BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dan pengambilan data dilakukan selama 2 hari pada tanggal 1-2 Februari 2016 di PLTA TanggaPT. Inalum Power Plant (IPP) di Paritohan, Kecamatan Pintu Pohan Meranti, Kabupaten Tobasa, Sumatera Utara.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat
Alat ukur yang digunkan untuk memperoleh data yang akan dihitung di PLTA TanggaPT. Inalum Power Plant (IPP) yaitu sebagai berikut:
Guide Vane Meter, digunakan untuk mengukur besarbukaan sudu pengarah (Guide Vane Opening/GVO) pada turbin. Pembacaan data dilakukan secara manual di Turbin Pit yang ditampilkan dalam skala 0-195 mm. Gambar 3.1 di bawah ini menujukkan gambar guide vane meter.
(Sumber: Foto suvei lapangan PLTA Tangga PT IPP)
Ultrasonic Flowmeter, digunakan untuk mengukur debit airyang masuk ke turbin. Besarnya debit aliran yang dibaca oleh Ultrasonic Flowmeterdisampaikan keDischarge Meter Tunnel yang berfungsi
mengubah data dalam bentuk digital. Ultrasonic Flowmeterditunjukkan pada Gambar 3.2 di bawah ini.
Gambar 3.2 Ultrasonic Flowmeter
(Sumber: http://www.tokyo-keiki.co.jp/ryutai/e/topics/20090309-ufp-20-e.pdf)
Spesifikasi dari alat ini yaitu sebagai berikut:
Tipe : UFP-700B
Pembuat : TOKIMEC
No. Manajemen : 1024R Frekuensi : 0,4 MHz
Power Meter, digunakan untuk mengukur besarnya daya yang dihasilkan oleh generator. Setiap unit turbin memiliki Power Meter dan data yang dihasilkan akan dibaca di Local Control Room (LCR).
Spesikasi dari alat ini yaitu sebagai berikut:
Tipe : 3331
Pembuat : HIOKI
Termometer, digunakan untuk mengukur suhu air yang masuk ke turbin. Hasil pengukuran dilakukan secara manual dan disampaikan ke Turbin Pit. Gambar 3.4 berikut ini adalah Precise Mercury Thermometer.
Gambar 3.4 Precise Mercury Thermometer
Spesikasi dari alat ini yaitu sebagai berikut: Tipe : Precise Mercury Thermometer No. Manajemen : IG408
Alat yang digunakan untuk mengolah data dari PLTA TanggaPT. Inalum Power Plant (IPP) yaitu sebagai berikut:
Laptop, digunakan untuk mengolah data dari alat pengukur dengan menggunakan software yang sudah dipasang pada laptop. Gambar 3.5 berikut ini adalah laptop yang digunakan penulis.
Gambar 3.5 Laptop Spesifikasi dari alat ini adalah sebagai berikut:
Tipe :N43S
Pembuat : Asus
Sistem Operasi:Windows 7 Ultimate 32-bit (6.1, Build 7600)
CPU : Intel Core i5-2450M 2.5 GHz
Software Microsoft Office Excel 2010, digunakan untuk mengolah data yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Software ini digunakan penulis untuk mengolah data penelitian (head losses dan kavitasi) karena dapat lebih mudah dalam melakukan penghitungan data, terutama dalam bentuk tabel dan grafik. Gambar 3.6 ini adalah tampilanScreenshotSoftware Microsoft Office Excel 2010 yang dipakai penulis.
Gambar 3.6 Screenshot Software Microsoft Office Excel 2010
Software Pipe Flow Expert V 6.39, digunakan untuk menghitung head losses pada pipa dan komponen-komponen pendukungnya pada \turbin.Adapun metode penghitungan yang digunakan program ini yaitu sebagai berikut:
a. Memakai prinsip persamaan kontinuitas aliran dan hukum konservasi energi.
b. Head Losses dihitung dengan menggunakan persamaan Darcy-Weisbach
c. Faktor gesekan dihitung dengan menggunakan persamaan Colebrook-White
Gambar 3.7 berikut ini adalah gambar Screenshot Software Pipe Flow
Expert V 6.39.
Gambar 3.8. Pipe Flow Expert V.6.39
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah data yang diperoleh dari Departemen Operasi (Seksi PTE/Power Techincal Development & Engineering) dan Departemen Maintenance (Seksi PMN/Power Maintenance) di PLTA Tangga P.T. Inalum Power Plant (IPP) di Paritohan, Kecamatan Pintu Pohan Meranti, Kabupaten Tobasa, Sumatera Utara, serta pustaka-pustaka yang mendukung penelitian.
Data yang digunakan dalam pengujian ini terbagi menjadi dua, yaitu: a. Data primer, merupakan data yang diperoleh dari di PLTA Tangga P.T.
Inalum Power Plant (IPP), seperti: spesifikasi lengkap turbin Francis vertikal (gambar kerja), head maksimum, debiat air masuk turbin, suhu, dan tekanan di sisi masuk pipa isap turbin.
b. Data sekunder, merupakan data yang bersumber dari pustaka-pustaka yang mendukung penelitian, seperti: resistance coefficient untuk penghitungan kerugian head mayor, roughness coefficient untuk penghitungan kerugian
head minor, tabel physical properties of water untuk memperoleh nilai
massa jenis, viskositas kinematik, tekanan penguapan pada air yang yang mengalir ke turbin, sertarumus-rumus (Hazen-Williams, rumus kerugian
head minor) yang dipakai untuk perhitungan di penelitian.
3.3 Instalasi Penelitian
Turbin yang diteliti dalam instalasi penelitian ini adalah Turbin Francis Vertikal Unit-4 PLTA Tangga PT. Inalum Power Plant (IPP). Unit 4 dipilih dari total 4 unit lainnya dimana unit turbin ini memiliki spesifikasi sebagai berikut:
Permbuat : Toshiba (2010)
Standarisasi : JEC-4001-1992
Tipe : VF-IRS (Vertical Shaft Francis) Kecepatan Putaran : 333 rpm
Head Maksimum : 245,9 m Head Normal : 241,4m
Head Minimum : 214,2 m
Daya Turbin Maksimum : 83 MW Daya Turbin Normal : 81 MW Daya Turbin Minimum : 71 MW
Gambar sederhana 3 dimensi instalasi penelitian pada skripsi ini ditunjukan pada gambar 3.9 berikut ini.
Gambar 3.9. Gambar Sederhana Instalasi Turbin Tangga
3.4 Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan data yang dipakai dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Metode Analisis Perhitungan
Metode analisis perhitungan ini menggunakan rumus-rumus yang bersumber dari pustaka. Adapun rumus yang dipakai seperti: Persamaan
Hazen-Williams, rumus head losses minor, dan persamaan kontinuitas.
Penghitungan dengan menggunakan rumus-rumus tersebut dilakukan di
Software Microsoft Office Excel 2010 sehingga data hasil perhitungan
dapat ditampilkan dalam tabel dan grafik. b. Metode Simulasi
Metode simulasi dilakukansebagai pembanding dengan hasil dari metode analisis perhitungan sehingga diperoleh nilai galat. Metode simulasi dalam
penelitian ini menggunakan dua software, yaitu Software Pipe Flow Expert
V 6.39 (simulasi head losses).
3.5 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dalam skripsi ini dibagi menjadi dua diagram alir (Flow Chart), yaitu sebagai berikut:
a. Diagram alir penelitian (Metode Analisis Perhitungan)
b. Diagram alir penelitian (Metode Simulasi dengan Software Pipe Flow
Expert V 6.39.
Gambar 3.10 berikut ini adalah diagram alir penelitian (Metode Analisis Perhitungan).
Mulai
Survey Lapangan di PLTA Tangga Unit 4
Pengambilan Data
Besar bukaan sudu pengarah: GVO (mm)
Debit aliran air masuk turbin tiap GVO: Qt (m3/s)
Koefisien kekasaran pipa: C Diameter pipa: D (m) Panjang pipa: L (m)
Dihitung Roughness Coefficient
tiap komponen pipa: K
Dihitung:
Kerugian head minor tiap GVO: hm(m)
Gambar 3.10 Diagram Alir Penelitian (Metode Analisis Perhitungan)
Adapun diagram alir penelitian (Metode Simulasi dengan Software Pipe Flow
Expert V 6.39) dapat kita lihat pada gambar 3.11 berikut ini
Kesimpulan
Mulai
Pengaturan satuan (Unit: Metrik) Pembuatan reservoir (Add Tanks)
Suhu fluida: T(oC) Tekanan fluida: p(bar g) Massa jenis: ρ (kg/m3)
Tekanan uap jenuh: pv (kPa)
Selesai
Jaringan pipa disimulasikan menggunakan software Pipe flow Expert
Data dianalisa untuk memperoleh ralat kerugian head
Dihitung daya air (WHP) dan daya turbin (BHP)
Dihitung efisiensi Trbin Francis Vertikal Unit 4 PLTA Tangga
Gambar 3.11 Diagram Alir Penelitian Simulasi Software Pipe Flow Expert V 6.39 Panjang pipa (Length) (m)
Internal diameter (m) Roughness (mm)
Pembuatan sistem instalasi pipa (Add Pipes):
Head Race Tunnel, Penstock #1, #2, #3, dan #4
Pembuatan kelengkapan pipa (Add Fittings):
Entrance, Gate Valve, Wye Branch, Bending 90o, Gradual Contraction, Spherical Branch, Butterfly Valve (inlet)
Elevasi tiap pipa
(Elevation of joint): EL (m) Debit aliran alir masuk turbin (Add Demand): QT (m3/s) Klik Calculate Result LogBerhasil Tidak Ya
View Result Drawing:
Kerugian Head Mayor: hf(m)
Kerugian Head Minor: hm(m)
BAB IV
PERHITUNGAN DAN ANALISISHASIL PERHITUNGAN
4.1 Hubungan Antara Bukaan Sudu Pengarah (GVO) Terhadap Debit Air Masuk Turbin
Data bukaan sudu pengarah (Guide Vane Opening/GVO) terhadap debit air masuk turbin (QT) di bawah ini merupakan hasil pengujian Turbin Francis
Vertikal Unit-4 PLTA Tanggayang dilakukan oleh P.T. Inalum Power Plant (Persero) pada tanggal 13 Agustus 2012 (lampiran 2). Bukaan sudu pengarah (GVO) yang dipakai ada sembilan variasi, yaitu sebesar 102 mm; 132 mm; 161 mm; 168 mm; 176 mm; 183 mm; 186 mm; 191 mm; dan 195 mm.
Adapun angka-angka tersebut didapat dari Guide Vane Meter, dan pembacaan data dilakukan secara manual di Turbin Pit yang ditampilkan dalam skala 0-195 mm. Hubungan antara bukaan sudu pengarah (GVO) dengan debit air masuk turbin (QT) ditunjukkan pada tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1Hubungan bukaan sudu pengarah (GVO)dan debit air masuk turbin (QT) GVO (mm) QT (m3/s) 102 16,136 132 23,136 161 30,11 168 31,933 176 33,746 183 35,58 186 36,53 191 37,385
195 38,22
Berikut ini adalah grafik hubungan bukaan sudu pengarah (GVO)dan debit air masuk turbin (QT) yang ditunjukkan pada gambar 4.1.
Gambar 4.1. Grafik Hubungan Antara Bukaan Sudu Pengarah (GVO) dan Debit Air Masuk Turbin (QT)
Grafik pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa semakin besar bukaan sudu pengarah (GVO) maka debit air masuk turbin (QT) akan semakin besar. Hal ini
disebabkan oleh semakin besar GVO maka sudu pengarah (guide vane), yang menutup air yang masuk sebelum masuk ke turbin, semakin terbuka. Jika semakin besar bukaannya maka semakin banyak air yang masuk (debit air masuk/QT).
4.2 Perhitungan Kerugian Head pada Tiap GVO 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 0 50 100 150 200 250 Q T (m 3/ s) GVO (mm)
GVO vs Q
T
Kerugian head yang dihitung dalam penelitian ini yaitu kerugian head dari
gate valve sampai inlet valve Turbin Francis Vertikal Unit-4PLTA Tangga PT.
Inalum Power Plant (IPP). Penulis menggunakan dua metode untuk menghitung kerugian head, yaitu menghitung kerugian head dengan metode analisis perhitungan dari persamaan Hazen-Williams dan dengan metode simulasi dari
Software Pipe Flow Exper V 6.39.
4.2.1 Kerugian Head Mayor (Perhitungan)
Perhitungan kerugian head mayorpada pipa di PLTA TanggaPT. Inalum Power Plant (IPP) digunakan persamaan Hazen-Williams, seperti yang dituliskan pada persamaan 2.23. Pada penelitian ini tidak bisa digunakan persamaan
Darcy-Weisbachkarena pada diagram Moody,yang digunakanuntuk mencari faktor
gesekan dalam persamaan Darcy-Weisbach, tidak mencakup untuk pipa yang berdiameter sangat besar. Hal tersebut terbukti dari diagram Moody yang terbatas untuk interpolasi antara nilai relative roughness(ε/D= 0,000001 sampai 0,05), bilangan Reynolds (Re= 103sampai 108), dan faktor gesekan (f= 0,008 sampai 0,1). Diagram Moody dapat dilihat pada lampiran 1. Jadi digunakan persamaan
Hazen-Williamsyang cocok untuk perhitungan kerugian head mayor di pipa di PLTA
TanggaPT. Inalum Power Plant (IPP).
Berikut ini adalah perhitungan untuk nilai bilangan Reynolds dan nilai
relative roughness pada pipa di PLTA TanggaPT. Inalum Power Plant (IPP) yang
diambil dari ukuran pipa terkecil dengan bukaan sudu pengarah (GVO) terkecil hingga ukuran pipa terbesar dengan GVO terbesar.
Diketahui : Massa jenis air (ρair @27oC) = 996,5 kg/m3(dari lampiran 4)
Viskositas air (μair @27oC) = 8,88 x 10-4 Ns/m2 (dari lampiran 4)
Nilai kekasaran pipa (εs.steel) = 0,000015 m (dari lampiran 3)
Ditanya :Redanε/Ddari ukuran pipa terkecil dengan bukaan sudu pengarah (GVO) terkecil hingga ukuran pipa terbesar dengan GVO terbesar? Penyelesaian:
Bilangan Reynolds dan nilai relative roughness pada pipa di PLTA Tangga dengan diameter terkecil (D = 2,6 m) dan GVO terkecil (102 mm) (di
Penstock #4) 𝑅𝑒 = 𝜌𝑣𝐷 𝜇 = 996,8 . ( 4,251 0,785.2,62) . 2,6 8,88 . 10−4 = 2.337.99,77 𝜀 𝐷 = 0,000015 2,6 = 0,000005769
Bilangan Reynolds dan nilai relative roughness pada pipa di PLTA Tangga dengan diameter terbesar (D = 6,1 m) dan GVO terkecil (102 mm) (di
Head Race Tunnel)
𝑅𝑒 =𝜌𝑣𝐷 𝜇 = 996,8 . ( 4,251 0,785.6,12) . 6,1 8,88 . 10−4 = 996.521,5085 𝜀 𝐷 = 0,000015 6,1 = 0,000002459
Bilangan Reynolds dan nilai relative roughness pada pipa di PLTA Tangga dengan diameter terkecil (D = 2,6 m) dan GVO terbesar (195 mm) (di
Penstock #4) 𝑅𝑒 =𝜌𝑣𝐷 𝜇 = 996,8 . ( 42,14 0,785.2,52) . 2,6 8,88 . 10−4 = 24.103.364 𝜀 𝐷 = 0,000015 2,6 = 0,000006
Bilangan Reynolds dan nilai relative roughness pada pipa di PLTA Tangga dengan diameter terbesar (D = 6,1 m) dan GVO terbesar (195 mm) (di
Head Race Tunnel)
𝑅𝑒 =𝜌𝑣𝐷 𝜇 = 996,8 . ( 42,14 0,785.62) . 6,1 8,88 . 10−4 = 40.175.081 𝜀 𝐷 = 0,000015 6,1 = 0,0000025
Berdasarkan nilai bilangan Reynolds(Re) dan nilai relative roughness (ε/D)pada pipa di PLTA Tangga diketahui bahwa untuk GVO terkecil maka nilai
friction factor (f) pada diagram Moody dapat diinterpolasikan, sedangkan untuk
GVO terbesar tidak dapat diinterpolasikan karena tidak tercakup pada diagram
Moody. Jadi dalam metode analisis perhitungan hanya dapat digunakan persamaan Hazen-Williams yang dapat menghitung kerugian head mayor pada GVO terkecil
dan terbesar. Jika ingin menghitung kerugian head mayor pada GVO terkecil dan terbesar dengan menggunakan persamaan Darcy-Weisbach dan Colebrook-White maka dapat digunakan Software Pipe Flow Expert V 6.39.
Persamaan Swamee-Jain, Hardy Cross, Manning dan Chezy tidak digunakan untuk perhitungan kerugian head mayor karena persamaan-persamaan tersebut adalah persamaan yang dikenalkan sebelum persamaan Hazen-Williams dan Darcy-Weisbach sehingga keempat persamaan tersebut belum diperbarui dan hasilnya tidak sebaik/seakurat dari persamaan Hazen-Williams dan
Darcy-Weisbach. Selain itu parameter perhitungan dari persamaan Hazen-Williams dan Darcy-Weisbach lebih lengkap.
Berikut ini adalah tabel-tabel yang menunjukkan perhitungan kerugian
head mayor pada tiap GVO di setiap komponen pipa dengan menggunakan
persamaan Hazen-Williams.
Tabel 4.2 Kerugian Head Mayor pada GVO 102 mm
No. Komponen Q Q (m3/s) C D (m) L (m) hf (m)
1 Head Race Tunnel 4Qt 64.544 140 6.1 1673 0.6383 2 Penstock #1 2Qt 32.272 140 4.3 52.1 0.0303 3 Penstock #2 2Qt 32.272 140 4.1 228.3 0.1673 4 Penstock #3 2Qt 32.272 140 3.8 175.5 0.1862 5 Penstock #4 Qt 16.136 140 2.6 20 0.0374
Tabel 4.3 Kerugian Head Mayor pada GVO 132 mm
No. Komponen Q Q (m3/s) C D (m) L (m) h f (m)
1 Head Race Tunnel 4Qt 92.544 140 6.1 1673 1.2431 2 Penstock #1 2Qt 46.272 140 4.3 52.1 0.0590 3 Penstock #2 2Qt 46.272 140 4.1 228.3 0.3258 4 Penstock #3 2Qt 46.272 140 3.8 175.5 0.3626 5 Penstock #4 Qt 23.136 140 2.6 20 0.0728
∑hf (m) 2.0632
Tabel 4.4 Kerugian Head Mayor pada GVO 161 mm
No. Komponen Q Q (m3/s) C D (m) L (m) hf (m)
1 Head Race Tunnel 4Qt 120.44 140 6.1 1673 2.0239 2 Penstock #1 2Qt 60.22 140 4.3 52.1 0.0960 3 Penstock #2 2Qt 60.22 140 4.1 228.3 0.5304 4 Penstock #3 2Qt 60.22 140 3.8 175.5 0.5903
5 Penstock #4 Qt 30.11 140 2.6 20 0.1185
∑hf (m) 3.3591
Tabel 4.5 Kerugian Head Mayor pada GVO 168 mm
No. Komponen Q Q (m3/s) C D (m) L (m) h f (m)
1 Head Race Tunnel 4Qt 127.732 140 6.1 1673 2.2564 2 Penstock #1 2Qt 63.866 140 4.3 52.1 0.1070 3 Penstock #2 2Qt 63.866 140 4.1 228.3 0.5913 4 Penstock #3 2Qt 63.866 140 3.8 175.5 0.6581
5 Penstock #4 Qt 31.933 140 2.6 20 0.1321
∑hf (m) 3.7449
Tabel 4.6 Kerugian Head Mayor pada GVO 176 mm
No. Komponen Q Q (m3/s) C D (m) L (m) hf (m)
1 Head Race Tunnel 4Qt 134.984 140 6.1 1673 2.4991 2 Penstock #1 2Qt 67.492 140 4.3 52.1 0.1185 3 Penstock #2 2Qt 67.492 140 4.1 228.3 0.6549 4 Penstock #3 2Qt 67.492 140 3.8 175.5 0.7289 5 Penstock #4 Qt 33.746 140 2.6 20 0.1463
∑hf (m) 4.1478
Tabel 4.7 Kerugian Head Mayor pada GVO 183 mm
No. Komponen Q Q (m3/s) C D (m) L (m) hf (m)
1 Head Race Tunnel 4Qt 142.32 140 6.1 1673 2.7562 2 Penstock #1 2Qt 71.16 140 4.3 52.1 0.1307 3 Penstock #2 2Qt 71.16 140 4.1 228.3 0.7223 4 Penstock #3 2Qt 71.16 140 3.8 175.5 0.8039
5 Penstock #4 Qt 35.58 140 2.6 20 0.1613
∑hf (m) 4.5744
Tabel 4.8 Kerugian Head Mayor pada GVO 186 mm
No. Komponen Q Q (m3/s) C D (m) L (m) hf (m)
2 Penstock #1 2Qt 73.06 140 4.3 52.1 0.1372 3 Penstock #2 2Qt 73.06 140 4.1 228.3 0.7584 4 Penstock #3 2Qt 73.06 140 3.8 175.5 0.8440
5 Penstock #4 Qt 36.53 140 2.6 20 0.1694
∑hf (m) 4.8029
Tabel 4.9 Kerugian Head Mayor pada GVO 191 mm
No. Komponen Q Q (m3/s) C D (m) L (m) hf (m)
1 Head Race Tunnel 4Qt 149.54 140 6.1 1673 3.0204 2 Penstock #1 2Qt 74.77 140 4.3 52.1 0.1432 3 Penstock #2 2Qt 74.77 140 4.1 228.3 0.7915 4 Penstock #3 2Qt 74.77 140 3.8 175.5 0.8810 5 Penstock #4 Qt 37.385 140 2.6 20 0.1768
∑hf (m) 5.0129
Tabel 4.10 Kerugian Head Mayor pada GVO 195 mm
No. Komponen Q Q (m3/s) C D (m) L (m) hf (m)
1 Head Race Tunnel 4Qt 152.88 140 6.1 1673 3.1464 2 Penstock #1 2Qt 76.44 140 4.3 52.1 0.1492 3 Penstock #2 2Qt 76.44 140 4.1 228.3 0.8246 4 Penstock #3 2Qt 76.44 140 3.8 175.5 0.9177
5 Penstock #4 Qt 38.22 140 2.6 20 0.1842
4.2.2 Kerugian HeadMinor (Perhitungan)
Kerugian head minor dihitung dengan menggunakan persamaan kerugian
head minor seperti yang dituliskan pada persamaan 2.30. Di dalam persamaan
tersebut terdapat nilai resistance coefficent (k), kecepatan aliran air (v), dan percepatan gravitasi (g). Untuk mendapatkan nilai kerugian head minor diperlukan ketiga nilai tersebut. Nilai K pada tabel di bawah ini bersumber dari lampiran 6, 7, 8, 9 dan 10. Tabel 4.11 di bawah ini adalah tabel resistance
coefficent (K) pada kelengkapan pipa di PLTA TanggaPT. Inalum Power Plant
(IPP).
Tabel 4.11 Resistance Coefficent (K) pada Kelengkapan Pipa PLTA Tangga
No. Komponen Kelengkapan Pipa K ∑nK
1 Head Race Tunnel Entrance 0,25 0,4 Gate Valve 0,15 2 Penstock #1
Entrance (Wye Branch) 0,5
0,68
Bending 90o (R/D=15/4) 0,17
Gradual Contraction (P#1 - P#2) 0,01
3 Penstock #2 Gradual Contraction (P#2 - P#3) 0,01 0,01
4 Penstock #3
Bending 90o (R/D=12,5/3,5) 0,17
0,97
Spherical Branch 0,8
5 Penstock #4 Inlet Valve (Butterfly Valve) 0,5 0,5
Selain nilai K, diperlukan juga nilai kecepatan aliran air (v) pada kelengkapan pipa untuk menghitung kerugian head minor. Kecepatan aliran air diperoleh dari persamaan kontinuitas seperti yang dituliskan pada persamaan 2.30. Berikut ini adalah contoh proses perhitungan kecepatan aliran pada GVO 102 mm di Head Race Tunnel.
Berikut ini adalah tabel-tabel hasil perhitungan kecepatan aliran pada tiap GVO di setiap komponen pipa.
Tabel 4.12 Kecepatan Aliran Air pada GVO 102 mm
No. Komponen Q Q (m3/s) D (m) A (m2) v (m/s)
1 Head Race Tunnel 4Qt 64,5440 6,1 29,236 2,20766 2 Penstock #1 2Qt 32,272 4,4 15,211 2,12156 3 Penstock #2 2Qt 32,272 4,1 13,208 2,44339 4 Penstock #3 2Qt 32,272 3,8 11,346 2,84442 5 Penstock #4 Qt 16,136 2,6 5,311 3,03798
Tabel 4.13 Kecepatan Aliran Air pada GVO 132 mm
No. Komponen Q Q (m3/s) D (m) A (m2) v (m/s)
1 Head Race Tunnel 4Qt 92,544 6,1 29,236 3,16537 2 Penstock #1 2Qt 46,272 4,4 15,211 3,04192 3 Penstock #2 2Qt 46,272 4,1 13,208 3,50337 4 Penstock #3 2Qt 46,272 3,8 11,346 4,07837 5 Penstock #4 Qt 23,136 2,6 5,311 4,35589
Tabel 4.14 Kecepatan Aliran Air pada GVO 161 mm
No. Komponen Q Q (m3/s) D (m) A (m2) v (m/s)
1 Head Race Tunnel 4Qt 120,44 6,1 29,236 4,11952 2 Penstock #1 2Qt 60,22 4,4 15,211 3,95887 3 Penstock #2 2Qt 60,22 4,1 13,208 4,55941 4 Penstock #3 2Qt 60,22 3,8 11,346 5,30773
5 Penstock #4 Qt 30,11 2,6 5,311 5,66891
Tabel 4.15 Kecepatan Aliran Air pada GVO 168 mm
No. Komponen Q Q (m3/s) d (m) A (m2) v (m/s)
1 Head Race Tunnel 4Qt 127,732 6,1 29,236 4,36893 2 Penstock #1 2Qt 63,866 4,4 15,211 4,19855 3 Penstock #2 2Qt 63,866 4,1 13,208 4,83546 4 Penstock #3 2Qt 63,866 3,8 11,346 5,62909 5 Penstock #4 Qt 31,933 2,6 5,311 6,01213
Tabel 4.16 Kecepatan Aliran Air pada GVO 176 mm
No. Komponen Q Q (m3/s) D (m) A (m2) v (m/s)
1 Head Race Tunnel 4Qt 134,984 6,1 29,236 4,61698 2 Penstock #1 2Qt 67,492 4,4 15,211 4,43693 3 Penstock #2 2Qt 67,492 4,1 13,208 5,10999 4 Penstock #3 2Qt 67,492 3,8 11,346 5,94868 5 Penstock #4 Qt 33,746 2,6 5,311 6,35347
Tabel 4.17 Kecepatan Aliran Air pada GVO 183 mm
No. Komponen Q Q (m3/s) D (m) A (m2) v (m/s)
1 Head Race Tunnel 4Qt 142.32 6.1 29.236 4.86790 2 Penstock #1 2Qt 71.16 4.4 15.211 4.67806
3 Penstock #2 2Qt 71.16 4.1 13.208 5.38770 4 Penstock #3 2Qt 71.16 3.8 11.346 6.27197 5 Penstock #4 Qt 35.58 2.6 5.311 6.69876
Tabel 4.18 Kecepatan Aliran Air pada GVO 186 mm
No. Komponen Q Q (m3/s) D (m) A (m2) v (m/s)
1 Head Race Tunnel 4Qt 146.12 6.1 29.236 4.99787 2 Penstock #1 2Qt 73.06 4.4 15.211 4.80297 3 Penstock #2 2Qt 73.06 4.1 13.208 5.53156 4 Penstock #3 2Qt 73.06 3.8 11.346 6.43944 5 Penstock #4 Qt 36.53 2.6 5.311 6.87762
Tabel 4.19 Kecepatan Aliran Air pada GVO 191 mm
No. Komponen Q Q (m3/s) D (m) A (m2) v (m/s)
1 Head Race Tunnel 4Qt 149.54 6.1 29.236 5.11485 2 Penstock #1 2Qt 74.77 4.4 15.211 4.91538 3 Penstock #2 2Qt 74.77 4.1 13.208 5.66102 4 Penstock #3 2Qt 74.77 3.8 11.346 6.59015 5 Penstock #4 Qt 37.385 2.6 5.311 7.03860
Tabel 4.20 Kecepatan Aliran Air pada GVO 195 mm
No. Komponen Q Q (m3/s) D(m) A (m2) v (m/s)
1 Head Race Tunnel 4Qt 152.88 6.1 29.236 5.22909 2 Penstock #1 2Qt 76.44 4.4 15.211 5.02517
3 Penstock #2 2Qt 76.44 4.1 13.208 5.78746 4 Penstock #3 2Qt 76.44 3.8 11.346 6.73735 5 Penstock #4 Qt 38.22 2.6 5.311 7.19580
Tabel-tabel di atas menunjukkan bahwa nilai-nilai kecepatan aliran air pada tiap kelengkapan pipa akan semakin besar jika GVO semakin besar pula. Hal ini disebabkan karena nilai debit air masuk turbin (QT) yang semakin besar jika
GVO semakin pula. Tabel-tabel tersebut membuktikan bahwa kecepatan aliran air (v) berbanding lurus debit air masuk turbin (QT).
Hasil perhitungan nilai K dan v digunakan untuk menghitung kerugian
head minor pada tiap GVO. Nilai percepatan gravitasi (g) yang dipakai yaitu
sebesar 9,7796 m/s2 sesuai dengan keadaan di PLTA Tangga PT. Inalum Power Plant (IPP). Berikut ini adalah contoh proses perhitungan kerugian head minor pada GVO 102 mm di Head Race Tunnel. Tabel-tabel berikut ini akan menunjukkan hasil perhitungan kerugian head minor pada tiap GVO di setiap komponen pipa.
Tabel 4.21 Kerugian Head Minor pada GVO 102 mm
No. Komponen ∑nK v (m/s) v2/2g (m) hm (m)
1 Head Race Tunnel 0.4 2.20766 0.24918006 0.099672 2 Penstock #1 0.68 2.12156 0.23012275 0.156483 3 Penstock #2 0.01 2.44339 0.30523512 0.003052 4 Penstock #3 0.97 2.84442 0.41365317 0.401244 5 Penstock #4 0.5 3.03798 0.47186605 0.235933
∑hm (m) 0.896384
No. Komponen ∑nK v (m/s) v2/2g (m) hm (m)
1 Head Race Tunnel 0.4 3.16537 0.51226877 0.204908 2 Penstock #1 0.68 3.04192 0.47309079 0.321702 3 Penstock #2 0.01 3.50337 0.6275104 0.006275 4 Penstock #3 0.97 4.07837 0.85039786 0.824886 5 Penstock #4 0.5 4.35589 0.97006921 0.485035
∑hm (m) 1.842805
Tabel 4.22 Kerugian Head Minor pada GVO 132 mm
No. Komponen ∑nK v (m/s) v2/2g (m) hm (m)
1 Head Race Tunnel 0.4 3.16537 0.51226877 0.204908 2 Penstock #1 0.68 3.04192 0.47309079 0.321702 3 Penstock #2 0.01 3.50337 0.6275104 0.006275 4 Penstock #3 0.97 4.07837 0.85039786 0.824886 5 Penstock #4 0.5 4.35589 0.97006921 0.485035
∑hm (m) 1.842805
Tabel 4.22 Kerugian Head Minor pada GVO 132 mm
No. Komponen ∑nK v (m/s) v2/2g (m) hm (m)
1 Head Race Tunnel 0.4 3.16537 0.51226877 0.204908 2 Penstock #1 0.68 3.04192 0.47309079 0.321702 3 Penstock #2 0.01 3.50337 0.6275104 0.006275 4 Penstock #3 0.97 4.07837 0.85039786 0.824886 5 Penstock #4 0.5 4.35589 0.97006921 0.485035
∑hm (m) 1.842805
Tabel 4.23 Kerugian Head Minor pada GVO 161 mm
No. Komponen ∑nK v (m/s) v2/2g (m) hm (m)
1 Head Race Tunnel 0.4 4.11952 0.86764515 0.347058 2 Penstock #1 0.68 3.95887 0.80129308 0.544879 3 Penstock #2 0.01 4.55941 1.06283588 0.010628 4 Penstock #3 0.97 5.30773 1.44034509 1.397135 5 Penstock #4 0.5 5.66891 1.64303962 0.82152
∑hm (m) 3.12122
Tabel 4.24 Kerugian Head Minor pada GVO 168 mm
No. Komponen ∑nK v (m/s) v2/2g (m) hm (m)
1 Head Race Tunnel 0.4 4.36893 0.97588599 0.390354 2 Penstock #1 0.68 4.19855 0.90125476 0.612853 3 Penstock #2 0.01 4.83546 1.19543097 0.011954 4 Penstock #3 0.97 5.62909 1.62003836 1.571437 5 Penstock #4 0.5 6.01213 1.84801562 0.924008
∑hm (m) 3.510607
Tabel 4.25 Kerugian Head Minor pada GVO 176 mm
No. Komponen ∑nK v (m/s) v2/2g (m) hm (m)
1 Head Race Tunnel 0.4 4.61698 1.08984541 0.435938 2 Penstock #1 0.68 4.43693 1.00650067 0.68442
3 Penstock #2 0.01 5.10999 1.33502381 0.01335 4 Penstock #3 0.97 5.94868 1.80921478 1.754938 5 Penstock #4 0.5 6.35347 2.06381555 1.031908
∑hm (m) 3.920555
Tabel 4.26 Kerugian Head Minor pada GVO 183 mm
No. Komponen ∑nK v (m/s) v2/2g (m) hm (m)
1 Head Race Tunnel 0.4 4.86790 1.21152452 0.48461 2 Penstock #1 0.68 4.67806 1.11887221 0.760833 3 Penstock #2 0.01 5.3877 1.48407457 0.014841 4 Penstock #3 0.97 6.27197 2.0112074 1.950871 5 Penstock #4 0.5 6.69876 2.2942342 1.147117
∑hm (m) 4.358272
Tabel 4.27 Kerugian Head Minor pada GVO 186 mm
No. Komponen ∑nK v (m/s) v2/2g (m) hm (m)
1 Head Race Tunnel 0.4 4.99787 1.27708212 0.510833 2 Penstock #1 0.68 4.80297 1.17942047 0.802006 3 Penstock #2 0.01 5.53156 1.56438689 0.015644 4 Penstock #3 0.97 6.43944 2.12004517 2.056444 5 Penstock #4 0.5 6.87762 2.41838403 1.209192
∑hm (m) 4.594118
Tabel 4.28 Kerugian Head Minor pada GVO 191 mm
1 Head Race Tunnel 0.4 5.11485 1.33756445 0.535026 2 Penstock #1 0.68 4.91538 1.23527345 0.839986 3 Penstock #2 0.01 5.66102 1.63846923 0.016385 4 Penstock #3 0.97 6.59015 2.2204424 2.153829 5 Penstock #4 0.5 7.0386 2.53292006 1.26646 ∑hm (m) 4.811686
Tabel 4.29 Kerugian Head Minor pada GVO 195 mm
No. Komponen ∑nK v (m/s) v2/2g (m) hm (m)
1 Head Race Tunnel 0.4 5.22909 1.3979806 0.559192 2 Penstock #1 0.68 5.02517 1.2910719 0.877929 3 Penstock #2 0.01 5.78746 1.71247767 0.017125 4 Penstock #3 0.97 6.73735 2.32074344 2.251121 5 Penstock #4 0.5 7.1958 2.6473239 1.323662
∑hm (m) 5.029029
4.2.3 Kerugian Head Total (Perhitungan)
Kerugian head total dihitung dengan menggunakan persamaan 2.31, dimana head total merupakan hasil penjumlahan dari Head mayor dan Head
minor.
Tabel 4.30 di bawah ini adalah hasil perhitungan kerugian head total dengan menggunakan persamaan Hazen-Williams dan persamaan kerugian head minor pada tiap GVO.
Tabel 4.30Kerugian HeadTotal pada Tiap GVO
102 1.0593 0.896384 1.955684 132 2.0632 1.842805 3.906005 161 3.3591 3.12122 6.48032 168 3.7449 3.510607 7.255507 176 4.1478 3.920555 8.068355 183 4.5744 4.358272 8.932672 186 4.8029 4.594118 9.397018 191 5.0129 4.811686 9.824586 195 5.222 5.029029 10.251029
Grafik pada gambar 4.2 di bawah ini menunjukkan hubungan antara GVO dan kerugian headtotal.
Gambar 4.2. Grafik Hubungan GVO dengan Kerugian HeadTotal 0 2 4 6 8 10 12 0 50 100 150 200 250 K e ru gi an He ad T ot al (m ) GVO (mm)
Berdasarkan grafik pada gambar 4.2 ditunjukkan bahwa semakin besar GVO maka semakin besar pula kerugian headtotal yang terjadi pada pipa dan kelengkapannya di PLTA Tangga PT. IPP. Hal ini disebabkan karena kerugian
headtotal dipengaruhi oleh debit air yang masuk (QT). Semakin besar QT maka
semakin besar kerugian headtotal dan kecepatan aliran yang terjadi. Jadi, semakin besar kecepatan aliran air (v) maka semakin besar kerugian headmayor dan minor.
4.2.4 Kerugian Head Mayor(Simulasi dan Galat)
Hasil perhitungan kerugian headmayor di bawah ini merupakan hasil perhitungan dari Software Pipe Flow Expert V 6.39. Nilai kerugian headmayor dari masing-masing komponen pipadan tampilan Software Pipe Flow Exper V
6.39 dilampirkan pada lampiran 11. Berikut ini adalah tabel 4.31 yang
menunjukkan perbandingan hasil perhitungan antara kerugian headmayor dengan metode analisis perhitungan (persamaan Hazen-Williams) dan simulasi (Software
Pipe Flow Expert V 6.39) serta galatnya yang dinyatakan dalam persen.
Berikut ini adalah contoh proses perhitungan galat kerugian head mayor antara metode analisis perhitungan dan simulasi pada GVO 102 mm.
Tabel 4.31 Kerugian HeadMayor pada Tiap GVO (Perhitungan dan Simulasi).
GVO (mm) ∑hf perhitungan (m) ∑hf simulasi (m) Galat (%)
102 1.0593 0.903 14.75502690 132 2.0632 1.790 13.24156650 161 3.3591 2.961 11.85138876 168 3.7449 3.312 11.55972122 176 4.1478 3.681 11.25415883 183 4.5744 4.075 10.91727877 186 4.8029 4.108 14.46834204 191 5.0129 4.483 10.57072752
195 5.2220 4.677 10.43661432 Gambar 4.3 berikut ini adalah grafik yang menunjukan perbandingan hasil perhitungan antara kerugian headmayor dengan metode analisis perhitungan (persamaan Hazen-Williams) dan simulasi (Software Pipe Flow Expert V 6.39) serta galatnya yang dinyatakan dalam persen.
Gambar 4.3. Grafik Hubungan Kerugian HeadMayor dan GVO
Berdasarkan tabel dan grafik di atas ditunjukkan bahwa galat antara metode analisis perhitungan dan simulasi menunjukkan nilai yang cukup besar karena metode penghitungan yang digunakan antara analisis perhitungan dan simulasi berbeda. Kerugian headmayor yang dihitung pada analisis perhitungan menggunakan persamaan Hazen-Williams, sedangkan pada simulasi menggunakan persamaan Darcy-Weisbach. Alasan dari perbedaan penggunan rumus ini sudah dijelaskan pada sub bab 4.2.1.
4.2.5 Kerugian HeadMinor (Simulasi dan Galat)
Hasil perhitungan kerugian headminor berikut ini merupakan hasil 0 1 2 3 4 5 6 0 50 100 150 200 250 K e ru gi an He ad M ay or (m ) GVO (mm) hL perhitungan (m) hL simulasi (m) GVO VS KERUGIAN HEAD MAYOR
dari masing-masing komponen pipadan tampilan Software Pipe Flow Expert V
6.39 dilampirkan pada lampiran 11. Berikut ini adalah tabel 4.32 yang
menunjukan perbandingan hasil perhitungan antara kerugian headminor dengan analisis perhitungan (persamaan Hazen-Williams) dan simulasi (Software Pipe
Flow Expert V 6.39) serta galatnya yang dinyatakan dalam persen.
Berikut ini adalah contoh proses perhitungan galat kerugian head minor antara metode analisis perhitungan dan simulasi pada GVO 102 mm.
Tabel 4.32 Kerugian HeadMinor pada Tiap GVO (Perhitungan dan Simulasi)
GVO (mm) ∑hm perhitungan (m) ∑hm simulasi (m) Galat (%)
102 0,896384 0,908 1,29587320 132 1,842805 1,870 1,47573943 161 3,12122 3,167 1,46673416 168 3,510607 3,563 1,49241997 176 3,920555 3,979 1,49073282 183 4,358272 4,423 1,48517578 186 4,594118 4,663 1,49935200 191 4,811686 4.883 1,48210004 195 5,029029 5.104 1,49076492
Gambar 4.4 berikut ini adalah grafik yang menunjukan perbandingan hasil perhitungan antara kerugian headminor dengan analisis perhitungan (persamaan
Hazen-Williams) dan simulasi (Software Pipe Flow Expert V 6.39) serta galatnya
Gambar 4.4. Grafik Hubungan Kerugian HeadMinor dan GVO (Perhitungan dan Simulasi)
Berdasarkan tabel dan grafik di atas ditunjukkan bahwa galat antara metode analisis perhitungan dan simulasi menunjukkan nilai yang sangat kecil sehingga kedua kurva pada grafik berimpit. Hal itu disebabkan karena persamaan yang digunakan antara metode analisis perhitungan dan simulasi (Software Pipe
Flow Expert V 6.39) sama yaitu dengan menggunakan persamaan kerugian head
minor.
4.2.6 Kerugian Head Total(Simulasi dan Galat)
Kerugian head total di bawah ini adalah hasil dari penjumlahan kerugian head mayor dan minor dari metode simulasi (Software Pipe Flow Expert V 6.39). Kerugian head total antara simulasi dan perhitungan dicari nilai galatnya. Berikut ini adalah contoh proses perhitungan galat kerugian head total antara metode analisis perhitungan dan simulasi pada GVO 102 mm.
0 1 2 3 4 5 6 0 50 100 150 200 250 K er u gian Head Min o r (m ) GVO (mm) H efektif perhitungan (m) H efektif simulasi (m) GVO VS KERUGIAN HEAD MINOR
Tabel 4.33 di bawah ini menunjukkan hasil perhitungan dan galat antara kerugian headtotal dengan menggunakan metode analisis perhitungan dan simulasi pada tiap GVO.
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai galat dari 4,58518847% hingga 7,39812771%. Nilai galat terbesar terdapat pada GVO 102 mm dan terkecil pada GVO 195 mm. Gambar 4.5 di bawah ini adalah grafik yang menunjukkan perbandingan antara kerugian head total dengan menggunakan metode analisis perhitungan dan simulasi (Software Pipe Flow Expert V 6.39). Gambar 4.5 di bawah ini merupakan grafik yang menunjukkan hasil perhitungan dan galat antara
kerugian head total dengan menggunakan metode analisis perhitungan dan
simulasi pada tiap GVO.
Tabel 4.33 Kerugian HeadTotal (Simulasi dan Galat) pada Tiap GVO
GVO (mm) hL perhitungan (m) hL simulasi (m) Galat (%)
102 1.955684 1.811 7.39812771 132 3.906005 3.66 6.29812302 161 6.48032 6.128 5.43676855 168 7.255507 6.875 5.24438885 176 8.068355 7.66 5.06119277 183 8.932672 8.498 4.86609158 186 9.397018 8.771 6.66187933 191 9.824586 9.366 4.66773867 195 10.251029 9.781 4.58518847
Gambar 4.5 Grafik Kerugian HeadTotal pada Tiap GVO (Simulasi dan Galat)
Berdasarkan grafik pada gambar 4.5 di atas ditunjukkan bahwa hasil perhitungan kerugian headdengan menggunakan metode analisis perhitungan lebih besar daripada menggunakan simulasi (Software Pipe Flow Expert V 6.39).
4.3 Perhitungan Head Efektif pada Tiap GVO
Head efektif yang dihitung pada penelitian ini merupakan head maksimum
pada Turbin Francis Vertikal Unit-4 PLTA Tangga PT. IPP yang dikurangi dengan kerugian head total dari gate valve sampai inlet valve. Kerugian head total yang dipakai dalam penghitungan head efektif ini berasal dari penghitungan dengan menggunakan metode analisis perhitungan dan simulasi (Software Pipe
Flow Expert V 6.39).
4.3.1 Head Efektif pada Tiap GVO (Perhitungan)
Head efektif merupakan hasil pengurangan head maksimum dengan
kerugian head total. Berikut ini adalah contoh proses perhitungan head efektif pada GVO 102 mm. 0 2 4 6 8 10 12 0 50 100 150 200 250 K er ug ia n He ad Tot al (m ) GVO (mm) hL perhitungan (m) hL simulasi (m)
GVO VS KERUGIAN HEAD TOTAL
Tabel 4.34 berikut ini adalah hubungan head efektif pada tiap GVO dengan menggunakan kerugian head total yang dihitung dengan metode analisis perhitungan.
Tabel 4.34 Head Efektif pada Tiap GVO (Perhitungan)
GVO (mm) hmax (m) hL (m) hefektif (m)
102 241.4 1.955684 239.444316 132 241.4 3.906005 237.493995 161 241.4 6.48032 234.91968 168 241.4 7.255507 234.144493 176 241.4 8.068355 233.331645 183 241.4 8.932672 232.467328 186 241.4 9.397018 232.002982 191 241.4 9.824586 231.575414 195 241.4 10.251029 231.148971
Gambar 4.6 berikut ini merupakan grafik hubungan head efektif pada tiap GVO dengan menggunakan metode analisis perhitungan.
Gambar 4.6. Grafik Hubungan Head Efektif pada Tiap GVO (Perhitungan) 4.3.2 Head Efektif pada Tiap Bukaan Sudu Pengarah (Simulasi dan Galat)
Head efektif berikut ini memerupakan hasil pengurangan head maksimum
dengan kerugian head total pada simulasi (Software Pipe Flow Expert V 6.39). Berikut ini adalah contoh proses perhitungan galat head efektif pada GVO 102 mm. Tabel 4.35 berikut ini adalah hubungan head efektif pada tiap GVO dengan menggunakan kerugian head total.
Tabel 4.35 Head Efektif pada Tiap GVO (Simulasi dan Galat)
GVO (mm) hefektif perhitungan (m) hefektif simulasi (m) Galat (%)
19,5 239,444316 239.589 0,06042490 78,0 237,493995 237,74 0,10358367 102,0 234,91968 235,272 0,14997466 129,5 234,144493 234,525 0,16250948 136,0 233,331645 233,74 0,17501055 143,0 232,467328 232,902 0,18698197 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 0 50 100 150 200 250 He ad E fe kti f (m ) GVO (mm)
GVO VS HEAD EFEKTIF
150,0 232,002982 232,629 0,26983188
160,5 231,575414 232,034 0,19802879
195,0 231,148971 231,619 0,20334462
Gambar 4.7 di berikut ini merupakan grafik hubungan head efektif pada tiap GVO dengan berdasarkan simulasi.
Gambar 4.7. Grafik Hubungan Head Efektif pada Tiap GVO (Simulasi dan Galat) 4.4 Hubungan Antara GVO danDaya Air (Water Horse Power)
Daya air dihitung dengan persamaan (2.35). dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa daya air berbanding lurus dengan debit air masuk turbin dan head efektif yang bekerja pada turbin. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan di atas maka diperoleh daya air yang bekerja pada turbin francis.
Tabel 4.36 berikut ini adalah besarnya daya air (WHP) pada masing-masing bukaan yang dihitung menggunakan persamaan diatas.
Tabel 4.36 Hubungan GVO terhadap Daya Air (WHP) 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 0 50 100 150 200 250 He ad E fe kti f (m ) GVO (mm) H efektif perhitungan (m) H efektif simulasi (m)
Adapun hubungan bukaan sudu pengarah dengan daya air dapat dilihat pada gambar 4.8 berikut ini
GVO(mm) Q (m3/s) 𝝆(𝒌𝒈/𝒎𝟑 ) 𝒈(𝒎/𝒔𝟐) h efektif (m) WHP (watt) 102 16,136 996,5 9,7796 239,444316 37.652.933,06 132 23,136 996,5 9,7796 237,493995 53.547.512,83 161 30,110 996,5 9,7796 234,91968 68.933.217,67 168 31,933 996,5 9,7796 234,144493 72.865.519,18 176 33,746 996,5 9,7796 233,331645 76.735.148,86 183 35,580 996,5 9,7796 232,467328 80.605.794,4 186 36,530 996,5 9,7796 232,002982 82.592.694,39 191 37,385 996,5 9,7796 231,575414 84.370.034,95 195 38,220 996,5 9,7796 231,148971 86.095.616,87
Gambar 4.8 Hubungan Bukaan Sudu Pengarah Dengan Daya Air
Dari grafik di atas terlihat bahwa besarnya daya air akan semakin besar seiring dengan semakin besarnya bukaan sudu pengarah. Hal ini dikarenakan untuk menghitung daya air merupakan hasil perkalian antara daya, percepatan gravitasi, rapat jenis air dan head efektif yang bekerja. Debit air yang semakin besar akan berbanding terbalik dengan head efektif yang semakin kecil.
4.5 Hubungan Antara GVO danDaya Terbangkit
Daya terbangkit berikut ini merupakan data hasil pembacaan pada Power
Meter yang terletak di Local Control Room. Data yang ditampilkan berupa
kapasitas arus yang berhasil dibangkitkan oleh system pembangkit. System pembangkit yang dimaksud adalah Turbin dan Generator. Data yang dihasilkan dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel 4.37 Hubungan GVO Terhadap Daya Terbangkit 0 10000000 20000000 30000000 40000000 50000000 60000000 70000000 80000000 90000000 100000000 0 50 100 150 200 250 W HP (w at t) GVO (mm)
GVO VS WHP
GVO (mm) Daya Terbangkit (watt)
Data daya terbangkit hasil pembacaan Power Meter akan digunakan untuk menghitung daya turbin. Hal ini dikarenakan alat pembaca daya yang dihasilkan turbin tidak tersedia pada PT. Inalum. Oleh karena itu digunakan data daya terbangkit dan efisiensi generator.Semakin besar bukaan sudu pengarah turbin francis maka daya terbangkit akan semakin besar seperti ditunjukkan oleh gambar 4.9 Berikut ini:
Gambar 4.9 Hubungan Sudu Pengarah Terhadap Daya Terbangkit 0 10000000 20000000 30000000 40000000 50000000 60000000 70000000 80000000 90000000 0 50 100 150 200 250 D ay a T erb angkit ( w at t) GVO (mm)
GVO vsDaya Terbangkit
132 47.386.667 161 63.603.333 168 67.713.333 176 71.650.000 183 75.340.000 186 77.600.000 191 79.455.000 195 80.316.666
Dari grafik diatas terlihat bahwa daya yang dibangkitkan oleh system mengalami nilai yang signifikan naik hingga bukaan 191 mm dan pada bukaan 195mm mengalami kenaikan tetapi tidak terlalu signifikan.
4.6.Hubungan Antara GVO danDaya Turbin
Adapun daya turbin yaitu daya yang berhasil dihasilkan oleh turbin. Daya yang dihasilkan oleh turbin ditransmisikan melalui poros turbin. Untuk menghitung daya turbin digunakan persamaan (2.38)
Tabel 4.38. Hubungan GVO Terhadap Daya Turbin
GVO (mm) Daya Terbangkit (watt) 𝜂𝐺(%) Daya Turbin (watt)
102 31.180.000 96,33333 32.366.783,13 132 47.386.667 97,37666 48.663.270,03 161 63.603.333 97,86 64.994.209,07 168 67.713.333 97,94 69.137.566,88 176 71.650.000 98,00 73.112.244,9 183 75.340.000 98,05 76.838.347,78 186 77.600.000 98,80 78.542.510,12 191 79.455.000 98,10 80.993.883,79 195 80.316.666 98,11 81.863.893,59
Semakin besar bukaan sudu pengarah maka daya turbin akan semakin besar juga seperti yang ditunjukkan gambar berikut ini.
Gambar 4.10 Hubungan Sudu Pengarah Terhadap Daya Turbin
Dari grafik diatas bahwa turbin menghasilkan daya paling kecil pada bukaan 102 mm yaitu sekitar 32.366.783,13 watt dan tertinggi pada bukaan 195 mm yaitu 81.863.893,59 watt. Daya yang dihasilkan oleh turbin mengalami kenaikan yang signifikan dari bukaan 102 mm hingga bukaan 191 mm pada bukaan 195 mm mengalami kenaikan tetapi tidak terlalu signifikan.
4.7.Hubungan Antara GVO danEfisiensi Turbin
Hasil akhir dari studi ini yaitu mendapatkan besaran efisiensi turnbin francis vertical di PT. Inalum. Untuk mendapatkan efisiensi maka dengan melakukan perbandingan daya yang dihasilkan oleh turbin terhadap daya yang dimilki oleh air tersebut seperti pada terlihat pada persamaan (2.39).
Tabel 4.39 Hubungan GVO Terhadap Efisiensi Turbin
GVO (mm) Daya Turbin (watt) WHP (watt) 𝜂𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛(%)
102 32.366.783,13 37.652..933,1 85,96085484 0 10000000 20000000 30000000 40000000 50000000 60000000 70000000 80000000 90000000 0 50 100 150 200 250 D ay a Tu rb in GVO (mm)
161 64.994.209,07 68.933.217,7 94,2857613 168 69.137.566,88 72.865.519,2 94,88379093 176 73.112.244,90 76.735.148,9 95,27869039 183 76.838.347,78 80.605.794,4 95,32608462 186 78.542.510,12 82.592.694,4 95,09619549 191 80.993.883,79 84.370.035 95,99840019 195 81.863.893,59 86.095.616,9 95,08485631
Dari tabel diatas terlihat bahwa semakin besar bukaan sudu pengarah akan semakin besar pula efisiensi turbin tersebut sampai mencapai bukaan 191 mm dan kemudian akan berkurang pada bukaan maksimum yaitu 195 mm. Besarnya efisiensi yang dihasilkan oleh turbin juga karena pengaruh kualitas dari runner turbin tersebut. Runner pada unit 4 PLTA Tangga telah ganti baru (renewable/improvement) untuk meningkatkan efisiensinya yaitu tepatnya pada tahun 2012.
Adapun grafik hubungan bukaan sudu pengarah dengan efisiensi turbin Francis vertical di unit 4 PLTA Tangga seperti terlihat pada gambar 4.11 berikut ini :
Gambar 4.11 Hubungan Sudu Pengarah Terhadap Efisiensi Turbin
Pada bukaan maksimum turbin akan mengalami penurunan efisiensi, hal ini dikarenakan turbin berputar terlalu cepat dari kecepatan turbin maksimal. Disaat debit air yang sangat besar melalui turbin, justru malah ditolak oleh turbin. Sehingga turbin mengalami perlambatan kecepatan dan mengakibatkan energi yang dihasilkan oleh pembangkit listrik lebih rendah dari energi optimum yang dapat dihasilkan. Oleh Karena itu, pengontrolan kecepatan air diperlukan dengan cara cut out speed. Pengertian cut out speed ialah kecepatan dimana turbin air akan mengurangi kecepatannya untuk melindungi dari kecepatan yang berlebihan.
84 86 88 90 92 94 96 98 0 50 100 150 200 250 Ef isi en si Tur b in (% ) GVO (mm)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan data analisa Turbin Francis Vertikal diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Pada Turbin Francis Vertikal Unit 4 PLTA Tangga PT. Inalum Power Plant semakin besar bukaan sudu pengarah maka akan berbanding lurus dengan besarnya kerugian head yang terjadi pada turbin tersebut. Pada bukaan terkecil yaitu 102 mm besarnya kerugian head yaitu 1,955684 m kemudian akan terus naik, hingga pada bukaan maksimum 195 mm besarnya kerugian head mencapai 10,251029 m. Semakin besarnya kerugian head yang terdapat pada turbin ini diakibatkan oleh semakin besarnya debit yang masuk turbin, juga karena semakin besarnya kecepatan aliran air di dalam instalasi turbin.
b. Dengan analisa menggunakan software Pipe Flow Expert didapat nilai kerugian head juga berbanding lurus seiring dengan semakin besarnya bukaan sudu pengarah. Pada simulasi program Pipe Flow Expert didapat nilai head terkecil yaitu pada bukaan 102 mm yaitu sebesar 1,811 m dan kemudian akan naik hingga bukaan maksimum 195 mm sehingga didapat besarnya kerugian head sebesar 9,781 m. Perbandingan hasil perhitungan kerugian head minor teoritis dan simulasi didapat persen ralat yang sangat kecil, sedangkan pada kerugian head mayor terdapat persen ralat yang cukup besar.
c. Semakin besarnya bukaan sudu pengarah maka akan semakin besar pula daya air dan daya turbin. Daya turbin minimum dihasilkan pada bukaan 102 mm yaitu sebesar 32366783,13 watt dan akan terus naik secara signifikan hingga bukaan 191 mm didapat besarnya 80.993.883,79 watt. Dan pada bukaan 195 mm daya turbin tetap naik tetapi tidak signifikan
yaitu hanya sebesar 81.863.893,59 watt. Hal ini disebabkan oleh semakin besarnya debit air masuk turbin, dan juga karena headnya yang semakin kecil. Pada Turbin Francis Vertikal Unit 4 PLTA Tangga PT. Inalum Power Plant didapat efisiensi minimum terjadi pada bukaan 102 mm yaitu sebesar 85,96085484 %. Efisiensi akan terus naik seiring bukaan sudu pengarah hingga bukaan 191 mm, dan pada bukaan 195 mm efisiensi akan turun kembali.
5.2 Saran
Adapun saran yang penulis berikan setelah melakukan analisis perhitungan dalam hasil perhitungan di penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Pada saat dilakukannya efficiency test di PT Inalum hendaknya diperlukan konsentrasi dalam pengamatan data sehingga keakuratan data dapat terjaga..
b. Pada saat pengolahan data menggunakan pipe flow perhatikan kmponen
fitting dan bending agar tidak terjadi kesalahan data yang menyebabkan
data eror.
c. Pengolahan data untuk perhitungan sebaiknya dilakukan menggunakan
Microsoft Excel karena akan memudahkan kita dalam penghitungan data