60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 4.1 Hasil Pengembangan
Penelitian pengembangan ini menghasilkan modul elektronik berbasis kearifan lokal tari Nek pung menggunakan Aplikasi 3D PageFlip Professional kelas IV Sekolah Dasar Tema 1. Pengembangan ini mengadopsi model ADDIE yang dikembangkan oleh Branch (2009). Pengembangan ini memanfaatkan salah satu kecanggihan teknologi dalam bentu aplikasi, yaitu Aplikasi 3D PageFlip
Professional. Adapun Langkah penelitian pengembangan model ADDIE terdiri
dari (1) Analyze, (2) Design, (3) Development, (4) Implementation, (5)
Evaluation. Namun dalam hal ini penelitian hanya melakukan 3 tahap saja, yaitu
(1) Analyze, (2) Desaign, (3) Development.
4.1.1 Analisis (Analyze)
Tahap analisis merupakan tahap awal yang dilakukan oleh peneliti untuk mengembangkan sebuah produk. Analisis yang dilakukan peneliti terdiri atas analisis kebutuhan, analisis bahan ajar, analisis karakteristik peserta didik dan analisis kurikulum.
4.1.1.1 Analisis Kebutuhan
Pada analisis kebutuhan, yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan wawancara kepada tokoh adat, tokoh masyarakat, dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten tebo dan juga melakukan wawancara dengan guru sekolah dasar. Wawancara dengan tokoh adat, tokoh masyarakat dan dinas pendidikan dan kebudayaa kabupaten tebo untuk memperoleh informasi secara mendalam mengenai keberadaan kearifan loka tari nek pung, sedangkan wawancara dengan
guru sekolah dasar untuk memperoleh informasi mengenai ketersediaan bahan ajar disekolah dasar yang kerap digunakan oleh guru sekolah dasar. Berikut adaah hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti.
Tabel 4.1 hasil wawancara tokoh adat dan tokoh masyarakat dikabupaten Tebo Sumber Data Deskripsi Hasil Wawancara Nyai Jauhriyah
Selaku tokoh adat yang ikut melestarikan kearifan lokal tari Nek Pung
Didesa sungai keruh, kabupaten Tebo ada beberapa kearifan lokal, yaitu aramkayo, tari nek pung, dan jalo anak. Salah stau kearifan lokal yang sedang gencar dilestarikan adalah kearifan lokal tari nek pung, tari nek pung merupakan sebuah tarian yang ditarikan oleh seorang ibu dan beberapa dayang, dalam hal ini ada seorang gadis yang sedang berlarut-larut dalam kesedihan, kemudian ibu dan beberapa dayang tersebut menari sebagai bentuk menghibur gadis yang bersedih hati, gadis ini merasa bersedih akibat perjodohannya dengan seseorang yang ia cintai telah gagal dan tidak bisa menikah. Sehingga makna yang terkandung dalam tarian ini adalah jangan berlarut-larut dalam kesedihan, sebagai manusia kta patutnya bersyukur dengan segala rencana yang ditetapkan oleh Tuhan.
Tarian ini ditampilkan meggunakan beberapa pakaian adat jambi, seperti baju kurung khas jambi, kain sebagai bawahan juga khas jambi, serta beberapa peralatan lain yang memperindah dan mempercantik sang penari seperti kalung, anting-anting, cincin dan pita sebagai hiasan kepala. Dalam penampilan tari ini, di diirngi oleh musik gendnag dan seorang wanita yang menyanyikan syair-syair indah bermakna.
Tarian ini sudah pernah ditampilkan dibeberapa kota besar, seperti Kota Jambi, Muara Bungo, Tebo dan Jakarta. Penampilan tersebut selain sebagai suatu perlombaan juga dimaksudkan sebagai pengenalan budaya kepada kalayak luas, agar budaya tersebut dapat terjaga keberadaanya dan terus lestari, selain dengan tampil dipanggung, nyai jauhriyah engenalkan kearfian lokal tari Nek Pung ini dengan metode mengajarkan langsung kepada anak-anak saat sedang melakukan ngobrol secara santai.
Pemerintahan kabupaten tebo juga memberikan dukungan yang sanat baik kepada pengelola tari nek pung untuk terus melestarikan dengan cara pengenalan budaya, pemerintah memberikan dukungan berupa perlengkapan tari dan biaya yang dapat digunakan oleh penari dalam melakukan gerakan pengenalan dibeberapa kota dalam bentuk lomba. Perwakilan dari pemerintahan juga pernah mendampingi tim ari untuk berlomba di kota jakarta.
Alifman
Merupakan tokoh masyarakat
Terdapat beberapa tari yang berada di daerah tebo khusunya kabupaten tebo, seperti tarian,
didaerah tebo khususnya didesa sungai keruh, desa sungai keruh merupakan suatu desa yang memiliki kearifan lokal tari Nek Pung, bapak alifman merupakan kepala desa sungai keruh.
tuturan, dan beberapa kebiasaan lain seperti gotong royong, tentu dari beberapa kearifan lokal tersebut memiliki makna tersendiri yang patut diperkenalkan kepada generasi muda, karena kearifan lokal tersebut memiliki nilai-nilai yang berpengaruh positif kepada para generasi muda. Tokoh masyarakat dalam hal ini selaku kepla desa sungai keruh sangat mendukungg upaya pelestarian tari nek pung. Salah stauya adalah pengadaan sanggar tari, keikutsertaan dalam acara top tebo, dan tarian tersebut dilibatkan sebagai tarian hiburan pada pembukaan MTQ desa.
Jika ada yang dibutuhkan dalam hal tarian, keuangan dibantu oleh swadaya masyarakat sekitar. Sehingga terlihat kekompakan dan kebersamaannya dalam upaya pelestarian daerah.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada tokoh adat dan tokoh masyarakat kabupateh tebo, didapatkan bahwa kearifan lokal di daerah tebo sangat banyak, khususnya di desa sungai keruh memiliki banyak sekali kearifan lokal, namun yang sedang gencar diperkenalkan adalah kearifan lokal tari nek pung. Beberapa kali kearifan lokal tari nek pung di pentaskan dalam acara-cara besar dibeberapa kota besar, seperti jakarta, jambi, tebo dan muaro bungo. Dengan pementasan tersebut diharapkan masyarakat lainnya dapat mengenal budaya tarian yang indah ini dari desa sungai keruh. Kearifan lokal tari nek pung patut dikembangkan karena memiliki nilai-nilai luhur yang baik, yaitu tidak boleh berlarut dalam kesedihan.
Mengingat akan urgensitas pengenalan budaya tari nek pung kepada generasi muda, maka tokoh adat dan tokoh masyarakat berharap ada upaya yang dapat mengenalkan dan melestarikan kearifan lokal tari nek pung kepada generasi penerus bangsa sejak usia dini dan sekolah dasar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mengkaitkan pembelajaran dengan kearifan lokal tari nek pung. Kearifan lokal tari nek pung dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran sehingga secara tidak langsung guru juga berupaya mengenalkan kearifan lokal tari nek
pung kepada peserta didik menggunakan bahan ajar yang mengandung nilai kearifan lokal didalamnya.
Tabel 4.2 Hasil wawancara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tebo Sumber Data Deskripsi Hasil Wawancara Ika Ramadani
Kasi bidang Kebudayaan
Dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten Tebo memberikan tanggapan yang sangat positif terhadap keberadaan tari nek pung didaerah kabupaten Tebo, karena tari tersebut dapat memperkaya kebudayaan daerah tebo. Sudah banyak dukungan yang diberikan oleh pihak dinas pendidikan dan kebudayan kepada kearfian lokal tari nek pung, salah satunya adalah memeberikan dukungan berupa baju dan uang untuk menunjang pemberdayaan kearifan okal tari nek pung, selain itu, dinas pendidikan dan kebudayaan juga memberikan pendampingan kepada tim penari yang melakukan perlombaan.
Dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten tebo juga sudah melakukan beberapa hal secara umum untuk melestarikan budaya daerah kabupaten tebo, seperti pembuatan buku kearifan lokal daerah tebo, dan mengadakan program GSMS, GSMS merupakan singkatan dari gerakan seniman masuk sekolah, para seniman ini akan masuk kedalam skeolah dan memberikan pengenalan dan pengajaran mengenai kearifan lokal dan tradisi daerah setempat dengan harapan peserta didik dapat memahami tradisi yang ada dan nantinya menjadi generasi penerus yang mampu melestarikan budaya daerah
Generasi penerus tersebut dapat mengenali kearifan lokal secara mendalam apabila kearifan lokal diintegrasikan kedalam proses pembelajaran, dinas pendidikan dan kebudayaan kabuapten tebo memberikan dukungan untuk mengintegrasikan kearifan lokal tari nek pung kedalam proses pembelajaran, karena kearifan lokal tari nek pung memiliki makna yang baik untuk disampikan kepada peserta didik, integrasi kearifan lokal tari nek pung kedalam proses pembelajaran juga menjadi suatu uaya mepertahankan keberadaan kearifan lokal daerah. sehingga keberadaanya tidak punah dan tetap lestari.
Guruh Puji Raharjo
Bagain pembinaan PTK Sekolah Dasar
tari nek pung memiliki gerakan yang indah dan sangat bagus tariannya. Apresiasi sepenuh- penuhnya untuk tim yang dapat menarikan tarian nek pung. Tari nek pung memiliki keindahan dan makna yang baik untuk diajarkan kepada peserta didik. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh dinas pendidikan dan kebudayaan adalah melakukan kkg di gugud mengenai penyuluhanuntuk mengintegrasikan kearifan okal kedalam proses pembelajaran. namun kkg yang dilakukan hanya dieberapa gugus saja. Belum
seluruhnya kkg yang terlaksana mengintegrasikan kearifan lokal dalam RPP.
Ada harapan yang disampaikan dinas pendidikan dan kebudayaan untuk mengintegrasikan kearifan lokal dalam proses pembelajaran dengan harapan nilai-nilai kearifan lokal tari nek pung dapat diserap oleh peserta didik. Tari nek pung diharapkan menjadi penarik peserta didik agar juga mau mengenal dan mempelajari kearifan lokal yang lainnya.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Tebo, didapatkan bahwa kearifan lokal didaerah tebo sangat bagaus dan memang seharusnya diperkenalkan kepada generasi muda. Dinas pendidikan dan kebudayaan sendiri sudah memberikan dukungan kepada tim tari nek pung dalam mengenalkan kepada kalayak ramai, yaitu dengan mengikuti perlombaan dan melakukan pentas pada acara-acara tertentu. Selain itu dinas pendidikan juga melakukan suatu program yang bernama GSMS, yaitu Gerakan Seniman Masuk Sekolah, program ini dimaksudkan untuk mengajarkan dan mengenalkan tradisi dan kearifan lokal kepada masyarakat. GSMS ini juga beriringan dengan program KKG yang mensosialisasikan kepada guru untuk mengintegrasikan kearifan lokal dalam pembelajaran.
Pembelajaran yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal tentu menjadi harapan dari dinas pendidikan dan kebudayaan. Sehingga perlu adanya upaya untuk mengintegrasikan kearifan loka dalam proses pembelajaran. pembelajaran yang baik tentu menggunakan bahan ajar yang baiak pula, sehingga perlu adanya upaya untuk mengembangkan bahan ajar yang berbasis kearifan lokal dengan harapan makna-makna kearifan lokal dapat menyerap kepada peserta didik. Sehingga peserta didik dapat mengenal budaya sekitar tempat tinggalnya.
4.1.1.2 Analisis Bahan Ajar
Peneliti juga melakukan analisis bahan ajar, dengan mewawancarai guru sekolah dasar, analisis ini diharapkan mendapatan informasi mengenai keberadaan bahan ajar yang ada diskeolah dasar, peneliti melakukan wawancara dengan ibu lusmaidarti, selaku walikelas IV A SDN 112/I Muara Bulian.
Tabel 4.3. hasil wawancara dengan guru Sekolah Dasar
Sumber data Deskripsi hasil wawancara Lusmaidarti, S.Pd
Guru yang mengajar dikelas IV A SDN 112/ Muara Bulian
Proses pembelajaran yang terlaksana adalah proses pembelajaran menggunakan buku sebagai bahan ajar utama, guru sudah mengeintegrasikan kearifan lokal dalam proses pembelajaran, namaun hanya sebatas penyampaian secara lisan saja dan menggunakan buku cetak yang tersedia disekolah. Guru pernha menggunakan bahan ajar elektronik namaun hanya sebatas HP pribadi dari guru tersebut. Penggunaan HP tersebut digunakan jika membutuhkan media gambar yang dapat menambah pemahaman peserta didik. Kendala guru tidak menggunakan elektronik dalam proses pembelajaran karena sarana dan prasarana kurang memadai disekolah tersebut.
Ada harapan dari guru untuk pengadaan bahan ajar berbasis kearifan lokal berbasis elektronik sehingga lebih mudah penggunaannya. Seperti yang guru sampaikan bahwa peserta didik menyukai bahan ajar yang menarik, praktis, dan mudah dipahami. Dengan harapan penggunaan modul elektronik berbasis kearifan lokal tersebut dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan peserta didik. Karena modul elektronik diharapkan menjadi bahan ajar yang bisa digunakan oleh peserta didik secara mandiri.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas IV Sedkolah Dasar, informasi yang didaptkan adalah disekolah tersebut belum terdapat bahan ajar elektronik berbasis kearifan lokal. bahan ajar yang digunakan oleh guru adalah buku guru dan buku siswa, dalam buku tersebut memang sudah mengandung kearifan lokal, namun tidak banyak membahas mengenai kearifan lokal dari provinsi jambi, pembahasan kearifan lokal hanya secara umum saja, sedangkan sebagai waraga masyarakat jambi sudah patutnya
mengenal dan memahami budaya provinsi jambi khususnya dan umumnya budaya indonesia, sehingga penting sekali untuk mengadakan bahan ajar elektronik berbasis kearifan lokal, salah satunya kearifan lokal dari kabupaten Tebo, Provinsi jambi yaitu tari Nek Pung.
4.1.1.3 Analisis Karakteristik Peserta Didik
Setelah melakukan analsisi kebutuhan dan analisis bahan ajar, yang dilakukan peneliti adalah melakukan analsisi karakteristik peserta didik kelas IV sekolah dasar, agar dapat mengembangkan modul elektronik yang sesuai dengan karakteristik peserta didik kelas IV sekolah dasar. Pada kelas IV sekolah dasar peserta didik memeiliki karakteristik berfikir kritis dan mampu menelaah masalah secara lebih mendalam, artinya perlu dipersiapkan modul lektronik yang tentunya dapat mengasah kemampuan berfikir peserta didik yang kritis dna selalu menelaah semua permaslahan dalam materi pembelajaran secara mendalam, dalam hal ini jika pembelajaran dilakukans ecara berkelompok maka akan lebih efektif, tentu saja pengembangan modul lektronik berbasisi kearifan lokal tari nek pung ini nantinya akan dijadikan bahan ajar dnegan metode berkelompok sehingga juga dapat melatih bekerjasa peserta didik.
Kerjasama dalam kelompok merupakan suatu karakteristik peserta didik yaitu mudah dan cepat berinteraksi dengan seseorang yang lain, sehingga pembelajaran menggunakan modul elektronik jika dikembangkan berkelompok maka nantinya akan sangat tepat sekali jika diaplikasikan kepada peserta didik kelas IV. Mengingat bahwa kemampuan berinteraksi peserta didik dalam hal ini adalah suatu karakter yang seharusnya terus dikembangkan oleh guru sebagai suatu karakter yang baik bagi masa depan peserta didik.
4.1.1.4 Analisis Kurikulum
Sesuai dengan kurikulum yang berlaku yaitu kurikulum 2013, peneliti berpedoman dengan buku guru dan buku siswa kelas IV Sekolah Dasar dan juga berpedoman dengan Permendikbud No. 37 Tahun 2018 tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar, maka pengembangan materi disesuikan dengan Tema 1 (Indahnya Kebersamaan), Subtema 1 (Keberagaman Budaya Bangsaku), pada Pembelajaran 1, Berikut adalah Pemetaan Kompetensi Dasar, Indikator dan Tujuan pembelajaran yang terdapat dalam modul elektronik. Kompetensi Dasar disesuaikan dengan permendikbud No. 37 Tahun 2018, kemudian untuk pengembangan indikator berpedoman dengan kata kerja operasional dari taksonoi bloom.
Tabel 4.4 Analisis Kurikulum
Kompetensi Inti Indikator Pencapaian komepetensi
Tujuan Pembelajaran IPS
3.2 Mengidentifikasi keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan karakteristik ruang. 4.2 Menyajikan hasil identifikasi mengenai keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan karakteristik ruang. IPS 3.2.1 Mengidentifikasi mengenai budaya provinsi setempat sebagai identitas bangsa 4.2.1 Menyajikan hasil identifikasi mengenai keragaman budaya provinsi setempat sebagai identitas bangsa
IPS 1. Dengan membaca siswa mampu mengidentifikasi mengenai budaya provinsi setempat sebagai identitas bangsa dengan benar
2. Dengan diskusi dalam kelompok siswa mampu Menyajikan hasil identifikasi mengenai keragaman budaya provinsi setempat sebagai identitas bangsa dengan benar
Bahasa Indonesia
3.1 Mencermati gagasan pokok dan gagasan pendukung yang diperoleh dari teks lisan, Tulis atau visual 4.1 Menata informasi yang
Bahasa Indonesia
3.1.1 Mengidetifikasi gagasan pokok dan gagasan pendukung dari teks 4.1.1 Menata informsi dari
teks secara sistematis dalam satu paragraf
Bahasa Indonesia
1. Dengan membaca teks cerita siswa mampu Mengidentifikasi
gagasan pokok dan gagasan pendukung dari teks dengan tepat
didapat dari teks berdasarkan
keterhubungan antar gagasan kedalam kerangka tulisan
2. Dengan diskusi dalam kelompok siswa mampu Menata informasi dari teks secara sistematis dalam satu paragraf dengan tepat IPA 3.6 Menerapkan sifat-sifat bunyi dan keterkaitannya dengan indera pendengaran 4.6 menyajikan laporan hasil
percobaan mengenai keterkaitan sifat bunyi dan indera pendengaran
IPA
3.6.1 Membuktikan keterkaitan sifat-sofat bunyi dengan indera pendengaran
4.6.1 menyajikan laporan hasil percobaan mengenai keterkaitan sifat bunyi dan indera pendengaran
IPA
1. Dengan menonton video siswa mampu Membuktikan
keterkaitan sifat-sifat bunyi dengan indera pendengaran dengan benar
2. Dengan menonton video siswa mampu Menyajikan laporan hasil percobaan mengenai keterkaitan sifat bunyi dan indera pendengaran dengan benar
Diperlukan bahan ajar tambahan dalam pembelajaran untuk melengkapi bahan ajar yang sudah ada, dikarenakan beberapa bahan ajar yang tersedia belum memuat nilai-nilai kearifan lokal provinsi jambi. Sehingga peneliti mengembangkan modul elektronik yang mengintegrasikan nilai-nilaii kearifan lokal didalamnya. Pengintegrasian tersebut disesuaikan dengan kompetensi dasar. Berdasarkan indikator dan tujuan pembelajaran yang telah dijabarkan, maka kearifan lokal tari nek dapat diintegrasikan kedalam 3 muatan pada pembelajaran 1, subtema 1, tema 1, kelas IV Sekolah Dasar. Pada Indikator IPS, dikaitkan dengan kearifan lokal tari nek pung dengan cara peneliti memberikan video berupa tarian nek pung kemudian peserta didik diminta mengidentifikasi kearifan lokal tersebut seperti makna dan nilai yang terkandung didalamnya. Dengan proses identifikasi yang dilakukan peserta didik, peneliti berharap selain mengenal budaya lokal setempat peserta didik juga dapat memahmai makna yang terkadung sehingga nilai-nilai kearifan lokal tersebut dapat menjadi pedoman bagi peserta didik.
Sedangkan untuk muatan kedua adalah muatan bahasa indonesia, pada muatan ini indikator yang telah dikembangkan adalah peserta didik mampu mengidentifikasi dan menata gagasan pokok dan gagasan pendukung. Dalam hal ini peneliti membuat sebuah teks mengenai kearifan lokal tari ne pung, dalam teks tersbeut tentu sudah membuat pararaf yang baik dan benar karena memuat gagas pokok dan gagasan pendukung. Didalam cerita tersbeut akan dijelaskan makna dan nilai yang terkandung serta pelaksanaan dari tari tersbeut, sehingga secara tdiak langsung peneliti mengenalkan kearifan lokal tari nek pung melalui modul yang telah dikembangkan.
Indikator yang selanjutnya adalah indikator muatan pembelajaran IPA, menganai sifat-sifat bunyi dengan keterkaitannya dengan indera pendengaran. Tentau dapat dikaitan dnegan kearifan lokal tari nek pung. Dengan ilustrasi bagaimana bisa suara gendnag dari tim pemusik membuat penari menarikan gerakan sesuai alunan, tentu karena sifat bunyi memiliki kaitannya dengan indera pendengaran. Berdasarkan tiga kompetensi dasar yang telah dijabarkan diatas, dan juga dapat diintegrasikan suatu kearifan lokal tari nek pung didalamnya, peneliti berusaha memfokuskan materi pembelajaran agar tersampaikan kepada peserta didik dengan cara yang baru, yaitu dengan cara dikaitkan dengan kearifan lokal tari nek pung.
Berdasarkan beberapa analisis yang telah dilakukan oleh peneliti dengan melakukan wawancara terhadap tokoh adat, tokoh masyarakat, dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten tebo, dan guru sekolah dasar. Maka diperoleh bahwa kearifan lokal sebaiknya dimasukkan kedalam proses pembelajaran. karena didalam kurikulum sudah dijelaskan untuk mengintegrasikan kearifan lokal
didalam pembelajaran. selain itu earifan lokal juga memiliki nilai-nilai untuk peningkatan karakter peserta didik dan sekaligus sebagai pemberdayaan budaya untuk dikenal dikhalayak umum. Kemudian hasil dari analisis bahan ajar belum tersedia bahan ajar berbasis Kecanggihan TIK yang mengandung kearifan lokal didalamnya. Sehingga evaluasi yang dilakukan pada tahap analisis adalah membuat bahan ajar berbasis kearifan lokal menggunakan keanggihan TIK.
4.1.2 Perancangan (Design)
Setelah melakukan tahan analisis, kemudian peneliti melakukan tahap perancangan. Perancangan dilakukan oleh peneliti untuk memberikan konsep awal sebelum produk dikembangkan dalam bentuk sesunguhnya. Berikut adalah rancangan pengembangan modul elektronik yang dilakukan :
1. Mengkaitkan materi pembelajaran dengan kearifan lokal tari nek pung, kemudian materi yang telah disipkan tersebut dikembangkan, dan disimpan kedalam microsoft word 2010,
2. Pengeditan video pembelajaran didalam modul menggunakan aplikasi Flimorago. Dalam video tersebut peneliti menambahkan pembukaan dan penutupan dari peneliti sendiri.
3. Memasukkan seluruh nilai-nilai kearifan lokal tari nek pung kedalam materi pembelajaan yang akan dipelajari.
4. Menenentukan jenis huruf, ukuran huruf dan pewarnaan huruf yang digunakan dalam penulisan modul elektronik. Kemudian mengumpulkan gambar-gambar, video yang akan dimasukkan kedalam modul elektronik yang berkaitan dengan kearifan lokal tari nek pung.
5. Menggunakan sebuah aplikasi yang mampu menampilkan modul dalam bentuk tiga dimensi, yaitu aplikasi 3D Pageflip Proffesional.
6. Pembuaan storyboard untuk memetakkan letak, posisi dan susunan dari modul elektronik berbasisi kearifan lokal tari nekk pung. Berikut adalah bagian komponen dari modul lektronik yang dikembangkan :
1. Cover
2. Kata pengantar 3. Daftar isi
4. Petunjuk penggunaan modul 5. Kompetensi inti
6. Kompetensi dasar dan indikator 7. Tujuan pembelajaran
8. Pre test
9. Materi pembelajaran (video) 10. Tugas 11. Materi pembelajaran 12. LKPD 13. Prakarya 14. Daftar rujukan 15. Biografi penulis
Berdasarkan tahapan rancangan yang telah dilakukan oleh peneliti. Sehingga menghasilkan format-format atau story board dalam pengembangan modul elektronik berbasis kearifan lokal yang memanfaatkan kecanggihan TIK berupa softwer. Sehingga evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini
adalah pengembangan modul elektronik berbasis kearifan lokal tari nek pung menggunakan aplikasi 3D Pageflip Professional.
4.1.3 Pengembangan (Development)
Tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah melakukan pengembangan modul eleketronik dengan berpedoman pada rancangan yang telah disiapkan pada tahap perancnagan( Design). Pada penelitian ini peneliti menggunakan aplikasi 3D Pageflip Professional untuk menggembangkan modul elektronik. Kemudian jika pengembangan modul elektronik telah selesai dikembangkan, modul elektronik tersebut akan di validasi oleh para ahli, untuk mengukur kevalidan modul dan kepraktisan modul. Jika terdapat beberapa kesalahan saat dilakukan validasi maka peneliti akan memperbaiki sesuai dengan saran dan perbaikan yang diberikan tim validator, perbaikan tersebut akan dilakukan sampai modul layak diujicobakan.
4.1.3.1 Pengembangan produk
Pada tahap pengembangan produk, peneliti menggunakan microsoft word 2010 untuk pengetikan materi pembelajaran dan LKPD yang digunakan dalam proses pembelajaran. kemudian file dalam bentuk dokumen tersebut diubah kedalam bentuk PDF, setelah materi pembelajaran siap dalam bentuk PDF kemudian di konvert kedalam aplikasi 3D Pageflip professional. Pada aplikasi 3D
pageflip professional dapat memasukkan video, audio, dan link. Dalam hal ini
peneliti memasukan video pembelajaran mengenai tari Nek Pung. Berikut adalah deskripsi dan tampilan dari modul elektronik yang telah di kembangkan :
1. Cover
Cover pada modul elektronik ini memuat mengenai identitas modul yang telah dikembangkan, yaitu judul modul elektronik, kelas, penjelasan pembelajaran pada tema 1, dan gamabr kearifan lokal tari nek pung. Warna yang digunakan pada modul elektronik ini adalah perpaduan anara warna merah, hijau dan merah muda. Dengan jenis huruf yang digunakan adalah huruf yang baku dan mudah untuk dibaca.
Gambar 4.1 : Tampilan cover Modul 2. Kata pengantar
Kata pengantar berisikan ucapan syukur karena dapat menyelesaikan pengembangan modul ini sesuai dengan yang diharapkan, menjelaskan mengenai pengintegrasian kearifan lokal tari nek pung kedalam pembelajaran kelas IV sekolah dasar pada tema 1 dubtema 1 pembelajaran 1.
3. Daftar isi
Daftar isi berisikan mengenai garis besar isi dari modul elektronik yang telah dikembangakan kemudian dilengkapi dengan moro halaman untuk memudahkan pengguna modul mengerti posisi materi yang akan dicari.
Gambar 4.3 Tampilan daftar isi 4. Petunjuk pnggunaan modul
Petunjuk penggunaan modul berisikan langkah-langkah dalm penggunaan modul, pada bagain ini dilengkapi dengan ggamabr yang dapat memudahkan pengguna.
Gambar 4.4 Tampilan petunjuk penggunaan modul 5. Kompetensi inti
Pada bagain kompetensi inti, peneliti memasukan kompetensi 1 sampai dengan kompetensi 4, yaitu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Gambar 4.5 Tampilan Kompetensi Inti 6. Kompetensi dasar dan indikator
Pada bagain kompetensi dasar, peneliti memasukkan kompetensi dasar ipa, ips dan bahasa indonesia yang sudah sesuai dengan permendikbud nomor 37 tahun 2018. Kemudian kompetensi dasar tersebut dikembangkan menajdi inidikator, indikator tersebut dengan berpedoman kepada KKO taksonomi bloom.
Gamabar 4.6 Tampilan kompetensi dasar dan indikator 7. Tujuan pembelajaran
Pada bagian Tujuan pembelajaran menjabarkan sebanyak 6 buah tujuan pembelajaran. dalam pengembangan tujuan pembelajaran juga sesaui dengan aturan yang telah ditetapkan dengan dilengkapi oleh animasi berfikir.
Gambar 4.7 Tampilan tujuan pembelajaran 8. Peta Konsep
pada bagian ini peneliti menjelaskan kaitan satu ateri dengan materi lainny adalam bentuk bagan yang kreatif.bagan ini dapat digunakan sebagai ilustrasi matei yang akan dipelajari.
Gambar 4.8 Tampilan Peta Konsep 9. Pre test
Pada bagain pre-test merupakan pertanyaan awal untuk melihat pengetahuan awal siswa sebelum melakukan proses pembelajaran.
10. Materi pembelajaran (video)
Pada bagian pembelajaran ini, peneliti mengintegrasikan video kearifan lokal tari nek pung kedalam proses pembelajaran, khususnya pada muatan pembelajaran IPS. pada video tersebut telah disisipkan pembukaan dan penutupan oleh peneliti. Pada bagian ini juga dilengkapi dengan perintah kepada peserta didik untuk menganalisis video tersebut bersama teman dalam kelompok.
Gambar 4.10 Tampilan bagian video pembelajaran 11. Tugas
Ada beberpa bagain yang membahas mengenai tugas peserta didik, salah satunya adalah bagain peserta didik diminta menentukan gagasan pokok dan gagasan pendukung dalam sebuah teks. Dalam bagain ini sudah ditata dengan rapi menggunakan shapes-sahapes untuk menuliskan gagasan pokok dan gagasan pendukung.
12. Materi pembelajaran
Materi pembelajaran dalam hal ini menganut materi bahasa indonesia, yaitu terdapat sebuah cerita yang juga mengkaitkan kearifan lokal tari nek pung didalamnya. Pengembangan cerita tersebut merupakan suatu hasil wawancara dengan tokoh adat dan tokoh masyarakat didesa sungai keruh, kabupaten tebo yang memahami mengenai kearifan lokal tari nek pung.
4.12 Tampilan pada materi pembelajaran 13. LKPD
Lembar kerja yang ada dialam modul elektronik ini berlandasakan dengan buku guru dan buku siswa kelas IV Tema 1, subtema 1, pada pembelajaran 1,
14. Prakarya
Prakarya dalam hal ini peneliti membuta suatu prakarya yang berhubungan dengan kearifan lokal tari nek pung, yaitu pembuatan pita untuk hiasan pada rambut penari. Prakarya ini diharapkan dapat melatih kemampuan psikomotorik peserta didik.
4.14 Tampilan bagian Prakarya 15. Glosarium
Pada bagain glosarium memuat tentang istilah-istilah yang sekiranya sulit dipahami dalam modul elektronik yang telah dikembangkan.
4.15 Tampilan Glosarium 16. Daftar Rujukan
Daftar rujukan yang dipakai oleh peneliti adalah buku guru, buku sswa kelas IV sekolah dasar pada tema 1. Dan mencamtumkan link yotube dari kearifan lokal tari nek pung.
Gambar 4.16 Tampilan daftar rujukan 17. Biografi penulis
Biografi penulis Memuat mengenai identitas dari peneliti sebagai pelaku pengembangan modul elektronik dan dilengkapi dengan foto peneliti.
Gambar 4.17 Tampilan Biografi penulis
4.1.3.2 Validasi
Validasi sangat diperlukan dalam tahapan pengembangan suatu produk, validasi ini digunakan untuk mengetahu apakah produk yang dikembangkan teruji atau tidak. Berikut adalah validasi yang dilakukan pada pengembangan modul elekronik berbasis kearfina lokal tari nek pung menggunakan aplikasi 3D Pageflip Professional kelas IV Sekolah Dasar pada Tema 1.
1. Validasi Materi
Modul elektronik yang telah dikembangkan selanjutnya akan divalidasi oleh bapak Prof. Dr. rer. Nat Asrial, M.Si selaku dekan FKIP universitas jambi
dan bapak Alirmansyah, S.pd,. M.Pd. selaku dosen pendidikan guru sekolah dasar yang mumpuni dalam bidang pendidikan dasar. Dalam hal ini Prof. Dd. Rer nat Asrial, M.Si menjadai validator ke I dan bapak alirmansyah, S.Pd, M.Pd menjadi ahli validator kedua. Peneliti telah menyiapkan angket pernyataan kevalidan Materi dari modul sebanyak 10 pernyataan, kemudian untuk sistem penilaian, validator akan memberikan penilai dari skla 1-4. Kemudian dalam angket tersebut telah disiapkan saran revisi untuk peneliti dari validator jika perlu dilakukan perbaikan agar modul sesuai dengan yang diharapkan. Berikut adalah hasil validasi materi yang telah dilakukan :
Tabel 4.5 : Hasil Validasi Ahli Materi
No Pernyataan Validator
I II
1 Kelengkapan materi yang disajikan 4 4
2 Materi yang disajikan memperluas pengetahuan 4 3
3 Keluasan materi yang disajikan 4 3
4 Memuat informasi yang menambah wawasan 4 4
5 Kesesuaian materi dengan KD 3 4
6 Kesesuaian materi dengan Indikator 3 3
7 Koherensi antar paragraf 3 3
8 Keakuratan istilah 4 3
9 Menggunakan gambar dan ilustrasi dalam
kehidupan sehari-hari4 3 4
10 Menggunakan kasus yang terdapat dalam
kehidupan sehari-hari 4 4 Jumlah 36 35 Presentase 90% 87,5 % Rata-rata 3,6 3,5 Median 4 3,5 Modus 4 4
Kategori Sangat Valid Sangat Valid
Berdasarkan tabel 4.5, maka perhitungan rata-rata dari angket validasi ahli materi adalah menggunakan rumus sebagai berikut :
∑
Keterangan:
R = Rata-rata validasi ahli Vij = skors hasil penilaian
n = banyaknya ahli yang menilai m = banyaknya kriteria
Maka diperoleh rata-rata untuk validator pertama adalah
,
dengan rata-rata nilai tersebut maka modul elektronik masuk kedalam kategori sangat valid. Kemudian peneliti juga melakukan perhitungan untuk data modus dan median menggunakan bantuan rumus pada aplikasi microsoft excell, sehingga didaptlah bahwa median pada data tersebut adalah 4, sedangkan untuk modus atau data yang sering muncul adalah angkat 4. Selanjutnya peneliti juga melakukan perhitungan presentase pada hasil angket validasi ahli materi pada validator pertama. Presentase hasil validasi ahli materi pertama dapat digambarkan menggunaan diagram pie chart sebagai berikut :
Gambar 4.18 diagram pie chart validasi ahli materi I Kemudian untuk validator kedua diperoleh hasil
, dengan
rata-rata tersebut maka penilaian dari validator kedua masuk kedalam kategori sangat valid. Dengan data-data yang diperoleh dari validasi ahli materi kedua, maka diperoleh mediannya adalah 3,5 sedangkan modusnya adalah 4. Peneliti
60% 40%
validasi ahli materi I
Sangat Baik Baikjuga menghitung presentasi dari validasi ahli materi kedua, presentase tersebut dapat dilihat menggunakan diagram pie chart sebagai berikut :
Gambar 4.19 diagram pie chart validasi ahli materi II
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan dua ahli vaidator materi, maka modul elektronik masuk kedalam kategori sangat valid, namun oleh validator pertama dan kedua mendapatakan beberapa saran dan komentar yaitu, Berikan variasi gambar pada teks cerita bagian muatan bahasa indonesia dan setiap paragraf harus lebih koherensi. Hal itu sesuai dengan pendapat sari (2017 : 25) menyatakan bahwa “adanya gambar dalam suatu modul dapat menigkatkan minat peserta didik” . selain itu kombinsi pewarnaan dan gambar yang tepat dapat membuat pembelajaran lebih menyenangkan. (suyatmi, 2016 :19). Sehingga penggunaan modul bergambar diharapkan dapat meningkatkan minat peserta didik dalam proses pembelajaran. Berikut adalah tampilan sebelum direvisi dan setelah direvisi :
50% 50%
validasi ahli materi II
Sangat Baik Baik
(Sebelum revisi )
(Sesudah revisi)
Gambar 4.20 Tampilan Teks cerita sebelum dan sesudah Revisi
Pada validasi materi peneliti menggunakan 3 indikator, yaitu kelayakan isi, komponenn kebahasaan dan komponen penyajian. Pada indikator ketiga telah diberikan saran dan perbaikan oleh para validator. Kemudian untuk indikator pertama yaitu kelayakan isi salah satunya adalah kesesuaian materi yang disajikan dengan Kompetensi Dasar. Seperti yang dikatakan oleh Aji, Hudu dan Rismawati, 2017 : 17) menyatakan bahwa “ penyusunan suatu materi harus sesuai dengan kompetensi dasar”. Dalam hal ini peneliti sudah menyesuaikan pengembangan materi dengan kompetensi dasar yang ada dalam permendikbud nomor 37 tahun 2018 mengenai KI dan KD. Selanjutnya pada indikator kedua adalah komponen kebahasaan. Salah satuny adalah penggunaan istilah-istilah. Seperti yang dikemukakan oleh Arsanti (2018 : 81) menyatakan bahwa “Suatu bahan ajar harus mengandung istilah-istilah yang mudah dipahami”. Dalam penelitin pengembangan ini sebisa mungkin menggunakan istilah yang mudah dipahami. Kemudian pada pengembangan ini peneliti menambhkan glosarium di bagian awal guna memudahkan pembaca jika ada istilah yang sulit dipahami.
2. Validasi Media
Setelah modul elektronik dikembangkan, maka tahapan selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan validasi media kepada validator,
dalam hal ini validator ahli media ada dua ahli, yaitu Prof. Dr. rer. Nat. Asrial, M.Si. selaku validator pertama dan bapak Alirmansyah, S.Pd., M.Pd. selaku validator kedua, sistem penilian yang diberikan adalah menggunakan angket dengan penilaian skala 1-4. Kemudian sudah disediakan kolom saran revisi, pada kolom saran revisi validator dapat membubuhkan saran bagi peneliti. Berikut adalah hasil validasi media :
Tabel 4.6 : Hasil Validasi Ahli Media
No Pernyataan Validator
I II
1 Kesesuaian materi dengan isi modul elektronik 4 3 2 Kemenarikan setiap unsur pada modul
elektronik 3 3
3 Warna judul Modul sesuai dengan kontras
warna latar belakang 3 4
4 Desain sampul menarik dengan kombinasi
beberapa warna 4 4
5 Tidak banyak variasi Huruf 4 3
6 Ketepatan Ukuran dan tata letak tulisan 4 3 7 Penempatan unsur tata letak sesuai dengan pola 3 3
8 Konsistensi warna pada isi modul 4 4
9 Penempatan hiasan tidak menganggu isi modul 4 3 10 Ilustrai isi mampu mampu mengungkapkan
makna dari objek 4 3
Jumlah 37 33
Rata-Rata 3,7 3,3
Modus 4 3
Median 4 3
Presentase 92,5% 82,5%
Kategori Sangat valid Valid
Berdasarkan tabel 4.6, maka perhitungan rata-rata dari angket validasi ahli media adalah menggunakan rumus sebagai berikut :
∑ Keterangan:
R = Rata-rata validasi ahli Vij = skors hasil penilaian
n = banyaknya ahli yang menilai m = banyaknya kriteria
maka diperoleh untuk validator pertama adalah
, untuk
rata-rata tersebut maka validasi ahli media masuk kedalam kategori sangat valid. Selanjutnya dari hasil angket validasi ahli media oleh validator pertama, data-data yang terkumpul dihitung median dan modusnya menggunakan aplikasi microsoft
excell, diperoleh mediannya adalah angka 4 dan modusnya juga angka 4. Selain
itu peneliti juga menghitung presentase dari validasi ahli media oleh validator pertama yaitu dapat dilihat dengan diagram pie chart sebagai berikut :
Gambar 4.21 Diaram Pie Chart validasi ahli media I Validator kedua memperoleh hasil yaitu
, berdasarkan
perhitungan telah dilakukan, modul elektronik mendapatkan angka 3,3, jika dikategorikan masuk kedalam kategori valid. Peneliti juga menghitung median dan modus dari data validator kedua pada ahli media, sehingga didapat mediannya adalah 3, dan modusnya adalah 3. Selain itu peneliti menghitung presentase dari validasi ahli media oleh validator kedua. Presentase tersebut dapat dilihat dengan diagram pie chart sebagai berikut :
70% 30%
Validasi ahli media I
Sangat Baik Baik
Gambar 4.22 diagram pie chart validasi ahli media II
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka validasi media mendapatkan nilai sangat valid dan valid. Meskipun memeberikan nilai yang baik Kedua validator ahli media memberikan beberapa saran dan komentar. Saran dan komentar tersebut diharapkan sebagai upaya penyempurnaan dari modul yang telah dikembangkan. Berikut adalah saran perbaikan dari para validator dan tampilan modul setelah direvisi dan sebelum direvisi :
a. Variasikan tata letak shapes dan pergantian background. Untuk tampilan halaman modul sebaiknya diselaraskan dengan pewarnaan modul. ( ditasari, penjati dan kasmuni, 2013 : 333). Sehingga modul dan tulisan didalamnya terlihat dengan jelas.
(Sebelum Revisi)
30% 70%
Validasi Ahli Media II
Sangat Baik Baik
(Setelah Revisi)
Gambar 4.23 Tampian modul pergantian background
b. Perbaiki animasi pada pretest. Hal ini dikatakan oleh para ahli karen adalam pre test tersebut terdapa 3 buah animasi yang terllau memakan tempat. Sehingga perlu dilakukan perbaikan supaya lebih menarik. Modul akan lebih interaktif apabila diberikan sentuhan animasi yang menarik perhatian peserta didik. (Sugihartini dan jakirta, 2017 : 222).
(Sebelum revisi)
(Setelah Revisi)
c. Konsistensi penggunaan jenis tulisan. Penggunaan bentuk tulisan, ukuran huruf, dan jarak spasi sangat mempengaruhi dalam keterbacaan suatu modul (Lubna, 2017 : 86). Jenis dan ukuran huruf yang digunakan dalam bahan ajar yang sedang dikembangkan menjadi pertimbangan suatu kelayakan modul. (Puspitoningrum, 2015 : 21). Sehingga peneliti melakukan perbaikan pada jenis dan ukuran huruf dalam modul. Awalnya peneliti menggunakan huruf lebih tipis, kemudian diganti oleh peneliti dan ditebalkan. Agar modul yang dikembangkan memiliki keterbacaan dan kelayakan yang baik.
(Sebelum Revisi )
(Setelah Revisi)
Gambar 4.25 Tampilan perubahan penggunaan huruf 3. Validasi Bahasa
Tahapan yang dilakukan selanjutnya setelah pengembangan modul elektronik adalah melakukan validasi bahasa, validasi bahasa dilakukan oleh bapak Prof. Dr. rer. Nat. Asrial, M.Si, selaku validator pertama dan
bapak Alirmansyah, S. Pd., M. Pd, selaku validator kedua, validasi ini dilakukan untuk mengetahui kevalidan dari produk yang dikembangkan pada bidang kebahasaan. Sistem penilaiannya adalah peneliti telah menyiapkan angket yang berisis 10 pernyataan, dengan melihat modul validator akan memberikan nilai dengan rentang 1-4. Pada angket tersebut juga telah disiapkan kolom saran revisi guna perbaikan modul elektronik yang telah dikembangkan. Berikut adalah hasil validasi bahasa yang telah dilakukan:
Tabel 4.7 : Hasil Validasi Ahli Bahasa
No Pernyataan Validator
I II
1 Ketepatan struktur kalimat yang digunakan 4 4 2 Keefktifan kalimat yang digunakan 4 4
3 Pemahaman terhadap pesan 4 4
4 Informasi yang diberikan jelas dan mudah
dipahami 4 4
5 Kesesuaian dengan perkembangan intelek peserta didik
4
4 6 Kemampuan memotivasi peserta didik 4 4 7 Sesuai dengan perkembangan
sosio-emosional peserta didik
3
3 8 Sesuai dengan kebutuhan peserta didik 4 3
9 Ketepatan dalam tata bahasa 3 3
10 Ketepatan ejaan sesuai Ejaan yang
disempurnakan 3 3 Jumlah 37 36 Presentase 92,5 % 90% Rata-rata 3,7 3,6 Modus 4 4 Median 4 4
Kategori Sangat valid Sangat valid Berdasarkan tabel 4.7, maka perhitungan rata-rata dari angket validasi ahli media adalah menggunakan rumus sebagai berikut :
∑ Keterangan:
Vij = skors hasil penilaian
n = banyaknya ahli yang menilai m = banyaknya kriteria
Dengan rumus tersebut maka diperoleh untuk validasi pertama adalah
, sehingga masuk kedalam kategori sangat valid. Selain mengukur
rata-rata dari data yang terkumpul, peneliti juga menghitung median dan modus dari data yang terkumpul dari ahli bahasa pada validator pertama. Untuk modusny adalah 4 dan mediannya juga 4. Selanjutnya peneliti mengitung presentase pada angket validasi ahli bahasa pada validator pertama, presentase tersebut dapat dilihat pada diagram pie chart sebagai berikut :
4.26 Diagram Pie chart Validassi Ahli Bahasa I
validasi kedua memperoleh perhitungan
, berdasarkan
perhitungan telah dilakukan, modul elektronik mendapatkan angka 3,6, jika dikategorikan masuk kedalam kategori valid, selain menghitung rata-rata dari data yang terleh terkumpul, peneliti juga menghitung modus dan median dari data ahli bahasa validator kedua. Untuk medianya adalah 4 dan modusnya adalah 4.
70% 30%
validasi ahli bahasa I
Sangat Baik Baik
Kemudian peneliti mengitung presentase dari perhitungan validasi ahli bahasa oleh validator kedua menggunakan diagram pie chart sebagai berikut :
Gambar 4.27 diagram pie chart validasi bahasa II
Berdasarkan perhitungan yag telah dilakukan, maka para validator memberikan nilai dengan nilai tersbeut masuk kedalam kategori sangat valid. Sehingga setelah melakukan revisi sesuai saran modul elektronik tersebut dapat digunakan. saran perbaikan yang diberikan validator ahli bahasa adalah perbaiki ejaan dan melakukan perbaikan pada kalimat perintah pada modul. Sesuai dengan pendapat dari Arsanti (2018 : 81) bahwa “dalam pengembangan modul harus memuat ejaan yang benar dan penggunaan kalimat yang efektif”. Dalam hal ini perlu sekali kalimat yang efektif dalam penggnaan kalimat perintah, dan menggunakan tanda baca ang baik dan benar supaya suatu kalimat tersusun dengan baik dan efektif. Berikut adalah tampilan setelah diperbaiki dan sesudah diperbaiki :
60% 40%
validasi ahli bahasa II
Sangat Baik Baik
(Sebelum revisi )
(Setelah revisi)
Gambar 4.28 Tampilan perubahan pada kalimat perintah
Untuk validasi kebahasaan. Peneliti menggunakan 5 indikator. Yaitu lugas, komunikatif, dialogis dan interaktif, kesesuaian dengan peserat didik, dan sesuai dengan kaidah kebahasaan. Pada indikator kesesuaian kaidah kebhasaan telah dibahas oleh validator. Untuk inikator pertama yaitu lugas. Dalam sebuah modul elektronik harus menggunakan bahasa yang logis dan efektif. Logis dalam hal ini adalah amsuk akal. Seperti yang dikatakan oleh Zahroh ( 2017 : 473) bahwa “Salah satu ciri- ciri dari karya yang dikembangkan adalah menggunakan bahasa yang lugas yaitu logis dan efektif ”. bahasa yang logis tentu akan mudah dipahamii oleh peserta didik.
Kemudian indikator kedua dalah komunikatif. Sebuah kebahasaan dari modul harus menarik dan komunikatif. (Anggoro, 2015 :125). Komunikatif ini difungsikan agar peserta didik mudah memhami isi dari modul yang dikembangkan. Pengembangan modul memang harus menyesuaikan dengan
perkembangan peserta didik. Sehingga dalam upaya pengembangan harus menganalisis dari kebutuhan peserta didik, seperti yang dikatakan oleh Fitriyah dan Dewi, 2017 : 2) menyatakan bahwa “ elektronik modul dapat menajdi media untuk membantu kemudahan belajar oleh peserta didik”.
4. Validasi Ahli Praktisi
Tahapan selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan validasi kepraktisan dari modul elektronik yang telah dikembangkan. Dalam hal ini yang menjadi ahli praktisi adalah guru-guru kelas IV yang telah memiliki pengalaman dalam mengajar kelas IV Sekolah Dasar dan tentunya memahami mengenai bahan ajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. dalam hal ini peneliti melakukan validasi dengan guru-guru yang memiliki pengalaman mengajar di kelas IV dari SD 112/I Muara Bulian, yaitu ibu Qustaniah, S.Pd, sebagai ahli praktisi pertama, Ibu Yunizar, S.Pd. sebagai ahli praktisi kedua, dan Ibu refnawita, S.Pd. sebagai ahli praktisi ketiga. Berikut merupakan hasil validasi ahli praktisi :
Tabel 4.8 hasil Validasi ahli praktisi
No Pernyataan Ahli praktisi
I II III
1 Penyajian modul rapi 5 4 3
2 Penyajian modul sudah jelas 4 4 4
3 Modul elektronik terlihat bersih 5 5 5 4 Modul elektronik memiliki penyajian yang
menarik 3 3 4
5 Sesuai dengan peserta didik 4 5 5
6 Sesuai dengan tujuan pembelajaran 5 5 5
7 Mudah dibawa kemanapun 5 5 5
8 Lebih ringan 4 4 4
9 Memiliki kualitas yang baik 3 3 4
10 Mudah disimpan 4 4 5
Jumlah 37 43 44
Kategori Praktis Praktis Praktis
Presentase 74% 86% 88%
Mean 4,2 4,2 4,4
Modus 5 4 5
Berdasarkan tabel 4.8 maka hasil angket kepraktisan yang telah dinilai oleh tiga guru berpengalaman yang menggajar dikelas IV sekolah dasar yaitu, pertama dinilai oleh ibu Qustaniah, S.Pd. pada 10 pernyataan penilian ibu Qustaniah memberikan 4 pernyataan termasuk kriteria sangat baik, 4 pernyataan pada kriteria baik dan 2 pernyataan pada kriteria cukup baik. Sehingga jika dijumlahkan ibu qustania memberikan poin sebanyak 37 poin, jumlah ini masuk kedalam kategori praktis. Peneliti juga menghitung mean, modus dan media dari data tersebut, perhitungan dilakukan menggunakan aplikasi microsoft excell, sehingga didapatkan meannya adalah 4,2, modusnya adalah 5 dan mediannya adalah 4. Peneliti juga menghitung presentasenya, presentase tersebut dapat dilihat menggunakan diagram pie chart sebagaii berikut:
Gambar 4.29 diagram pie chart validasi kepraktisan I
Setelah memberikan penilaian modul menggunakan angket, Ibu qustania memberikan beberapa saran perbaikan. Saran dan perbaikan yang diberikan oleh ibu qustania adalah pada bagian tujuan pembelajaran terlalu kaku. Itriana, Amelia dan Martaningsih (2017 : 68) bahwa “penyajian modul yang menarik dapat menambah minat belajar peserta didik”. Sehingga perlu adanya upaya untuk membuat tujuan pembelajaran lebih menarik agar minat belajar peserta didik
40% 40% 20%
validasi kepraktisan I
sangat baik baik cukup baikmeningkat. Sesuai dengan pendapat dari dengan saran revisi agar dibuat lebih menarik. Berikut adalah tampilan sesudah dan sebelum revisi :
(Sebelum revisi)
Setelah revisi
Gambar 4.30 tampilan Tujuan pembelajaran
Ahli praktisi kedua adalah ibu Yunizar, S.Pd yang juga memiliki pengalaman mengejar dikelas IV sekolah dasar. Ibu yunizar memberikan penilaian dengan kategori praktis dengan jumlah poin yang diberikan adalah 43 poin, dengan penjabaran bahwa 5 pernyataan mendapatkan penilaian sangat baik, kemudian 3 pernyataan mendaptkan nilai baik, dan 2 pertanyaannya selebihnya mendapatkan pernyataan cukup baik. Sehingga ibu yunizar memberikan penilaian dan masuk kedalam kategori praktis digunakan. Berdasarkan data yang ada kemudian peneliti menghitung mean, modus dan mediannya, diperolehlah untuk mean adalah 4,2 untuk modusnya adalah 4 dan mediannya juga 4. Selain itu peneliit juga melakuakn perhitungan presentase, berikut adalah hasil perhitungan presentasenya :
Gambar 4.31 diagram pie chart validasi kepraktisan II
Berdasarkan data yang diperoleh maka validator praktisi II memberikan penilaian pada kategori praktis. demikian peneliti mendapatkan saran revisi untuk perbaikan. Saran dan revisinya adalah untuk memvariasikan pada penulisan kompetensi dasar, dijelaskan kembali oleh Khairunnisa (2018 : 7). Menurut pendapatny adalah “penulisan suatu kompetensi dalam modul harus berbeda agar menghadirkan kesan lebih menarik”. Sehingga dalam penulisan kompetensi dasar harus bervariasi dalam penggunaan shapesnya. berikut adalah tampilan sesudah dan sebelum revisi :
(Sebelum revisi) 40% 40% 20%
validasi kepaktisan II
sangat baik baik cukup(Setelah revisi )
Gambar 4.32 tampilan kompetensi dasar
Ahli praktisi ketiga adalah ibu refnawita, S.Pd, ibu refnawita juga memiliki pengalaman yang sangat bagus dalam memberikan pengajaran dikelas IV sekolah dasar. Pada 10 pernyataan dalam angket ibu refnawita memebrikan penilaian sangat baik pada 5 pernyataan, kemudian memeberikan poin baik pada 4 pernyataan dan memebrikan pon ccukup baik pada 1 penyataan, selanjutnya jika dijumlahkan poin-poin tersebut adalah 43 poin, untuk 43 poin masuk kedalam kategori praktis, sehingga dapat disimpulkan penilaian dari ibu refnawita adalan praktis.
Data-data yang diperoleh dari ibu refnawita, S.Pd kemudian dianalisis mean, modus, dan mediannya, sehingga didapatlan mean nya adalah 4,4 sedangkan untuk modusnya adalah 4 dan mediannya adalah 4,5. Selanjutnya peneliti juga menghiung presentase penilaian yang diberikan oleh ibu refnawita, S.Pd, M.Pd. untuk prsentase penilaian dapat dilihat pada diagram pie chart sebagai berikut :
Gambar 4.33 diagram pie validasi ahli kepraktisan III
Ibu refnawita juga memberikan saran revisi. Saran dan perbaikan yang diberikan oleh ibu refnawita, S.Pd adalah mengubah huruf-huruf yang terlihat kecil untuk diperesar supaya lebih mudah dilihat. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Lubna (2017 : 86). bahwa “ukuran huruf sangat berpengaruh kepada
50% 40%
10%
validasi kepraktisan III
sangat baik baik cukup
keterbacaan suatu modul”. Sehingga ukuran huruf dalam suatu modul harus sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ini peneliti melakukan perbaikan yaitu meperbaiki ukuran huruf, yang awalnya kecil dan kemudian dibesarkan sehingga lebih terlihat.. Berikut adalah tampilan setelah direvisi dan sebelum direvisi :
(Sebelum revisi )
(setelah revisi)
Gambar 4.34 Tampilan perubahan ukuran huruf
Setelah melakukan validasi ahli praktisi dengan guru-guru sekolah dasar yang mengajar dikelas IV, ada beberapa indikator yang mendapatkan nilai baik dari para ahli praktisi, yaitu penyajian modul sudah jelas, hal ini sependapat dengan Mustaji dan Sudarwanto “kejelasan penyajian suatu modul dapat dibantu dengan kehadiran dari gambar”. Pada pengembangan ini peneliti telah menyisipkan gambar untuk meperjelas sebuah materi. Selain kejelasan materi, sebuah modul juga harus mengandung materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. seperti yang dikatakan oleh Sumandya (2016 : 55) bahwa “salah satu karakteristik bahan ajar adalah memuat mengenai tujuan pembelajaran”.
dalam pengembangan ini peneliti telah mencantumkan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar.
Selain penyesuaian dengan tujuan pembelajaran suatu modul elektronik memiliki keunggulan mudah penyimpanannya seperti yang dikatakan oleh saddhono, sulaksono dan rahim (2019: 397) bahwa “bahan ajar yang berbentuk elektronik memiliki kemudahan dalam hal penggunaan”. Kemudahan pengunaan tersebut akan berimbas kepada pengethauan peserta didik. Dan kemudahan peserta didik juga kan meningkat apabila menggunakan bahan ajar yang mudah dibawa kemana-mana ( Mustaji dan Sujarwanto, 2)
Setelah tahap pengembangan selesai dilakukan, maka peneliti melakukan sebuah evaluasi kembali. Evaluasi ini ditujukan untuk melihat dan menilai bagaimanakah hasil dari pengembangan yang sudah dilakukan. Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan modul elektronik berbasis kearifan lokal tari nek pung menggunakan aplikasi 3D Pageflip Professional kelas IV sekolah dasar pada tema 1. Kemudian evaluasi yang dilakukan adalah melihat penilaian yang dilakukan oleh para ahli kevalidan dan kepraktisan. Kemudiaan menelaah saran dan komentar para ahli, lalu melakukan perbaikan modul sesuai dengan saran dan komentar para ahli.
4.2 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul elektroni berbasis kearifan lokal tari nek pung menggunakan aplikasi 3D pageflip Prpfessional kelas IV sekolah dasar pada tema 1 dan untuk melihat kelayaan dari isi modul yang telah dikembangkan. Suatu modul dikatakan layak jika mengandung 3 hal yaitu valid, praktis dan efektif. Dalam hal ini untuk menguji kelayakan dari modul
elektronik yang telah dikembangkan, peneliti hanya mengukur kevalidan dan kepraktisan dari isi modul elektronik, untuk efektivitas tidak bisa dilakukan karena terkendala dengan kondisi yang saat ini terjadi. Komponen dalam menguji kelayakan modul adalah kebahasaan, kelayakan isi dan penyajian materi serta grafika atau bentuk media. (Mussani, Susilawati, dan Hadiwijaya, 2015 : 110). Karena kebahasaan, kelayakan isi dan penyajian materi merupakan hal penting dalam pengembangan modul elektronik, dan peneliti menguji kelayakan modul pada komponen kebahasaan, kelayakan isi dan penyajian materi.
Penelitian pengembangan ini menganut model yang dikembangkan oleh branch 2009, yaitu model ADDIE, model ADDIE di pilih karena peneliti mengamati bahwa model ini lebih terstruktur dan sederhana. Penggunaan model addie mampu menghasilkan suatu produk yang berbasis kinerja. (Soesilo dan munthe, 2020 : 233). Sehingga membantu peserta didik belajar secara mandiri. Model ADDIE terdiri atas Analyze, Desaign, Development, Implementation, dan
evaluation. Pada tahap Analyze peneliti melakukan beberapa analisis untuk
mengemabngkan modul elektronik berbasisi kearifan lokal, yaitu melakukan analisis kebutuhan dengan mewawancarai tokoh adat dan tokoh masyarakat kabupaten tebo serta mewawancarai dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten tebo untuk menggali mengenai kearifan lokal tari nek pung, kemudian melakukan analisis bahan ajar dengan mewaancarai guru sekolah dasar untuk mengetahui ketersediaan dari bahan ajar disekolah dasar, kemudian menganalisis karakteristik peserta didik dan kurikulum 2013. Selajutnya adalah melakukan tahap perancangan dan pengembangan produk.
Tahap pengembangan produk, peneliti melakukan validasi modul elektronik, yaitu validasi ahli materi, validasi ahli bahasa dan validasi ahli media, untuk bagian materi, media dan bahasa masing-masing divalidasi oleh dua dosen, yaitu Prof. Dr. rer. nat. Asrial. M.Si, dan bapak alirmansyah, S.Pd, M.Pd. setelah dilakukan penilaian, para validator memberikan sejumlah nilai dan dikategorikan kedalam kategori valid, sehingga modul yang dikembangkan sudah valid pada aspek media, materi dan bahasa. Meskipun ada beberpa saran revisi, peneliti sudah melakukan revisi sesuai dengan yang diberikan oleh validator. Sehingga modul tersebut sudah valid dan dapat digunakan kedalam proses pembelajaran. selain menguji kevalidan dari modul yang telah dikembangkan, peneliti juga menguji kepraktisan dari modul tersebut
Pengujian kepraktisan dari modul dilakukan oleh guru-guru berpengalam dikelas IV sekolah dasar SDN 112/I Muara Bulian. Yaitu ibu Qustania, S.Pd, Ibu Yunizar, S.Pd, dan ibu refnawita, S.Pd, ketiga guru tersebut memiliki pengalam yang baik dalam memberikan pembelajaran khususnya pada kelas IV sekolah dasar. Ketiga guru tersebut dapat disebuat sebagai ahli praktisi, karena guru tersebut dapat menilai kepraktisan dari modul yang dikembangkan. Setelah dilakuakn penilaian dan perhitungan dari angket yang gtelah diisi, maka ketiga guru tersbeut memberikan peilaian, dan penilaian tersbeut masuk kedalam kategori praktis. Sehingga modul elektronik yang telah dikembangakn dikategorikan kedalam kategori praktis untuk digunakan pada proses pembelajaran.
Pembelajaran dalam pendidikan seharusnya mengandung nilai-nilai budaya agar nilai budaya tersebut terus berkembang dan bertahan. (Nuraini, 2018
: 3). Proses pembelajaran yang dilakuakn oleh guru dan peserta didik diharpkan mengandung pembelajaran berbasis nilai-nilai budaya atau kearifan lokal. sehingga penting sekali pengembangan modul lektronik berbasis earifan lokal tari nek pung menggunakan aplikasi 3D Pageflip Professional dalam proses pembelajaran. mengingat bahan ajar yang ada diskeolah dasar saat ini masih dalam bentuk bahan ajar cetak dan belum tersedia bahan ajar berbasis elektronik. Selain itu modul leektronik yang telah dikembangkan oleh peneiti bertujuan untuk mengangkat salah satu budaya di kabupaten tebo, sebagai langkah dan upaya yangg dilakukan untuk melestarikan budaya tari nek pung dari kabupaten tebo. Tari nek pung dapat diintegrasikan kedalam proses pembelajaran karena memiliki nilai-nilai luhur yang baik yaitu menyaurkan nilai untuk tidak berlebihan dalam kesedihan, harus bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki. Sehingga dengan pengintegrasian kearifan lokal tari nek pung ini, diharapkan nilai-nilai baiknya dapat diserap oleh peserta didik didalam proses pembelajaran.
Pembelajaran yang dipilih oleh peneliti adalah pada kelas IV tema 1, subtema 1, pembelajaran 1, pada pembelajaran 1 terdapat tiga muatan kompetensi dasar, yaitu muatan IPS, muatan bahasa indonesia, dan muatan IPA, pada muatan IPS, yaitu menganalisis budaya setempat sesuai dengan provinsi masing-masing, dalam hal ini peneliti menambahkan video pembelajaran mengenai tari nek pung, kemudian peserta didik diminta untuk menganalisis video tersebut, yang dianalisis adalah makna yang terkandung didalam video tersebut, kemudian peserta didik diminta mempresentasikan hasil analisis didepan teman-temannya. Sehingga pada muatan IPS ini sudah mengandung kearifan lokal tari nek pung. Upaay ini
diharapkan agar nilai-nilai kearifan lokal tari nek pung dapa dipahami oleh peserta didik dan mengimplementasikan nilai tersebut kedalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya adalah muatan bahasa indonesia, dalam hal ini peserta di tuntut untuk dapat menentukan gagasan pokok dan gagasan pendukung. Peneliti melakukan pengembangan cerita mengenai kearifan lokal tari nek pung. Pengembangan cerita tersebut tentu berdasarkan dari hasil wawancara dengan tokoh adat dan tokoh masyarakat dari desa sungai keruh, kabupaten tebo yang memahami mengenai kearifan lokal tari pung. Setelah cerita tersbeut dikembangkan oleh peneliti, kemudian dimasukkan kedalam modul lektronik, setelah itu siswa diminta menentukan gagasan pokok dan gagasan pendukung dalam teks cerita tersebut. Kemudian menuliskan kembali gagasan pokok dan gagasan pendukung yang telah didapatkan. Cara ini secara tidak langsung mengenalkan kearifan lokal tari nek pung kepada peserta didik emalalui teks cerita.
Muatan yang ketiga pada pembelajaran 1 adalah muatan IPA, pada pembelajaran IPA, materi yang akan disampaikan adalah sifat-sifat bunyi, salah staunya adalah sifat bunyi merambat dan berhubungan dnegan indra pendnegaran. Dalam hal ini peneliti mengakitkan kepada kearifan lokal tari nek pung yaitu adanya pergerakan dari seorang penari setelah mendengar alat musik yang dimainkan oleh pemusik. Dengan ini memperlihatkan bahwa ada keterkaitan antara bunyi dengan indera pendengaran. Sehingga peneliti sudah mengkaitkan kearifan lokal kedalam pross pembelajaran yaitu pada muatan pembelajaran IPA. Dengan harapan bahwa kearifan lokal harus dikenali oleh peserta didik agar menekan angka kepunahan dari kearifan lokal dikabupaten tebo.