• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMODELAN SPASIAL RESIKO KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT LANGGENG KAYOMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMODELAN SPASIAL RESIKO KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT LANGGENG KAYOMAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PEMODELAN SPASIAL RESIKO KEBAKARAN HUTAN

DAN LAHAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LANGGENG KAYOMAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pemodelan Spasial Resiko Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Provinsi Kalimantan Barat” adalah

karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Pebruari 2010

Langgeng Kayoman NRP. E151070231

(3)

ABSTRACT

LANGGENG KAYOMAN. Modelling of Risk Level of Forest and Land Fires in West Kalimantan Province. Under the supervision of I NENGAH SURATI JAYA and LAILAN SYAUFINA

The spatial model of land and forest fire risk in West Kalimantan Province is described. The objectives of the study are (a) to identify the main causes of forest and land fires and (b) to establish forest fire risk index in West Kalimantan. The model was derived by considering human and biophysical factors that affect the forest and land fires. Composite Mapping Analysis (CMA) method was used to develop the model. The study found that distance from road network, distance from city, land status, land cover and rainfall significantly affect land and forest fire risk. The mathematical model obtained from this study is : y = 0,000000225x3 - 0,0002x + 0,003841 having coefficient determination of 65.7%. Model validation shows that the model can predict the forest and land fire risk providing 71.82% of accuracy. The model described that approximately 58.2% of forest and land fire risk is contributed by human factors (road distance, city centers distance and land status). While the rest of 41.8%, is contributed by biophysical factors (land cover and rainfall).

(4)

RINGKASAN

LANGGENG KAYOMAN. Pemodelan Spasial Resiko Kebakaran Hutan Dan Lahan di Provinsi Kalimantan Barat. Dibimbing oleh I NENGAH SURATI JAYA dan LAILAN SYAUFINA.

Kebakaran hutan di Indonesia pada tahun 1997/1998 telah mendapatkan perhatian luas baik nasional maupun internasional. Peristiwa tersebut menghanguskan 11,7 juta Ha hutan dengan kerugian ekonomi sebesar 1,62 – 2,7 milyar dollar dan menghasilkan emisi karbon berkisar 206,6 juta ton karbon serta dampak asapnya mempengaruhi kehidupan 75 juta jiwa (Tacconi 2003). Untuk sektor transportasi udara, kerugian total berkisar antara Rp 100,78 – Rp 122,69 milyar. Kerugian yang ditimbulkan belum termasuk dampak terhadap kerusakan ekologis, hilangnya keanekaragaman hayati, menurunnya produktivitas tanah, timbulnya dampak sosial di masyarakat dan lain sebagainya.

Provinsi Kalimantan Barat telah mengalami kejadian kebakaran hutan dan lahan sejak puluhan tahun lalu dan tercatat pertama kali oleh Garlach pada tahun 1881 di Taman Nasional Danau Sentarum (Meijaarad & Dennis 1997, diacu dalam KLH-UNDP 1998). Berdasarkan data Bapedalda Kalbar (2002), luas total wilayah hutan dan lahan yang terbakar dari tahun 1990 hingga 2002 diperkirakan 43.414,23 Ha, belum termasuk kebakaran pada tahun 1995 dan 1998 yang kerugian ditaksir sebesar Rp 83.608.154.625,- Sedangkan menurut Direktorat Perlindungan Hutan (1998) luas wilayah kebakaran pada tahun 1997 di Provinsi Kalimantan Barat mencapai 26.590,36 ha dengan total kerugian Rp

38.535.540.000,-Bila dikaitkan dengan pengamatan titik panas (hotspot) dalam 5 tahun terakhir (2004 – 2008), Kalimantan Barat memiliki tingkat kepadatan titik panas yang tinggi di Indonesia. Berdasarkan data hotspot yang terpantau oleh Satelit NOAA, di Kalimantan Barat pada tahun 2004 terdeteksi titik panas sebanyak 10.311 titik, 3.200 titik pada tahun 2005 dan 29.266 titik pada tahun 2006, 7.561 titik di tahun 2007 dan 5.528 titik di tahun 2008. Fenomena yang menarik dari rekapitulasi data hotspot 5 tahun terakhir menunjukkan bahwa pada tahun 2007 dan 2008, Kalimantan Barat memiliki jumlah hotspot tertinggi di Indonesia.

Berdasarkan catatan sejarah kejadian kebakaran tersebut di atas dan dampak negatif yang ditimbulkannya maka upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan haruslah dilakukan secara terpadu. Salah satu upaya untuk mendukung pencegahan yang efektif dan efisien adalah melalui kegiatan penelitian dan penyediaan informasi tingkat bahaya kebakaran yang memanfaatkan data-data hotspot dan data-data pendukung lainnya untuk diolah dan dianalisis menjadi suatu model spasial menggunakan teknologi penginderaan jauh (Remote Sensing) dan Sistem Informasi Geografis (SIG) sehingga memudahkan pemantauan resiko kebakaran hutan dan lahan pada suatu daerah.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) membangun model spasial kerawanan dan memetakan sebaran resiko kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Kalimantan Barat dan 2) mengidentifikasi faktor-faktor penentu yang menjadi penyebabnya. Model ini akan divisualisasikan dalam bentuk peta sebaran tingkat kerawanan dan peta resiko kebakaran hutan dan lahan. Dengan pembangunan model spasial ini

(5)

diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengambilan kebijakan dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan berdasarkan sudut pandang spasial. Pengetahuan tentang pembagian tingkat resiko memudahkan pemetaan kebijakan pencegahan baik di tingkat provinsi, kabupaten, kecamatan maupun desa.

Penelitian ini menemukan bahwa penyebab kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat adalah 1) faktor aktivitas manusia yang dipengaruhi oleh jarak terhadap kota (x1), jarak terhadap jalan (x4), penggunaan lahan (x5) dan 2) faktor biofisik yang dipengaruhi oleh tutupan lahan (x6) dan jumlah curah hujan (x8). Faktor aktivitas manusia memiliki bobot 58,2% sedangkan faktor biofisik memiliki bobot 41,8 %. Bobot tertinggi yang mempentaruhi terjadinya kebakaran dimiliki oleh peubah tutupan lahan, penggunaan lahan dan jarak dari jalan yang masing-masing bernilai 36,5%, 29,4% dan 15,29%.

Model matematis tingkat kerawanan hutan dan lahan di Kalimantan Barat adalah y = 0,000000225x3 - 0,0002x + 0,003841. Model yang disusun oleh peubah jarak terhadap jalan, tutupan lahan, jarak terhadap kota, jumlah curah hujan dan penggunaan lahan memiliki koefisien determinasi yang cukup (65,7%), dan dapat digunakan untuk menduga kepadatan hotspot per km2.

Hasil uji z-test two sample mean, model Z1 dan model Z2 memberikan dugaan kepadatan hotspot yang tidak berbeda secara signifikan sehingga kedua model tersebut dapat dihitung akurasinya. Perhitungan dengan matrik koinsidensi menunjukkan bahwa model Z2 lebih akurat dalam menduga kepadatan hotspot model Z1 dengan 3 kelas kerawanan memiliki akurasi 37,18% sedangkan model Z1 dengan 5 kelas kerawanan memiliki akurasi 20,26%. Untuk model Z2 dengan 5 kelas kerawanan memiliki akurasi 45,58% sedangkan model Z2 dengan 3 kelas kerawanan memiliki tingkat akurasi yang paling baik yaitu 71,82%.

Berdasarkan pemetaan zona kerawanan kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat (model Z2), daerah terluas untuk kategori kerawanan tinggi terletak pada Kabupaten Sanggau dengan luas 680.142 Ha, disusul kemudian oleh Kabupaten Ketapang (567.097 Ha) dan Kabupaten Sintang (522.032 Ha). Ditinjau dari jenis penggunaan lahannya, APL memiliki persentase luas areal untuk tingkat kerawanan tinggi sebesar 66,56% (2.656.986 Ha) dan eks HPH sebesar 16.65% (664.860 Ha). Dari peta ini diketahui bahwa 11,41% (199.917 Ha) dari luas total areal gambut berada pada areal dengan kelas kerawanan tinggi. Sedangkan areal dengan kerawanan tinggi berada di lahan bukan gambut memiliki luas berkisar 12.974.671 Ha atau 29,23% dari luas areal bukan gambut.

Wilayah berdasarkan tingkat resiko dibagi menjadi lima kelas resiko yaitu resiko sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Wilayah dengan tingkat resiko tinggi memiliki luas 6.746.877 Ha (45,82%) dan wilayah tingkat resiko sedang memiliki luas 6.510.004 Ha (44,21%). Sedangkan wilayah dengan tingkat resiko sangat tinggi memiliki luas yang paling kecil dengan persentase hanya 0,92% (142.074 Ha). Selain tingkat kerawanan, pengambilan kebijakan pencegahan juga perlu mempertimbangkan tingkat resiko berdasarkan nilai kerugian yang diderita oleh suatu wilayah apabila terjadi kebakaran hutan dan lahan sehingga menjadi informasi penting dalam menentukan prioritas pencegahan kebakaran hutan dan lahan

Kata Kunci : Resiko Kebakaran Hutan, CMA, Faktor Biofisik, Faktor Aktivitas

(6)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2010 Hak cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

(7)

PEMODELAN SPASIAL RESIKO KEBAKARAN HUTAN

DAN LAHAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LANGGENG KAYOMAN

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Pada

Mayor Ilmu Pengelolaan Hutan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(8)
(9)

Judul Tesis : Pemodelan Spasial Resiko Kebakaran Hutan dan Lahan Di Provinsi Kalimantan Barat

Nama : Langgeng Kayoman

NRP : E151070231

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. I Nengah Surati Jaya, M.Agr. Dr. Ir. Lailan Syaufina, M.Sc.

Ketua Anggota

Diketahui,

Koordinator Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana

Ilmu Pengelolaan Hutan

Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.

(10)

PRAKATA

Tanpa bimbingan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Kasih dalam setiap langkah kehidupan penulis, sulit rasanya untuk menghadapi rintangan, tantangan dan hambatan dalam penyelesaian tesis ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat-Nya atas selesainya penulisan tesis yang berjudul Pemodelan Spasial Resiko Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Kalimantan Barat“

Ide penulisan tesis ini merupakan inspirasi dari aktivitas penulis dalam kegiatan pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat serta keprihatinan terhadap berbagai dampak yang ditimbulkannya sehingga merupakan suatu tantangan bagi penulis untuk memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi permasalahan tersebut.

Besar harapan agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kebakaran hutan dan lahan. Secara khusus bagi pengambil kebijakan, tesis ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam membuat kebijakan pecegahan kebakaran hutan dan lahan.

Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna sehingga masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisannya. Segala kritik, saran dan masukan yang membangun sangat diharapkan bagi perbaikan dan penyempurnaan tesis ini.

Bogor, Februari 2010

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 26 Nopember 1976 di Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari ayah Drs. Heru Djamari, M.Sc dan ibu (alm) Retno Rudiati. Penulis menikah dengan Yunita Semestiana R.A, SP pada tanggal 25 Agustus 2007, dan telah dianugerahi seorang putri bernama Maheswari Alissa Anindya Kayoman yang lahir pada bulan Juni tahun 2008.

Penulis memulai pendidikan dasar pada tahun 1982 di SD Negeri Coblong 4 Bandung serta menyelesaikannya pada tahun 1987 di SD Swasta Pertiwi Pontianak. Kemudian penulis meneruskan pendidikan lanjutan di SLTP Negeri 11 Pontianak. Pada tahun 1990, penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 3 Pontianak. Penulis memasuki jenjang perguruan tinggi pada tahun 1993 dengan mengambil Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak dan meraih gelar Sarjana Kehutanan pada tahun 1998.

Pada tahun 1999, penulis melanjutkan studi pada program Magister Manajemen di Universitas Tanjungpura, Pontianak dalam bidang Manajemen Pemasaran dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2000 penulis diangkat menjadi staf Depertamen Kehutanan yang ditugaskan di Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat hingga saat ini. Penulis mengambil studi S2 pada tahun 2007 di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada Mayor Ilmu Pengelolaan Hutan.

(12)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas segala pertolongan-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Sangat disadari pula bahwa keberhasilan dalam penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. I Nengah Surati Jaya, M. Agr selaku ketua komisi pembimbing yang dengan tulus telah meluangkan waktu, tenaga, perhatian dan pikiran dalam membimbing penulis hingga tesis ini selesai.

2. Ibu Dr. Ir. Lailan Syaufina, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing yang secara sabar dan lemah lembut telah memberikan motivasi, saran dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

3. Bapak Dr. M. Buce Saleh, MS selaku penguji luar komisi atas nasehat, saran dan masukan untuk perbaikan tesis ini.

4. Bapak Dr. Ir. Didik Suharjito, MS selaku ketua Departemen Manajemen Hutan yang telah banyak memberikan arahan selama penulis menempuh pendidikan Pascasarjana di IPB.

5. Bapak Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS selaku koordinator Mayor Ilmu Pengelolaan Hutan yang telah memfasilitasi berbagai urusan yang berkaitan dengan kelancaran studi.

6. Departemen Kehutanan yang mensponsori perkuliahan ini dan Pusat Diklat Kehutanan Bogor atas pelayanan adminstrasi yang dibutuhkan.

7. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat beserta seluruh staf.

8. Kepada Bapak Amin Sutanto, staf di Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) atas bantuannya dalam penyediaan data hotspot.

9. Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan atas bantuan terhadap data citra Landsat Kalimantan Barat 2006.

10. Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan atas penyediaan data hotspot. 11. Direktorat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan di Bogor atas

(13)

12. Bapak I Nyoman Suryadiputra selaku Direktur Wetland International Programme dan staf yang telah membantu dalam penyediaan data peta digital sebaran gambut di Kalimantan Barat.

13. Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Kalimantan Barat, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedalda) Kalimantan Barat, Balai Pengukuhan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah X dan Brigade Pengendalian Kebakaran (Brigdalkar) Hutan Manggala Agni Kalimantan Barat yang telah memberikan masukan dan data dalam penyusunan tesis ini.

14. Kepada Ibu R. Irma Imelda, staf JICA di Jakarta atas bantuannya dalam penyediaan data hotspot.

15. Sujardi Aloy, staf Institut Dayakologi (ID) atas masukannya.

16. Segenap staf administrasi Sekolah Pascasarjana Mayor Ilmu Pengelolaan Hutan.

17. Bapak Uus Saeful M, Edwin Setia Purnama dan M. Fatah Noor atas masukan dan bantuannya dalam membagi pengetahuan mengenai SIG dan Remote Sensing.

18. Keluarga besar Laboratorium Remote Sensing dan GIS Fakultas Kebutanan IPB yang banyak mendukung dalam penyelesaian tesis ini.

19. Seluruh rekan-rekan mahasiswa S-2 Mayor Ilmu Pengelolaan Hutan tahun 2007 yang telah memberi semangat, membagi kebahagian dan memupuk kebersamaan selama menjalani kuliah.

20. Rasa terima kasih untuk istriku, Yunita Semestiana, beserta anakku, Alissa Anindya atas doa, pengorbanan dan dukungannya selama ini. Juga untuk Bapak dan Ibu (alm) atas kasihnya, serta adikku, Wangsit Panglipur atas dukungannya. Demikian pula disampaikan kepada Keluarga Besar di Putussibau atas doa dan dukungannya.

21. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Kerangka Pemikiran ... 3 C. Perumusan Masalah ... 5 D. Tujuan Penelitian ... 6 E. Manfaat Penelitian ... 6 II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Kebakaran Hutan dan Lahan ... 7

B. Faktor –Faktor Pendorong Terjadinya Kebakaran Hutan dan Lahan .... 12

C. Teknologi Penginderaan Jauh ... 17

D. Sistem Informasi Geografis ... 20

E. Kebijakan Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan ... 22

III METODE PENELITIAN ... 24

A. Lokasi dan Waktu ... 24

B. Data dan Alat ... 24

C. Tahapan Penelitian ... 25

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Jumlah dan Sebaran Hotspot ... 32

B. Pola Hubungan Hotspot dan Curah Hujan ... 35

C. Hubungan Kepadatan Hotspot Dengan Beberapa Variabel ... 41

D. Pembanguanan Skor ... 56

E. Verifikasi Skor ... 64

F. Validasi Model ... 72

G. Uji Akurasi Model ... 73

H. Pemodelan Spasial Resiko Kebakaran Hutan dan Lahan ... 75

V KESIMPULAN DAN SARAN... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Peubah dari aspek aktifitas manusia ... 28

2 Peubah dari aspek biofisik ... .. 28

3 Jumlah hotspot bulanan di Provinsi Kalimantan Barat 2004–2008 versi Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan Departemen Kehutanan ... 32

4 Jumlah hotspot bulanan di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2004–2008 versi Kementerian Lingkungan Hidup ... 33

5 Jumlah hotspot bulanan per kabupaten di Kalimantan Barat Tahun 2006.... 34

6 Jumlah curah hujan bulanan di Kalimantan Barat Tahun 2006 ... 36

7 Jumlah hari hujan bulanan di Kalimantan Barat Tahun 2006 ... 37

8 Intensitas curah hujan bulanan di Kalimantan Barat Tahun 2006 ... 38

9 Kepadatan hotspot berdasarkan jarak dari pusat kota ... 42

10 Kepadatan hotspot berdasarkan jarak dari beberapa kelas kota ... 43

11 Kepadatan hotspot berdasarkan jarak dari pusat desa ... 45

12 Kepadatan hotspot berdasarkan jarak dari sungai ... 46

13 Kepadatan hotspot berdasarkan jarak dari jalan ... 48

14 Kepadatan hotspot berdasarkan penggunaan lahan ... 49

15 Kepadatan hotspot berdasarkan tutupan lahan ... 51

16 Kepadatan hotspot berdasarkan keberadaan gambut ... 51

17 Kepadatan hotspot berdasarkan keberadaan hutan di lahan gambut ... 52

18 Kepadatan hotspot berdasarkan kelas wilayah curah hujan ... 55

19 Skor faktor jarak terhadap pusat kota ... 56

20 Skor faktor jarak terhadap pusat desa/pemukiman... 58

21 Skor faktor jarak terhadap sungai ... 59

22 Skor faktor jarak terhadap jalan ... 60

23 Skor faktor penggunaan lahan ... 61

24 Skor faktor tutupan lahan ... 62

25 Skor faktor keberadaan gambut ... 63

26 Skor faktor jumlah curah hujan ... 64

27 Koefisien dan bobot penyusun skor komposit model Z1 ... 69

(16)

29 Hasil z-test : Two Sample for Means untuk model Z1 ... 72

30 Hasil z-test : Two Sample for Means untuk model Z2 ... 72

31 Hasil z-test : Two Sample for Means untuk model Z1 dan model Z2... 72

32 Matrik akurasi model terpilih... 73

33 Pembagian kelas kerawanan berdasarkan kepadatan hotspot dan radius dari hotspot ... 76

34 Skor dan luas dari masing-masing kelas kerawanan kebakaran ... 77

35 Luas kerawanan kebakaran hutan dan lahan menurut kabupaten/kota dan persentase luas berdasarkan kerawanan pada masing-masing kabupaten/kota.... 77

36 Luas kerawanan kebakaran hutan dan lahan menurut kabupaten/kota dan persentase luas berdasarkan tingkat kerawanan antar kabupaten/kota ... 78

37 Luas kerawanan kebakaran hutan dan lahan berdasarkan jenis penggunaan lahan... 79

38 Pembagian kelas resiko kebakaran hutan dan lahan ... 81

(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka pemikiran penelitian ... 4

2 Segitiga api ... 8

3 Alur penelitian ... 25

4 Jumlah rata-rata hotspot Tahun 2004 – 2008 pada 10 provinsi di Indonesia ... 33

5 Persentase jumlah hotspot per kabupaten di Kalimantan Barat ... 35

6 Jumlah curah hujan dan jumlah hotspot tahun 2006 di Kalimantan Barat ... 38

7 Hubungan antara jumlah curah hujan dengan jumlah hotspot ... 39

8 Hubungan antara jumlah hari hujan dengan jumlah hotspot ... 40

9 Hubungan antara intensitas curah hujan dengan jumlah hotspot ... 40

10 Pola hubungan kepadatan hotspot (km2) terhadap jarak dari pusat kota ... 42

11 Kepadatan hotspot pada ibu kota provinsi, ibu kota kabupaten dan ibu kota kecamatan pada 10 km pertama... 43

12 Pola hubungan kepadatan hotspot (km2) terhadap jarak dari pusat desa ... 45

13 Pola hubungan kepadatan hotspot (km2) terhadap jarak dari sungai ... 47

14 Pola hubungan kepadatan hotspot (km2) terhadap jarak dari jalan... 48

15 Kepadatan hotspot per km2berdasarkan tipe penggunaan lahan... 49

16 Kepadatan hotspot per km2berdasarkan tipe tutupan lahan ... 51

17 Luas lahan gambut berdasarkan keberadaan tutupan hutan dan kepadatan hotspot-nya... 52

18 Sebaran lahan gambut di Kalimantan Barat ... 54

19 Kepadatan hotspot berdasarkan kelas curah hujan ... 55

20 Pola skor dugaan dari faktor jarak terhadap pusat kota ... 57

21 Pola skor dugaan dari faktor jarak terhadap pusat desa/pemukiman ... 59

22 Pola skor dugaan faktor jarak dari sungai ... 60

23 Pola skor dugaan faktor jarak dari jalan ... 61

24 Pola skor dugaan faktor penggunaan lahan ... 62

25 Pola skor dugaan faktor tutupan lahan... 63

26 Pola skor dugaan faktor keberadaan gambut ... 63

(18)

28 Hubungan antara kepadatan hotspot dan skor jarak pusat kota ... 65

29 Hubungan antara kepadatan hotspot dan skor jarak pusat desa... 65

30 Hubungan antara kepadatan hotspot dan skor jarak sungai ... 66

31 Hubungan antara kepadatan hotspot dan skor jarak jalan... 66

32 Hubungan antara kepadatan hotspot dan skor penggunaan lahan... 67

33 Hubungan antara kepadatan hotspot dan skor tutupan lahan ... 67

34 Hubungan antara kepadatan hotspot dan skor keberadaan gambut ... 68

35 Hubungan antara kepadatan hotspot dan skor curah hujan ... 68

36 Hubungan antara skor komposit model Z1 dengan kepadatan hotspot... 69

37 Hubungan antara skor komposit model Z2 dengan kepadatan hotspot... 71

38 Peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan Kalimantan Barat dari Model Z2 dengan 3 kelas... 74

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan Kalimantan Barat dari Model Z1 dengan 3 kelas ... 90 2. Peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan Kalimantan Barat dari Model

Z1 dengan 5 kelas ... 91 3. Peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan Kalimantan Barat dari Model

Referensi

Dokumen terkait

c) Burung hantu digunakan oleh petani untuk menangkap tikus. Ramalkan apa yang akan berlaku sekiranya burung hantu hadir didalam habitat ini.. Rajah menunjukkan satu

Yang dimaksud dengan pemberian Jaminan Kematian secara berurutan pada ayatini apabila janda atau duda atau anak tenaga kerja tidak ada maka Jaminan Kematian diberikan

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1985 tentang Pemberian Tunjangan Perintis Pergerakan Kebangsaan/Kemerdekaan (Lembaran Negara Republik

Data rasio perawat dirasiokan dengan jumlah penduduk tahun 2012 (estimasi dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010) menunjukkan rasio perawat yang mempunyai kisaran antara 31,3 –

Sertifikat Kompetensi di Bidang Pariwisata adalah bukti tertulis yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi profesi terlisensi yang menerangkan bahwa seseorang telah

4.2 Mempraktikkan variasi dan kombinasi pola gerak dasar lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif dalam permainan bola kecil yang dilandasi konsep gerak dalam berbagai permainan

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan maka diperoleh nilai raw weight yang menduduki peringkat yang paling tinggi adalah atribut Penjadwalan akademik selama

disebabkan ketidakpahaman remaja terhadap berbagai aspek reproduksi yang berhubungan dengan dirinya sendiri. Di daerah pedesaan masih menganggap bahwa membicarakan