apabila bilangan a dikurangi b,
maka pengurangannya ditunjukkan dengan a-b, jadi 6-2 = 4.22
21
Heruman, Model, 30.
Cara pengerjaan operasi hitung campuran penjumlahan dan
pengurangan memiliki beberapa aturan, yakni sebagai berikut:
a. Apabila ada operasi yang berada di dalam kurung () maka yang
dikerjakan terlebih dahulu adalah yang ada di dalam kurung tersebut.
b. Penjumlahan dan pengurangan sama kuat, maka yang dikerjakan terlebih
dulu adalah operasi yang berada di kiri.23
Berikut ini contoh mengerjakan operasi hitung campuran
penjumlahan dan pengurangan, yakni:
Contoh 1:
40 + 5 –9 = …
Jawab:
40 + 5 – 9 = 40 + 5 = 45, 45 – 9 = 36
Jadi, 40 + 5 – 9 = 36
Contoh 2:
45 + (3-1) =
Jawab:
45 + (3-1) = 45 + (2) = 47
Jadi, 45 + (3-1) = 47
23
C.Media Gelas Bilangan
1. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara
atau pengantar. Menurut Rossi dan Breidle dalam Wina Sanjaya
mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan
yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku,
Koran, majalah, dan sebagainya.24
Menurut Bovee dalam Rostina Sundayana mengemukakan bahwa
media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan
untuk pesan pembelajaran.25
Menurut Education Association (NEA) dalam Asnawir
mengemukakan bahwa media adalah benda yang dapat dimanipulasikan,
dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang
dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat
mempengaruhi efektifitas program instruksional.26
24
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), 204.
25
Rostina Sundayana, Media dan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika, (Bandung: Alfabeta, 2015), 6.
26
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah semua alat dan bahan
yang dapat membantu guru dalam menyampaikan pesan materi pelajaran
yang akan diajarkan.
2. Jenis Media
Jenis-jenis media yang ada dilihat menurut bentuknya maka dapat
dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Media visual adalah yaitu media yang hanya dapat ditangkap dengan
indra penglihatan atau dapat dilihat seperti: foto, gambar, poster, kartun,
grafik, dll.
b. Media audio adalah media yang hanya dapat didengar saja seperti: kaset,
mp3, radio dll.
c. Media audio visual adalah media yang dapat dilihat juga didengar
seperti: film, video dll.
d. Multimedia adalah media yang dapat menyajikan unsur media secara
lengkap seperti: animasi, internet, pembelajaran berbasis computer, dll.
e. Media realita adalah media nyata yang ada di lingkungan seperti:
binatang, herbarium, dll.27
Dapat disimpulkan dari pemaparan di atas, bahwa media gelas
bilangan bila dilihat dari bentuknya termasuk dalam jenis media visual
27
dikarenakan berwujud dan dapat disentuh karena bersifat konkret sehingga
siswa dapat ikut langsung menggunakan media gelas bilangan dalam
proses pembelajaran.
3. Media Gelas Bilangan
Media gelas bilangan merupakan media yang digunakan untuk
membantu siswa memahami cara berhitung operasi hitung campuran
penjumlahan dan pengurangan. Pada umumnya guru tidak memakai media
untuk topik operasi hitung campuran 2 bilangan dalam 3 angka atau lebih
dengan cara bersusun ke bawah, karena guru berpendapat anak sudah
memahami secara simbolik, sedangkan masih banyak anak yang masih
merasa kesulitan memahami materi tersebut. Oleh karena itu media ini
ditawarkan sebagai alat bantu siswa melakukan proses berhitung materi
operasi hitung campuran, yang mudah pembuatannya dan murah karena
dapat dibuat dari bahan-bahan bekas.28
Pemilihan Media gelas bilangan dikarenakan kemampuan
berhitung siswa di kelas 2 MI Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan Driyorejo
Gresik masih sangat kurang. Hal ini ditunjukkan dengan sikap atau cara
para siswa di kelas saat proses berhitung materi operasi hitung campuran.
Masih banyak siswa untuk mengkonkretkan atau menvisualkan
angka-angka yang ada pada soal dengan cara menggambar dahulu sebuah garis
28
sejumlah dengan angka yang ada di soal. Hal ini menunjukkan bahwa
mayoritas siswa di kelas 2 MI Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan Driyorejo
Gresik kemampuan dalam berhitung masih kurang. Pembuatan Media
Gelas Bilangan diharapkan mampu membantu meningkatkan kemampuan
berhitung siswa. Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk membuat
Media Gelas Bilangan adalah sebagai berikut:
1. Kardus
2. Gelas plastik
3. Sedotan warna-warni
4. Kawat/benang
5. Kertas/post it
6. Lem
7. Spidol
8. Cat/kertas berwarna (untuk menghias kardus)
Selanjutnya untuk cara pembuatannya akan dijabarkan seperti
dibawah ini:
a. Potong kardus berbentuk persegi panjang 1 meter dan lebar 80 cm (atau
disesuaikan dengan keperluan).
b. Dibagi dengan garis sejajar dengan lebar menjadi 2, sehingga menjadi 2
persegi panjang dengan ukuran (60x80) cm yang dijadikan tempat gelas
c. Pasang gelas plastik menggunakan benang, kawat atau lem sehingga
gelas plastik dapat menempel pada kardus. Susun menjadi 4 baris
kebawah dan 3 baris kesamping.
d. Pasang tulisan nilai tempat di atas gelas seperti nilai ribuan, ratusan,
puluhan, dan satuan sesuai urutan gelas plastik yang ditempel tadi.
e. Hias kardus dengan cat/kertas berwarna kemudian tempelkan gelas
[image:42.595.125.479.236.554.2]dengan kawat dan kertas bilangan juga dengan kawat.29 Berikut ini merupakan gambar dari media gelas bilangan:
Gambar 2.1 Media Gelas Bilangan
29
Cara menggunakan media gelas bilangan:
1) Beri dahulu mereka soal kemudian bimbing untuk melakukan cara
berhitung yang benar sesuai aturan dalam operasi hitung campuran.
2) Bagikan masing-masing kelompok sedotan warna warni, kertas warna
dan spidol
3) Letakkan sedotan sejumlah angka yang akan digunakan di gelas plastik
untuk menghitung.
4) Letakkan simbol operasi hitung mana dulu yang harus dipasang dahulu,
hitung hasilnya dengan cara memindahkan sedotan pada tiap satuannya
dan sisihkan jawaban sementara di kertas tugas.
5) Dilanjutkan menghitung dari hasil yang pertama dengan operasi hitung
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A.Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Penelitian Tindakan Kelas adalah sebuah penelitian yang dilakukan
guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan dan
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga proses pembelajaran menjadi
lebih baik.30
Peran peneliti dalam PTK ini sebagai perencana dan pelaksana proses
belajar dan mengajar di kelas 2 MI Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan, Driyorejo
Gresik materi operasi hitung campuran semester ganjil tahun ajaran 2017/2018
melalui peningkatan kemampuan berhitung dengan media gelas bilangan.
Adapun guru yang diteliti adalah guru mata pelajaran matematika yang diberi
tugas oleh peneliti untuk melaksanakan observasi aktivitas guru dan siswa saat
pembelajaran menggunakan media gelas bilangan berlangsung.
.
30
Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kurt
Lewin. Model penelitian tindakan model Kurt Lewin dianggap sebagai cikal
bakal penelitian tindakan kelas. Yang menyatakan bahwa konsep pokok dalam
penelitian tindakan terdiri dari 4 komponen, yaitu:
1. Perencanaan (planning)
2. Tindakan (acting)
3. Pengamatan (observing)
4. Refleksi (reflecting)
Berikut ini merupakan gambar alur PTK dalam model Kurt Lewin:
Gambar 3.1
[image:45.595.130.484.219.693.2]B.Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian
1. Setting Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di MI Tarbiyatul Islamiyah jl
Tanjungan, Driyorejo Gresik pada mata pelajaran Matematika di kelas 2.
Alasan penulis melaksanakan PTK di sekolah ini untuk memperbaiki
praktek belajar mengajar di kelas dan MI Tarbiyatul Islamiyah ini
merupakan salah satu sekolah yang dekat dengan tempat tinggal peneliti
sehingga memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. Waktu penelitian ini
dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018. Penelitian ini
kurang lebih dilaksanakan selama kurang lebih 5 bulan yang dimulai pada
bulan Maret sampai juli 2017. Penentuan waktu penelitian disesuaikan
dengan jadwal pelajaran di kelas 2 dan kalender akademik sekolah, karena
PTK dilakukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar
efektif di kelas. Penelitian ini dimulai dari Observasi, perencanaan, tindakan
dan releksi sampai pengambilan data. Pelaksanaan siklus dilakukan pada
awal semester ganjil dengan rincian siklus I dilakukan pada 18 Juli 2017
jam 07.30 - 08.40 WIB dan siklus II pada 21 Juli 2017 jam 07.30 - 08.40
2. Karakteristik Penelitian
Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas 2 di MI
Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan, Driyorejo Gresik tahun pelajaran
2017-2018 yang berjumlah siswa yang terdiri dari 23 siswa laki-laki dan
sebanyak 20 siswa perempuan.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di MI Tarbiyatul Islamiyah
Tanjungan, Driyorejo Gresik ini menitik beratkan pada kemampuan
berhitung siswa di kelas 2. Kurikulum yang diterapkan MI Tarbiyatul
Islamiyah pada kelas 2 adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dengan Standart Kompetensi “ melakukan penjumlahan dan
pengurangan bilangan sampai 500” dan kompetensi dasar (KD) “Melakukan
penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500”. Dengan begitu objek
yang diteliti dalam penelitian ini tentang hasil kemampuan berhitung
matematika yang diukur berdasarkan tingkat kemampuan berhitung operasi
hitung campuran penjumlahan dan pengurangan siswa kelas 2 MI Tarbiyatul
Islamiyah Tanjungan, Driyorejo Gresik. Alasan yang mendasar
dilakukannya penelitian tindakan kelas 2 adalah kurangnya kemampuan
berhitung siswa sehingga masih banyak yang berada di bawah nilai
ketuntasan minimal kemampuan berhitung. Hal ini dikarenakan pada mata
salah satu penyebab anggapan siswa tingkat dasar atau MI bahwa
matematika adalah pelajaran yang sulit.
Sedangkan pada kelas 2 SD/MI sekitar usia 8 tahun para siswa masih
mengunakan berpikir konkret yakni didasarkan pada obyek-obyek yang
nyata. Oleh karena itu, pemanfaatan media merupakan salah satu upaya
yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk menghilangkan pemikiran
peserta didik bahwa matematika itu sulit. Kemudian peneliti menggunakan
media gelas bilangan untuk meningkatkan kemampuan berhitung pada
siswa kelas 2 MI Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan, Driyorejo Gresik materi
operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan.
Mayoritas peserta didik di MI Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan,
Driyorejo Gresik berasal dari lingkungan sekitar sekolah tersebut sehingga
karakteristik siswa-siswi di MI Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan, Driyorejo
Gresik ini memiliki kemampuan yang berbeda beda dikarenakan berasal
C.Variabel yang Diselidiki
Variabel yang menjadi sasaran dalam PTK ini adalah penerapan media
gelas bilangan untuk meningkatkan kemampuan berhitung materi operasi
hitung campuran pada siswa kelas 2 MI Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan
Driyorejo Gresik. Disamping variabel tersebut masih ada beberapa variabel
yang lain yaitu:
1. Variabel Input :
Siswa kelas 2 MI Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan, Driyorejo Gresik.
2. Variabel Proses :
Penerapan media gelas bilangan.
3. Variabel Output :
Kemampuan berhitung siswa pada materi operasi hitung campuran kelas 2
pelajaran matematika.
D.Rencana Tindakan
Penelitian yang dipilih adalah penelitian tindakan kelas (PTK), adapun
rencana tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat
langkah pokok, yakni: perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi
(observing), dan refleksi (reflecting).31
31
Jika dalam siklus satu, peneliti menilai adanya kekurangan atau
kesalahan, maka dapat diperbaiki atau dimodifikasi dengan mengembangkan
ke perencanaan langkah pada siklus kedua. Pra siklus dilaksanakan sebelum
melakukan siklus 1 dan apabila pada siklus 1 belum mendapatkan hasil yang
diinginkan maka dapat dilakukan siklus 2 dan apabila pada siklus terakhir
sudah didapatkan hasil yang diinginkan maka siklus dapat diberhentikan.
1. Pra siklus
Penelitian ini menggunakan PTK model Kurt Lewin. Berikut ini
adalah perencanaan dalam pra siklus menggunakan wawancara sebelum
dilakukannya siklus I dan siklus II:
a. Melakukan observasi ke MI Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan, Driyorejo
Gresik
b. Menyiapkan instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan terhadap guru
c. Melakukan wawancara kepada guru
d. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan
e. Memberikan soal pre test pada siswa untuk mengetahui ketuntasan
2. Siklus 1
Dalam pelaksanaan PTK ini menggunakan model Kurt Lewin dan
terdapat empat tahap, Yaitu:
a. Perencanaan
Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyusun rumusan
masalah dan tujuan penelitian. Dalam tahap ini peneliti bersama guru
kolabolator membuat rencana tindakan. Langkah-langkah yang dilakukan
dalam tahap ini adalah:
1) Menentukan pokok bahasan
2) Menentukan indikator kinerja yang akan dicapai
3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang difokuskan
pada perencanaan perbaikan yang diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan berhitung siswa pada mata pelajaran matematika dengan
menerapkan media gelas bilangan.
4) Mempersiapkan media, fasilitas dan sarana pendukung.
5) Menyiapkan instrumen pengumpulan data, yaitu kisi-kisi soal, soal
post test siklus I, lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi
b. Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan yang telah
dirumuskan pada RPP, meliputi:
1) Kegiatan awal
a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
b) Guru menanyakan kabar siswa
c) Guru dan siswa berdoa bersama
d) Guru mengabsen kehadiran siswa
e) Guru memberi apersepsi “ibu punya 15 pensil kemudian pensil ibu
yang 5 hilang. Akhirnya ibu membeli 8 pensil yang baru. Berapa
total pensil ibu sekarang?”
f) Guru menuliskan judul materi di papan tulis
g) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada
kegiatan pembelajaran
2) Kegiatan inti
a) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok
b) Guru meminta siswa membuka dan membaca buku paket
matematika materi operasi hitung campuran penjumlahan dan
pengurangan
c) Guru menerangkan sedikit tentang materi operasi hitung campuran
d) Guru memperkenalkan dan menjelaskan penggunaan media “Gelas
Bilangan” pada materi operasi hitung campuran penjumlahan dan
pengurangan
e) Semua siswa aktif dan mendengarkan dan merespon penjelasan
guru
f) Guru membagikan lembar kerja kelompok
g) Siswa secara kelompok mengerjakan lembar kerja kelompok
dengan media gelas bilangan
h) Guru mendampingi tiap-tiap kelompok dalam mengerjakan lembar
kerja kelompok
i) Setelah selesai perwakilan menyampaikan hasil kerja kelompok
j) Guru memberikan klarifikasi jawaban yang benar pada hasil kerja
kelompok
k) Guru bertanya jawab tentang sejauh mana pemahaman siswa materi
operasi hitung campuran
3) Kegiatan penutup
a) Guru memberikan motivasi dan refleksi pada siswa
b) Guru membagikan soal post test siklus I
c) Setelah selesai siswa mengumpulkan jawaban soal post test siklus I
d) Guru memberikan kesimpulan pelajaran hari ini
e) Guru mengakhiri pelajaran dengan berdoa
c. Observasi
Pada tahap observasi ini peneliti melakukan pengamatan terhadap
berlangsungnya pembelajaran matematika materi operasi hitung
campuran dengan menerapkan media gelas bilangan di kelas 2 MI
Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan, Driyorejo Gresik. Hal-hal yang
dilakukan oleh peneliti adalah mengamati aktivitas guru dan siswa
selama proses pembelajaran, mencatat semua gejala yang muncul selama
pembelajaran, dan mengisi lembar pengamatan guru dan siswa.
Pengamatan ini bertujuan untuk melakukan perbaikan pada proses
pembelajaran dengan menerapkan media gelas bilangan di kelas 2 MI
Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan, Driyorejo Gresik.
d. Refleksi
Pada tahap ini guru dan peneliti mengevaluasi seluruh tindakan
yang dilakukan berdasarkan hasil observasi. Hasil dikumpulkan, dan
dianalisis untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dan mencari
kendala selama mengikuti proses pembelajaran. Selanjutnya peneliti juga
melakukan refleksi diri terhadap penerapan media gelas bilangan.
Apabila hasil yang diperoleh belum sesuai harapan maka akan dilakukan
3. Siklus II
Setelah melakukan siklus I dan didapatkan hasil penelitiaannya,
apabila hasil yang didapat di siklus I masih kurang dari yang diharapkan
maka dapat dilakukan siklus II untuk mendapatkan hasil penelitian yang
diharapkan. Siklus II adalah pengulangan dari siklus I dengan beberapa
perubahan utuk memperbaiki kekurangan yang ada di siklus I.
E.Data dan Cara Pengumpulannya
1. Sumber Data
Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini, yakni:
a. Guru
Dari sumber data guru untuk mengetahui kemampuan awal siswa
dan melihat perolehan data tentang tingkat keberhasilan dan kegagalan
dari penerapan media gelas bilangan.
b. Siswa
Dari sumber data siswa, dapat diperoleh data hasil penerapan
media gelas bilangan dalam meningkatkan kemampuan berhitung materi
operasi hitung campuran siswa kelas 2 MI Tarbiyatul Islamiyah
2. Cara Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah teknik
observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data
tersebut dilakukan peneliti agar mendapatkan data yang valid, maka peneliti
melakukan pengumpulan data dengan cara sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan
melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Cara
ini biasanya ditandai oleh pengamatan tentang apa yang benar-benar
dilakukan oleh individu, dan membuat pencatatan-pencacatan secara
objektif mengenai apa yang diamati. Dapat juga menggunakan checklist
atau daftar isian yang telah dipersiapkan sebelumnya.32
Dalam penelitian tindakan kelas ini, observasi digunakan
peneliti untuk mengumpulkan data tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan aktivitas guru dan siswa dalam proses KBM
(kegiatan belajar mengajar). Selain itu, observasi juga digunakan untuk
mengamati implementasi media gelas bilangan pada materi operasi
hitung campuran yang dilaksanakan oleh peneliti dan guru mata pelajaran.
32
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi
bertujuan untuk mengumpulkan data sebagai berikut:
1) Aktivitas guru pada proses pembelajaran dengan menerapkan media
gelas bilangan.
2) Aktivitas siswa pada proses pembelajaran dengan menerapkan media
gelas bilangan.
[image:57.595.130.506.236.688.2]Berikut panduan observasi aktivitas untuk guru:
Tabel 3.1
Observasi Aktivitas Guru
KEGIATAN URAIAN
KEGIATAN
SKOR TOTAL
SKOR
1 2 3 4
AWAL
a. Mengucapkan
salam dan
berdoa bersama b. Mengabsen
kehadiran siswa
c. Memberi
motivasi dan
apersepsi
d. Menyampaikan
tujuan
pembelajaran
INTI e. Membagi
kelompok
menjadi 5
kelompok f. Mengajak siswa
matematika
g. Memberikan arahan penggunaan
media gelas
bilangan h. Melakukan
Tanya jawab
dengan siswa i. Mendampingi
siswa saat
diskusi j. Memanggil
perwakilan kelompok untuk menjawab pertanyaan
k. Memberikan kesempatan siswa bertanya
l. Guru
memberikan penguatan materi
PENUTUP m.Guru mengajak
siswa menarik kesimpulan n. Mengecek
pemahaman
siswa dengan
refleksi o. Memberikan
tugas individu p. Mengakhiri
pelajaran
dengan doa dan salam
Skor perolehan Skor maksimal
Penilaian hasil skor observasi aktivitas guru:
Keterangan skor pada tabel di atas adalah diberikan skor satu
apabila aktivitas guru dinilai sangat tidak baik jika tidak dilakukan, tidak
sesuai aspek, tidak efektif dan tidak tepat waktu. Kemudian skor dua
diberikan apabila aktivitas guru dinilai tidak baik jika dilakukan, tidak
sesuai aspek, tidak efektif dan tidak tepat waktu. Selanjutnya skor tiga
diberikan apabila aktivitas guru baik jika dilakukan, sesuai aspek, efektif
dan tepat waktu. Dan yang terakhir skor empat diberikan bila aktivitas
guru dinilai sangat baik jika dilakukan, sesuai aspek, efektif dan tepat
waktu.
Tabel aktivitas guru digunakan untuk mengobservasi kegiatan
guru selama pembelajaran berlangsung. Kemudian diberi nilai untuk
mengetahui hasil aktivitas guru selama pembelajaran. Apabila nilai dari
aktivitas guru masih kurang maka akan dilakukan observasi aktivitas
[image:59.595.132.512.108.548.2]Selanjutnya di bawah ini adalah lembar observasi aktivitas
[image:60.595.131.508.202.629.2]untuk siswa:
Tabel 3.2.
Observasi Aktivitas Siswa
NO INDIKATOR /Aspek yang
Diamati
Pengamat Skor
1 2 3 4
1 Siswa merespon apersepsi yang
diberikan guru
2 Siswa mendengarkan tujuan
pembelajaran
3 Siswa tertib saat pembagian
kelompok
4 Siswa memusatkan perhatian pada
buku paket matematika
5 Siswa mendengarkan saat guru
menjelaskan penggunaan media gelas bilangan
6 Siswa tertib saat diskusi
7 Siswa mendengarkan penguatan
oleh guru
8 Suswa memberi tanggapan saat
guru mengecek pemahaman siswa
9 Siswa mengerjakan dengan tertib
evaluasi individu
10 Siswa merespon kesimpulan
materi yang disampaikan guru Skor perolehan
Skor maksimal
Keterangan skor pada tabel di atas adalah diberikan skor satu
apabila aktivitas siswa dinilai sangat tidak baik jika tidak dilakukan, tidak
sesuai aspek, tidak efektif dan tidak tepat waktu. Kemudian skor dua
diberikan apabila aktivitas siswa dinilai tidak baik jika dilakukan, tidak
sesuai aspek, tidak efektif dan tidak tepat waktu. Selanjutnya skor tiga
diberikan apabila aktivitas siswa baik jika dilakukan, sesuai aspek, efektif
dan tepat waktu. Dan yang terakhir skor empat diberikan bila aktivitas
siswa dinilai sangat baik jika dilakukan, sesuai aspek, efektif dan tepat
waktu.
Tabel aktivitas siswa digunakan untuk mengobservasi kegiatan
siswa selama pembelajaran berlangsung. Kemudian diberi nilai untuk
mengetahui hasil aktivitas siswa selama pembelajaran. Apabila nilai dari
aktivitas siswa masih kurang maka akan dilakukan observasi aktivitas
siswa lagi pada siklus kedua.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan antara guru-peneliti dan para
peserta dalam studi dimana guru mengajukan pertanyaan kepada peserta.
Di dalam mempersiapkan wawancara alangkah baiknya mempersiapkan
panduan wawancara yang berisi pertanyaan untuk diajukan saat
wawancara dimulai.33
33
[image:61.595.130.517.277.532.2]Wawancara ini ditujukan kepada guru dan siswa untuk
memudahkan peneliti dalam memperoleh kesesuaian data tentang kondisi
awal sebelum PTK dan mengetahui pendapat guru dan siswa terhadap
KBM (kegiatan belajar mengajar) setelah dilakukannya PTK.
c. Tes
Tes digunakan sebagai alat penilaian yang berisi pertanyaan
yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan jawaban dari siswa.
Digunakan juga untuk menilai dan mengukur tingkat pemahaman dan
penguasaannya terhadap suatu materi, terutama hasil belajar kognitif.34 Tes ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil
peningkatan kemampuan berhitung siswa terhadap materi operasi hitung
campuran kelas 2 MI Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan, Driyorejo Gresik.
d. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk
mengumpulkan arsip nilai mata pelajaran matematika materi operasi
hitung campuran pada saat pra siklus, dimana ketuntasan belajar siswa
belum mencapai 50% dan foto-foto proses KBM saat siklus berlangsung
sebagai alat penunjang hasil penelitian.
34
F. Analisis Data
Proses setelah semua data terkumpul, yakni langkah selanjutnya adalah
menganalisis data yang sudah terkumpul. Menganalisis data adalah suatu
proses mengolah dan menginterpretasikan data dengan tujuan untuk
mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki
makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian.
Dalam PTK, sesuai dengan ciri dan karakteristik serta bentuk hipotesis
PTK, analisis data diarahkan untuk mencari dan menemukan upaya yang
dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
Dengan demikian, analisis data dalam PTK bisa dilakukan dengan analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif.
Analisis data kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan
proses belajar khususnya berbagai tindakan guru. Sedangkan analisis data
kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan hasil belajar siswa
sebagai pengaruh dari setiap tindakan yang dilakukan guru.35
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase ketuntasan
belajar siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung pada tiap siklusnya,
yaitu dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tulis pada setiap akhir
siklus. Analisis ini dihitung menggunakan statistik sederhana sebagai berikut:
35
1. Analisis nilai rata-rata kemampuan berhitung
Analisis digunakan untuk mengetahui nilai rata-rata peserta didik
dari hasil tes peserta didik pada setiap siklusnya, maka digunakan analisis
secara deskriptif. Dibawah ini adalah rumus untuk menetukan nilai rata-rata
kemampuan berhitung siswa:
X̅ = ∑x ……….. Rumus 3.1 N
Keterangan:
X̅ : nilai rata-rata kemampuan berhitung
∑ x : jumlah skor keseluruhan
N : jumlah siswa
[image:64.595.132.505.223.554.2]Berikut ini tabel kriteria rata-rata kemampuan berhitung:
Tabel 3.3
Kriteria Rata-Rata Kemampuan Berhitung
Nilai Kriteria
Lebih besar daripada rata-rata Sangat baik
lebih besar sama dengan rata-rata Baik
Lebih kecil daripada rata-rata Cukup
2. Analisis ketuntasan kemampuan berhitung
Dalam menganalisis tingkat ketuntasan kemampuan berhitung siswa
dalam satu kelas dapat diketahui melalui persentase ketuntasan kemampuan
Analisis ini dihitung menggunakan statistik sebagai berikut yakni secara
klasikal.36
Analisis data ketuntasan kemampuan berhitung siswa dinyatakan
berhasil jika seluruh siswa dalam satu kelas mampu mengerjakan tes
kemampuan berhitung operasi hitung campuran dengan perolehan skor 70
dan memenuhi persentase ketuntasan belajar yaitu ≥ 75% dari jumlah soal
operasi hitung campuran yang diberikan oleh guru dengan kriteria
ketuntasan kemampuan berhitung maka dinyatakan tuntas dan tidak perlu
melakukan siklus selanjutnya.37
[image:65.595.131.511.275.550.2]Berikut ini tabel kriteria ketuntasan kemampuan berhitung:
Tabel 3.4
Kriteria Ketuntasan kemampuan berhitung
Tingkat ketuntasan kemampuan berhitung (persentase)
Keterangan
86% - 100% Sangat baik
75% - 85% Baik
60% - 74% Cukup baik
0% - 59% Kurang baik
Dari tabel di atas, persentase ketuntasan digunakan untuk mencari
hasil secara keseluruhan ketuntasan siswa dalam mencapai peningkatan
36
Nana Sudjana, penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 109-111.
37
kemampuan berhitung operasi hitung campuran. Berikut rumus untuk
mencari persentase ketuntasan kemampuan berhitung seluruh siswa:
P = f x 100% ………. Rumus 3.2 N
Keterangan:
p : persentase ketuntasan kemampuan berhitung
f : jumlah siswa yang tuntas kemampuan berhitung
N : jumlah seluruh siswa
Analisis dilakukan pada tiap siklus ditahapan refleksi. Hasil analisis
digunakan untuk bahan refleksi dalam melakukan perencanaan lanjutan
dalam siklus selanjutnya.
3. Analisis obervasi aktivitas guru dan siswa
Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas
guru dan siswa saat proses belajar mengajar dan penerapan materi dengan
media gelas bilangan yang dilaksanakan oleh peneliti. Berikut rumus yang
digunakan untuk menghitung perolehan nilai dari skor observasi aktivitas
guru dan siswa:
P = S x 100 ………. Rumus 3.3
N
Keterangan:
P : nilai yang dicari
N :jumlah maksimal skor pengamatan observasi
[image:67.595.114.501.198.527.2]Berikut tabel kriteria hasil observasi aktivitas guru dan siswa:
Tabel 3.5
Kriteria Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Tingkat keberhasilan Keterangan
86 - 100 Sangat baik
71 - 85 Baik
51 - 70 Cukup baik
< 50 Kurang baik
G.Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan kriteria yang digunakan untuk melihat
tingkat keberhasilan kegiatan PTK yang dilakukan dalam meningkatkan
kemampuan berhitung siswa materi operasi hitung campuran kelas 2 MI
Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan, Driyorejo Gresik. Indikator kinerja harus
realistik dan dapat diukur. Indikator kinerja dalam PTK ini adalah sebagai
berikut:
1. Terlaksananya dengan baik langkah-langkah dalam pembelajaran di RPP
saat menerapkan media gelas bilangan sehingga dapat tercapai nilai aktivitas
guru ≥70 dan aktivitas siswa ≥70 sekurang kurangnya dalam kategori baik.
2. Meningkatnya kemampuan berhitung menggunakan media gelas bilangan
pada siswa kelas 2 MI Tarbiyatul Islamiyah Tanjungan Driyorejo