• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SIKAP RESILIENSI PADA MASA PANDEMI COVID-19 TERHADAP KEMAMPUAN AKADEMIK MAHASISWA PADA MATA KULIAH EVALUASI PEDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH SIKAP RESILIENSI PADA MASA PANDEMI COVID-19 TERHADAP KEMAMPUAN AKADEMIK MAHASISWA PADA MATA KULIAH EVALUASI PEDIDIKAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SIKAP RESILIENSI PADA MASA PANDEMI COVID-19 TERHADAP KEMAMPUAN AKADEMIK MAHASISWA PADA MATA

KULIAH EVALUASI PEDIDIKAN Muhamad Sukri Situmeang STAI Publisistik Thawalib Jakarta Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap resiliensi pada masa pandemic covid-19 dengan kemampuan akademik mahasiswa pada mata kuliah Evaluasi Pembelajaran. Penelitian ini berlatar belakang pada masa pandemi covid-19 dimana perkuliahan ini sepenuhnya dilaksanakan pada masa tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah metode survey dengan teknik korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program studi Kependidikan Islam STAI Publisistik Thawalib Jakarta. Adapun sampel dalam peneltian ini sebanyak 17 orang mahasiswa yang mengambil mata kuliah Evaluasi Pembelajaran dengan menggunakan teknik purpose sampling sample. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan bentuk soal tes uraian kemampuan akademik dan bentuk soal non tes skala sikap resiliensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara sikap resiliensi dengan kemampuan akademik mahasiswa, dengan Pengaruh sikap resiliensi sebesar 59,4 % terhadap kemampuan akademik mahasiswa dan 40,6% karena pengaruh variabel lainnya..

(2)

- 2 - | J u r n a l T h a w a l i b

THE INFLUENCE OF RESILIENCE ATTITUDES DURING THE COVID-19 PANDEMIC ON STUDENT ACADEMIC ABILITY IN LEARNING

EVALUATION COURSE Muhamad Sukri Situmeang STAI Publisistik Thawalib Jakarta Email: [email protected]

ABSTRACT

The aims of this study was to determined the influence of resilience attitudes during the covid-19 pandemic on student academic abilities in Learning Evaluation course. This research is based on low academic achievement of students in evaluation of learning course. Students find difficulty and easily give up in solving the problem. The method used in this research is survey method with correlation technique sampling. Population in this research is all student in study program of Islamic Education, STAI Thawalib Jakarta. Research sample is taken by purposive sampling technique as many as 17 students who take learning evaluation course. The Instruments in this study are test description of academic ability questions and non test questions in the form of attitude of resilience scale. The results showed that there was a positive influence between resilience attitudes and student academic ability, with resilience attitudes influence of 59,4% to student academic ability and 40,6% by other variable.

(3)

PENDAHULUAN

Evaluasi Pembelajaran adalah salah satu mata kuliah yang harus diampu mahasiswa Kependidikan Islam di STAI Publisistik Thawalib Jakarta. Sebagian besar mahasiswa masih menganggap bahwa mata kuliah ini termasuk materi yang sulit dipahami. Mahasiswa masih banyak mengalami kesulitan tentang teori Evaluasi Pembelajaran, ini dibuktikan dengan capaian akademik mahasiswa pada mata kuliah Evaluasi Pembelajaran pada Tahun Ajaran sebelumnya yang masih tergolong rendah dibandingkan mata kuliah yang lain.

Situasi di atas seharusnya tidak perlu terjadi, karena materi di dalam mata kuliah Evaluasi Pembelajaran bukan materi yang baru bagi mahasiswa. Sebelumnya, mahasiswa sudah mempelajari materi kuliah tentang kependidikan. Dengan demikian, diperlukan kajian secara cermat serta mendalam untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Menurut pengamatan penulis berdasarkan wawancara dengan beberapa mahasiswa, terdapat faktor internal dan eksternal yang menyebabkan keadaan mahasiswa tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Rutter (1985) yang menyatakan bahwa ada dua faktor yang mendorong terbentuk atau tidaknya resiliensi pada individu, yaitu faktor resiko dan faktor protektif. Berikut ini adalah pemaparan mengenai faktor-faktor tersebut:

1. Faktor Resiko

Faktor yang berasal dari diri individu atau lingkungan yang meningkatkan munculnya dampak negatif (Richman & Fraser, 2001). Setiap individu memiliki faktor resiko yang meliputi faktor biologis dan faktor genetik. Faktor resiko berasal dari ekonomi, kondisi budaya, atau medis yang memposisikan individu dalam resiko kegagalan ketika menghadapi situasi yang sulit. Dalam konteks resiliensi, situasi atau suatu hal tertentu sebagai faktor risiko yang mana besarnya hambatan, bahaya atau tekanan yang dirasakan oleh individu (Kalil, 2003). Faktor resiko menyebutkan bahwa adanya strategi coping maladaptive dikarenakan kondisi yang menekan, temperamen yang sulit seperti mudah marah dan mudah teriritasi, timbulnya perilaku disruptif, dan kecenderungan memusuhi orang lain (hostile) (Schollon, 2006).

2. Faktor Protektif

Faktor ini menjelaskan bahwa karakteristik individu dan kondisi lingkungan membantu individu untuk melawan resiko yang muncul pada individu yang mengalami masalah (Richman & Fraser, 2001). Rutter (1985) berpendapat bahwa faktor protektif merupakan prediktor yang sangat kuat untuk resiliensi dan berperan penting dalam proses yang melibatkan respon individu saat dihadapkan dengan situasi sulit. Faktor protektif memberikan pengaruh positif terhadap stress yang dialami.

a. Faktor Individu

Faktor-faktor psikologis dan neurobiologis yang dapat memainkan peran dan mempertahankan serta memulihkan kesejahteraan setelah peristiwa traumatis. Tingkat resilien melibatkan kepribadian dan coping seseorang antara hubungan kesulitan dan kesejahteraan (Luthar, 2000; Masten, 2007).

(4)

4 | J u r n a l T h a w a l i b

b. Faktor Sosial

Faktor-faktor yang berhubungan dengan sosial yang dimiliki, bagaimana individu dapat meminta dan mengharapkan dukungan sosial yang melibatkan keluarga, teman, rekan kerja, atau siapapun dalam jejaring sosial yang dapat memberikan dukungan sosial, emosional, dan bahkan finansial kepada individu tersebut. Berdasarkan penelitian (Adams & Kings, 1996) bahwa dukungan sosial dapat mengatasi stressor utama bagi yang kehilangan pekerjaan, perceraian, atau penyakit fisik kronis.

c. Faktor Komunitas

Ketahanan ini memperhitungkan kapasitas ekonomi, kelembagaan, ekologi, dan infrastruktur. Kemudian mengevaluasi komunitas mana yang paling tangguh dalam menghadapi kesulitan (Cutter, 2008; Norris, Stevens, Pfefferbaum, Wyche, & Pfefferbaum, 2008; Murphy, 2007).

Kegiatan pembelajaran yang kreatif dan inovatif merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kesulitan mahasiswa tersebut, seorang dosen biasanya memilih dan melaksanakan pendekatan pembelajaran tertentu dan berusaha menumbuhkan sikap positif terhadap mata kuliah yang hendak diberikan. Salah satu sikap positif yang merupakan bahan kajian dari penelitian ini adalah sikap resiliensi. Mahasiswa yang memiliki sikap resiliensi yang kuat mereka akan mengatasi hambatan dalam belajar pada masa pandemi covid-19 dan mampu menyelesaikan soal-soal yang sulit.

Resiliensi menurut Richardson, dkk dalam Henderson dan Milstein (2003) merupakan proses mengatasi masalah seperti gangguan, kekacauan, tekanan, atau tantangan hidup, yang pada akhirnya membekali individu dengan perlindungan tambahan dan kemampuan untuk mengatasi masalah sebagai hasil dari situasi yang dihadapi. Resiliensi tidak hanya dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang, melainkan setiap orang, termasuk remaja. Remaja yang resilien dicirikan sebagai individu yang memiliki kompetensi secara sosial, dengan ketrampilan-ketrampilan hidup seperti: pemecahan masalah, berpikir kritis, kemampuan mengambil inisiatif, kesadaran akan tujuan dan prediksi masa depan yang positif bagi dirinya sendiri. Mereka memiliki minat-minat khusus, tujuan-tujuan yang terarah, dan motivasi untuk berprestasi di sekolah dan dalam kehidupan (Henderson & Milstein, 2003).

Resiliensi menurut (Grotberg, E., 1995) adalah kemampuan seseorang untuk menilai, mengatasi, dan meningkatkan diri ataupun mengubah dirinya dari keterpurukan atau kesengsaraan dalam hidup, karena setiap orang itu pasti mengalami kesulitan ataupun sebuah masalah dan tidak ada seseorang yang hidup di dunia tanpa suatu masalah ataupun kesulitan.

Pakar lain, Masten, dkk., sebagaimana dikutip (Sumarmo dkk, 2017) mendefinisikan resiliensi sebagai suatu proses dalam, kapasitas untuk, atau hasil dari usaha adaptasi terhadap kondisi yang menantang dan menakutkan. Secara lebih spesifik, resiliensi merupakan proses dimana seseorang mampu meraih keberhasilan atau kesuksesan dengan cara beradaptasi meskipun berada dalam keadaan penuh tantangan yang beresiko tinggi dan dalam suasana yang menakutkan.

Wagnild dan Young (1993) mengatakan bahwa resiliensi dihasilkan dari suatu kekuatan dalam diri individu, sehingga ia mampu beradaptasi terhadap kondisi sulit

(5)

yang menimpanya. Resiliensi dapat menjadi faktor protektif dari munculnya ketakutan, kecemasan, dan tidak berdaya sehingga memiliki potensi untuk mengurangi efek fisiologis yang muncul. Masten dan Coatsworth (1998) mendefinisikan resiliensi adalah suatu kumpulan bagi kehidupan seseorang dari masa sulit dan mampu beradaptasi kembali secara positif untuk tantangan kehidupan berikutnya. Resiliensi berasal dari kemampuan adaptasi seseorang secara normal dan menjadi suatu pola pertahanan.

Grotberg (1999) menyatakan bahwa resiliensi merupakan kemampuan untuk bertahan dan beradaptasi, serta kapasitas manusia untuk menghadapi dan memecahkan masalah setelah mengalami kesulitan. Dalam resiliensi terdapat individu yang mampu bertahan dari situasi yang sulit secara efektif namun juga ada individu yang tidak mampu untuk bertahan dari kesulitan tersebut. Reivich dan Shatte (2002) menjelaskan resiliensi adalah kemampuan individu untuk merespons kondisi adversity atau trauma yang dihadapi dengan cara sehat dan produktif. Seseorang yang memiliki kemampuan untuk melanjutkan hidup setelah ditimpa kemalangan atau mengalami tekanan yang berat disebut dengan resiliensi (Tugade & Fredrickson, 2004).

Pakar lainnya, mendefinisikan resiliensi sebagai "perilaku, atribusi (suatu unsur dari proses persepsi yang bisa sangat mempengaruhi sikap/tingkah laku seseorang), atau respons emosional terhadap tantangan akademis atau sosial yang positif atau bermanfaat untuk pembangunan. Adanya resiliensi disebabkan karena adanya beberapa hambatan yang dihadapi yang diikuti dengan hasil yang positif. Dalam konteks pembelajaran, hambatan tersebut dapat berupa kelas yang gagal, berjuang melampaui toleransi, kebosanan, rasa malu karena kinerja buruk, kurikulum atau instruksi berkualitas rendah, dan tidak adanya interaksi guru-siswa atau antara siswa dengan siswa (Yeager & Dweck, 2012).

Menurut (Richardson dalam Henderson, N. & Milstein, M.M., 2003), terdapat dua faktor yang membentuk resiliensi, yaitu faktor Protektif Internal dan faktor protektif eksternal. 1) Faktor protektif internal yaitu karakteristik individu yang membentuk resiliensi: bersedia melayani orang lain, menggunakan life skills, termasuk pengambilan keputusan yang baik, assertivitas, impulse control dan pemecahan masalah, Sosialibilitas (kemampuan untuk menjadi teman, kemampuan untuk membetuk hubungan yang positif), memiliki selera humor, Internal locus of control, Otonomi (kemandirian), memiliki sudut pandang positif tentang masa depan, fleksibilitas, memiliki kapasitas untuk belajar, motivasi diri, memiliki keahlian (kompetensi personal), memiliki perasaan self-worth dan kepercayaan diri. 2) Faktor Protektif Eksternal adalah karakteristik keluarga, sekolah, komunitas dan kelompok teman sebaya yang mengembangkan resiliensi: memiliki ikatan yang kuat, menjunjung tinggi pendidikan, menggunakan gaya interaksi yang penuh kehangatan dan tidak menghakimi, membuat batasan-batasan yang jelas (peraturan, norma dan hukum), mendorong hubungan yang supportif dengan orang lain, melestarikan tanggung jawab, perkembangan prososial akan nilai-nilai (misalnya altruisme) dan life skills (misalnya kerja sama), menyediakan kepemimpinan, pengambilan keputusan, dan kesempatan-kesempatan lain untuk partisipasi yang berarti dan menghargai talenta unik dari masing-masing individu.Pakar pendidikan lainnya, Reivich, A. & Shatte, A. (2002) berpendapat, ada tujuh kemampuan yang membentuk

(6)

6 | J u r n a l T h a w a l i b

resiliensi, yaitu : (1) Pengendalian emosi, (2) Kemampuan untuk mengontrol

impuls, (3) Optimis, (4) Kemampuan untuk menganalisis penyebab dari masalah, (5) Kemampuan untuk berempati, (6) Self-efficacy, dan (7) Kemampuan untuk meraih apa yang diinginkan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimanakah gambaran secara umum sikap resiliensi mahasiswa pada masa pandemic covid-19?

2) Bagaimanakah gambaran secara umum kemampuan akademik mahasiswapada masa pandemic covid-19?

3) Apakah terdapat hubungan antara sikap resiliensi dengan kemampuan akademik mahasiswa pada masa pandemic covid-19?

4) Berapa besar pengaruh sikap resiliensi terhadap kemampuan akademik mahasiswa pada masa pendemi covid-19??

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1) Gambaran secara umum sikap resiliensi mahasiswa pada masa pandemi covid-19.

2) Gambaran secara umum kemampuan akademik mahasiswa pada masa pandemi covid-19.

3) Hubungan antara sikap resiliensi dan kemampuan akademik mahasiswa pada masa pandemi covid-19.

4) Pengaruh sikap resiliensi terhadap kemampuan akademik mahasiswa pada masa pandemi covid-19.

METODE PENELITIAN

Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif (Donald Ary, et al. 2009) yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan. Penelitian ini diarahkan untuk menetapkan sifat suatu situasi pada waktu penyelidikan itu dilakukan. Metode penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik korelasi, yang bertujuan untuk mengetahui dengan menganalisis secara mendalam tentang pengaruh sikap resilieinsi pada masa pandemi covid-19 terhadap kemampuan akademik mahasiswa. Selanjutnya data hasil penelitian diolah dan dianalisis menggunakan uji statistika regresi. Namun sebelum dilakukan uji statistika regresi, dilakukan terlebih dahulu pengujian normalitas data dan uji linearitas.

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program studi Kependidian Islam (KI) di STAI Publisistik Thawalib Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling sample, subjek sampelnya adalah 17 orang mahasiswa Program studi Kependidikan Islam (KI) STAI Publisistik Thawalib Jakarta yang mengampu mata kuliah evaluasi pembelajaran.

Instrumen dalam penelitian ini dalam mengambil bentuk tes dan non tes, Instrumen tes berupa 5 buah soal uraian kemampuan akademik mahasiswa yang sebelumnya telah di uji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dari setiap butir soal, agar soal yang akan dipakai untuk penelitian

(7)

tersebut valid dan reliabel.

Instrumen non tes dalam penelitian ini berupa skala sikap resiliensi yang terdiri dari 20 pernyataan serta dilengkapi dengan 4 pilihan jawaban, yaitu Selalu (Sl), Sering (Sr), Pernah (P) dan Tidak Pernah (TP). Jawaban responden di ukur dengan menggunakan skala Likert yang bernilai 1 sampai 4 dari setiap soalnya. Seluruh perhitungan dalam penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS 25.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Berikut disajikan hasil penelitian berupa gambaran secara umum sikap resiliensi dan kemampuan akademik mahasiswa, hasil uji korelasi untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara sikap resiliensi dengan kemampuan akademik mahasiswa, hasil uji signifikasi regresi untuk mengetahui besarnya pengaruh antara sikap resiliensi dengan kemampuan akademik mahasiswa dan hasil uji coba koefisien determinasi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sikap esiliensi terhadap kemampuan akademik mahasiswa yang mengambil mata kuliah evaluasi Pembelajaran.

Tabel 1:

Gambaran Umum Sikap Resiliensi dan Kemampuan Akademik

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sikap Resiliensi 17 36 66 55.06 8.081

Kemampuan Akademik 17 46 88 72.00 11.832

Valid N (listwise) 17

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 1, maka rata-rata sikap resiliensi 55.06 dan standar deviasi 8.081 yang termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan rata-rata kemampuan akademik mahasiswa 72.00 dan standar deviasi sebesar 11.832 yang termasuk dalam kategori tinggi.

Tabel 2:

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

N 17

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 7.54048384

Most Extreme Differences Absolute .099

Positive .062

Negative -.099

Test Statistic .099

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

(8)

8 | J u r n a l T h a w a l i b

Berdasarkan hasil olah data pada tabel 2, yang diperoleh dari dua variabel yaitu sikap resiliensi dan kemampuan akademik menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Ditunjukkan dengan tabel output SPSS, diketahui bahwa nilai signifikansi Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0.200 lebih besar dari 0.05 (5%). Untuk selanjutnya dilaksanakan uji linearitas sikap resiliensi dengan kemampuan akademik mahasiswa. Tabel 3: Anova Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. Kemampuan Akademik * Sikap Resiliensi Between Groups (Combined) 2137.000 13 164.385 4.788 .112 Linearity 1330.258 1 1330.258 38.745 .008 Deviation from Linearity 806.742 12 67.229 1.958 .318 Within Groups 103.000 3 34.333 Total 2240.000 16

Berdasarkan hasil uji linearitas antara sikap resiliensi dan kemampuan akademik mahasiswa terdapat hubungan yang linear. Hal ini disebabkan nilai Sig. dari Deviation from Linearity menghasilkan 0.318, lebih besar dari 0.05 (sig > α = 5%). Kemudian tingkat linearitas antara sikap resiliensi dan kemampuan akademik termasuk kuat karena (sig = 0.08). Setelah dilakukan uji linearitas maka dilakukan uji statistika regresi linear untuk memperlihatkan adanya pengaruh antara sikap resiliensi terhadap kemampuan akademik dengan hasil pengujian menggunakan SPSS 25.

Tabel 4: ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1330.258 1 1330.258 21.934 .000b

Residual 909.742 15 60.649

Total 2240.000 16

a. Dependent Variable: Kemampuan Akademik b. Predictors: (Constant), Sikap Resiliensi

Tabel 5: Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .771a .594 .567 7.788

a. Predictors: (Constant), Sikap Resiliensi b. Dependent Variable: Kemampuan Akademik

Berdasarkan pengujian regresi pada tabel 4 dan tabel 5 di atas didapat signifikansi sebesar 0.000 yang menunjukkan adanya pengaruh positif sikap resiliensi terhadap kemampuan akademik mahasiswa pada taraf signifikasi 5% . Lalu besarnya nilai korelasi atau hubugan R yaitu sebesar 0.771 dan nilai koefisien determinasi R Square sebesar 0.594. Koefisien determinasi R Square menunjukkan pengaruh dari Predictors (sikap resiliensi). Hasil olah data penelitian menunjukkan adanya pengaruh

(9)

sikap resiliensi terhadap kemampuan akademik mahasiswa sebesar 59.4% sedangkan 40.6% dipengaruhi oleh variabel lainnya.

Tabel 6 menunjukkan pengujian pengaruh sikap resiliensi terhadap kemampuan akademik pada sebagai berikut:

Tabel 6: Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 9.878 13.398 .737 .472 Sikap Resiliensi 1.128 .241 .771 4.683 .000

a. Dependent Variable: Kemampuan Akademik

Secara umum rumus persamaan regresi linear sederhana adalag Y = a + bx, di mana a adalah konsanta dan b adalah koefisien korelasi. Persamaan regresi dari hasil pengujian tentang pengaruh sikap resiliensi terhadap kemampuan akademik mahasiswa sebagai berikut: 𝑌 = 9.878 + 1.128

𝑥

Persamaan di atas diperoleh dari a = angka konstan dari unstandardized

cofficients yaitu sebesar 9.878. Angka ini merupakan angka konstan yang memiliki

arti bahwa pada sikap resiliensi maka nilai konsisten kemampuan akademik mahasiswa (Y) adalah sebesar 9.878 dan diperoleh b = angka koefisien regresi sebesar 1.128 yang merupakan setiap penambahan satu sikap resiliensi maka nilai kemampuan akademik mahasiswa menjadi 11, 006 = (9,878 + 1.128).

Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa pengaruh sikap resiliensi terhadap kemampuan akademik mahasiswa adalah positif , yaitu semakin tinggi sikap resiliensi yang dimiliki mahasiswa, maka akan semakin tinggi kemampuan akademiknya.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap mahasiswa Program Studi Kependidikan Islam (KI) STAI Thawalib Jakarta diperoleh hubungan yang positif dan signifikan antara sikap resiliensi mahasiswa pada masa pandemic covid-19, dengan kemampuan akademik mahasiswa pada mata kuliah Evaluasi Pembelajaran.

Mahasiswa yang mempunyai sikap resiliensi tinggi, apabila mengalami kondisi sulit, dia mempunyai motivasi yang tinggi untuk mencapai prestasi akademiknya, sedangkan mahasiswa yang mempunyai resiliensi yang rendah menganggap bahwa kesulitan yang dihadapi merupakan beban hidupnya, sehingga beban tersebut dianggap sebagai suatu ancaman dan cepat mengalami frustasi.

Newman berpendapat (Newman, 2004) agar seseorang mempunyai resiliensi yang tinggi, maka strategi yang harus dilakukan pada seseorang yang berusia 13 sampai 19 tahun adalah dengan Jaringan dukungan sosial yang kuat, berupa:

1) Kehadiran orang tua atau orang tua yang tanpa syarat selalu mendukung terhadap apa yang dilakukan anak.

(10)

10 | J u r n a l T h a w a l i b

3) Pengalaman positif di sekolah sebelumnya.

4) Mempunyai rasa percaya diri dan berusaha membuat perubahan 5) Partisipasi dalam berbagai kegiatan ekstra kurikuler.

6) Kemampuan untuk membingkai kembali kesulitan sehingga bermanfaat dan mengakui manfaat dari kesulitan tersebut.

7) Kemampuan untuk 'membuat perbedaan' dengan membantu orang lain atau melalui kerja paruh waktu.

8) Jangan berlindung dari situasi yang sulit, tetapi mengembangkan keterampilan untuk mengatasi kesulitan tersebut.

Menurut Wagnild dan Young (1993) Terdapat lima komponen penting dari resiliensi yang kemudian membangun resilience core pada individu yaitu:

1) Equanimity, adalah perspektif yang dimiliki individu berkaitan dengan kehidupan dan pengalaman-pengalaman yang terjadi semasa hidup. Individu mampu memperluas sudut pandang sehingga membuat ia lebih fokus pada halhal yang positif daripada hal-hal negatif dari situasi sulit yang sedang ia alami. Individu yang resilien terlihat sebagai orang yang optimis karena ia mampu untuk bertahan dalam menjalani kehidupannya.

2) Perseverance, adalah bentuk ketekunan seorang individu dalam kondisi sulit yang dihadapinya. Individu yang resilien akan terus maju meskipun dalam hal kesulitan, keputusasaan, dan kekecewaan. Individu memiliki kemampuan untuk resiliensi sehingga ia mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi (Reivich & Shatte. 2002). Satu hal yang dapat membangun perseverance adalah ketika individu mendapatkan hambatan dan kesulitan yang berulang maka mereka akan berusaha berjuang sampai akhir.

3) Self-reliance adalah adanya keyakinan terhadap diri sendiri yang mana juga paham dengan apa yang dimiliki. Hal tersebut didapatkan dari pengalaman sehari-hari dan mampu untuk memecahkan masalah sehingga percaya akan kemampuan yang dimilikinya.

4) Meaningfulness, adalah suatu kesadaran bahwa hidup memiliki tujuan dan diperlukan usaha untuk mendapatkan tujuan tersebut. Hal ini merupakan salah satu karakteristik yang harus dimiliki oleh individu yang resilien. Individu yang memiliki tujuan hidup ia akan mencapai dan berusaha terus untuk sesuatu selama hidupnya.

5) Existential aloneness, adalah suatu kesadaran bahwa setiap individu memiliki kehidupan yang unik. Individu yang resilien akan belajar bagaimana cara untuk hidup dengan dirinya sendiri. Meskipun existential aloneness dalam konteks sosial, individu harus mampu bertindak secara mandiri, individu menerima dirinya apa adanya dengan semua kualitas dan kelemahan dirinya. Individu yang resilien mampu belajar untuk tidak bergantung kepada orang lain dalam menghadapi apapun yang terjadi

PENUTUP

Kesimpulan dari temuan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sikap resiliensi pada masa pandemic covid-19 dengan kemampuan akademik mahasiswa pada mata kuliah evaluasi

(11)

pembelajaran. Dengan kata lain, sikap resiliensi dapat digunakan untuk memprediksikan tingkat kemampuan akademik mahasiswa. Sikap resiliensi memiliki pengaruh sebesar 59,4% terhadap kemampuan akademik mahasiswa dan 40,6% dipengaruhi oleh variabel lainnya.

Sikap resiliensi yang ditelaah pada penelitian ini merupakan Sikap resiliensi yang terkait dengan kemampuan akademik mahasiswa pada mata kuliah Evaluasi Pembelajaran. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti sikap resiliensi yang terkait dengan kemampuan mahasiswa lainnya.

(12)

12 | J u r n a l T h a w a l i b

DAFTAR PUSTAKA

Donald ary, etc, Introduction to research in education, Wadsworth, Chengage learning, Belmont USA, 8th edition, 2010

Dweck, C. (2000). Self-theories: Their role in motivation, personality and development. Lillington NC: Psychology Press, Taylor & Francis.

Grotberg, E. (1995). A Guide to Promoting Resilience in Children: Strengthening The Human Spirit. Benard Van Leer Fondation.

Henderson, N. dan Milstein, M.M. 2003. Resiliency in Schools. Making it Happen for Students and Educators. California, USA : Corwin Press, Inc.

Henriana, H., Rohaeti, EE., Sumarmo, U., (2017). Hard Skills dan Soft Skills Matematik Siswa. Bandung: PT Refika Raditama

Newman, T. (2004). What Works in Building Resilience? London, Barnardo’s.

Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The Resilience Factor. New York: Random House, Inc.

Sumarmo, U. (2015). Resiliensi Matematik. [Online]. Tersedia: http://utari- sumarmo.dosen.stkipsiliwangi.ac.id/m ateri/resiliansi-matematik- mathematical-resilience/.

Yeager, D. & Dweck, C. (2012). Mindsets That Promote Resilience: When Students Believe That Personal Characteristics Can Be Developed. Educational Psychologist, 47, 302-314.

Gambar

Tabel 4:  ANOVA a

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan metode analisis uji korelasi Pearson dan mendapati hasil bahwa 184 dari 193 orang mahasiswa/i fakultas kedokteran Universitas Prima Indonesia

Dari hasil latihan dan nilai akhir yang diberikan pada mata kuliah ini dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa telah mampu memahami materi meskipun dalam keadaan

Hasil analisis yang dinyatakan dalam Tabel II menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara resiliensi matematis dengan prestasi matematika siswa sebesar 0,241 yang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa religiusitas dan dukungan sosial memiliki korelasi yang signifikan dengan resiliensi, sehingga religiusitas dan dukungan sosial dapat

cross-sectional Hasil penelitian menunjukkan beberapa faktor yang dapat merefleksikan resiliensi masyarakat pada masa pandemi antara lain: usia yang lebih

Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kegelisahan manusia di masa covid-19 dan sikap kritis dalam menghadapi pandemi

Ini artinya, semakin tinggi tingkat religiusitas mahasiswa akuntansi, maka semakin rendah tingkat kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa akuntasi selama pembelajaran daring

Hasil penelitian diperoleh bahwa: 1 Sikap optimisme peserta didik dari dimensi permanensi berupa menanamkan nilai positif saat proses belajar misalnya selalu berpikir positif, percaya