• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tax Learning Volume 2 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tax Learning Volume 2 2015"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Tax Learning

Indonesian Tax News Letter

Volume 2/2015 – Agustus 2015

Jenis Jasa Lainnya Objek Pemotongan PPh Pasal 23

Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (UU PPh) mengatur mengenai pemotongan PPh atas penghasilan yang dibayarkan kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap terdiri dari:

1. atas penghasilan berikut, dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto (tidak termasuk PPN):

- dividen; - bunga; - royalti; dan

- hadiah, penghargaan, bonus dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh Pasal 21

2. atas penghasilan berikut, dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar 2% dari jumlah bruto (tidak termasuk PPN):

- sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa atas penggunaan harta yang dikenai PPh Pasal 4 ayat (2) (sewa tanah dan/atau bangunan);

- imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.

Jenis jasa lain yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 dengan tarif 2% (sebagaimana yang diuraikan pada nomor 2 di atas yang dicetak dengan huruf tebal-red) dalam ketentuan Pasal 23 ayat (2) UU PPh disebutkan akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan. Sejak 1 Januari 2009, ketentuan lebih lanjut mengenai jenis jasa lain yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008. Namun mulai 25 Agustus 2015, ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008 ini akan diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015 (30 hari sejak tanggal diundangkannya Peraturan Menteri Keuangan ini atau sejak tanggal 27 Juli 2015).

Jenis Jasa Lain

Berikut disajikan jenis jasa lain yang selama ini telah ditetapkan sebagai jenis jasa yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23 serta persandingan dengan jenis jasa lainnya yang baru ditetapkan akan mulai menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23 mulai tanggal 25 Agustus 2015.

Isi dalam volume ini: - Jenis Jasa Lainnya Objek

Pemotongan PPh Pasal 23 - Penghasilan Tidak Kena

Pajak (PTKP) Tahun 2015 Berubah

- Peraturan Perpajakan terbaru

News Letter ini disusun oleh:

Syafrianto

syafrianto@gmail.com - Pemegang Ijin Konsultan

Pajak Sertifikat C

- Pemegang Ijin Kuasa Hukum Pengadilan Pajak

- Pemegang Chartered Accountant

Jo Eny Sanita

eny.konsultan@gmail.com - Pemegang Ijin Konsultan

Pajak Sertifikat C

Untuk informasi lebih lengkap silakan kunjungi:

http://syafrianto.blogspot.com

Artikel yang disajikan dalam News Letter ini adalah merupakan pendapat pribadi penulis berdasarkan

(2)

Jenis Jasa Lain Peraturan Menteri 1. Jasa penilai (appraisal); Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23

2. Jasa aktuaris; Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23

3. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;

Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23

4. Jasa hukum Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

5. Jasa arsitektur Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

6. Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape Tidak diatur Objek PPh Pasal 23 7. Jasa perancang (design); Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23 8. Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak

dan gas bumi (migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap (BUT);

Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23

9. Jasa penunjang di bidang: - usaha panas bumi Tidak diatur Objek PPh Pasal 23 - penambangan migas; Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23 10. Jasa penambangan dan jasa penunjang selain di bidang:

- usaha panas bumi

Tidak diatur Objek PPh Pasal 23 - penambangan selain migas; Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23 11. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23

12. Jasa penebangan hutan; Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23

13. Jasa pengolahan limbah; Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23

14. Jasa penyedia tenaga kerja dan/atau tenaga ahli (outsourcing services)

Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23 15. Jasa perantara dan/atau keagenan; Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23 16. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali

yang dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI dan KPEI

Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23 17. Jasa kustodian/penyimpanan /penitipan, kecuali yang

dilakukan oleh KSEI;

Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23 18. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara; Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23

19. Jasa mixing film; Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23

20. Jasa pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, photo,

slide, klise, banner, pamphlet, baliho dan folder;

Tidak diatur Objek PPh Pasal 23 21. - Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk

perawatan, pemeliharaan dan perbaikan

Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23 - Jasa sehubungan dengan hardware atau sistem

komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan

Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

22. Jasa pembuatan dan/atau pengelolaan website; Tidak diatur Objek PPh Pasal 23 23. Jasa internet termasuk sambungannya; Tidak diatur Objek PPh Pasal 23 24. Jasa penyimpanan, pengolahan, dan/atau penyaluran

data, informasi, dan/atau program;

Tidak diatur Objek PPh Pasal 23 25. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik,

telepon, air, gas, AC, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;

(3)

26. - Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, dan/atau bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;

Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23

- Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan alat transportasi/kendaraan

Objek PPh Pasal 23 Tidak diatur

- Jasa perawatan kendaraan dan/ atau alat transportasi

darat, laut dan udara;

Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

27. Jasa maklon Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23

28. Jasa penyelidikan dan keamanan Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23 29. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23 30. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media

massa, media luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi,

Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23

dan/atau jasa periklanan Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

31. Jasa pembasmian hama Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23

32. Jasa kebersihan atau cleaning service Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23

33. Jasa sedot septic tank Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

34. Jasa pemeliharaan kolam Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

35. Jasa katering atau tata boga Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23

36. Jasa freight forwarding Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

37. Jasa logistik Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

38. Jasa pengurusan dokumen Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

39. Jasa pengepakan Objek PPh Pasal 23 Objek PPh Pasal 23

40. Jasa loading dan unloading Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

41. Jasa laboratorium dan/ atau pengujian kecuali yang

dilakukan oleh lembaga atau institusi pendidikan dalam rangka penelitian akademis;

Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

42. Jasa pengelolaan parkir Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

43. Jasa penyondiran tanah Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

44. Jasa penyiapan dan/atau pengolahan lahan Tidak diatur Objek PPh Pasal 23 45. Jasa pembibitan dan/atau penanaman bibit Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

46. Jasa pemeliharaan tanaman Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

47. Jasa pemanenan Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

48. Jasa pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan/atau perhutanan

Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

49. Jasa dekorasi Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

50. Jasa pencetakan/penerbitan Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

51. Jasa penerjemahan Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

52. Jasa pengangkutan/ekspedisi kecuali yang diatur dalam Pasal 15 UU PPh

Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

53. Jasa pelayanan kepelabuhan Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

54. Jasa pengangkutan melalui jalur pipa Tidak diatur Objek PPh Pasal 23 55. Jasa pengelolaan penitipan anak Tidak diatur Objek PPh Pasal 23 56. Jasa pelatihan dan/atau kursus Tidak diatur Objek PPh Pasal 23 57. Jasa pengiriman dan pengisian uang ke ATM Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

58. Jasa sertifikasi Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

59. Jasa survey Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

(4)

61. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya dibebankan pada APBN atau APBD

Tidak diatur Objek PPh Pasal 23

Dari tabel tersebut di atas dapat kita lihat bahwa terdapat banyak tambahan jenis jasa lain yang sebelumnya tidak diatur atau bukan merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23, namun berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015 menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23.

Pengecualian Pemotongan PPh Pasal 23 atas Jasa Lain

Dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 23 atas Jenis Jasa Lain (sebagaimana 61 jenis jasa yang tertera pada tabel di atas) dalam hal imbalan sehubungan dengan jasa lain tersebut telah dikenai PPh yang bersifat final (seperti Penghasilan yang telah dikenakan PPh Final 1% sesuai PP Nomor 46 Tahun 2013).

Pengertian Jumlah Bruto Dasar Pemotongan PPh Pasal 23

Jumlah bruto yang menjadi dasar penghitungan PPh Pasal 23 adalah:

a. untuk jasa catering adalah seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap.

b. untuk jasa selain jasa catering adalah seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, tidak termasuk:

1. pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa;

2. pembayaran kepada penyedia jasa atas pengadaan/pembelian barang atau material yang terkait dengan jasa yang diberikan;

3. pembayaran kepada pihak ketiga yang dibayarkan melalui penyedia jasa, terkait jasa yang diberikan oleh penyedia jasa; dan/atau

4. pembayaran kepada penyedia jasa yang merupakan penggantian (reimbursement) atas biaya yang telah dibayarkan penyedia jasa kepada pihak ketiga dalam rangka pemberian jasa bersangkutan.

dengan syarat sepanjang pembayaran tersebut di atas dapat dibuktikan dengan:

- kontrak kerja dan daftar pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan;

- faktur pembelian atas pengadaan/pembelian barang atau material; - faktur tagihan dari pihak ketiga disertai dengan perjanjian tertulis; dan

- faktur tagihan dan/atau bukti pembayaran yang telah dibayarkan oleh penyedia jasa kepada pihak ketiga. Dalam hal bukti dan dokumen pembayaran sebagaimana disebutkan di atas tidak ada, maka jumlah bruto sebagai dasar pemotongan PPh Pasal 23 adalah sebesar keseluruhan pembayaran kepada penyedia jasa, tidak termasuk PPN.

Saat Berlakunya Ketentuan Ini

Pemotongan PPh Pasal 23 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015 ini berlaku setelah 30 hari terhitung sejak tanggal diundangkan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015 diundangkan pada tanggal 27 Juli 2015 sehingga berlaku mulai tanggal 25 Agustus 2015.

Dasar Aturan

(5)

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Tahun 2015 Berubah

Pemerintah telah melakukan penyesuaian besaran Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk tahun 2015. Penyesuaian ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak sekaligus mengubah ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012 yang sebelumnya telah berlaku sejak 1 Januari 2013.

Perubahan besaran PTKP yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 yang ditetapkan dan diundangkan tanggal 29 Juni 2015 ini mulai berlaku pada Tahun Pajak 2015. Ini artinya bahwa PTKP baru ini diterapkan untuk perhitungan PPh sejak masa pajak Januari 2015.

Besarnya PTKP yang berlaku untuk tahun pajak 2015 disesuaikan menjadi sebagai berikut: 1. Untuk diri Wajib Pajak sebesar Rp 36.000.000 (sebelumnya sebesar Rp 24.300.000);

2. Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin sebesar Rp 3.000.000 (sebelumnya sebesar Rp 2.025.000;

3. Tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebesar Rp 36.000.000 (sebelumnya Rp 24.300.000);

4. Tambahan untuk anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya sebesar Rp 3.000.000 untuk setiap anggota keluarga, maksimal 3 orang (sebelumnya Rp 2.025.000).

Perlakuan Terhadap Perhitungan PPh Yang Sudah Dilaporkan Menggunakan PTKP Lama

Akibat perubahan besaran PTKP yang diundangkan pada tanggal 29 Juni 2015 namun berlaku surut mulai 1 Januari 2015 sehingga akan menimbulkan konsekuensi bagi Wajib Pajak pemotong PPh Pasal 21 telah terlanjur menghitung, memotong dan menyetorkan PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Juni 2015 yang masih menggunakan nilai PTKP lama, sehingga perhitungan PPh Pasal 21 untuk masa Januari sampai dengan Juni 2015 ini akan terlalu besar karena pengurangan PTKP yang nilainya terlalu kecil dari PTKP baru yang seharusnya digunakan. Akibatnya akan terjadi kelebihan potong dan setor PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Juni 2015 ini.

Melalui siaran pers Direktorat Jenderal Pajak pada tanggal 27 Juli 2015, Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat meminta kepada para Wajib Pajak pemotong PPh Pasal 21 agar melakukan pembetulan penghitungan pemotongan PPh Pasal 21 Masa Januari sampai dengan Juni 2015 dan kelebihan setor akibat pembetulan ini agar dikompensasikan terhadap penghitungan PPh Pasal 21 Masa Pajak Juli sampai dengan Desember 2015.

Contoh Pembetulan Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21

(6)

Sehingga untuk masa Januari 2015 sampai dengan masa Mei 2015, setiap masanya PT ABC melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 dalam SPT Masa adalah dengan rincian:

- Jumlah Penghasilan Bruto (sebulan) Rp 34.000.000 - Jumlah PPh Pasal 21 Terutang sebulan Rp 1.932.604

Sedangkan pada bulan Juni 2015, selain membayarkan gaji kepada pegawai tetapnya, PT ABC juga membayarkan THR. Sehingga rincian gaji yang dibayarkan dan penghitungan PPh Pasal 21 untuk masa Juni 2015 (yang masih menggunakan PTKP lama) adalah sebagai berikut:

Sehingga untuk masa Juni 2015, PT ABC melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 dalam SPT Masa adalah dengan rincian:

- Jumlah Penghasilan Bruto (sebulan) Rp 68.000.000 - Jumlah PPh Pasal 21 Terutang sebulan Rp 5.845.104

Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015, maka PT ABC harus melakukan pembetulan penghitungan PPh Pasal 21 (dengan menggunakan nilai PTKP yang baru), sehingga perhitungan seharusnya PPh Pasal 21 terutang dengan nilai PTKP baru adalah menjadi:

Untuk masa Pajak Januari 2015 sampai dengan Mei 2015, setiap masanya perhitungan PPh Pasal 21 menjadi sebagai berikut:

Untuk masa Pajak Juni 2015, perhitungan PPh Pasal 21 menjadi sebagai berikut:

(7)

7 Sehingga PT ABC harus melakukan pembetulan SPT Masa PPh Pasal 21 Masa Pajak Januari 2015 sampai dengan Juni 2015 dengan nilai seperti tertera pada tabel di atas (tabel sisi kanan). Seandainya jika penghitungan PPh Pasal 21 terutang untuk masa Juli adalah seperti pada tabel di atas (PPh Pasal 21 terutang sebesar Rp 1.454.583), maka PT ABC dapat mengkompensasikan kelebihan bayar PPh Pasal 21 yang terjadi pada masa pajak Januari 2015 sampai dengan masa pajak Maret 2015 (masing-masing masa sebesar Rp 478.021) dan sebagian nilai kelebihan bayar PPh Pasal 21 masa pajak April 2015 (sebesar Rp 20.521).

Sedangkan sisa kelebihan bayar PPh Pasal 21 masa pajak April 2015 sampai dengan Juni 2015 dapat dikompensasikan ke perhitungan PPh Pasal 21 yang kurang bayar di masa pajak Agustus 2015 dan September 2015.

Tata Cara Pembetulan dan Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21

(8)

Pada SPT Masa PPh Pasal 21 Pembetulan (masa Januari 2015) ini tampak bahwa akibat dari pembetulan ini menyebabkan adanya kelebihan bayar PPh Pasal 21 sebesar Rp 478.021 (pada angka 17). Atas kelebihan bayar PPh Pasal 21 ini dapat dimintakan untuk dikompensasi ke masa pajak Juli 2015 (pada angka 18). Untuk Pembetulan SPT Masa PPh Pasal 21 masa Juni 2015 adalah sebagai berikut:

(9)

Pada SPT Masa PPh Pasal 21 masa Juli 2015 ini jumlah PPh Pasal 21 yang terutang dapat diperhitungkan (dikompensasi) dengan kelebihan bayar PPh Pasal 21 yang tercantum dalam SPT Masa PPh Pasal 21 pembetulan untuk masa Januari 2015 sampai dengan April 2015 (pada angka 13), sehingga pada masa Juli 2015 ini PT ABC tidak perlu lagi menyetor PPh Pasal 21 karena sudah tidak ada PPh Pasal 21 yang kurang bayar.

Sisa kelebihan bayar PPh Pasal 21 yang berasal dari pembetulan SPT Masa PPh Pasal 21 masa April 2015 sampai dengan Juni 2015 dapat dikompensasikan ke masa pajak berikutnya (Agustus 2015 dan seterusnya).

***********

Peraturan Perpajakan Terbaru

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 40 TAHUN 2015

Tanggal 23 Juni 2015

Penyerahan Air Bersih Yang Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.010/2015

Tanggal 24 Juli 2015

Perubahan Keempat atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 231/KMK.03/2001 tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Impor Barang Kena Pajak Yang Dibebaskan Dari Pungutan Bea Masuk

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 141/PMK.03/2015

Tanggal 24 Juli 2015

(10)

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 125/PMK.010/2015

Tanggal 7 Juli 2015

Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.03/2014 Tentang Tata Cara Pertukaran Informasi (Exchange Of Information)

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 122/PMK.010/2015

Tanggal 29 Juni 2015

Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 121/PMK.03/2015

Tanggal 24 Juni 2015

Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75/PMK.03/2010 tentang Nilai Lain Sebagai Dasar Pengenaan Pajak

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 120/PMK.03/2015

Tanggal 24 Juni 2015

Pencabutan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 86/KMK.03/2002 Tentang Tata Cara Penggunaan Stiker Dalam Pemungutan Dan Pelunasan Pajak Pertambahan Nilai Atas Penyerahan Produk Rekaman Gambar Dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 174/KMK.03/2004 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Atas Penyerahan Produk Rekaman Suara

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-31/PJ/2015

Tanggal 5 Agustus 2015

Perubahan Ketiga Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2010 tentang Tata Cara Dan Prosedur Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan Dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan Di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha Di Bidang Lain

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-29/PJ/2015

Tanggal 23 Juli 2015

Bentuk, Isi, dan Tata Cara Pengisian Serta Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-28/PJ/2015

Tanggal 22 Juli 2015

Tata Cara Pemberian dan Pencabutan Sertifikat Elektronik

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-27/PJ/2015

Tanggal 14 Juli 2015

Pencabutan Beberapa Peraturan Direktur Jenderal Pajak dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Terkait dengan Penerbitan Peraturan Menteri Keuangan Di Bidang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan Pajak Bumi dan Bangunan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2015

Tanggal 19 Juni 2015

Tata Cara Pembayaran Pajak Penghasilan Non Migas Dalam Mata Uang Dollar Amerika Serikat

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-24/PJ/2015

Tanggal 12 Juni 2015

Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2015 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-23/PJ/2015

Tanggal 01 Juni 2015

Tata Cara Permohonan, Pemberitahuan, Pemberian, Pembatalan serta Permohonan dan Penerbitan Kembali Izin Penyelenggaraan Pembukuan dengan Menggunakan Bahasa Inggris dan Satuan Mata Uang Dollar Amerika

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-22/PJ/2015

Tanggal 28 Mei 2015

(11)

11 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-21/PJ/2015

Tanggal 25 Mei 2015

Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-55/PJ/2015

Tanggal 22 Juli 2015

Tata Cara Pemberian Layanan Terkait dengan Persyaratan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bakal Calon Kepala Daerah

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-53/PJ/2015

Tanggal 7 Juli 2015

Pelaksanaan Pemeriksaan Tahun 2015 Dalam Rangka Mendukung Tahun Pembinaan Wajib Pajak

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-52/PJ/2015

Tanggal 6 Juli 2015

Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.03/2015 Tentang Penghapusan Sanksi Administrasi Bunga Yang Terbit Berdasarkan Pasal 19 ayat (1) undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-51/PJ/2015

Tanggal 3 Juli 2015

Petunjuk Pelaporan, Monitoring, Dan Evaluasi Kinerja Layanan Unggulan Direktorat Jenderal Pajak

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-49/PJ/2015

Tanggal 3 Juli 2015

Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-48/PJ/2015

Tanggal 1 Juli 2015

Kegiatan Pemetaan Lokasi Wajib Pajak Orang Pribadi Dan/Atau Badan Serta Objek Pajak Pajak Bumi Dan Bangunan Melalui Geotagging

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-47/PJ/2015

Tanggal 30 Juni 2015

Penyampaian Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/PMK.010/2015 Tentang Jenis Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor Yang Dikenai Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-46/PJ/2015

Tanggal 29 Juni 2015

Petunjuk Kegiatan Koordinasi Dengan Pihak Eksternal Direktorat Jenderal Pajak

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-44/PJ/2015

Tanggal 23 Juni 2015

Struktur Penomoran Nomor Pokok Wajib Pajak dan Penerapan Nomor Pokok Wajib Pajak Tetap

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-43/PJ/2015

Tanggal 18 Juni 2015

Jam Pelayanan Di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak Selama Bulan Ramadhan 1436 Hijriyah

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-40/PJ/2015

Tanggal 3 Juni 2015

Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.03/2015 Tentang Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi atas Keterlambatan Penyampaian Surat Pemberitahuan, Pembetulan Surat Pemberitahuan, dan Keterlambatan Pembayaran atau Penyetoran Pajak

Untuk Kumpulan Peraturan Selengkapnya silakan kunjungi:

Referensi

Dokumen terkait

Kebudayaan merupakan salah satu hal dari berbagai hal yang kini menuai berbagai kontroversi antara bangsa satu dengan yang lain. Oleh karena itu, sebagai seorang

Pada analisa hasil perhitungan nilai VaR dengan metode delta normal didapat bahwa portofolio-portofolio hasil metode Mean-Variance memiliki nilai VaR delta normal yang

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa anggrek Dendrobium Candy Strip pot berbunga yang ditempatkan di rumah sere penyinaran 55% tanpa dan dengan transportasi, mempunyai masa

Dato' Seri Paduka Haji Shafie bin Haji Mohd Salleh Ketua Persekutuan Pengakap

PF Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama

Perencanaan SIKLUS I Pengamatan Perencanaan SIKLUS II Pengamatan Pelaksanaan Refleksi Refleksi Pelaksanaan ?.. Tahap perencanaan yang dilakukan dapat berupa

Penanggung Jawab : Drs H.. Dalam pembelajaran ekstrakurikuler paduan suara di MAN 2 Jember ini , materi yang diberikan adalah berupa lagu – lagu perjuangan ,lagu-lagu Nasional

Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui karakteristik pemanfaatan ruang, perilaku ramah lingkungan, keterlibatan masyarakat, dan ekonomi masyarakat untuk