-1-FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQS)
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/23/DPM tanggal 30 Agustus 2010 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/8/DPM tanggal 27 Maret 2009 perihal Tata Cara Transaksi Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah dalam Rupiah (FASBIS)
Q : Apa latar belakang penerbitan perubahan ketentuan tentang Tata Cara FASBIS ini ?
A : Penerbitan Surat Edaran ini dilatarbelakangi oleh diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia No.10/36/PBI/2008 tanggal 10 Desember 2008 tentang Operasi Moneter Syariah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No.12/17/PBI/2010 tanggal 30 Agustus 2010 serta dalam rangka penyelarasan ketentuan operasi moneter, sehingga perlu untuk mengubah ketentuan romawi V angka 1 huruf b dan angka 2 Surat Edaran Bank Indonesia No.11/8/DPM tanggal 27 Maret 2009 perihal Tata Cara Transaksi Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah dalam Rupiah (FASBIS).
Q : Perubahan apakah yang dilakukan dalam Surat Edaran ini?
A : Ketentuan yang berubah adalah romawi V angka 1 huruf b dan angka 2 mengenai pengenaan sanksi, sehingga berbunyi sebagai berikut:
1. Dalam hal transaksi FASBIS sebagaimana dimaksud pada butir IV.3 dinyatakan batal, Bank dikenakan sanksi berupa:
a. teguran tertulis dengan tembusan kepada:
1) Direktorat Perbankan Syariah, dalam hal sanksi diberikan kepada Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI); atau
2) Kantor Bank Indonesia (KBI) setempat cq. Tim Pengawas Bank, dalam hal sanksi diberikan kepada Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja KBI, dan
b. kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi FASBIS yang dinyatakan batal, paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
2. Dengan tidak mengurangi sanksi sebagaimana dimaksud pada butir V.1, dalam hal Bank melakukan transaksi FASBIS dan/atau transaksi OMS lainnya yang dinyatakan batal sebanyak tiga kali dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, Bank dikenakan sanksi berupa sanksi penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan OMS selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut.