ISBN: 978-602-70570-5-0
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/pimimd2017
© 20XX ITP Press. All rights reserved. DOI 10.21063/PIMIMD4.2017.194-200
Rancang Bangun Reflektor Surya Untuk Meningkatkan
Efisiensi Pada Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya 60 Watt
Ishak Kasim*, Redhyliansyah Muhammad Pangestu
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa No.1, Grogol, Jakarta Barat 11440
*Correspondence should be addressed to ishak@trisakti.ac.id, redhyliansyahmp@gmail.com
Abstrak
Energi surya merupakan radiasi elektromagnetik yang dipancarkan ke bumi berupa cahaya matahari yang terdiri atas foton atau partikel. Dengan menggunakan modul surya, energi surya dikonversikan menjadi energi listrik yang disebut juga dengan energi photovoltaic. Intensitas cahaya matahari dipengaruhi oleh waktu siklus rotasi dan revolusi bumi, kondisi cuaca meliputi kualitas dan kuantitas awan, pergantian musim serta posisi garis lintang. Pada daerah perkotaan, intensitas cahaya matahari juga dipengaruhi oleh pepohonan dan bangunan-bangunan tinggi. Upaya yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan intensitas cahaya matahari adalah dengan menggunakan reflektor surya karena alat ini dapat memantulkan cahaya matahari ke permukaan modul surya. Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian sudut reflektor surya yang paling optimal dalam memantulkan cahaya matahari ke modul surya. Pengujian dibagi menjadi 3 tahap. Pada tahap 1 pengujian dilakukan tanpa beban dan reflektor surya sebagai data awal. Pada tahap 2 pengujian dilakukan tanpa beban dengan memberi sudut antara modul surya dan reflektor surya sebesar 45°, 60°, 75° dan 90° untuk mendapatkan sudut yang paling optimal. Pada tahap 3 pengujian dilakukan dengan beban dan sudut yang paling optimal. Dengan sudut yang pling optimal, nilai efisiensi modul surya dapat melebihi nilai efisiensi produksi 13-15 % dan nilai efisiensi laboratorium 18% bahan polycrystalline. Nilai efisiensi pada modul surya 1, 2 dan 3 masing-masing sebesar 20,024 %, 20,034 % dan 20,062%.
Kata kunci : Energi surya, intensitas cahaya matahari, reflektor surya
1. Pendahuluan
Pencarian salah satu bentuk energi alternatif dalam rangka penghematan energi sedang dikembangkan. Indonesia merupakan negara yang terletak di garis khatulistiwa yang menyebabkan energi surya menjadi salah satu bentuk energi terbarukan yang potensial untuk dikembangkan. Energi surya selain mudah didapatkan dari alam, juga ramah lingkungan yaitu tidak memiliki emisi 𝐶𝑂2 sehingga menjadi teknologi andalan di dunia. Selain daripada itu teknologi surya telah dirancang untuk mudah dalam instalasi, operasi, dan perawatan. Namun kekurangannya adalah teknologi surya ini membutuhkan investasi awal yang lebih mahal dibandingkan generator, tetapi untuk pemakaian jangka panjang penggunaan teknologi surya tetap menjadi lebih hemat. Teknologi surya yang disebut juga dengan photovoltaic (PV) dibentuk dalam sebuah modul surya yang terbentuk dari bahan semikonduktor [1].
Bahan semikonduktor mampu
menghantarkan arus listrik ketika ada energi kinetik yang menggerakkan partikel elektron di
dalamnya ke pita konduksi. Dalam hal ini cahaya matahari mengandung gelombang elektromagnetik atau energi foton yang mampu menghasilkan energi kinetik untuk melepaskan ikatan elektron pada semikonduktor sehingga menimbulkan arus listrik [1]. Batas efisiensi dari material semikonduktor tunggal adalah sekitar 31% [2]. Hal ini dikarenakan tidak ada satupun material yang dengan sempurna mengabsorbsi sesuai dengan keseluruhan
range radiasi cahaya matahari yang berkisar
antara 0,2 – 3 eV [3]. Cahaya dengan energi dibawah bandgap tidak akan diabsorbsi dan dikonversikan menjadi energi listrik sedangkan energi di atas bandgap akan diabsorbsi, namun kelebihan energinya akan hilang dalam bentuk energi panas [4]. Penelitian sel surya pada dasarnya difokuskan pada dua tujuan utama: pertama, untuk memperoleh model sel surya efisiensi tinggi dengan memanfaatkan teknologi canggih; kedua, untuk memperoleh model sel surya efisiensi rendah dengan memanfaatkan teknologi produksi konsumsi massa. Tujuan manapun yang diprioritaskan, penelitian selalu dimulai dengan
mengembangkan model sel surya yang akan diteliti [5].
Secara umum, semakin banyak radiasi yang dikonversi menjadi daya, maka efisiensinya akan meningkat. Karena peningkatan intensitas cahaya dan suhu diikuti oleh peningkatan daya keluaran, maka semakin meningkatnya intensitas cahaya dan suhu juga akan meningkatkan efisiensi [6]. Reflektor surya digunakan untuk meningkatkan intensitas cahaya matahari yang nilainya sebanding lurus dengan meningkatnya daya keluaran pada modul surya. Alat ini (reflektor surya) dapat memantulkan cahaya matahari ke permukaan modul surya dan dapat diatur dengan berbagai macam sudut antara 0° sampai dengan 180°. Pengaruh sudut pantul terhadap intensitas cahaya pada reflektor surya juga perlu diperhatikan pada implementasi modul surya dalam kehidupan manusia.
2. Tinjauan Pustaka
A. Energi Matahari
Energi matahari adalah sumber energi yang melimpah-ruah adanya, bersih, bebas polusi dan tidak akan habis sepanjang masa, serta merupakan extra terresterial energy yang dapat dimanfaatkan melalui konversi langsung, seperti pada fotovoltaik dan secara tidak langsung seperti pada pusat listrik tenaga termal surya.
Temperatur efektif pada permukaan matahari sebesar 5.760 K, sedangkan pada inti matahari mencapai kurang lebih 8 x 106 K sampai dengan 40 x 106 K. Matahari memancarkan energi dalam bentuk radiasi elektromagnetik. Radiasi tersebut tidak seluruhnya dapat diserap oleh bumi. Besaran konstanta radiasi matahari sama dengan 1.396 W/m². Dari besaran tersebut, 7,85% atau 105,8 W/m² dipancarkan melalui sinar ultraviolet, 47,33% atau 640,4% W/m² dipancarkan oleh sinar yang dapat dilihat manusia (vissible light) dan 44,85% atau 606,8 W/m² dipancarkan oleh sinar inframerah.
Ir = 1/3 x 103 x 4,186 = 1.396 W/m² Atau
Ir = 1.396 W/m² ~ 442 Btu/ft² jam Ir diatas merupakan besaran dari konstanta rapat radiasi surya pada ruang hampa angkasa, sedangkan besar Ir pada permukaan bumi hanya berkisar 947 W/m² dan mendekati 300 Btu/ft² jam. Apabila besaran rapat radiasi surya jatuh ke permukaan modul surya, maka energi inilah yang dikonversi menjadi energi listrik.
B. Photovoltaic
Kata photovoltaic terdiri dari dua kata yaitu
photo dan volta. Photo yang berarti cahaya
(dari bahasa Yunani yaitu phos, photos: cahaya) dan Volta (berasal dari nama seorang fisikawan italia yang hidup antara tahun 1745-1827 yang bernama Alessandro Volta) yang berarti unit tegangan listrik. Dengan kata lain, arti photovoltaic yaitu proses konversi cahaya matahari secara langsung untuk diubah menjadi listrik.
Pada solar cell terdapat sambungan (junction) antara dua lapisan tipis yang terbuat dari bahan semikonduktor yang masing-masing diketahui sebagai semikonduktor jenis “P” (positif) dan semikonduktor jenis “N” (negatif). Semikonduktor jenis N dibuat dari kristal silikon dan terdapat juga sejumlah material lain (umumnya phosfor) dalam batasan bahwa material tersebut dapat memberikan suatu kelebihan elektron bebas.
Elektron adalah partikel sub atom yang bermuatan negatif, sehingga silikon paduan dalam hal ini disebut sebagai semikonduktor jenis N (negatif). Semikonduktor jenis P (positif) juga terbuat dari kristal silikon yang didalamnya terdapat sejumlah kecil material lain yang mana menyebabkan material tersebut kekurangan satu elektron bebas. Kekurangan atau hilangnya elektron ini disebut lubang (hole).Karena tidak ada atau kurangnya elektron yang bermuatan listrik negatif, maka silikon paduan dalam hal ini sebagai semikonduktor jenis P (positif).
Gambar 2.1 Struktur Utama Silikon Generik Sel Fotovoltaik
C. Proses Konversi Energi
Proses pengubahan atau konversi cahaya matahari menjadi listrik ini dimungkinkan karena bahan material yang menyusun sel surya berupa semikonduktor. Lebih tepatnya tersusun atas dua jenis semikonduktor; yakni jenis n dan jenis p. Semikonduktor jenis n merupakan semikonduktor yang memiliki kelebihan elektron, sehingga kelebihan muatan negatif, (n = negatif). Sedangkan
semikonduktor jenis p memiliki kelebihan hole, sehingga disebut dengan p ( p = positif) karena kelebihan muatan positif. Caranya, dengan menambahkan unsur lain ke dalam semikonduktor, maka kita dapat mengontrol jenis semikonduktor tersebut, sebagaimana diilustrasikan pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.6 Struktur Jenis Semikonduktor Pada awalnya, pembuatan dua jenis semikonduktor ini dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat konduktifitas atau tingkat kemampuan daya hantar listrik dan panas semikonduktor alami. Di dalam semikonduktor alami (disebut dengan semikonduktor intrinsik) ini, elektron maupun hole memiliki jumlah yang sama. Kelebihan elektron atau hole dapat meningkatkan daya hantar listrik maupun panas dari sebuah semikoduktor.
D. Pantulan Cahaya Oleh Reflektor
Salah satu sifat cahaya adalah dapat dipantulkan. Pemantulan cahaya terdiri dari pemantulan baur (pemantulan difus) dan pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi jika cahaya mengenai permukaan yang tidak rata dan arah sinar pantulnya tidak beraturan.
Sedangkan pemantulan teratur
terjadi apabila cahaya mengenai
permukaan yang rata, mengkilap atau licin seperti misalnya cahaya yang dipantulkan oleh cermin yang datar dan sinar hasil pantulannya memiliki arah yang teratur. Adapun benda yang memiliki sifat cahaya yang ini ialah cermin. Berdasarkan bentuk permukaannya cermin dibedakan menjadi cermin datar dan cermin lengkung. Cermin datar merupakan cermin yang permukaannya tidak melengkung.
3. Metodologi Penelitian
A. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini beberapa variabel yang memenuhi kebutuhan dalam pengumpulan data meliputi intensitas cahaya matahari (Ir), suhu
permukaan modul surya (Tsc), arus hubung singkat (Isc), tegangan rangkaian terbuka (Voc) serta posisi matahari terhadap bumi.
Pengumpulan data dilakukan dengan : 1. Mengumpulkan data kondisi cuaca dan
lingkungan penelitian pada setiap harinya. 2. Melakukan pengujian tahap 1, yaitu pengujian tanpa beban dan reflektor dengan posisi modul surya horisontal atau pada sudut 0°.
3. Melakukan pengujian tahap 2, yaitu pengujian tanpa beban dengan memberi jarak antara modul surya dan reflektor surya sebesar sudut 45°, 60°, 75° dan 90°. Melakukan pengujian tahap 3, yaitu pengujian dengan beban dan sudut terbaik.
B. Diagram Alir Penelitian
Dalam melakukan penelitian, terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan dan mengacu pada diagram alir berikut :
Kondisi Cuaca Cerah >100 W/m² Pengujian Tahap 1/2/3
Persiapan Peralatan TA dan Alat Ukur serta Menentukan Lokasi Pengujian Rancang Bangun Alat Mulai A YA TIDAK
Mencatat nilai-nilai dari: Intensitas Radiasi Matahari (Ir), Suhu Permukaan Modul Surya (T),
Tegangan Terbuka (Voc), dan Arus Hubung Singkat (Isc)
Menghitung Daya Masukan (Pin) dan Daya Keluaran (Pout)
Membuat grafik dari:
Intensitas Radiasi Matahari (Ir), Suhu Permukaan Modul Surya (T), Tegangan Rangkaian Terbuka (Voc), Arus Hubung Singkat (Isc), Daya Masukan (Pin),
dan Daya Keluaran (Pout) terhadap waktu
Selesai A
Analisa Grafik dan Pembahasan
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian (2)
Lokasi penelitian adalah di Universitas Trisakti Kampus A Gedung E, lantai 9 (atap)
C. Daftar Peralatan Pengujian
Daftar peralatan pengujian dibagi menjadi 3 macam, yaitu: Daftar Peralatan Utama; Daftar Alat Ukur; dan Daftar Perangkat Lunak yang digunakan didalam melakukan pengujian alat Penelitian ini.
Tabel 1. Daftar Peralatan Utama
No. Alat Juml
ah Keterangan 1 . Modul Surya 3 modul Max. 20 wp/modul 2 . Reflektor Surya 3 buah 357 x 576 x 30 mm 3 . Solar Charge Controller 1 buah 10 A ; 12 V 120 W 4 . Accumulator 1 buah 35 Ah ; 12 V
Tabel 2. Daftar Alat Ukur
No. Alat Juml
ah Keteranga n 1 . Multimeter Digital 1 1 buah Max. 50 VDC 2 . Multimeter Digital 2 1 buah Max. 10 ADC 3 . Solar Power Meter 1 buah < 1000 W/m² 4 . Thermomete r Digital 1 buah °C
Tabel 3. Daftar Perangkat Lunak
No. Alat Juml
ah Keterang an 1 . Sunearthtool s 1 app Website 2 . Clinometer 1 app Digital 3 . Kompas 1 1 buah Analog 4 . Kompas 2 1 app Digital
4. Hasil dan Pembahasan
Perhitungan yang dilakukan berfokus pada perhitungan Fill Factor (FF), Daya Masukan (Pin) dan Daya Keluaran (Pout) pada setiap modul dan dengan sudut paling optimal yang ditentukan dengan nilai rata-rata Iradiance (Irr) tertinggi, yaitu 60°. Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai Efisiensi (η) dari setiap modul surya. Perhitungan dibahas pada subsubbab : Perhitungan dan Analisis, serta Grafik Hasil Perhitungan.
Daya Maksimal (Pmp) : 20 W
Teg. pada Pmp (Vmp) : 17,2 V
Arus pada Pmp (Imp) : 1,16 A
Teg. Rang. Terbuka (Voc) : 21,6 V Arus Hubung Singkat (Isc) : 1,31 A Data teknis tersebut kemudian dilakukan perhitungan faktor pengisian yang menjadi parameter dalam menentukan daya maksimum dari modul surya. Besarnya nilai Fill Factor dihitung dengan rumus :
FF = VVmp×Imp oc×Isc = 17,2 × 1,1621,6 × 1,31 = 0,7051 FF = VPmp oc×Isc = 21,6 × 1,3120 = 0,7068
Dari perhitungan diatas, nilai Fill Factor (FF) dibulatkan menjadi 0,71.
Perhitungan Dengan Sudut Teroptimal (60°)
Perhitungan besarnya nilai rata-rata
Iradiance (Irr) disetiap modul surya dengan reflektor surya sudut paling optimal, yaitu 60°. Besarnya nilai rata-rata Iradiance (Irr) dihitung dengan rumus :
Irr = Ir1+ Ir2+ Ir3… … … Ir19
19
Maka didapatkan hasil sebagai berikut : Modul Surya 1 Irrm1 = 487,32 W/m² Modul Surya 2 Irrm2 = 487,05 W/m² Modul Surya 3 Irrm3 = 486,11 W/m²
Selanjutnya dihitung besarnya nilai luas permukaan (A) modul surya. Besarnya nilai luas permukaan (A) modul surya dihitung dengan rumus :
A = p x t
Maka didapatkan hasil sebagai berikut : A = 357 x 576 mm²
A = 205,632 mm² A = 20,5632 cm² A = 0,205632 m²
Dari perhitungan diatas, nilai luas
permukaan (A) modul surya dibulatkan menjadi 0,206 m².
Selanjutnya dihitung besarnya nilai Daya Masukkan (Pin) disetiap modul surya dengan reflektor surya sudut paling optimal, yaitu 60°. Besarnya nilai Daya Masukkan (Pin) dihitung dengan rumus :
Pin = Irr x A
Maka didapatkan hasil sebagai berikut : Modul Surya 1 Pinm1 = 487,31 x 0,206 = 100,38 Watt Modul Surya 2 Pinm2 = 487,05 x 0,206 = 100,33 Watt Modul Surya 3 Pinm3 = 486,11 x 0,206 = 100,19 Watt
Selanjutnya dihitung besarnya nilai Daya Keluaran / Yang Dibangkitkan (Pout) oleh
modul surya dengan reflektor surya sudut paling optimal, yaitu 60°. Besarnya nilai Daya Keluaran / Yang Dibangkitkan (Pout) dihitung dengan rumus:
Pout = Voc x Isc x FF Maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Pout = 21,6 x 1,31 x 0,71 = 20,1 Watt
Selanjutnya dihitung besarnya nilai
Efisiansi (η) oleh setiap modul surya dengan reflektor surya sudut paling optimal, yaitu 60°. Besarnya nilai Efisiansi (η) dihitung dengan rumus :
η = Pout
Pin
Maka didapatkan hasil sebagai berikut : Modul Surya 1 ηm1 = 20,1 100,38 = 0,20024 = 20,024 % Modul Surya 2 ηm2 = 20,1 100,33 = 0,20034 = 20,034 % Modul Surya 3 ηm3 = 20,1 100,19 = 0,20062 = 20,062 %
Perhitungan Tanpa Reflektor
Perhitungan tanpa dan dengan reflektor menjadi analisis perbandingan hasil pengujian. Yang diperbandingkan adalah antara tanpa reflektor pada hari sudut yang paling optimal (Selasa, 24 Mei 2016) dengan sudut yang paling optimal (Sudut 60°). Sedangkan tanpa reflektor
Besarnya nilai rata-rata Iradiance (Irr) : Irrh2 = 171,6947 W/m²
Besarnya nilai Daya Masukkan (Pin) Pinh2 = 171,6947 x 0,206 = 35,37 Watt. Besarnya nilai Daya Keluaran / Yang dibangkitkan (Pout) :
Pouth2 = 19,27 x 0,345 x 0,71 = 4,72 Watt
Besarnya nilai Efisiensi (η) :
ηm=
4,72 35,37
= 0,1334 = 13,34 %
Grafik Hasil Perhitungan
Dalam subbab ini, grafik yang
dibandingkan adalah nilai rata-rata Iradiance (Irr), nilai Daya Masukan (Pin) dan nilai
Efisiensi (η). Berikut adalah grafik
perbandingan antara sudut teroptimal (60°) dengan tanpa reflektor surya.
Gambar 3. Grafik Nilai Rata-rata Iradiance
Pada grafik nilai rata-rata Iradiance, modul surya 1 memiliki nilai sebesar 487, 32 W/m², modul surya 2 sebesar 487,05 W/m²; modul surya 3 sebesar 486,11 W/m² dan modul surya 4 (tanpa reflektor) sebesar 171,6947 W/m².
Gambar 4.2 Grafik Nilai Daya Masukkan
Pada grafik nilai Daya Masukkan, modul surya 1 memiliki nilai sebesar 100,38 Watt, modul surya 2 sebesar 100,33 Watt, modul
surya 3 sebesar 100,19 Watt dan modul surya 4 (tanpa reflektor) sebesar 35,37 Watt.
Gambar 4.3 Grafik Nilai Efisiensi
Pada grafik nilai Efisiensi, modul surya 1 memiliki nilai sebesar 20,024 %, modul surya 2 sebesar 20,034 %, modul surya 3 sebesar 20,062 % dan modul surya 4 (tanpa reflektor) sebesar 13,34 %.
5. Simpulan
Setelah melakukan penelitian dan analisis hasil penelitian serta melakukan perhitungan
dan perbandingan, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Nilai rata-rata intensitas cahaya matahari (Irradiance) yang jatuh ke permukaan modul surya pada saat tanpa reflektor adalah : hari ke-1 sebesar 176,9 W/m²; hari ke-2 sebesar 171,6947 W/m²; hari ke-3 sebesar 178,71 W/m² dan hari ke-4 sebesar 179,51 W/m².
2. Nilai daya masukkan (Pin) modul surya pada saat tanpa reflektor adalah : hari ke-1 sebesar 36,44 Watt; hari ke-2 sebesar 35,37 Watt; hari ke-3 sebesar 36,81 Watt dan hari ke-4 sebesar 36,98 Watt. Dengan nilai daya keluaran (Pout) sebesar 4,72 Watt.
3. Nilai efisiensi (η) modul surya pada saat tanpa reflektor adalah : hari ke-1 sebesar 12,95 %; hari ke-2 sebesar 13,34 %; hari ke-3 sebesar 12,82 % dan hari ke-4 sebesar 12,76 %.
Referensi
[1] Hasnawiya Hasan, “Perancangan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Pulau Saugi”, Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan, Vol. 10, No. 2, hlm. 169-180, 2012.
[2] Fitria Yulinda, “Rancang Bangun
Simulasi Sistem Hybrid Tenaga Surya
487.3 487.1 486.1 171,694 7 100 150 200 250 300 350 400 450 500 1 2 3 4 Ir ra d ia n ce ( W /m ² ) Modul Surya 100.38 100.33 100.19 35.37 10 30 50 70 90 110 130 150 1 2 3 4 P in p u t (W ) Modul Surya 20.024 20.034 20.062 13.34 10 13 16 19 22 25 1 2 3 4 Ef ie n si ( % ) Modul Surya
dan Tenaga Angin Sebagai Catu Daya Base Transceiver Station (BTS) 3G”, Skripsi, Teknik Elektro, Universitas Indonesia, Depok, 2009.
[3] Kwok K. Ng, “Complete Guide To Semiconductor Devices”, McGrawhill, New York, 1995.
[4] S. M. Sze, “Physics of Semiconductor
Device”, John Wiley & Sons, New York, 1981.
[5] Muchammad, Eflita Yohana dan Budi
Heriyanto, “Pengaruh Suhu
Permukaan Photovoltaic Module 50 Watt Peak Terhadap Daya Keluaran
yang Dihasilkan Menggunakan
Reflektor Dengan Variasi Sudut
Reflektor 0°, 50°, 60°, 70°, 80°”, Jurnal Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Vol. 12, No. 3, hlm. 14-18, 2010.
[6] Candra Prasetyo Edro, Ir. Agoes
Santoso, MSc, M.phil, C.Eng dan Irfan Syarif Arief, ST. MT, “Perancangan Kapal Penumpang Tenaga Surya
Untuk Penyebrangan Sungai
Bengawan Solo”, Jurnal Teknik Sistem Perkapalan, Vol. 1, No. 1, hlm. 1-6, 2014.
[7] Budi Tjahjono, “Analisis Perhitungan
Nilai Ekonomis Pemakaian Lampu Penerangan Jalan Umum Dengan Solar Cell”, Jurnal Eltek Politeknik Negeri Malang, hlm 49-58.
[8] Galih Yudhaprawita dan Sarijaya,
“Penjadwalan Unit Pembangkit
Termal, Sel Surya dan Baterai
Menggunakan Metode MIQP”, Jurnal
Nasional Teknik Elektro dan
Teknologi Informasi, Vol. 2, No. 3, hlm. 49-53, 2013.
[9] Budi Yuwono, “Optimalisasi Panel
Surya Dengan Menggunakan Sistem
Pelacak Berbasis Mikrokontroler
AT89C51”, Skripsi, Jurusan Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pegetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2005.
[10] Muhammad Irfan Surbakti dan
Muhammad Sadli, “Prototipe Sistem
Area Parkir Mobil Otomatis
Menggunakan Sumber Energi Panel Surya”, Jurnal Arus Elektro Indonesia (JAEI),Vol. 2, No.1, hlm. 1-6, 2016.