• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PROSEDUR KONTINGENSI DENGAN MENGGUNAKAN MUX PORTABLE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PROSEDUR KONTINGENSI DENGAN MENGGUNAKAN MUX PORTABLE"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

25

PROSEDUR KONTINGENSI DENGAN MENGGUNAKAN

MUX PORTABLE

3.1 Perencanaan Kontingensi

Langkah awal untuk melakukan kontingensi adalah instalasi mux portable dan integrasi dari sistem yang terganggu ke mux portable. Untuk merakit mux

portable diperlukan Langkah kerja instalasi yang sesuai dengan modul-modul

yang digunakan pada mux portable. Tehnik integrasi untuk mengintegrasikan mux

portable dengan sistem transmisi di PT. Telkom dengan cara mengkoneksikan

modul out put M 34 MUX ke OLTE ke mux portable dengan port yang telah di tentukan ke dalam sistem tersebut.

Kemudian melakukan proses kontingensi serta mengidentifikasi masalah kebutuhan. Pendefinisian masalah dan pengidetifikasian kebutuhan ini mempunyai pengaruh yang sangat besar untuk menuju tahap berikutnya yaitu perancangan, kurang akuratnya dalam mendefinisikan masalah serta mengidentifikasi kebutuhan akan berpengaruh pada hasil perancangan yang kurang baik. Langkah selanjutnya dengan menginstalasi modul mux

(2)

3.1.1 Jenis-jenis Modul yang Digunakan Pada Mux Portable

Jenis-jenis modul yang digunakan pada mux portable, diantaranya :

3.1.1.1 Modul TOP 140 M APS-C

Modul TOP 140 M APS-C berfungsi untuk switching automatic, terjadi bila salah satu working line bila terjadi gangguan dengan control oleh APS-C. Berikut ini gambar Modul TOP 140 M APS-C:

Gambar 3.1 Modul TOP 140 M APS-C

3.1.1.2 Modul TOP 140 M SW

Modul TOP 140 M SW berfungsi untuk manual switching bisa dilakukan dengan bantuan MPT. Berikut ini gambar Modul TOP 140 M SW :

(3)

3.1.1.3 Modul TOP 140 OLTU (1-3).

Modul TOP 140 OLTU (1-3) berfungsi untuk mengubah signal electrik 139.264 Mb/s menjadi signal optik 155.52 Mb/s dan insert / drop overhead bit ke / dari main frame pada proses mapping / demapping. Berikut ini gambar Modul TOP 140 OLTU (1-3) :

Gambar 3.3 Modul TOP 140 OLTU (1-3)

3.1.1.4 Modul TOP M 13 MUX.

Modul TOP M 13 MUX adalah multiplexing 16 tributary signal 2.048 Mb/s menjadi signal high order 34.368 Mb/s. Demikian juga pada arah sebaliknya terjadi proses demultiplexing. Berikut ini gambar Modul TOP M 13 MUX :

(4)

3.1.1.5 Modul TOP M 34 MUX

Modul TOP M 34 MUX adalah multiplexing 4 tributary signal 34.368 Mb/s menjadi signal high order 139.264 Mb/s. Demikian juga pada arah sebaliknya terjadi proses demultiplexing. Berikut ini gambar Modul TOP M 34 MUX :

Gambar 3.5 Modul TOP M 34 MUX

3.1.1.6 Modul TOP PWR

Modul TOP PWR berfungsi untuk merubah dan mengatur tegangan input untuk di supllly ke unit-unit di dalam shelf. Primary Voltage : -48 (Nominal),

Secondary Voltage : -5,2 dan + 5,0 (Nominal). Berikut ini gambar Modul TOP

PWR :

(5)

3.1.1.7 Modul TOP SV 1

Modul TOP SV 1 berfungsi sebagai interface untuk menghubungkan suatu station yang diawasi dengan centralized supervisor (C-SV) system untuk supervisi seluruh network. Berikut ini gambar Modul TOP SV 1 :

Gambar 3.7 Modul TOP SV 1

3.1.1.8 Modul TOP MPU

Modul TOP MPU berfungsi untuk mengawasi seluruh perangkat dan menunjukan status operasi, Mengontrol sirkuit alarm test (alm test) dan operasi

bell off, dan sebagai interface untuk MPT dan primary supervisory (p-sv). Berikut

ini gambar Modul TOP MPU.

(6)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan dalam mendefinisikan permasalahan dan mengidentifikasikan kebutuhan:

 Tujuan kontingensi

Tujuan kontingensi untuk daerah Area Network Slipi adalah pembuatan jalur

alternative untuk meningkatkan performansi system agar mencapai suatu ‘No Brake Sistem‘ (Sistem yang tidak pernah jatuh / putus).

 Sasaran pengguna

Sasaran pengguna analisa ini adalah dapat mengetahui serta dapat mempelajari proses kontingensi pada system transmisi telekomunikasi yang menggunakan jaringan lokal akses fiber atau yang lebih dikenal dengan sebutan SKSO khususnya daerah Area Network Slipi. Dengan diketahuinya sasaran bagi pengguna, maka pengguna mampu melakukan perancangan dan mengerti pengimplementasiannya sesuai dengan kebutuhan pengguna.

 Survey

Survey ini dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan dalam proses

kontingensi serta mengidentifikasikan kebutuhan dimana pada hal ini

(7)

3.2 Tehnik Instalasi Kontingensi Fiber Optik

Gambar 3.9 Teknik Instalasi Kontingensi Fiber Optic

Dari gambar di atas dapat dijelaskan perlu disediakan 2 mux portable bagi disisi Area Network Slipi dan Semanggi. Perlu disiapkan data optik yang digunakan untuk jalur kontingensi. Menghubungkan autput dari mux portable (OLTU) dengan menggunakan Pactcord ke OTB dan sambungkan ke core yang ditentukan (sesuai data). Berikut adalah proses pelaksanaan, persiapan, alat-alat yang digunakan, program pengetesan fiber optic, diantaranya :

3.2.1 Pelaksanaan Kontingensi Fiber Optik

Dalam pelaksanaan proses kontingensi terdapat tahapan-tahapan yang sudah menjadi ketentuan prosedur kontingensi agar proses kontingensi tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan.

SLIPI OTB MUX PORTABLE SENTRAL M34 OLTE SLIPI OTB SEMANGGI 2 OTB OLTE M34 SENTRAL MUX PORTABLE SEMANGGI 2 OTB

(8)

3.2.2 Persiapan Kontingensi Fiber Optik

 Menginventarisasi order atau sistem OLTU dan data core fiber optik yang tertanggung serta potensi core fiber optik lainnya.

 Mempersiapkan kelengkapan Pactcord, Redaman optik sesuai kebutuhan.  Mempersiapan alat ukur yang dibutuhkan.

3.2.3 Alat-alat yang Digunakan di Fiber Optik

Merupakan kebutuhan-kebutuhan yang bersifat materil (alpro) baik yang telah tersedia (dapat dipenuhi oleh exiting) maupun pengadaan baru. Perlu dipenuhi oleh dinas transmisi dalam rangka suksesnya tim kontingensi dalam menjalankan tugasnya.

 Kabel fiber optik minimal 200m.  Splicer machine.

 Joint Closure min 2 buah.  OTDR.

 Power meter.  Enginer generator.

 Lampu sorot dan Lampu kerja.

 Mobile Tie Line fiber optic minimal 2 buah, yang dilengkapi dengan konektor FC/PC dan OTB.

 Tool kit.  Tenda.  Tangga.  Tali.

(9)

3.2.4 Melaksanaan Kontingensi Fiber Optik

1. Melakukan pengetesan kualitas core FO dengan cara:

a. Menghubungi petugas stasiun lawan untuk melakukan kordinasi pengukuran core FO.

b. Melakukan pengukuran dengan menggunakan OTDR sesuai SOP dan SMP, Pastikan redaman FO memenuhi specifikasi dari power buget sistim OLTE terpasang.

c. Melakukan bersama stasiun lawan untuk melepaskan core FO exiting (pastikan OLTE kondisi laser shutdown / automatic laser shutdown), kemudian pasangkan core FO alternative route (setelah terpasang lakukan reset pada OLTE agar laser Dioda aktif kembali).

d. Mengamati indikator alarm pada OLTE, pastikan kondisi OLTE telah beroperasi normal.

e. Melakukan monitoring pada multiplexing dan trafik pada DDF K52, koordinasikan dengan user untuk normalisasi trafik.

f. Membuat laporan kronologis gangguan.

2. Kontingensi Optic dengan menggunakan core FO alternative yang melibatkan beberapa ruas, maka akan dilakukan Through Connect pada OTB di beberapa stasiun.

3.2.5 Program Pengetesan Fiber Optik

Setelah melakukan proses kontingensi yang telah disesuaikan dengan prosedur, maka harus dilakukan beberapa pengetesan yang meliputi beberapa hal antara lain :

(10)

a. Local Test.

test pengecekan link 2Mb yang

Cara pengetesannya adalah dengan menggunakan PCM Analyzer, local test berfungsi untuk menget ui tidaknya melakukan kontingensi.

b. Function Test.

test adalah pekerjaa untuk mengetahui atau tidaknya f g i suatu perangkat.

ti indicator ad bytop perangkat Fujitsu, apabila h fungsi p g sebaliknya. c. Test Trafik. T Trafik ah s Keberhasilan kontingensi Link 2Mb tersebut.

3.3 Tehnik Integrasi Kontingensi ultiplex

x

o en link yang dig a n

af y al en

t n u k mengetahui berhasil tidaknya

kontingensi.

n mengetahui berkerja atau tidaknya

fungsi suatu perangkat. Cara untuk mengetahui function test al

ti o ad o u s , terlihat

hijau fungsi perangkat b p g d i t i

Test Trafik adalah suatu tindakan analisa terhadap keberhasilan kontingensi.

kontingensi d dengan adany u trafik

Integrasi Kontingensi Multiplex

Gambar 3.10 Teknik Integrasi Kontingensi Multiplex

Lokal test adalah pekerjaan pengecekan link 2Mb yang digunakan untuk trafik. Cara pengetesannya adalah dengan menggunakan PCM Analyzer, selain itu local test ini berfungsi untuk mengetahui berhasil tidaknya

Function test adalah suatu pekerjaan untuk mengetahui berkerja atau tidaknya adalah dengan mengamati lampu indicator pada bytop perangkat Fujitsu, apabila terlihat eropresi dengan baik dan apabila terlihat merah itu

kontingensi.

(11)

Dari gambar di atas dapat dijelaskan apabila OLTU / FO terganggu maka autput dari Ma 34 yaitu MUX 34 menuju 140 Mbit/s OLTU Existing dilepaskan kemudian dipindah atau dimasukan ke OLTU mux portable. Berikut adalah proses pelaksanaan, persiapan, alat-alat yang digunakan, program pengetesan fiber optic, diantaranya:

3.3.1 Melaksanakan Kontingensi Multiplex

Dalam melaksanaan proses kontingensi terdapat tahapan-tahapan yang sudah menjadi ketentuan prosedur kontingensi agar proses kontingensi tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan.

3.3.2 Mempersiapan Kontingensi Multiplex

 Menginventarisasi order tingkat Mux yang terganggu dan tributary Mux idle tingkat yang sama (baca buku diagram sisir dan cocokan dengan kondisi lapangan).

 Mempersiapkan kabel coaxial dan konektor sesuai kebutuhan perangkat.  Mempersiapkan alat ukur yang dibutuhkan.

3.3.3 Alat-alat yang Digunakan di Multiplex

Merupakan kebutuhan-kebutuhan yang bersifat materil (ALPRO) baik yang telah tersedia (dapat dipenuhi oleh exiting) maupun pengadaan baru. Perlu dipenuhi oleh dinas transmisi dalam rangka suksesnya tim kontingensi dalam menjalankan tugasnya. Berikut alat-alat yang digunakan :

 Kabel coaxial dengan konector.  Portable OLTE SDH.

(12)

 Portable Multiplex.  Portable Omux.  Kabel jumper 2 Mbps.  Pathcord.

 Diagram / data-data teknis perangkat.  Toolkit.

 Avometer.  BER Test.

3.3.4 Melaksanakan Kontingensi Multiplex

1. Melakukan keseluruhan Tributary Mux idle (Mux pengganti) dengan cara: a. Menghubungi petugas stasiun lawan untuk melakukan loop back pada

tributary Mux idle (pengganti) ke arah stasiun kita (stasiun yang akan

melakukan pengetasan).

b. Melakukan pengukuran pada tributary mux pengganti yang telah di loop pada stasiun lawan,pada posisi alat ukur generator / analyzer.

c. Bila kondisi normal alat ukur akan menunjukan kondisi sinyal “OK”. d. Meminta petugas stasiun lawan untuk mencabut kabel loopnya, jika alat

ukur menunjukan alarm berarti sistim lurus dan normal.

e. Bila alat ukur pada point D menunjukan alarm cari alternative tributary

Mux pengganti yang lain.

2. Menghubungan DDF Mux yang terganggu menggunakan kabel coaxial dengan konektor yang telah tersedia ke DDF tributary Mux idle yang telah diukur kelurusannya.

(13)

3. Bila Link tributary Mux idle yang langsung tidak ada, maka bisa dilakukan

alternative kontingensi melalui stasiun lain yang mempunyai Link idle ke

masing-masing stasiun yang terganggu. 4. Pada stasiun lain (stasiun through):

a. Melakukan kegiatan sesuai dengan point 1.1 dengan stasuin yang terganggu.

b. Menghubungkan DDF tributary Mux pengganti pada ruas yang satu ke DDF tributary mux pengganti pada ruas yang lain dengan menggunakan kabel dan konektor yang tersedia.

c. Mengamati apakah ada indikasi alarm pada modul multiplek, bila normal lakukan test atau monitor ditingkat 2 Mbps bila ada pendudukan kanal dan ada pembicaraan berarti proses kontingensi selesai dan perangkat beroperasi normal kembali.

d. Membuat laporan penyelesaian gangguan dengan memakai form yang sesuai.

3.3.5 Program Pengetesan Multiplex

Setelah melakukan proses kontingensi yang telah disesuaikan dengan prosedur, maka harus dilakukan beberapa pengetesan yang meliputi beberapa hal antara lain :

a. Local Test.

Lokal test adalah pekerjaan pengecekan link 2Mb yang digunakan untuk trafik. Cara pengetesannya adalah dengan menggunakan PCM Analyzer, selain itu local test ini berfungsi untuk mengetahui berhasil tidaknya melakukan kontingensi.

(14)

b. Function Test.

Function test adalah suatu pekerjaan untuk mengetahui berkerja atau tidaknya fungsi suatu perangkat. Cara untuk mengetahui function test adalah dengan mengamati lampu indicator pada bytop perangkat fujitsu, apabila terlihat hijau fungsi perangkat beropresi dengan baik dan apabila terlihat merah itu sebaliknya.

c. Test Trafik.

Test Trafik adalah suatu tindakan analisa terhadap keberhasilan kontingensi. Keberhasilan kontingensi dapat dilihat dengan adanya pendudukan trafik pada link 2Mb tersebut.

3.4 Perangkat Mux Portable

Mux portable / Fujitsu type F atau lebih dikenal dengan OPTUX series

adalah perangkat transmisi digital 140 MB/S Fiber Optik produksi Fujitsu dari hasil pengembangan type sebelumnya (type E) dengan prinsip kerja yang sama namun mempunyai beberapa perbedaan. Fujitsu type F atau OPTUX terdiri dari beberapa bagian :

 OPTUX EQUIPMENT :

OPTUX EQUIPMENT merupakan bagian yang sangat penting didalam

system OPTUX karena disini terjadi proses multiplexing, controlling, supervision, switching. Dimana proses transmisi digital berlangsung.

 POWER DISTIBUTION PANEL (PWR DIS) :

POWER DISTRIBUTION PANEL (PWR DIS) berfungsi untuk merubah dan mengatur tegangan input untuk di supllly ke unit-unit didalam shelf.

(15)

Primary Voltage : -48 (Nominal)

Secondary Voltage : -5,2 dan + 5,0 (Nominal)  DIGITAL DISTRIBUTION FRAME (DDF) :

Terdiri dari terminal-terminal atau Konector coax untuk terminasi kabel penghubung antara perangkat yang satu dengan perangkat lainnya.

Gambar 3.11a Gambar 3.11b

Mux Portable Tampak Depan Mux Portable Tampak Belakang

3.4.1 Alat Ukur Mux Portable

Berikut ini adalah alat MPT atau alat ukur yang biasa digunakan pada mux

portable, MPT ini mempunyai fungsi sebagai alat untuk antipasi atau kreat

perangkat, dan untuk Loop inhibit buka tutup untuk Link E1, Selain itu MPT dapat melokalisir error yang terjadi di mux portable. Di bawah ini adalah gambar MPT :

(16)

Gambar 3.12 MPT

3.4.2 Inti Untuk Membangun Mux Portable

Inti untuk membangun mux portable, yaitu : hierarchy, konfigurasi, catuan, dan space. Kebutuhan untuk membangun mux portable adalah OLTE dan M 13. Alat pendukung untuk membangun mux potable, yaitu :

 Pactcord.  Kabel 2Mbit.  DDF.  PCM Analizer.  OPM.  Catuan DC-AC.

3.4.3 Cara Kerja Membangunan Mux Portable 1. Terlebih Dahulu Membuat Container.

Setelah membuat container hal yang harus dilakukan adalah mengukur

Container. Dari hasih pengukuran yang di dapat container mempunyai Panjang

54 cm, Lebar 50 cm dan Tinggi 68 cm. Di bawah ini gambar container berserta hasil pengukuranya :

(17)

Gambar 3.13 Container

2. Pemasangan Modul-modul

Pemasangan modul-modul tersebut dilakukan secara mux exiting. Di bawah ini gambar cara pemasangan mux exiting data :

Gambar 3.14 Cara Pemasangan Mux Exiting Data

3. Memasang Mux JATABEK ke Dalam Container

Memasang modul sesuai yang di butuhkan. Jenis-jenis modul yang dipakai pada mux portable Fujitsu type F adalah :

1. Modul TOP 140 M APS-C. 2. Modul TOP 140 M SW. 3. Modul TOP 140 OLTU (1,3). 4. Modul TOP M 13 MUX.

(18)

5. Modul TOP M 34 MUX. 6. Modul TOP PWR. 7. Modul TOP SV 1. 8. Modul TOP MPU.

Gambar 3.15 Cara Masukan Mux JATABEK ke Dalam Container

4. Menghubungkan Setiap Modul Menggunakan Kabel Coaxial Dari Setiap Port

Lalu menghubungkan setiap modul menggunakan kabel coaxial dari setiap

port yang telah di tentukan. Berikut ini gambar cara menghubungkan setiap modul coaxial dari setiap port tersebut :

(19)

5. Instalasi DDF K52

Setelah itu lakukan Instalasi DDF K52, Proses instalasi dilakukan secara manual atau secara langsung.

6. Menghubungkan Setiap Modul E1 ke DDF K52

Kemudian hubungkan setiap modul E1 ke DDF K52. Modul E1 yang digunakan adalah modul TOP M 13MUX. Berikut ini cara pemasangan modul E1 ke DDF K52 :

Gambar 3.17 E1 (TOP M 13MUX) Gambar 3.17 DDF K52

7. Memasang Pactcord Dari Modul OLTE

Langkah selanjutnya Memasang Pactcord dari modul OLTE. Berikut ini gambar cara pemasangan Pactcord dari modul OLTE :

(20)

8. MengiInstalasi Catuan Rectifier Pada Container Atur Pada Space Yang Ada.

Lalu Menginstalasi catuan rectifier pada container atur pada space yang ada. Berikut ini cara penginstalasian catuan rectifier pada container lalu cara pengaturannya :

Gambar 3.19 Power Gambar 3.19 Adaptor

Gambar 3.19 Space

9. Menyambungkan Catuan Rectifier Ke Perangkat

Selanjutnya menyambungkan catuan rectifier ke perangkat. Berikut ini cara koneksikan catuan rectifier ke perangkat :

(21)

10. Menghidupkan Perangkat Test Link E1 pada DDF Menggunakan PCM Analizer

Kemudian menghidupkan perangkat test link E1 pada DDF menggunakan PCM Analizer. Berikut ini cara menghidupkan perangkat test link E1 pada DDF mengunakan PCM Analizer :

Gambar 3.21 Adaptor Gambar 3.21 Test Link E1 pada DDF

Gambar 3.22 PCM Analizer

3.4.4 Flow Chart Integrasi Kontingensi Menggunakan Mux Portable

Dalam melakukan kontingensi diperlukan adanya kerja sama tim untuk memperlancar atau mempermudah proses pengerjaan, Di bawah ini diterangkan dalam bentuk flow chart bagaimana cara / proses kerja dari awal mulai kerja sampai salesai.

Dari flow chart di bawah ini bisa dilihat bahwa W.O Gangguan menerima indifikasi gangguan lalu cek gangguan dalam bentuk (mux,radio,SKSO,LC) jika panggilan diterima tim kontingensi level 1 melakukan local test equipment lalu

(22)

melakukan analisa gangguan bila ada gangguan diperlukan data pendukung yaitu Data teknis dari SUBDIN kemudian melakukan perbaikan atau kontingensi koordinasi terlebih dahulu dengan dinas yang terkait melakukan perbaikan OK atau YA jika panggilan diterima tim kontingensi level 2 kemudian membuat laporan kepada manajement dan user dan selesai.

Gambar 3.23 Flow Chart Integrasi Kontingensi Menggunakan Mux Portable

Mulai Menerima W.O Mengidentifikasi awal gangguan Mengidentifikasi GGN (mux,radio,SKSO,LC ) TIM KONTINGENSI LEVEL I Lokal test Eqp. Menganalisa Gangguan Melakukan Perbaikan Perbaikan OK! Support Data

Teknis dari SUBDIN Koordinasi dinas

lainterkait

TIM KONTINGENSI LEVEL II

Membuat Laporan kepada Manajemen dan user

Gambar

Gambar 3.1  Modul TOP 140 M APS-C
Gambar 3.3  Modul TOP 140 OLTU (1-3)
Gambar 3.6 Modul TOP PWR
Gambar 3.7 Modul TOP SV 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitiaan dari penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif studi kasus Analisa Sistem Jaringan Pipa Air Bersih Di Perumahan RSS Pegawai Negeri Sipil