• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNOLOGI PAKAN UNGGAS. CATOOTJIE L. NALLE, PhD POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNOLOGI PAKAN UNGGAS. CATOOTJIE L. NALLE, PhD POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

CATOOTJIE L. NALLE, PhD

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG

(2)

PENGOLAHAN PAKAN UNGGAS DENGAN

BIOTEKNOLOGI ENZIM

Apa itu enzim?

Substansi protein yang mengkatalisasi reaksi biologis

dimana

substrat

dirubah

menjadi

produk

melalui

pembentukan kompleks enzim-substrat sebagai produk

antara. Tanpa enzim ternak tidak akan dapat mencerna

pakan yang telah dikonsumsi.

Mengapa enzim diperlukan dalam ransum?

Karena ternak unggas tidak dapat mencerna residu2x

tanaman.

(3)

Secara umum terdapat empat jenis residue tanaman yang tidak dapat

dicerna oleh ternak unggas:

•Non starch Polysaccharides (NSPs)

•Galaktosida

•Fitat

•Faktor Antinutrisi lainnya seperti lectin, tannin, trypsin inhibitor, etc.

Residue

- residue ini , khususnya serat, mempengaruhi unggas melalui

dua cara:

1. Pertama, serat2x ini akan membentuk konstituen utama dari

dinding sel tanaman yang dapat mencegah unggas dari akses

nutrien yang terdapat dalam dinding sel.

2. Kedua, serat memiliki faktor merusak pada viskositas digesta yang

berada pada usus halus, sekaligus mempengaruhi reaksi kimia yang

menyebabkan rendahnya konversi pakan, litter yang basah, dan

(4)

Tujuan utama suplementasi enzim dalam ransum unggas adalah

(i)

Menghancurkan atau menurunkan kandungan faktor antinutrisi;

(ii) Meningkatkan ketersediaan komponen nutrisi seperti pati dan protein

yang terperangkap pada dinding sel yang kaya akan serat sehingga tidak

terakses oleh enzim pencernaan;

(iii) Menghancurkan ikatan kimia spesifik yang biasanya tidak dapat

dihancurkan oleh enzim endogen;

(iv) Supplementasi enzim yang diproduksi oleh ternak muda disebabkan oleh

belum dewasanya sistem pencernaan, enzim endogen mungkin

memproduksi enzim yang tidak cukup.;

(v) Mengurangi variabilitas nilai nutrisi antara sampel bahan pakan,

(vi) Meningkatkan kesehatan saluran pencernaan sehingga pada akhirnya

akan meningkatkan PBB, FCR menjadi lebih baik, dan meningkatkan

keuntungan bagi peternak.

(vii) Mengurangi kelebihan nutrient yang dikeluarkan lewat feses.

TUJUAN PENGGUNAAN ENZIM

(5)

Secara komersial terdapat lima jenis enzim:

1. Ensim pencerna serat atau NSP (misalnya xylanase dan

β-glucanase),

2. Enzim pencerna protein (protease),

3. Enzim pencena pati (misalnya amylase),

4. Enzim pencerna asam fitat (fitase) and

5. Enzim pencerna lemak (lipase) (Sheppy, 2001; Mcleary,

2001).

Multienzyme yang mungkin lebih efektif untuk meningkatkan

daya cerna nutrisi.

(6)

Endo-Xylanase,

-Glucanase

Digunakan pada ransum dengan pakan dasar gandum dan

barley.

Kedua bahan ini banyak mengandung polisakarida bukan pati

(non-starch-polysaccharides, NSPs) yang tidak dapat dicerna

oleh ternak unggas.

Dengan enzim xylanase dan

-Glucanase, NSP dapat

dihidrolisis dan efek antinutrisi dari NSP dapat dieliminasi.

BEBERAPA ENZIM KOMERSIAL DAN PENGGUNAANNYA

DALAM RANSUM UNGGAS

(7)

Fitase (Phytase)

Dasar pemikiran penggunaan enzim fitase dalam ransum unggas

adalah sebagian besar biji2xan yang digunakan sebagai pakan

ternak mengandung fosfor dalam bentuk fitat atau asam fitat (50

s.d 80%).

Fitat tidak dapat dicerna oleh ternak non ruminansia karena

keterbatasan dari ternak non ruminansia untuk menghasilkan

enzim fitase. Umumnya fitat berada dalam bentuk kompleks

dengan asam amino, mineral, kalsium dan pati serta kation2x

termasuk Ca, Mg, Co, Zn dan Fe.

Penggunaan fitase dalam ransum dapat menurunkan penggunaan

fosfor dalam ransum sampai 40% tanpa menimbulkan efek

terhadap produksi telur.

Penggunaan fitase juga dapat menurunkan biaya ransum seperti

pada tabel berikut in:

(8)

Harga ($/Kg) Ingredient Without Phytase (%) With Phytase (%)

9.10 Gandum 52.87 49.02

10.60 Soybean Meal, 44% 22.16 23.47

21.00 Full Fat Soybeans 16.29 9.56

42.00 Soybean Oil 2.50 2.50

4.80 Rice Polishings 2.13 13.04

3.30 Garam 0.21 0.21

3.30 Tepung kulit kerang 0.77 1.13

27.00 Dicalcium Phosphate 1.99 185.00 Lysine 0.02 0.05 235.00 Methionine 0.40 0.32 110.00 Pengikat Mycotoxin 0.40 0.40 160.00 Vitamin-Minerals 0.25 0.25 3,000.00 Enzim xylanase 0.01 0.01 1,700.00 Phytase 0.04 TOTAL COST 14.42 13.34

FORMULASI RANSUM DENGAN DAN TANPA ENZIM FITASE

NUTRIENT PROFILE ME Kcal/Kg 2,998 2,998 Crude Protein 22.25% 22.25% Lysine 1.20% 1.20% Methionine 0.73% 0.66% Methionine + Cystine 0.92% 0.92% Calcium 0.90% 0.90% Available Phosphorus 0.45% 0.47%

(9)

Kontrol + fitase + fitase+ -Galactosidase +

enzim lainnya

Jumlah ayam per kandang 15 15 15

Jumlah ulangan 4 4 4

Total jumlah ayam 60 60 60

Rata2x BB (Gram) 807 1,068 1,397

t-Statistic (For difference relative to

Control) 0.00 (8.05) (18.33)

FCR sebenarnya 1.96 1.83 1.58

FCR Standard 1.71 1.71 1.71

Rata2x biaya pakan per Kg (Takas) 13.72 12.38 12.94

Live Meat Value at Taka 60 per Kg 2,711 3,523 4,861 Total Feed Cost (Takas) 1,150 1,276 1,604

Net Taka Gain 1,562 2,247 3,257

(10)
(11)
(12)
(13)

Lipase

Digunakan untuk memperbaiki penggunaan lemak, sehingga

dapat meningkatkan kandungan energi metabolis dari bahan

pakan seperti pada dedak padi.

Penggunaan lipase juga dapat meningkatkan penggunaan

dedak padi sampai 30% (tanpa enzim: batas penggunaan dedak

padi ≤ 20% karena kandungan serat kasar yang tinggi),

sehingga dapat menurunkan biaya pakan secara keseluruhan.

(14)
(15)
(16)
(17)

PENGGUNAAN ASAM AMINO SINTETIS DALAM

RANSUM UNGGAS

SEJARAH

Penggunaan asam amino dalam pakan ternak sudah dilakukan sejak lama (kira2x sudah 40 tahun sejarah).

DL methionine diproduksi secara sintetik kimia pada tahun 1950an dan 1960an untuk digunakan dalam pakan unggas.

Produksi L-lysine dilakukan melalui fermentasi pada permulaan tahun 1960an di Japan, kemudian diikuti oleh produksi L-threonine dan L-tryptophan pada akhir tahun 1980an.

Adopsi bioteknologi modern telah merubah proses sintesa, dan secara signifikan mengurangi biaya produksi asam amino. Eksploitasi strain mikroba yang dimodifikasi secara genetik meningkatkan persaingan.

(18)

Tabel 1. Jumlah asam amino yang diproduksi (Eggeling et al., 2001)

Skala produksi (ton/thn)

Asam amino Metode produksi yang dipilih

Tujuan penggunaan

800 000 L Glutamic acid Fermentasi Penambah cita rasa

350 000 L Lysine Fermentasi Feed additive 350 000 DL methinonine Sintesis kimiawi Feed additive

10 000 L Aspartate Katalisis enzimatis Aspartame 10 000 L Phenylalanine Fermentasi Aspartame

15 000 L Threonine Fermentasi Feed additive

10 000 Glycine Sintetis kimiawi Food additive, pemanis 3 000 L Cystein Pengurangan sistein Food additive, farmasi 1 000 L Arginine Fermentasi, Ekstraksi Farmasi

500 L Leucine Fermentasi, Ekstraksi Farmasi

500 L Valine Fermentasi, Ekstraksi Pestisida, farmasi 300 L tryptophane Proses sel menyeluruh Farmasi

(19)

Mengapa perlu ditambahkan asam amino (AA) sintetis dalam

ransum unggas?

Kualitas protein Kelengkapan AA Keseimbangan AAE Fokus penyusunan ransum: imbangan Energi: AAE Tujuan penambahan asam amino esensial sintetis dlm ransum

Untuk memenuhi kebutuhan AAE ternak unggas

AAE seperti methionine mrp AA pembatas utama pd ransum unggas Menurunkan harga ransum dan

mengurangi polusi N

Unggas tidak dapat mensintesa AAE

(20)

Methionine perlu ditambahkan dlm

ransum karena

Methionine adalah AAE

Methionine adalah AA pembatas utama pd ransum unggas

Tdk dpt disintesa dlm tubuh unggas

Pembentukan daging dada ayam sangat dipengaruhi oleh

methionine

Lysine perlu ditambahkan dlm

ransum karena

Lysine adalah AAE

Lysine adalah AA pembatas kedua pd ransum unggas

Tdk dpt disintesa dlm tubuh unggas

Mengurangi biaya pakan, dimana penggunaan 1 ton lysine dapat

menggantikan 33 ton SBM

Penggunaan nutrien lebih

efisien dan lebih baik

(21)

Metionin merupakan donor sulfur bagi sistein dan sistin, juga

merupakan donor metil untuk pembentukan kholin melalui

transmetilasi.

Sistein mendapatkan sulfur dari metionin dan kerangka karbon dari

serin. Apabila sistein dan sistin kurang maka metionin dan serin akan

dirombak melalui proses transmetilasi, sehingga memperbesar

kebutuhan metionin (Sanchez et al., 1984).

Kholin dapat mendonorkan metilnya pada homosistein, sehingga

kekurangan kholin juga dapat memperbesar kebutuhan metionin

(Maynard et al., 1997).

(22)

Metionin sebagai komponen alam terdapat dalam konfigurasi L-Metionin. Di

dalam alat pencernaan, asam amino-L (L-AA) mengalami deaminasi (pencopotan gugus amino) oleh mikroba menjadi asam keto alfa. Asam keto alfa dapat pula diaminasikan menjadi asam amino dalam bentuk L-AA atau D-AA. Bentuk metionin sintetis terdapat dalam dua bentuk yakni:

1. Powder (DL-metionin) ...ditambahkan dlm ransum

2. Liquid (Methionine Hydroxy Analogue/MHA) (Vázquez-Añón et al., 2006). Pemberian metionin perlu memperhatikan tingkat protein, bentuk fisik dan

palatabilitas bahan pakan. Selain itu, karena metionin diketahui sebagai

asam amino yang bersifat racun bila berlebihan, sehingga pemberiannya harus diperhatikan dengan baik.

Kelebihan metionin berdampak negatif terhadap penambahan berat badan. Terjadinya penurunan selera makan atau penurunan laju pertumbuhan dapat disebabkan oleh antagonisme asam-asam amino, walaupun efek buruknya dapat dikoreksi dengan asam amino pembatas (metionin, lysin dan triptophan).

(23)

Kebutuhan lysine dan methionine di Indonesia 20% lebih tinggi

ketimbang di negara subtropis.

L Y S I N E

Tabel kebutuhan asam amino broiler di negara subtropik

Asam Amino Starter Finisher

Lysine 1,1% 0,9% - 1%

Methionin 0,5% 0,38%

Sumber : NRC

(24)

DL-METHIONINE – Synthetic amino acid to ensure balanced nutrition and proper growth for poultry and swine.

BIOLYS® – Superior form of Lysine with several advantages to Animal Nutrition. Biolys® has a minimum L-Lysine content of 50.7%.

L-THREONINE – With a minimum 98.5% content on dry matter basis, it is especially beneficial in low protein diets with high grain content.

L-TRYPTOPHAN – Essential amino acid with specific effects on feed consumption and weight gain, especially in the initial stage of animal production.

MEPRON® – Is a DL Methionine-based product especially developed for high production dairy cattle.

CONTOH A A SINTETIS YANG DIPRODUKSI OLEH PERUSAHAAN EVONIK

(25)

Gambar

Tabel 1. Jumlah asam amino yang diproduksi (Eggeling et al., 2001)

Referensi

Dokumen terkait