• Tidak ada hasil yang ditemukan

Obat mata pada bayi baru lahir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Obat mata pada bayi baru lahir"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pemberian Obat Mata Pada Bayi Baru Lahir (BBL)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Obat mata biasanya berbentuk cairan (obat tetes mata) dan oitmen/ obat salep yang dikemas dalam bentuk kecil. Karena sifat selaput lendir dan jaringan mata yang lunak dan responsif terhadap obat, maka obat mata biasanya diramu dengan kekuatan yang rendah. Sedangkan salep mata atau dalam istilah farmasi disebut oculenta adalah salep yang digunakan pada mata. Salep ini harus sterildan disimpan di dalam tube salep mata yang steril. Pemberian obat ini bertujuan untuk mengobati gangguan pada mata, untuk mendilatasi pupil pada pemeriksaan struktural internal mata, untuk melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata, untuk mencegah kekeringan pada mata. Dalam dunia kesehatan salep atau obat mata sering digunakan untuk pengobatan pada mata. Obat mata tersebut digunakan dari mulai orang dewasa hingga bayi baru lahir. Pada bayi baru lahir biasanya obat mata digunakan untuk membersihkan mata bayi dari air ketuban yang menempel pada bagian mata bayi tersebut. Bayi bisa saja terkena air ketuban jika ia lahir dengan ketuban keruh, preeklamsi, vacum, jalan lahir macet atau ke jadian lain serupa yang dapat mengganggu mata bayi untuk melihat secara jernih. Maka obat mata biasa diberikan pada bayi baru lahir pada kejadian-kejadin tersebut. Di Rumah Sakit Dr. R. Soetijino Blora kejadian tersebut sering terjadi. Hingga hampir semua bayi baru lahir diberikan obat mata. Obat mata yang biasa digunakan berupa salep mata gentamicin 0,3%.

Dengan latar belakang sebagai berikut, maka penulis tertarik untuk mengambil judul Pemberian Obat Mata Pada Bayi Baru Lahir.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pelakasanaan pemberian obat mata pada bayi baru lahir di Ruangan Cempaka RSUD Dr. R. Soetijono Blora. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui apa itu obat mata. b. Untuk mengetahui cara pemberian obat mata pada bayi baru lahir c. Untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan pemberian obat mata pada bayi baru lahir di RSUD Dr. R. Soetijono Bloradengan prosedur tetap. D. Manfaat 1. Lahan Praktik a. Bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan khususnya pemberian obat mata pada bayo baru lahir b. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun prosedur tetap pemberian obat mata pada bayi baru lahir. 2. Institusi a. Menambah referensi dan penulisan dapat dilanjutkan secara mendalam terkait pemberian obat mata pada bayi baru lahir 3. Mahasiswa a. Menambah pengetahuan, wawasan, pengalaman, profesionalisme dalam praktik pemberian obat mata. b. Memacu perkembangan ide baru dan inivasi yang lebih luas terhadap praktik pemberian obat mata.

(2)

BAB II LANDASAN TEORI A. Bayi Baru Lahir yang Mendapatkan Obat Mata Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur kehamilan 38-40 minggu. Obat mata diberikan kepada bayi karena proses adaptasi cahaya dan adanya kotoran pada bayi. Obat mata yang biasa digunakan untuk bayi baru lahir biasanya gentamicyn 0,3 %. B. Tindakan Pemberian Obat Mata 1. Pengertian Obat Mata (Salep dan Tetes) Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata menggunakan dasar salep yang cocok (1), Salep mata memberikan arti lain dimana obat dapat mempertahankan kontak dengan mata dan jaringan disekelilingnya tanpa tercuci oleh cairan air mata. Basis untuk salep mata biasanya petrolatum putih walapun dalam beberapa kasus basis larut air juga digunakan. Obat jika tidak larut didispersikan kedalam basis yang disterilkan dengan panas kering dan dicampur secara aseptis dengan obat dan bahan tambahan yang steril (2). Salep mata memberikan keuntungan waktu kontak yang lebih lama dan bioavailabilitas obat yang lebih besar dengan onset dan waktu puncak absorbsi yang lebih lama. Dari tempat kerjanya yaitu bekerja pada kelopak mata, kelenjar sebasea, konjungtiva, kornea dan iris (3). 2. Jenis-Jenis Obat Mata Obat mata setidaknya ada dua macam, yakni salep dan tetes/zalf. Berikut pengertiannya: a. Salep mata atau dalam istilah farmasi disebut oculenta adalah salep yang digunakan pada mata. Salep ini harus steril yang disimpan dalam tube steril. b. Sedangkan tetes mata atau disebut dalam istilah farmasi Guttae Optalmicae adalah sediaan steril dimana bahan obat dilarutkan di dalam pelarut yang cocok dan disimpan dalam tempat yang steril. Obat ini digunakan pada mata denga jalan di teteskan. 3. Pengertian Pemberian Obat Mata Pemberian obat melalui mata adalah memberi obat kedalam mata berupa cairan dan salep. Tindakan tersebut merupakan pemberian obat mata baik salep atau tetes untuk tujuan pengobatan tertentu. 4. Tujuan Pemberian Obat Mata a. Untuk mengobati gangguan pada mata b. Untuk mendilatasi pupil pada pemeriksaan struktur internal mata c. Untuk melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata d. Untuk mencegah kekeringan pada mata 5. Cara Pemberian Obat Mata a. Alat dan bahan 1. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep 2. Pipet 3. Pinset anatomis 4. Korentang 5. Plester 6. Kain kasa 7. Kertas tissue 8. Balutan 9. Sarung tangan 10. Air hangat/kapas pelembab b. Prosedur kerja 1) Cuci Tangan 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan 3) Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat di samping kanan 4) Gunakan sarung tangan 5) Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata ke arah hidung. Apabila sangat kotor, basuh dengan air hangat. 6) Buka mata perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di atas tulang orbita. 7) Teteskan obat mata di daerah sakus konjungtiva. Setelah tetesan sesuai dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata secara perlahan-lahan, apabila menggunakan obat tetes mata. 8) Apabila obat mata jenis salep pegang aplikator salep di atas pinggir kelopak mata kemudian pencet tube hingga obat keluardan berikan obat pada kelopak mata

(3)

bawa. Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat ke bawah, secara bergantian dan berikan obat pada kelopak mata bagian atas. Biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggerakkan kelopak mata. 9) Tutup mata dengan kasa bila perlu. 10) Cuci tangan. 11) Catat obat, jumlah, waktu dan tempat pemberian.

BAB III TINJAUAN KASUS PEMBERIAN OBAT MATA PADA BAYI BARU LAHIR BY. NY. SULIPAH DI RUANG CEMPAKA RSUD Dr. R. SOETIJONO BLORA No. Registrasi : 24002830 Tanggal masuk RS : Senin, 12 Februari 2012 Jam dilakukan tindakan : 21.00-21.05 A. Identitas Pasien 1. Biodata a. Nama Pasien : By. Ny. Sulipah b. Umur : BBL c. Alamat : Ds. Gede Ngawen, Blora d. Tanggal masuk : Senin, 12 Februari 2012 e. Ruang : Cempaka 2. Keluhan utama Mata tidak jernih 3. Riwayat penyakit sekarang BBL HPV SMV dengan Preeklamsi B. Indikasi Tindakan 1. Membantu proses adaptasi cahaya 2. Adanya kotoran pada mata bayi C. Persiapan Alat dan Bahan 1. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep 2. Pipet 3. Pinset anatomis 4. Korentang 5. Plester 6. Kain kasa 7. Kertas tissue 8. Balutan 9. Sarung tangan 10. Air hangat/kapas pelembab D. Pelaksanaan Keterampilan 1. Cuci Tangan 2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan 3. Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat di samping kanan 4. Gunakan sarung tangan 5. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata ke arah hidung. Apabila sangat kotor, basuh dengan air hangat. 6. Buka mata perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di atas tulang orbita. 7. Teteskan obat mata di daerah sakus konjungtiva. Setelah tetesan sesuai dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata secara perlahan-lahan, apabila menggunakan obat tetes mata. 8. Apabila obat mata jenis salep pegang aplikator salep di atas pinggir kelopak mata kemudian pencet tube hingga obat keluardan berikan obat pada kelopak mata bawa. Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat ke atas. Biarkan pasien untuk memejamkan matadan menggerakkan kelopak mata. 9. Tutup mata dengan kasa bila perlu. 10. Cuci tangan. 11. Catat obat, jumlah, waktu dan tempat pemberian.

E. Evaluasi 1. Evaluasi keadaan mata pasien Mata terlihat lebih jernih 2. Evaluasi respon pasien a. Pasien terlihat lebih nyaman b. Pasien terlihat lebih sehat 3. Evaluasi Tindakan a. Tindakan dilakukan dengan baik, walaupun ada beberapa point dalam standar prosedur yang tidak dilaksanakan. b. Agak sulit untuk mengatur pasien diam saat dilakukan tindakan.

BAB IV PEMBAHASAN A. Kesesuaian 1. Secara Teori a. Alat dan Bahan 1) Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep 2) Pipet 3) Pinset anatomis 4) Korentang 5) Plester 6) Kain kasa 7) Kertas tissue 8) Balutan 9) Sarung tangan 10) Air hangat/kapas pelembab b. Pelaksanaan Keterampilan 1) Cuci Tangan 2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan 3)

(4)

Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat di samping kanan 4) Gunakan sarung tangan 5) Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata ke arah hidung. Apabila sangat kotor, basuh dengan air hangat. 6) Buka mata perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di atas tulang orbita. 7) Teteskan obat mata di daerah sakus konjungtiva. Setelah tetesan sesuai dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata secara perlahan-lahan, apabila menggunakan obat tetes mata. 8) Apabila obat mata jenis salep pegang aplikator salep di atas pinggir kelopak mata kemudian pencet tube hingga obat keluardan berikan obat pada kelopak mata bawa. Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat ke bawah, secara bergantian dan berikan obat pada kelopak mata bagian atas. Biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggerakkan kelopak mata. 9) Tutup mata dengan kasa dan plester bila perlu. 10) Cuci tangan. 11) Catat obat, jumlah, waktu dan tempat pemberian. 2. Secara Praktek a. Persiapan Alat dan Bahan 1) Obat mata (tetes atau salep) 2) Kapas kering steril/tissue 3) Kapas basah (normal saline) steril 4) Kapas/penutup mata dan plester 5) Sarung tangan steril b. Pelaksanaan Keterampilan 1) Persiapkan alat dan bahan di dekat pasien 2) Jelaskan pada keluarga pasien mengenai prosedur yang akan diberikan 3) Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat di samping kanan 4) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir 5) Pakai sarung tangan steril 6) Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata ke arah hidung. Apabila sangat kotor, basuh dengan air hangat. 7) Buka mata perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di atas tulang orbita. 8) Teteskan obat mata di daerah sakus konjungtiva. Setelah tetesan sesuai dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata secara perlahan-lahan, apabila menggunakan obat tetes mata. 9) Apabila obat mata jenis salep pegang aplikator salep di atas pinggir kelopak mata kemudian pencet tube hingga obat keluardan berikan obat pada kelopak mata bawa. Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat ke bawah, secara bergantian dan berikan obat pada kelopak mata bagian atas. Biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggerakkan kelopak mata. 10) Bersihkan daerah mata yang terkena sisa salep mata dengan menggunakan tissue. 11) Tutup mata pasien beberapa menit 12) Tutup mata dengan kasa dan plester bila perlu. 13) Rapikan pasien dan mengatur dalam posisi yang nyaman 14) Membereskan peralatan 15) Melepas sarung tangan 16) Cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir 17) Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan B. Ketimpangan Tindakan pemberian obat mata pada bayi baru lahir yang dilakukan di ruang cempaka RSUD Dr. R. Soetijono Blora sudah sesuai dengan teori sehingga tidak terdapat ketimpangan di dalamnya. Hanya saja perawat jaga tidak menjelaskan tindakan langsung pada pasien, karena pasien masih bayi baru lahir. Akan tetapi, perawat menjelaskannya kepada keluarga pasien. C. Rasionalisasi Tindakan pemberian obat mata pada bayi baru lahir yang dilakukan di ruang cempaka RSUD Dr. R. Soetijono Blora sudah sesuai dengan teori

(5)

sehingga tidak terdapat ketimpangan di dalamnya. Hanya saja perawat jaga tidak menjelaskan tindakan langsung pada pasien, karena pasien masih bayi baru lahir. Akan tetapi, perawat menjelaskannya kepada keluarga pasien.

BAB III PENUTUP A. SIMPULAN 1. Mahasiswa sudah mengetahui gambaran pemberian obat mata pada bayi baru lahir di ruang Cempaka RSUD Dr. R. Soetijono Blora. 2. Mahasiswa sudah mengetahui apa itu pemberian obat mata. 3. Mahasiswa sudah mengetahui cara pelaksanaan pemberian obat mata pada bayi baru lahir. 4. Mahasiswa sudah mengetahui kesesuaian pelaksanaan pemberian obat mata di RSUD Dr. R. Soetijono Blora. B. SARAN 1. Bagi institusi pendidikan Diharapkan untuk lebih membimbing mahasiswa tentang fungsi dan peran mahasiswa dalam melaksanakan tindakan pemberian obat mata pada bayi baru lahir. 2. Bagi institusi RSUD.Dr. R. Soetijono Blora Untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan peralatan untuk setiap tindakan yang akan dilakukan. 3. Bagi mahasiswi Diharapkan agar mahasiswa dapat lebih aktif dan efisien dalam mempelajari ketrampilan dasar praktik klinik dan mampu melaksanakan tindakan dengan baik dan benar. DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, Eny Retna dan Tri Sunarsih. 2009. KDPK Kebidanan, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta. Nuha Medika. Fatmawati, Ery. 2011. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Yogyakarta. Madani Press. Kusmiyati, Yuni. 2010. Penuntun Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Yogyakarta. Fitramaya Penerbit.

Pemberian salep mata terhadap bayi baru lahir

Pengetahuan dasar yang harus dapat dikuasai oleh seorang bidan adalah pengetahuan dasar tentang adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus, kebutuhan dasar bayi baru lahir, kebersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, kehangatan, nutrisi, bonding dan attachement, indikator pengkajian bayi baru lahir, misalkan APGAR, penampilan dan perilaku bayi baru lahir, tumbuh kembang yang normal pada bayi baru lahir sampai 1 bulan, memberikan imunisasi pada bayi.

Masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal seperti caput, molding, mongolion spot, hemangioma, komplikasi yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal seperti hypoglikemia, hypotermi, dehidrasi, diare dan infeksi, ikterus, promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada bayi baru lahir sampai 1 bulan, keuntungan dan resiko imunisasi pada bayi, pertumbuhan dan perkembangan bayi premature dan komplikasi tertentu bayi baru lahir sperti taruma intra-cranial, fraktur clavicula, kematian mendadak, hematoma (IBI, 2006).

(6)

Hingga kini, infeksi masih merupakan masalah yang serius pada bayi baru lahir (BBL). Infeksi juga masih berperan utama dalam angka kesakitan dan angka kematian BBL di Indonesia. Sampai saat ini, memang belum ada data nasional yang akurat mengenai angka kesakitan dan kematian karena infeksi pada BBL. Namun, sejak krisis ekonomi melanda kawasan Asia, termasuk Indonesia, diperkirakan angka kematian bayi cenderung meningkat.Faktor tidak langsung misalnya keadaan sosial dan medis. Sedangkan faktor yang berpengaruh langsung adalah kontak bayi dengan organisme yang potensial patogenik, yang tidak dapat diatasi oleh daya tahan tubuh bayi tersebut Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir.

Infeksi pada bayi baru lahir ada dua tipe yaitu early infection (infeksi dini) dan late infection (infeksi terlambat). Disebut infeksi dini karena infeksi didapat dari si ibu saat masih dalam kandungan. Sementara late infection adalah infeksi yang didapat dari lingkungan luar, bisa lewat udara atau tertular oleh orang lain. Beragam infeksi bisa terkena pada bayi baru lahir, seperti, herpes, toksoplasma, Rubella, CMV, hepatitis, eksim, infeksi saluran kemih, infeksi telinga, infeksi kulit, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), dan HIV/AIDS (www.waspada.co.id).

Fungsi imunologis sang bayi yang belum berkembang dengan baik berpengaruh terhadap angka kesakitan dan kematian karena infeksi pada BBL. Terlihatnya cadangan prekursor granulosit yang masih rendah dalam sumsum tulang, masih rendahnya aktivitas komplemen serum, dan masih rendahnya kesanggupan memproduksi antibodi terhadap antigen polisakarida bakteri dan lain-lainnya, merupakan indikasi fungsi imunologis yang belum berkembang dengan baik. Juga, sedikitnya IgG yang diperoleh dari ibu turut pula berperan.

Infeksi yang terjadi pada BBL dapat pula disebabkan oleh kontak bayi dengan organisme yang potensial patogenik. Mekanismenya terbagi dalam tiga kategori, pertama, Infeksi Intrauterin (transmisi melalui plasenta). Kedua, infeksi saat persalinan. Ketiga, infeksi pascanatal yang berasal dari ibu setelah melahirkan, dari lingkungan, dan rumah sakit. Ibu yang mengidap cytomegalovirus, toxoplasmosis, HIV (Human Immunodeficiency Virus), rubella, hepatitis, herpes simplex, syphylis, bakteri, dan lain-lain, tentu dapat menular ke janin/bayi pada intranatal. Bila infeksi terjadi pada ibu sebelum konsepsi atau pada masa perinatal, kata Rachma, dampaknya akan terjadi sekaligus kepada ibu, janin, dan bayi yang baru lahir. (http://pusdiknakes.or.id).

(7)

Dari Perhitungan dengan Mortpak dari data Susenas 2004 memperoleh perkiraan Angka Kematian Balita sebesar 74 per 1000 balita, dengan referensi waktu Mei 2002. Artinya, pada tahun 2002 setiap 1000 balita (umur 0 sampai 4 thn 11 bln 29 hari) pada tahun 2002, 74 anak diantaranya tidak akan berhasil mencapai umur tepat lima tahun.Di propinsi lampung Angka Kematian Balita sebesar 47 per 1000 balita,dengan refernsi tahun 2007 Artinya, setiap 1000 balita (umur 0 sampai 4 thn 11 bln 29 hari) pada tahun 2007, 47 anak diantaranya tidak akan berhasil mencapai umur tepat lima tahun.( http://demografi.bps.go.id).

Bayi yang baru lahir ketika tidak mendapatkan salep mata dalam waktu kurang dari 1 jam menyebabkan infeksi mata bayi baru lahir. Bila keadaan ini tidak diobati atau terlambat diobati bisa timbul kerusakan kornea, mulai dari bentuk ulkus hingga perforasi (Depkes, 2000).

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Pada bayi baru lahir, saluran air mata belum terbuka sempurna, selain mata tampak merah, bayi akan terlihat seperti mengeluarkan air mata terus (di bagian mata dekat hidung) walaupun sedang tidak menangis. (http://www.scribd.com).

Salep mata memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan obat tetes mata. Salep mata cenderung lebih awet (dalam penyimpanan), penggunaannya juga lebih efisien dan tahan lama. Tidak seperti tetes mata yang cepat menguap habis akibat terbuang bersama air mata sehingga kita harus lebih sering menggunakannya, salep mata lebih lama menempel di mata sehingga pengobatannya pun menjadi lebih efektif. Pada penderita akut, salep mata sangat dianjurkan daripada tetes mata yang harus diteteskan setiap 3 sampai 4 jam sekali, karena daya kerjanya cepat menghilang, terbuang bersama air mata. Dengan penggunaan yang dioleskan pada kelopak mata bagian dalam, diharapkan zat aktif dalam salep mata dapat bekerja optimal, sehingga diharapkan penyembuhan menjadi lebih cepat.

Cara penggunaan salep mata tidak jauh berbeda dengan penggunaan obat tetes mata. Kedua jenis obat ini (salep mata dan tetes mata) merupakan obat steril. Jadi untuk mencegah kontaminasi, ujung wadah obat jangan sampai terkena permukaan lain dan tutup rapat sesudah digunakan. Selain itu, satu obat mata hanya boleh digunakan untuk satu orang saja. Hal ini penting, karena sakit mata yang diderita oleh satu orang dengan yang lain mungkin berbeda sehingga membutuhkan jenis obat yang berbeda. Selain itu juga untuk mencegah penularan penyakit mata ke orang lain. Selanjutnya, obat mata yang masih tersisa satu bulan setelah tutup dibuka harus segera dibuang, karena obat mata akan cepat rusak setelah dibuka. (Depkes, 2000).

(8)

 Ø Memberikan obat tetes atau salep mata

Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir.

Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat

Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi berikut ini :

 Ø Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi.  Ø Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.

 Ø Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah didinfeksi tingkat tinggi atau steril, jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.

 Ø Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi telah dalam keadaan bersih.

 Ø Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap setelah digunakan). (Dep.kes.RI, 2002)

Referensi

Dokumen terkait

Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil)..

Rtar(asi mnta# (i(nisikan sebagai suatu keadaan dimana fungsi intelektual umum dibawah rerata normal disertai. dengan kekurangan atau hendaya dalam  perilaku adaptif yang

---.dtFe.,..Ilmg~atrrI--,pnl'e"TIlt(Jg~attul1ran-arah---arus laluhntas-yaitu dengan menghilangkan arus lalulintas belok kanan dari arah Timur, dan larangan parkir pada

Hasil uji BNJ pada Tabel 7 menunjukkan bahwa jenis kayu marasi, asam jawa, balobo, dan kundang menghasilkan indeks retak lembaran pulp yang tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata

Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas IV pada pembelajaran IPA dengan materi Gaya dan pemilihan metode yang dilakukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) perbedaan ketrampilan menulis pengalaman pribadi siswa antara yang diajar dengan pendekatan quantum learning dan

Penelitian ini didasarkan pada konsep awal tentang abstraksi suatu fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat, yang didalam penelitian ini adalah Analisis Kinerja

wasallamdariku?” Thalq menjawab, “Tidak demi Allah, bahkan engkau lebih paham terhadap Kitab Allah dan lebih mengetahui tentang sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam