• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah mempunyai potensi pendapatan yang berbeda karena

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah mempunyai potensi pendapatan yang berbeda karena"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap daerah mempunyai potensi pendapatan yang berbeda karena perbedaan kondisi ekonomi, sumber daya alam, besaran wilayah dan besaran penduduk sehingga memungkinkan masing-masing daerah memberi penekanan yang berbeda-beda pada setiap sektor pemasukan daerah. Indonesia dikenal memiliki sumber daya alam yang cukup melimpah. Burung walet merupakan salah satu sumberdaya hayati yang memiliki nilai yang tinggi, baik dari ekologi fauna maupun sektor pemasukan unggulan daerah. Burung walet menghasilkan sarang walet secara alamiah banyak dijumpai di gua dalam hutan dan gua-gua yang berada dipinggir-pinggir laut. Selain itu sarang walet juga dapat dihasilkan secara buatan pada suatu bangunan atau gedung.

Sarang walet merupakan hasil dari air liur burung walet yang saat ini menjadi salah satu makanan yang terkenal di dunia. Sarang burung walet dipercaya memiliki manfaat yang sangat baik bagi kesehatan tubuh manusia. Karena manfaatnya yang berkhasiat itu maka tidaklah heran jika harganya sangat mahal. Sarang burung walet sudah dikenal di China sejak abad ke-14, pada masa itu sarang burung walet sudah menjadi makanan yang sangat bergengsi khususnya dikalangan kaum bangsawan. Di China, sarang burung walet digunakan penduduknya untuk membuat makanan yaitu sop. Sop sarang burung walet telah

(2)

2 dikonsumsi oleh orang-orang China selama ribuan tahun. Sop sarang burung walet adalah salah satu jenis makanan yang mempunyai tanda kebesaran di China sehingga banyak peminatnya terutama berasal dari China. Sarang walet, sebenarnya adalah lendir yang dikeluarkan oleh kelenjar yang terdapat pada leher burung. Burung walet di habitat aslinya, mengoleskan lendir di tebing-tebing cadas dalam gua yang gelap gulita, baik gua di bukit kapur maupun gua-gua di tebing pantai yang curam. Lendir itu akan segera mengering dan mengeras hingga membentuk sarang kecil.

Indonesia merupakan negara penghasil sarang burung walet terbesar di dunia, mencapai 75 % dari kebutuhan dunia (Tim Penulis Penebar Swadaya, 2008), kemudian diikuti oleh Thailand, Vietnam, Singapura, Myanmar, Malaysia, India dan Srilangka ditingkat perdagangan dunia.1 Negara-negara yang menjadi tujuan ekspor sarang burung walet dari Indonesia adalah Hongkong (Cina), Taiwan, Jepang, Singapura, Arab Saudi, Amerika Serikat, Australia, Perancis dan Belanda. Indonesia diketahui memiliki 12 jenis walet (Mardiastuti dan Mranata 1996), dua jenis diantaranya telah umum dipanen sejak lama dan satu jenis lagi mulai dipanen sejak sekitar 2-3 tahun yang lalu. Sarang walet berbentuk seperti setengah mangkuk.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Indonesia merupakan penghasil sarang burung walet terbesar di dunia. Berikut ini adalah data ekspor sarang walet Indonesia.

(3)

3

Tabel 1.1 Volume dan Nilai Ekspor Sarang Walet di Indonesia

Tahun Volume (Ton) Nilai (US$ ribu)

2009 407 113.520 2010 490 150.897 2011 462 185.113 2012 405 153.413 2013 536 153.222 2014* 465 104.061 *periode Januari-September 2014

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) RI Tahun 2014.

Dari data tersebut dapat diketahui produksi sarang walet masih belum stabil. Daerah-daerah yang mempunyai potensi unggulan sarang walet menghasilkan jumlah sarang walet yang berbeda-beda tiap tahunnya. Ada daerah yang produksi sarang waletnya meningkat dan ada juga daerah yang produksi sarang waletnya menurun. Padahal, sarang walet memiliki prospek dan potensi perdagangan yang sangat bagus untuk dikembangkan. Di Indonesia sebagian besar sarang burung walet dihasilkan di pulau Jawa. Walet sebenarnya adalah burung penghuni gua, tapi ada juga walet yang dibudidayakan dengan menggunakan gedung walet. Gedung walet sangat populer di daerah Pasuruan, Gresik, Tuban, Bondowoso, Lumajang dan sebagian wilayah di Madura yang semuanya terletak di Propinsi Jawa Timur.2 Gua-gua walet banyak ditemukan di Indonesia. Antara lain di daerah Kebumen, Jawa tengah, dengan Gua Karang Bolong yang amat terkenal di seantero dunia sebagai penghasil sarang burung walet dalam jumlah amat besar.3 Selain di gua Karang Bolong, Kabupaten Kebumen ada dua gua lagi, yakni gua Pasir dan gua Karangduwur. Di daerah

2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Blitar, 2001, Pedoman Budidaya Walet, Blitar, hal.

3

3

Nazaruddin dan Antonius WIdodo, 1999, Sukses Merumahkan Walet, Jakarta: Penebar Swadaya, Hlm: 15.

(4)

4 Gunung Kidul terdapat di gua Ngungap, gua Serah, gua Nampu, gua Suka Rarap, dan gua Parangkaan. Lokasi gua walet juga terdapat di Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Lampung, Bali, dan Sulawesi Selatan. Akan tetapi, diduga bahwa walet tersebar merata di seluruh daerah Indonesia karena kondisi alamnya yang cocok.4

Di Indonesia, cikal bakal perburuan sarang burung walet di habitat aslinya diperkirakan sudah ada sejak tahun 1700-an, yakni di gua Karangbolong yang terletak di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, tidak lama kemudian pencarian sarang burung walet mulai menyebar ke beberapa daerah seperti Gresik dan Tuban (Jawa Timur), Rembang, Tegal, Semarang dan Lasem (Jawa Tengah) dan dipinggiran Pantai Pulau Jawa. Selain di daerah–daerah tersebut, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, Riau, Sulawesi Selatan, serta Nusa Tenggara Timur dan Barat juga memiliki kekayaan sarang burung gua yang dihasilkan oleh walet sarang putih (Collocalia fuciphagus) dan walet sarang hitam (Collocalia maximus) (Alhaddad, 2003).

Seperti disebutkan sebelumnya, Kabupaten Kebumen merupakan salah satu penghasil sarang burung walet yang cukup terkenal, maka tidak heran jika burung lawet identik dengan kota di selatan Jawa Tengah ini. Hal itu dibuktikan dengan gambar burung walet yang menghiasi lambang Kabupaten Kebumen. Burung walet dalam lambang tersebut menggambarkan suatu sumber penghasilan daerah dan merupakan pencerminan dari ketekunan dan kegesitan yang penuh dinamika dari rakyat daerah Kabupaten Kebumen dalam usahanya untuk

4

Tim Penulis Penebar Swadaya, 1999, Budidaya dan Bisnis Sarang Walet, Jakarta: Penebar Swadaya, anggota IKAPI. Hlm: 2.

(5)

5 membangun daerahnya. Lambang Kabupaten Kebumen tersebut melekat di lengan kiri seragam Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kebupaten Kebumen. Burung walet juga dijadikan sebagai mascot kebanggaan Kabupaten Kebumen. Hal ini terbukti salah satunya dengan didirikannya tugu walet di pusat Kota Kebumen dan juga terdapat pada tugu perbatasan antara Kabupaten Kebumen dengan Kabupaten Purworejo. Bentuk burug walet pun tak ketinggalan menghiasi lampu-lampu kota di beberapa ruas jalan di Ibukota Kabupaten Kebumen.

Aset burung walet yang dikelola Pemerintah Kabupaten Kebumen terdapat di tiga lokasi, yakni di Desa Karang Bolong, Desa Karangdhuwur, dan di Desa Pasir. Di Desa Karang Bolong dan Desa Karangdhuwur masing-masing terdapat satu gua burung walet, sedangkan di Desa Pasir terdapat dua gua burung walet. Pada awalnya, pengelolaan sarang burung walet milik Daerah Kabupaten Kebumen dijalankan dengan sistem lelang, yakni dengan melibatkan pihak ketiga atau pihak swasta baik perseorangan maupun lembaga. Dalam sistem ini, pihak swasta berhak memanen dan menjual seluruh sarang walet yang dihasilkan tiga gua milik Kantor Pendapatan Daerah (Kapenda). Pembayaran kontrak dilakukan sebanyak periode pemanenan yang dilakukan, yaitu empat kali dalam setahun.

Dari segi hasil atau pendapatan, pengelolaan dengan sistem lelang memang menguntungkan, baik bagi Kapenda maupun bagi para karyawan pemanen. Kapenda hanya tinggal menerima penghasilan bersih sebesar nilai kontrak dari penawar tertinggi. Pengelolaan dari sistem lelang sangat menguntungkan jika dilihat dari segi hasil. Namun, tidak demikian halnya jika dilihat dari segi kelestarian burung walet. Sebab, panen dari pihak swasta sangat

(6)

6 tidak terpola. Panen dilakukan empat kali dalam setahun pada saat anak-anak walet masih kecil dan belum bisa terbang.

Dari segi bisnis, panen yang dilakukan pada saat anak-anak walet belum bisa terbang memang sangat menguntungkan, karena pada saat itu sarang berada pada kualitas yang terbaik sehingga harga jualnya pun tinggi. Akan tetapi, panen semacam ini akan sangat merugikan bagi peremajaan burung walet, burung-burung walet pindah atau mati tidak mempunya pengganti. Akibatnya hasil unduhan menurun dari tahun ke tahun. Tercatat pada 2000, sarang burung walet yang diunduh mampu mencapai 163,25kg dan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 510 juta. Hasil unduhan terus menurun hingga tahun 2003 sarang burung walet yang diunduh hanya 121,60kg dan menghasilkan pendapatan sebesar 502,5 juta. Periode tahun 2003 merupakan periode terakhir pengelolaan sarag burung walet dengan sistem lelang.5 Pengelolaan sarang burung walet dengan sistem lelang yang diperparah juga oleh faktor-faktor lain, seperti lingkungan fisik dan lingkungan sosial disekitar, berakibat pada menurunnya produktivitas sarang burung walet dari tahun ke tahun. Hal tersebut akhirnya membuat Kapenda Kabupaten Kebumen memutuskan untuk mengelola sendiri aset ini, yaitu sejak tahun 2004. Tujuannya tentu tidak lain adalah agar produktivitas dari pengelolaan sarang burung walet ini meningkat sehingga dapat kembali menjadi andalan yang memberikan kontribusi yang besar pada PAD Kabupaten Kebumen. Data berikut ini akan memaparkan produktivitas sarang burung walet setelah dikelola oleh Kantor Pendapatan Daerah.

5

Nanik Kristiyani, 2006, Strategi PeningkatanProduktivitas Pengelolaan Sarang Burung Wale, Skripsi: tidak diterbitkan

(7)

7

Tabel 1.2. Data Hasil Penjualan Sarang Burung Walet Milik Pemerintah

Kabupaten Kebumen Tahun Jumlah

Unduhan

Pendapatan (Rp)

Target (Rp) Prosentase Biaya (Rp) 2005 62,05 kg 237.932.900 2006 42,15 kg 137.128.000 2007 43,82 kg 217.205.600 2008 49,16 kg 224.444.400 2009 48,39 kg 275.324.800 600.000.000 45,89 206.018.000 2010 52,79 kg 145.979.000 600.000.000 24,33 165.000.000 2011 42,96 kg 130.718.600 600.000.000 21,79 2012 45.582.650 600.000.000 7,60

Sumber: Dishubkominfo Kabupaten Kebumen (diolah)

Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa pada awalnya produktivitas sarang burung walet mengalami kenaikkan. Akan tetapi pada akhirnya mengalami penurunan hingga tahun 2012 pennghasilan yang diperoleh sangat jauh dari target. Hal ini berdampak mengurangi pendapatan asli daerah. Salah satu faktor yang menyebabkan unduhan sarang burung walet menurun adalah populasi burung walet di Karang Bolong yang semakin berkurang. Dari pengamatan Kepala UPT Sarang Walet Puryono, polulasi walet yang berkurang akibat adanya rumah walet yang dibangun masyarakat dan juga karena faktor alam. Pada awalnya, lokasi sekitar sarang walet terdapat rerimbunan pohon. Tetapi saat ini pohonnya sudah berkurang karena ditebang.6 Pergantian tangan pengelolaan sarang burung walet yang dilakukan Kantor Pendapatan Daerah Kabupaten Kebumen tidak membuktikan keberhasilan yang ditandai dengan adanya peningkatan produktivitas sarang burung walet. Karena penghasilan sarang burung walet sudah

6

Anonim, 2011, Ekologi Walet Nyaris Rusak. Diakses melalui

http://www.beritakebumen.info/2011/12/ekologi-walet-nyaris-rusak.html, pada tanggal 22 Februari 2015.

(8)

8 tidak dapat diandalkan lagi, akhirnya Kapenda memutuskan untuk mengalihkan wewenang pengelolaan sarang burung walet kepada pemerintah desa sejak tahun 2011.7 Adapun pemerintah desa yang mempunyai gua sarang burung walet ada tiga, yaitu Desa Karang Bolong, Desa Karangduwur dan Desa Pasir.

Atas dasar uraian tersebut, dapat diketahui bahwa pengelolaan salah satu potensi lokal Kabupaten Kebumen yaitu sarang burung walet saat ini sudah menjadi kuasa pemerintah tingkat desa. Pada tanggal 30 Maret 2012 dilakukan perjanjian kerjasana antara Pemerintah Kabupaten Kebumen dengan Pemerintah Desa Karangduwur, yaitu Nomor: 600/087/2012 jo nomor: 188/011/D/III/2012 tentang pengelolaan dan pengusahaan burung walet pada Goa Karangduwur di Desa Karangduwur, Kecamatan Ayah, Goa Pasir di Desa Pasir, Kecamatan Ayah dan Goa Karangbolong di Desa Karangbolong, Kecamatan Buayan. Dalam surat kerja sama tersebut dinyatakan bahwa Pemerintah Desa Karangduwur berwenang mengelola sarang burung walet secara keseluruhan. Dari wewenang tersebut, melalui Surat Keputusan Kepala Desa Karangduwur Nomor 144 / 09 / KEP / 2012, Pemerintah Desa Karangduwur membentuk kelompok pengelola sarang burung walet bernama Kelompok Walet Sakti. Dengan begitu, penelitian mengenai produktivitas pengelolaan sarang burung walet di Kabupaten Kebumen diperlukan. Penurunan produksi sarang burung walet jelas membutuhkan solusi nyata. Potensi yang dahulu pernah menjadi unggulan dalam PAD akan sangat disayangkan jika punah karena cara pengelolaannya yang salah. Peran pemerintah daerah di sini menjadi kunci, bagaimana secara tepat dapat mendorong

7

Hasil observasi sarang burung walet habitat alami di Gua Karang Bolong pada tanggal 21 Maret 2015

(9)

9 masyarakat sekitar pantai untuk mengelola sarang burung walet secara baik dan benar.

B. Rumusan Masalah

Kelestarian habitat burung walet yang asli di gua-gua pada saat ini sudah mulai terancam. Selain pengelolaan sarang burung walet yang dilakukan oleh pihak swasta, faktor lain yang menyebabkan unduhan sarang burung walet turun drastis adalah penebangan hutan di sekitar gua yang menyebabkan jumlah pakan alami burung menjadi berkurang. Dampak lain penebangan pohon adalah mengakibatkan perubahan suhu udara di sekitar mulut gua, padahal burung walet hanya akan hidup jika habitatnya bersuhu dingin dan lembab (Zuhud, dkk, 1987). Menurut MacKinnon, dkk (2000), tekanan terhadap sumberdaya yang berharga ini terus meningkat karena pertambahan penduduk, aksesibilitas ke gua yang semakin mudah dan perubahan tataguna lahan sehingga perlu pengelolaan yang bijaksana serta mempertimbangkan biologi perkembangbiakan dan keperluan pakan bagi burung-burung walet tersebut. Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana produktivitas Kelompok Walet Sakti dalam mengelola sarang burung walet habitat alami di Kabupaten Kebumen?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas Kelompok Walet Sakti dalam mengelola sarang burung walet habitat alami di Kabupaten Kebumen?

(10)

10

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui produktivitas Kelompok Walet Sakti dalam mengelola sarang burung walet.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas Kelompok Walet Sakti dalam mengelola sarang burung walet.

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sarang burung walet, berupa keikutsertaan dalam kegiatan pemanenan dan penjagaan sarang burung walet.

2. Untuk Kelompok Walet Sakti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta motivasi untuk mengembangkan teknik pemanenan dan pengelolaan serta pengusahaan sarang burung walet.

3. Untuk pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Kebumen, khususnya Dinas PPKAD dalam mengambil keputusan terkait pengelolaan sarang burung walet di Kebumen oleh Kelompok Walet Sakti sebagai cikal bakal BUMDes.

Referensi

Dokumen terkait

Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, Piutang Jangka Panjang dan Aset Lainnya.. Catatan atas Laporan Keuangan | Penjelasan Pos-pos

Sumatera Utara telah menetapkan sektor kepariwisataan pada prioritas ketiga setelah industri dan pertanian, mengingat potensi pariwisata cukup besar dan merupakan daerah tujuan

Proses aging merupakan proses pemeraman wine pada suhu rendah yang dapat mempengaruhi rasa dan aroma wine.. Selama proses aging terjadi esterifikasi asam

- Mempunyai capsula articularis yang menutupi daerah medial, lateral dan posterior persendian. - Bagian anterior, ditutupi

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis telah berhasil menyelesaikan karya tulis akhir yang berjudul “Perbedaan VO 2 Max

padi tidak nyata berbeda akibat pemberian konsentrasi pupuk hayati cair bakteri endofitik penambat N2, tetapi karena perbedaan bobot kering tanaman yang diperoleh akibat

Apabila seluruh atau sebagian Hakim Konstitusi menerima atau mengabulkan permohonan perkara 53/PUU-XIV/2016 dan perkara 73/PUU-XIV/2016 dimana kedua permohonan

Hasil dari penelitian Beras Hitam (Oryza Sativa L.) Enrekang ini hanya meliputi sebagian dari kandungan zat gizi makro dan mikro yaitu Karbohidrat, Protein, Lemak, Serat, Vitamin