• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fasad Warung Tegal: Terlewatkan atau Terlupakan?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Fasad Warung Tegal: Terlewatkan atau Terlupakan?"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Warung Tegal adalah tempat tujuan saya saat perut lapar namun hanya memiliki minim biaya. Bunyi kursi plastik bergeser, dentang piring beradu dengan sendok, obrolan ringan anak kuliahan terdengar menghiasi ruangan yang berpenerangan secukupnya untuk berkegiatan menyajikan dan makan. Warung tegal memiliki fasad luar tertentu yang menyambut kedatangan pelanggan yang ramai ingin mengisi perut. Dari pengamatan saya, penampilan luar yang disajikan fasad warung tegal seringkali diperlakukan sebagai elemen yang diselesaikan seadanya. Boleh jadi karena tujuan utama kita kesana bukanlah untuk menikmati penampilannya namun menikmati makanan murah dan enak yang tersaji dibaliknya. Namun apakah memang penampilan luar warung tegal tidak sepenting itu?

Makna fasad apabila dikutip dari situs Dictionary.Reference adalah sebagai berikut :

-noun

1. Architecture (berkaitan dengan arsitektur)

a. the front of a building, esp. An imposing or decorative one.

(di bagian depan bangunan, sebagai pemberi kesan atau elemen dekorasi) b.

(bagian manapun dari bangunan yang menghadap ke arah publik atau ruang)

-n

2.a. the face of a building, esp the main front (wajahnya bangunan)

b. a front or outer appearence, esp a deceptive one

(bagian depan atau penampilan luar yang bisa memperdaya)

Dari sumber lain, dikatakan mengenai perilaku fasad, yakni “Orang yang melintas hanya dapat melihat luarnya saja, tanpa mengetahui isi di dalamnya. Dengan menggunakan fasad, detil proses dan kompleksitas sistem disembunyikan dari pengguna”.

Beberapa kata dari pengertian fasad secara tersirat mengatakan bahwa fasad layak untuk dilihat dan tidak terlewatkan atau terlupakan seperti halnya pengertian pemberi kesan pada umumnya. Kesan dapat muncul jika secara langsung. Pada pengertian elemen dekoratif, dekorasi adalah sesuatu yang sifatnya visual, kita tak bisa mendengar dekorasi, ataupun mencium dan mengecapnya namun hanya bisa meraba elemen tersebut.

Esensi dari pembuatan sebuah dekorasi yang diletakkan pada bagian yang menghadap publik atau ruang menunjukkan kalau bangunan ini pun perlu dilihat dan dikenal orang. Fasad adalah bentuk identitas awal dari sebuah bangunan. Bila diibaratkan kartu identitas pada umumnya, fasad menjadi pasfoto kita. Eksistensi untuk membedakannya dengan bangunan yang lain. Menurut saya, terdapat satu panca indera yang bekerja aktif atas keberadaan fasad tersebut, yakni mata kita. Sepasang mata yang telah dianugerahkan pada kita ini mampu menilai sesuatu mulai dari melihat secara sekilas, mengamati dengan teliti, walaupun dapat pula dibohongi oleh ilusi dan manipulasi. Ungkapan-ungkapan pun ada yang didedikasikan

Belonia P. Utami

(2)

untuk panca indera yang satu ini. Contoh yang cukup sering terdengar adalah “seeing is believing”, atau “saya melihat dengan mata kepala saya sendiri”. Tanpa mengesampingkan 4 indera yang lain, tak bisa dipungkiri mata kita adalah indera yang “berdiri di barisan paling depan” pada kebanyakan kegiatan kita sehari-harinya dan dengan demikian memiliki peran atas fasad karena mampu

Berbicara mengenai mata dan fasad berarti berbicara juga tentang subjek dan objek, mata siapa yang melihat, bagaimana fasad terlihat dan mempengaruhi dalamnya. Apa yang dilihat ini selanjutnya akan menjadi pembahasan bagaimana

Dalam kuliah Pengantar Arsitektur pernah disebutkan bahwa mata memiliki sudut-sudut tertentu untuk melihat atau menikmati apa yang ada di depannya. Pertama adalah sudut 160o yang dihasilkan dari lirikan sekilas, lalu sudut 90o untuk dapat melihat yang terlihat, serta sudut 60o untuk dapat melihat dengan lebih fokus. Sudut-sudut inilah yang sekiranya menjadi patokan untuk mengatur penempatan apa yang ingin diperlihatkan saat salah satu dari ketiga sudut mata tadi tercipta. Pengaturan ini dapat dikatakan sebagai komposisi dari apa yang sedang kita lihat yang merupakan apa yang terlihat dari fasad dengan mata kita

Komposisi juga disebutkan sebagai unsur pembentuk estetika dalam arsitektur. Pengaturan, tata letak, besar kecilnya penyusunan sesuatu mempengaruhi fasad berlaku 2 arah, Arah yang pertama yaitu antara dengan dunia luar atau lingkungan. Yaitu kesan yang menjadi perlambang identitas bangunan melalui pandangan dari luar. Arah yang kedua yaitu hubungan fasad dengan dunia dalam atau ruang dibalik fasad tersebut. Hubungan tersebut terjadi saat fasad tersebut memasukkan atmosfer dunia luar ke dalam ruang, yang bergantung pada pengaturan komposisi fasad tersebut. Secara sederhana, komposisi bisa dikategorikan menjadi simetris atau tidak simetris, yang menjadi inspirasi utama saya dalam membuat sampel percobaan berikut.

Sampel yang saya amati adalah Warung Tegal Shinta di kawasan Kukusan Teknik. Seperti umumnya warung tegal, Warung Tegal Shinta dikelola oleh sebuah keluarga secara bergiliran atau turun temurun. Tidak hanya bergiliran, sang ayah pemilik utama Warteg Shinta pun memperlebar sayap bisnisnya ke dua titik lain di kawasan Kukusan Teknik yang dikelola oleh anak-anaknya. Uniknya, dimanapun letak warung ini berada, semuanya ternyata dibuat identik satu sama lain.

Gambar 1. Kiri ke kanan : Warteg Shinta di dekat Kost-Kostan HDK , Warteg Shinta di depan Warung Nasi Kutek arah mesjid besar, Warteg Shinta di depan kost an

saya sebelum belokan dekat mesjid kecil

Warung Tegal identik dengan makanan siap saji dengan harga yang terjangkau dan menyambut siapa saja dari kalangan mana saja untuk makan disana. Kesan sederhana (bahkan terlewat sederhana) dan murah (namun tidak murahan) sepertinya ditampilkan oleh masing-masing gambar di atas (mengingat keidentikkan ketiga warung tersebut). Fasad yang sangat sederhana tersebut mengesankan bahwa Warteg Shinta tidak mengeksklusifkan diri dari pelanggan dan tidak menutup dirinya. Hal ini dapat terlihat dari banyak bidang besar dan

(3)

lebar dibuat terbuka yang tampil apa adanya dengan material triplek yang dicat warna biru langit. Coba bandingkan gambar di bawah ini, kesan apa yang muncul dari manipulasi gambar tersebut?

Gambar 2. Kiri-kanan : Manipulasi sesuai dengan keadaan Warteg Shinta pada malam hari, Manipulasi alternatif lain

Gambar 3. Kiri-kanan : Keadaan asli Warteg Shinta, Manipulasi penggantian material fasad dengan batu bata

Menurut penglihatan saya sebagai manipulator dan subjek pengamat, saya melihat munculnya kesan eksklusif dari manipulasi tadi. Saat fasad diolah ulang kesan-kesan sederhana dan murah tadi agak teredam oleh manipulasi yang saya buat. Pada gambar panorama malam maupun penggantian material, fasad seolah-olah berubah memiliki kesan “berat”. Hal ini tidak mengindikasikan bahwa manipulasi tersebut tidak cocok, namun dalam konteks kebiasaan melihat Warung Shinta tampil apa adanya, manipulasi tersebut akan merubah kesan tiap orang yang mendatanginya menjadi kesan “tidak apa adanya”.

Fungsi fasad sebagai pelapis detail proses dan kompleksitas sistem dari pengguna tidak banyak berfungsi di Warung Shinta karena sifatnya yang sangat publik. Warung Shinta merupakan ruang bagi siapa saja, berbeda dengan rumah.

Gambar 4. Fasad Warteg Shinta

Dilihat dari penampakan fasad yang memberikan lubang tembus pandang tanpa hambatan ini, para pengguna yang berniat masuk dapat melihat apakah warung ini sepi pelanggan atau sedang penuh, sebanyak apa sajian yang masih ada, atau siapa yang sedang ada didalamnya. Penghantaran makanan yang baru matang

(4)

ke etalase saji atau kegiatan memasak seperti memotong dan memilah yang kerap dilakukan oleh pemilik warung saat pengguna tidak terlalu banyak. Dengan fasad demikian tidak ada yang disembunyikan, tidak terkecuali dapur untuk memasak yang tidak berpintu dan bisa diintip dengan bebas. Saya sering tertarik pada apa yang ada di dapur tersebut karena walaupun keadaannya berantakan, makanan enak yang disajikan di bagian depan warung dihasilkan dari dalam sana. Fasad dengan bukaan besar dan lebar ini pun bersifat mengundang karena para calon pengguna dapat langsung memutuskan apa dia akan makan di sana atau tidak berdasarkan makanan yang disajikan. Kesederhanaan yang ditampilkan oleh fasad Warteg Shinta nampaknya bisa berbicara lebih dari sekedar diam dan diacuhkan.

Berdasarkan pengamatan saya terhadap warung tegal di kukusan teknik, terdapat kesamaan komposisi antara satu dengan yang lainnya. Salah satunya adalah nama warung selalu diletakkan di bagian tengah atas warung tersebut. Peletakan di tengah ini sepertinya berkaitan dengan pengaturan tulisan ini terhadap fasad depan secara keseluruhan dengan besar kecilnya disesuaikan untuk ruang yang tersedia.

Gambar 5. Warteg Shinta

Komposisi fasad Warung Shinta terlihat simetris, sebab apabila terbagi dua maka berukuran sama besar dan seimbang terhadap garis pembagi. Di sebelah kiri ada satu bidang dinding berjendela, satu pintu dan satu jendela, dan di sebelah kanan label warung pun (hampir) tepat terbagi dua begitu pula dengan bagian atap. Dua warung yang dimiliki oleh kedua saudara yang lainnya juga memiliki komposisi yang sama.

Gambar 6. Kesimetrisan Warteg Shinta

“Symmetric is perfect, perfect is ideal, ideal is beauty”

mengindikasikan bahwa dalam kesimetrisan ada nilai keindahan, dan jika sesuatu merusak kesimetrisan itu, keindahan yang ada seakan-akan rusak. Menambah atau mengurangi elemennya akan menghancurkan bentukan fasadnya. Saya mencoba melakukan simulasi penambahan maupun pengurangan pada fasad Warteg Shinta dan melihat apa yang terjadi.

(5)

Gambar 7. Simulasi Komposisi pada Warteg Shinta

Simulasi komposisi yang saya lakukan berbeda-beda, mulai dari terbagi, mulai mengecil, mereplikasi diri, hingga menghilangkan diri berdampak besar pada apa yang kita lihat secara keseluruhan. Segala proses dan mekanisme Warung Shinta yang terjadi sebelumnya seakan berubah. Gambar di atas menunjukkan tertutupnya akses untuk memandang ke dalam dan ke luar. Seperti memperlihatkan kalau warung itu sedang tutup atau tidak mengundang pengunjung untuk datang. Ketika jendela dibagi menjadi lebih kecil, warung tersebut menjadi terlalu tertutup dan terjadi segmentasi-segmentasi yang membingkai apa yang ada dibaliknya secara tidak utuh. Sulit untuk diketahui jika warung ini adalah warung makan dalam sekali pandang, walaupun terdapat label Warteg Shinta di bagian atasnya.

Gambar 8. Simulasi Manipulasi Bukaan

Simulasi komposisi lainnya adalah manipulasi bukaan yang ada pada warteg menjadi menerus hingga bawah. Manipulasi tersebut menyebabkan kegiatan makan yang dilakukan pengunjung menjadi konsumsi publik yang lalu-lalang di jalan. Terdapat kemungkinan bahwa hal tersebut menyebabkan pengunjung menjadi kurang nyaman karena kehilangan area privatnya.

Simulasi terakhir yang saya lakukan adalah menghilangkan nama warung yang berada di bagian tengah tersebut. Kemudian saya bertanya kepada tiga orang yang sudah lama berdomisili di kukusan teknik untuk melihat apakah mereka menyadari apa yang terjadi pada warung tersebut. Yang saya dapatkan dari mereka ternyata adalah respon yang kurang lebih sama. Awalnya mereka akan bergumam dengan tidak pasti, mencari-cari kata yang tepat selama kira-kira 10 detik dan dengan tidak yakin kemudian bertanya “Ini warteg shinta bukan sih?”. Kami kemudian tergelak bersama.

(6)

Gambar 9. Simulasi Menghilangkan Nama Warteg Shinta

Saya berkata “Iya benar, ada yang aneh ga di situ?” Mereka berpikir lagi dan selanjutnya ada yang berkata bahwa sepertinya ada yang hilang. Yang lain kemudian langsung menunjuk ke atas dan berkata “kayanya ada yang aneh bagian atasnya”. Saya kemudian berkata bahwa tulisannya saya hilangkan, dan kami pun tertawa lagi. Ketika saya bertanya bagaimana mereka dapat mengetahui bahwa gambar tersebut adalah gambar Warteg Shinta padahal tidak ada nama warungnya, mereka menjawab dengan beberapa jawaban yang berbeda-beda. Ada yang karena mengenali warna catnya yang biru, ada pula yang katakan yang membuat saya sadar akan sesuatu. Salah satu responden berkata “ Sebenernya (saya) ga yakin ini warteg shinta atau bukan karena tampilannya yang mirip dengan warung nasi kutek. Makanya saya nanya, dan perlu waktu kelihatan sebelahnya. Kalau misalnya sebelahnya bisa kelihatan atau ikut difoto, mungkin akan lebih mudah untuk menebaknya dengan cepat dan berkata bahwa yang hilang adalah tulisannya..”

Gambar 10. Warung Nasi Kutek

Sadar atau tidak sadar, mata kita tidak pernah melihat secara jeli apa yang ada disekitar kita. Kita hanya akan melihatnya dengan lebih jeli dan detail jika diminta, atau ada hal menarik yang ingin kita ketahui lebih lanjut. Namun seberapa detail yang dapat kita lalui setiap harinya dan bisa kita ingat maupun kenali secara mendalam?

Kuliah di Arsitektur mengenalkan saya untuk mengamati hal-hal yang lebih detail dan melihat apa yang sebenarnya ada dibaliknya. Bukan semata-mata apa yang tampak dan jika tidak tertarik diacuhkan begitu saja seperti fasad warung tegal tersebut. Sering kali hal tersebut terlewatkan atau tertukar dengan hal lain karena kita tidak memiliki terhadapnya hingga sering terlupakan atau teralihkan. Hal-hal kecil yang sering terlewatkan oleh kita tersebut ternyata adalah hal yang tanpa disadari telah membentuk keseharian kita.

(7)

Referensi

Dictionary.com (Online), (http://dictionary.reference.com, diakses 28 Desember 2010)

Blog Blogger Gurem (Online), (http://bloggergurem.info/informasi/facade-apa-itu-facade.html, diakses 28 Desember 2010)

Gambar

Gambar 1. Kiri ke kanan : Warteg Shinta di dekat Kost-Kostan HDK , Warteg Shinta  di depan Warung Nasi Kutek arah mesjid besar, Warteg Shinta di depan kost an
Gambar 4. Fasad Warteg Shinta
Gambar 5. Warteg Shinta
Gambar 7. Simulasi Komposisi pada Warteg Shinta
+2

Referensi

Dokumen terkait

terdapat pada analisis validitas tentang aspek materi, maka media yang dihasilkan termasuk ke dalam kriteria valid dengan revisi ringanartinya materi yang terdapat

Pada kelompok eksperimen rata-rata hasil belajar sebesar 90,75 dan kelompok kontrol 80 atau pembelajaran dengan pendekatan PMRI berbantu permainan tradisional Dhakon

mengajak anak untuk mengenal bentuk huruf-huruf besar dan huruf kecil, bunyi huruf-huruf vokal dan konsonan melalui berbagai media (alat dan bahan); mengajak anak untuk

Analisis panna cotta meliputi sifat fisik (warna, sineresis, dan tekstur: hardness ), sifat kimia (kadar air dan total padatan terlarut), dan sifat organoleptik

[r]

Pengaruh gabungan semua variabel dependen, yaitu religius, sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku dan atribut produk terhadap keinginan konsumen memilih pembiayaan

Model pembelajaran VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic) diduga dapat meningkatkan hasil belajar dan memperbaiki sikap siswa Kelas III dalam kegiatan menulis pada mata

Dalam meningkatkan kepuasan konsumen, Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam upaya peningkatan akan kualitas dari program siaran radio tersebut adalah dengan