• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) PPSP Kabupaten Pohuwato.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) PPSP Kabupaten Pohuwato."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai ke kelurahan. Kabupaten/Kota dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena:

1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat.

2. Data terkait dengan sanitasi terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda.

3. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa.

4. EHRA menggabungkan informasi yang selama ini menjadi indikator sektor-sektor pemerintahan secara eksklusif.

5. EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan warga di tingkat kelurahan/desa untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama warga atau stakeholders kelurahan/desa.

Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA adalah:

1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan.

2. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi. 3. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survey

yang handal.

4. Menyediakan salah satu bahan utama penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten Pohuwato.

(2)

Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) PPSP Kabupaten Pohuwato. Selanjutnya, data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pohuwato dan juga menjadi masukan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi Kabupaten.

(3)

BAB II

STUDI EHRA

EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang dipilih secara kolaboratif oleh Pokja PPSP dan Dinas Kesehatan Kabupaten Pohuwato . Sementara Sanitarian bertugas menjadi Supervisor selama pelaksanaan survey. Sebelum turun ke lapangan, para sanitarian dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 2 (dua) hari berturut-turut. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen.

Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Ibu atau anak yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun.

Panduan wawancara dan pengamatan dibuat terstruktur dan dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 30-45 menit. Panduan diuji kembali dalam hari kedua pelatihan enumerator dengan try out ke lapangan. Untuk mengikuti standar etika, informed consent wajib dibacakan oleh sanitarian sehingga responden memahami betul hak-haknya dan memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar.

Pekerjaan entri data dikoordinir oleh Tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pohuwato. Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang telah terlatih dari PIU Advokasi dan Pemberdayaan. Selama pelatihan itu, tim data entri dikenalkan pada struktur kuesioner dan perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi yakni program EPI Info dan SPSS.

(4)

Untuk quality control, tim spot check mendatangi 5% rumah yang telah disurvei. Tim spot check secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri dire-check kembali oleh tim Pokja PPSP. Sejumlah 5% entri kuesioner diperiksa kembali.

Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Kabupaten/Kota semata. Agar efektif, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh. Adapun susunan Tim EHRA sebagai berikut:

1. Penanggungjawab : Pokja Sanitasi Kabupaten Pohuwato 2. Koordinator Survey : Dinas Kesehatan Kabupaten Pohuwato 3. Anggota : BAPPEDA, BLH, PU, Keuangan Daerah , dll 4. Koordinator wilayah/kec. : Kepala Puskesmas

5. Supervisor : Sanitarian Puskesmas

6. Tim Entry data : Bagian Pengolahan Data, Dinas Kesehatan , Bappeda, BLH,PU

7. Tim Analisis data : Pokja Sanitasi Kabupaten Pohuwato, Pokja Sanitasi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, PIU

8. Enumerator : Tenaga Honor Puskesmas

2.1 Penentuan Target Area Survey

Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kabupaten Pohuwato mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan.

(5)

Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut:

1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa.

2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/ desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut:

3.

(∑ Pra-KS + ∑ KS-1)

Angka kemiskinan = --- X 100% ∑ KK

4. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat

5. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut.

Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kabupaten Pohuwato menghasilkan kategori klaster sebagaimana diperlihatkan pada tabel terlampir. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kabupaten Pohuwato .

(6)

Tabel 1.

Kategori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko

Katagori

Klaster Kriteria

Klaster 0 Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama

sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko.

Klaster 1 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1

kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klaster 2 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2

kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klaster 3 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3

kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klaster 4 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4

kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klastering wilayah di Kabupaten Pohuwato menghasilkan kategori klaster sebagaimana diperlihatkan pada Tabel berikut :

(7)

Tabel 2.

Hasil klastering desa di Kabupaten Pohuwato

REKAPITULASI STRATIFIKASI KELURAHAN

STRATA 0 STRATA 1 STRATA 2 STRATA 3 STRATA 4

DESA KECAMATAN DESA KECAMATAN DESA KECAMATAN DESA KECAMATAN DESA KECAMATAN

Buntulia Barat Duhiadaa Palopo Marisa Pohuwato Marisa

Pohuwato

Timur Marisa

Duhiadaa Duhiadaa Marisa Utara Marisa

Marisa

Selatan Marisa

Buntulia

Utara Buntulia

Mekar Jaya Duhiadaa Botubilotahu Marisa Bulangita Marisa

Buntulia

Tengah Buntulia

Teratai Marisa Bulili Duhiadaa

Buntulia

Selatan Duhiadaa Hulawa Buntulia

Padengo Duhiadaa Karya Indah Buntulia

Buntulia Jaya Duhiadaa

Taluduyunu

Utara Buntulia

Mootilango Duhiadaa Taluduyunu Buntulia

Sipatana Buntulia

JUMLAH - 3 8 9 3

PERSEN

(8)

2.2 Penentuan Jumlah/Besar Responden

Jumlah sampel untuk tiap kelurahan/desa diambil sebesar 40 responden. Sementara itu jumlah sampel RT per Kelurahan/Desa minimal 8 RT yang dipilih secara random dan mewakili semua RT yang ada dalam Kelurahan/Desa tersebut. Jumlah responden per Kelurahan/Desa minimal 40 rumah tangga harus tersebar secara proporsional di 8 RT terpilih dan pemilihan responden juga secara random, sehingga akan ada minimal 5 responden per RT

Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten/kota digunakan “Rumus Slovin” sebagai berikut:

Dimana:

 n adalah jumlah sampel  N adalah jumlah populasi

 d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir 5% (d = 0,05)  Asumsi tingkat kepercayaan 95%, karena menggunakan α=0,05, sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2.

Dengan jumlah populasi rumah tangga sebanyak 45.048 KK maka jumlah sampel minimum yang harus dipenuhi adalah sebanyak 400. Namun demikian untuk keperluan keterwakilan desa/ kelurahan berdasarkan hasil klastering, Pokja Sanitasi Kabupaten Pohuwato menetapkan jumlah kelurahan yang akan dijadikan target area survey sebanyak 23 Desa sehingga jumlah sampel yang harus diambil sebanyak 23 X 40 = 920 responden.

2.3 Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei

Setelah menghitung kebutuhan responden maka selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak 23 desa. 23 Desa ini dipilih dalam 3 kecamatan berdasar keterwakilan wilayah dengan daerah permukiman, angka kemiskinan, daerah aliran sungai dan daerah rawan.

(9)

2.4 Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei

Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu, data RT per RW per kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT. Jumlah RT per kelurahan adalah 8 (delapan) RT. Untuk menentukan RT terpilih, silahkan ikuti panduan berikut.

 Urutkan RT per RW per kelurahan.

 Tentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total RT total dan jumlah yang akan diambil.

 Jumlah total RT kelurahan : X  Jumlah RT yang akan diambil : Y

 Maka angka interval (AI) = jumlah total RT kelurahan / jumlah RT yang diambil. AI = X/Y (dibulatkan)  misal pembulatan ke atas menghasilkan Z, maka AI = Z

 Untuk menentukan RT pertama, kocoklah atau ambilah secara acak angka antara 1 – Z (angka random). Sebagai contoh, angka random (R#1) yang diperoleh adalah 3.

 Untuk memilih RT berikutnya adalah 3 + Z= ... dst.

Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri. Tahapannya adalah sebagai berikut :

 Pergi ke RT terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat daftar rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk langsung.

 Bagi jumlah rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sampel minimal yang akan diambil, misal 5 (lima)  diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5

 Ambil/kocok angka secara random antara 1 – AI untuk menentukan Angka Mulai (AM), contoh dibawah misal angka mulai 2

(10)

BAB III

HASIL STUDI EHRA 2014

KABUPATEN POHUWATO

3.1 Informasi Responden

a. Kelompok Umur Responden

Responden dalam pelaksanaan study EHRA ini adalah ibu atau anak perempuan yang sudah menikah dan berusia antara 18-60 tahun, berikut kelompok umur responden study EHRA Kabupaten Pohuwato tahun 2014.

Grafik 1. Kelompok Umur Responden Responden Study EHRA Kabupaten Pohuwato

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok umur yang dominan untuk Desa/Kelurahan setiap klaster adalah : Klaster 1 pada kelompok umur > 45 tahun (26,7 %), Klaster 2 pada kelompok umur 36 - 40 tahun (26,3%), Klaster 3 pada kelompok umur 31 – 35 dan kelompok umur > 45 tahun (21,9%) dan klaster 4 kelompok umur 31 – 35 dan kelompok umur 41 – 45 tahun (20,8 %).

(11)

b. Status Rumah yang ditempati Responden

Berdasarkan status rumah yang ditempati oleh responden sebagian besar adalah rumah milik sendiri, berikut grafik status rumah yang ditempati responden study EHRA Kabupaten Pohuwato tahun 2014.

Grafik 2. Kelompok Umur Responden

Responden Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

c. Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat Pendidikan Responden sebagian besar tamatan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) hanya beberapa responden yang memiliki tingkat pendidikan SMA/sederajat dan Perguruan Tinggi/Akademi yang umumnya ditemui di desa/kelurahan pada klaster 0, klaster1 , klaster 2 dan klaster 3.

Grafik di bawah ini menggambarkan tingkat pendidikan responden di lokasi survey study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014.

(12)

Grafik 3. Tingkat Pendidikan Responden

Responden Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

d. Kepemilikan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM)

Seluruh responden (100%) pada klaster 1, klaster 2 dan klaster 3 menyatakan memiliki SKTM sedangkan pada klaster 0 sebagian besar menyatakan tidak memiliki SKTM, hal tersebut dapat terlihat dari grafik berikut.

Grafik 4. Kepemilikan SKTM

Responden Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014 e. Kepemilikan Askeskin

(13)

Seluruh responden (100%) pada klaster 4 menyatakan memiliki SKTM sedangkan pada klaster 0, klaster 1, klaster 2 dan klaster 3 sebagian besar menyatan tidak memiliki SKTM, hal tersebut dapat terlihat dari grafik berikut.

Grafik 5. Kepemilikan Askeskin Responden Study EHRA Kabupaten Kabupaten Pohuwato 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

f. Responden yang memiliki anak

Berdasarkan anak yang dimiliki oleh responden, hampir seluruh responden memiliki anak, persentase responden yang memiliki anak dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 6. Responden yang memiliki Anak. Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

(14)

3.2 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

1. Kondisi sampah di lingkungan rumah tangga

Kondisi permasalahan persampahan di lingkungan rumah tangga pada masing-masing klaster berdasarkan survey study EHRA di Kabupaten Pohuwato terlihat dari garfik di bawah ini :

Grafik 7. Kondisi Sampah diLingkungan RT/RW Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

Dari grafik ditas dapat disimpulkan bahwa permasalahan permasalahan yang ada adalah berupa masih terdapatnya tumpukan sampah terutama di klaster 0, klaster 1 dan klaster 2 dan klaster 3, dampak dari permasalahan tersebut adalah berupa timbulnya vektor-vektor pembawa penyakit berupa hewan dan binatang di sekitar tumpukan sampah yang berpotensi menimbulkan penyakit, selain itu dengan adanya tumpukan sampah juga menimbulkan busuk yang mengganggu serta menyumbat saluran drainase yang ada.

(15)

2. Pengolahan sampah rumah tangga

Dari hasil study EHRA di empat klaster kecamatan terkait pengolahan sampah di rumah tangga yang menunjukan sebagian responden mengolah sampah dengan cara dibakar dan sebagian kecil kecil lainnya dikumpulkan kemudian dibawa ke TPA oleh petugas kebersihan, dibuang ke kebun, sungai, dikubur kedalam lubang ditanah dan didaur ulang oleh kolektor informal.

Grafik 8.

Pengelolaan Sampah di Rumah tangga (RT) Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

Grafik diatas menunjukan sebagian besar pengelolaan sampah rumah tangga dilakukan dengan cara membakar sampah . Hanya pada klaster 1, 2 dan 3, pengelolaan sampah dilakukan dimana sampah yang dikumpulkan dibuang ke sungai/kali/laut , ada juga yang dibuang ke lubang (tidak ditutupi tanah) dan sebagiannya lagi sampah dibuang ke TPS.

Hal ini menunjukan bahwa masih kurang baiknya perilaku masyarakat untuk mengolah sampah rumah tangganya dengan benar, hal ini

(16)

disebabkan karena beberapa faktor antara lain :

1. Kurangnya armada pengangkut sampah (dump truck) untuk mengambil dan membawa sampah terutama di daerah luar perkotaan

2. Kurangnya pengetahuan tentang pengolahan sampah rumah tangga dengan baik dan benar.

Hasil Pengamatan :

Berdasarkan hail pengamatan terhadap cara pengelolan sampah di area survey study EHRA dapat disimpulkan bahwa cara pengelolaan sampah rumha tangga lebih dominan dengan cara dibakar, berikut grafik yang menggambarkan persentase cara pengelolaan sampah di rumah tangga.

3. Pemilahan Sampah Rumah Tangga

Berdasarkan hasil Study EHRA bahwa yang melakukan pemilahan sampah hanya klaster o (25%), sementara klaster 1, klaster 2 dan klaster 3 belum melakukan pemilahan sampah rumah tangga.

Grafik 9. Pemilahan Sampah Rumah Tangga Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

(17)

4. Apakah Petugas pengangkut sampah dibayar

Seluruh responden di klaster 1 dan klaster 2 (100%) menyatakan petugas pengangkut sampah tidak dibayar.

Grafik 10. Pembayaran untuk Petugas Pengangkutan Sampah Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

5. Besarnya biaya yang digunakan untuk membayar layanan sampah

Besarnya biaya yang digunakan masyarakat untuk biaya pengambilan dan pengangkutan sampah oleh petugas kebersihan pengankut sampah Rp. 5000 , hal ini terkait dengan adanya beberapa desa atau kelurahan yang secara langsung mengkoordinir pengutan retribusi pengangkutan sampah dari rumah masyarakat.

Variasi besarnya pungutan untuk petugas pengumpulan sampah tersebut secara rinci dapat terlihat dari grafik di bawah ini :

(18)

Grafik 11.

Besarnya biaya yang digunakan untuk membayar layanan sampah Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

3.3 Pembuangan Air Kotor/Limbah Tinja Manusia dan Lumpur Tinja

Berdasarkan study EHRA yang dilaksanakan terkait Pembuangan air kotor/limbah tinja manusia terbagi atas beberapa item penilaian antara lain ;

a. Tempat Buang Air Besar/BAB

Sebagian besar responden (57,4 %) menyatakan melakukan aktifitas buang air besar seperti di jamban pribadi dan sebagian kecil lainnya masih buang air besar di MCK / wc umum (14,2%).

Persentase tempat pembuang air besar masyarakat di lokasi study EHRA dapat terlihat dari chart di bawah ini :

(19)

Grafik 12.

Tempat Buang Air Besar (BAB)

Hasil Studi EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

b. Anggota keluarga yang masih BAB di tempat terbuka

Kebiasaan untuk buang air besar sembarangan atau pada tempat terbuka tidak ada menurut responden dalam penilaian study EHRA masih ada sebagian anggota masyarakat yang membuang kotoran ditempat terbuka diantaranya perempuan dewasa, laki-laki dewasa juga masih ada tapi tidak jelas siapa, namun persentase terbesar adalah kolom tidak ada khususnya berada pada desa-desa dan kelurahan di Klaster 0, 1 2 dan 3.

(20)

Grafik 12.

Anggota Keluarga yang masih BAB di Tempat Terbuka Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

c. Jenis kloset apa yang dipakai di rumah

Dari sejumlah responden yang menyatakan telah buang air besar dengan menggunakan jamban pribadi di rumah sebagian besar (58,2 %) menyatakan menggunakan kloset jongkok leher angsa dan sebagian sisanya menggunakan kloset duduk siram leher angsa (41,8%).

(21)

Grafik 13. Jenis kloset yang dipakai di rumah tangga Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

d. Tempat penyaluran buangan akhir tinja

Sebagian besar respoden (54,4 %) telah menggunakan Tangki septik sebagai tempat penyaluran pembuangan akhir tinja dan lainnya masih menggunakan cubluk/lobang tanah dan sebagiannya lagi masih membuang dan menyalurkan tinjanya ke sembarang tempat antara lain : ke drainase, juga menggunakan pipa sewer.

Grafik 14. Tempat penyaluran buangan akhir tinja Hasil Study EHRA Pohuwato Tahun 2014

(22)

e. Berapa lama tangki septik ini dibuat/dibangun

Sebagian besar responden yang memiliki tangki septik sebagai tempat pembuangan akhir tinja menyatakan bahwa tangki septik ter sebut telah dibangun lebih dari 5-10 tahun yang lalu (30,3%), 28,9 % menyatakan lebih dari 10 Tahun dan 33 % lagi diantaranya menyatakan pembangunan tangki septik dilaksanakan 1-5 tahun yang lalu.

Grafik berikut menggambarkan waktu pembangunan tangki septik di lokasi penilaian study EHRA.

Grafik 15.

Waktu Pembuatan Tangki Septik

Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

f. Waktu Pengurasan Tangki Septik

Seluruh responden tidak pernah melakukan pengurasan tangki septic (94,5%).

Hal ini terlihat dari grafik hasil study EHRA dibawah ini terkait waktu pengurasan tangki septik.

(23)

Grafik 16.

Waktu Pengurasan Tangki Septik

Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

g. Praktek Pengurasan tangki Septik

Praktek pengurasan tanki septik belum menjadi kebiasaan masyarakat, hal ini terlihat dari jawaban responden terkait praktek pengurasan tangki septik, sebagian besar responden (33%) menyatakan tidak tahu cara pengurasan tangki septik, dan hanya sebagian kecil (25 %) responden yang menggunakan layanan sedot tinja.

(24)

Grafik 13.

Praktek Pengurasan Tangki Septik Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Kab. Pohuwato 2014

h. Tempat Pembuangan Lumpur Tinja waktu Pengurasan Tangki Septik Hampir seluruh responden (54,5 %) yang tahu tempat pembuangan lumpur tinja waktu pengurasan tangki septik sedangkan yang tidak tahu menjawab lumpur tinja waktu dilakukan pengurasan tangki (42,6%) dan sebagian dibuang ke drainase, lobang tanah dan tempat lainnya.

Berikut chart yang menggambarkan persentase tempat pembuangan lumpur tinja waktu pengurasan tangki septik di lokasi penilaian study EHRA.

(25)

Grafik 14.

Tempat Pembuangan Lumpur Tinja waktu Pengurasan Tangki Septik Hasil Study EHRA Kabupaten Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

i. Kebiasaan BAB sembarangan balita (dilantai atau di kebun)

Untuk kebiasaan BAB sembarangan balita sebagian responden (47 %) menyatakan tidak tahu, 31 % diantaranya menyatakan tidak biasa dan Balita yang mengatakan kadang-kadang 12 dan sangat sering 10%, Chart berikut menggambarkan persentase kebiasaan BAB sembarangan balita di lokasi survey study EHRA.

Grafik 15.

Kebiasaan BAB sembarangan Balita

(26)

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

j.Tempat biasa ibu membuang tinja anak.

Berikut grafik yang menggambarkan persentse tempat yang ibu gunakan untuk membuang tinja di lokasi Survey Study EHRA.

Grafik 16.

Kebiasaan BAB sembarangan Balita

Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan tidak tahu kemana tempat pembuangan tinja anaknya (68,8%), yang dibuang ke tempat sampah 4% dan sebagian kecil (11,7%) responden menyatakan membuang tinja anaknya ke WC/Jamban, dan sisanya ke tempat lain seperti kebun, sungai dan selokan.

(27)

3.4 Drainase lingkungan/selokan sekitar rumah dan banjir.. 1. Rumah tangga yang mempunyai SPAL

Sebagian besar responden disetiap klaster lokasi penilaian study EHRA mempunyai SPAL (80.2%) terutama di klaster 1,2. 3 dan 4 dan sebagian lagi responden tidak memiliki SPAL.

Grafik berikut menggambarkan persentse kepemilikan SPAL di lokasi desa/kelurahan survey study EHRA Kabupaten Bone Boango .

Grafik 17.

Rumah Tangga memiliki SPAL

Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

(28)

Grafik 15 .

Hasil Pengamatan Tempat Pembuangan Limbah Cair Hasil Study EHRA Kabupaten Bone Boango Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

(29)

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

3. Rumah Tangga yang pernah terkena Banjir

Hampir seluruh rumah tangga tidak pernah mengalami kejadian banjir, hanya pada beberapa klaster kejadian banjir pernah terjadi dengan frekuensi beberapa kali dalam setahun yaitu di klaster 1 (27,5%), klaster 2 (8%), klaster 3 (7,4%) dan sisanya tidak pernah mengalami banjir. Grafik berikut menggambar kan persentase Rumah Tangga yang pernah mengalami banjir.

Grafik 16.

(30)

Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2012

4. Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin

Rumah tangga yang mengalami banjir yang terjadi beberapa kali dalam setahun terdapat pada klaster 1 (27.5%) , klaster 2 (8%), dan klaster 3 (7,4%) sedangkan sebagiannya lagi tidak pernah mengalami banjir secara rutin..

Grafik berikut menggambarkan persentasse kejadian banjir yang rutin di setiap klaster.

Grafik 17.

Persentase Rumah Tangga yang mengalami banjir rutin Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

(31)

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

5. Banjir yang masuk kedalam rumah

Persentase rumah tangga yang menyatakan air banjir memasuki rumah di klaster 3 (75%), klaster 0 (66,7%), klaster 1 (56,5%) dan klaster 2 (9,1%).

Grafik 18.

Persentase Banjir yang Masuk Rumah

Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

(32)

6. Ketinggian Air Yang Masuk kedalam Rumah

Persentase ketinggian air yang masuk kedalam rumah responden sebagian besar terjadi pada setengah lutut orang dewasa (100%) yakni pada klaster 2, selutut orang dewasa (75%) pada klaster 0, sepinggang orang dewasa (57,1%) pada klaster 1 dan setumit orang dewasa (33%) terdapat pada klaster 3.

Grafik 19.

Persentase Ketinggian Air yang Masuk Kedalam Rumah Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

7. Air Banjir yang menggenangi Kamar mandi dan WC/Jamban

Responden yang menyatakan rumahnya terendam banjir khususnya kamar mandi, wc/jamban pada klaster 0, klaster 1 dan klaster 3 dan yang menyatakan tidak pernah pada klaster 2. Grafik berikut menggambarkan hal tersebut di setiap klaster.

(33)

Grafik 20.

Persentase Banjir yang Menggenangi Kamar mandi dan WC/Jamban Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

8. Lamanya Air Banjir Mengering

Lamanya air banjir banjir mengering frekwensi tertinggi terdapat pada klaster 2 (100%) yakni selama satu hari, pada klaster 3 (83,3 %) , klaster 0 (75%) dan klaster I (68,6%) lebih dari 1 hari, dan terendah berada pada waktu 1-3 jam dan setengah hari.

Grafik 21.

Persentase Lamanya Air Banjir Mengering Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

(34)

3.5 .PENGELOLAAN AIR MINUM, MASAK, MENCUCI & GOSOK GIGI YANG AMAN DAN HIGIENE.

Sebagian besar masyarakat di lokasi area survey study EHRA menggunakan sumur gali terlindungi (80%) terbanyak pada klaster 0 dan klaster 3 , air ledeng PDAM (53.1%) dan terendah menggunakan air minum isi ulang (32.5%).

Grafik 22.

Pengelolaan Air Minum

Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab . Pohuwato 2014

(35)

Grafik 23.

Pengelolaan Air untuk Dimasak

Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

Grafik 24.

Pengelolaan Air untuk Mencuci Piring dan gelas Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

(36)

Grafik 25.

Pengelolaan Air untuk Mencuci Pakaian

Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato Tahun 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014 Grafik 26.

Pengelolaan Air untuk Menggosok Gigi Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato 2014

(37)

Grafik 27.

Lamanya Ibu RT Mengalami kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014 Grafik 28.

Kepuasan Ibu Rt terhadap kualitas air Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato 2014

(38)

Grafik 29.

Jarak Sumber Air ke tempat Penampungan/Pembuangan Tinja Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014 Grafik 30.

Pengolahan/Penanganan air sebelum digunakan untuk minum/masak Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato 2014

(39)

Grafik 31.

Cara Pengolahan air minum

Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014 Grafik 32.

Penyimpanan air sesudah pengolahan Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato 2014

(40)

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

Grafik 33.

Pengambilan air minum , masak, cuci piring , gelas dan gosok gigi Dari tempat penyimpanan air Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

3.6. Perilaku Hygiene dan Sanitasi

Berdasarkan study EHRA yang dilaksanakan terkait kegiatan Perilaku Hygiene dan sanitasi manusia terbagi atas beberapa item penilaian antara lain ;

a. Kebiasaan ibu rumah tangga memakai sabun

Sebagian besar responden menggunakan sabun untuk keperluan sehari-hari (100%) dan hanya sebagaian kecil yang tidak menggunakan sabun ( 2.5%).

(41)

Grafik 34.

Pengambilan air minum , masak, cuci piring , gelas dan gosok gigi Dari tempat penyimpanan air Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

b. Pemanfaatan sabun untuk keperluan sehari-hari Grafik 35.

Pemanfaatan Sabun untuk keperluan sehari-hari Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato 2014

(42)

C. Ketersediaan Sarana CTPS

Dari grafik dibawah ini ketersediaan sarana CTPS persentase terbanyak responden menyatakan tidak tahu (100%), didapur (74.2%), ditempat cucipiring (72.7%), di

Grafik 36.

Ketersediaan Sarana CTPS

Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014 D. Praktek CTPS Lima Waktu Penting

Grafik 37.

Praktek CTPS Lima Waktu Penting Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato 2014

(43)

Dari grafik diatas terlihat bahwa praktek CTPS diwaktu penting persentase terbanyak adalah sebelum makan (83.1%), Setelah BAB (77.5%), setelah makan (69.1%), sebelum menyiapkan masakan (59,3%), sebelum sholat (50.6%), setelah menceboki bayi/anak (25.8%), Lainnya (9.9 % ) dan sebelum ketoilet (9.2%).

3.7 Kejadian Penyakit Diare

a. Waktu paling dekat anggota keluarga terkena Diare Grafik 38.

Waktu paling dekat anggota keluarga terkena Diare Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato 2014

(44)

Grafik 39.

Anggota keluarga terakhir menderita Diare Hasil Study EHRA Kabupaten Pohuwato 2014

Sumber : Hasil Pengolahan dan analisis data study EHRA Kab. Pohuwato 2014

3.8 Indeks Risiko Sanitasi

Dari keseluruhan aspek sanitasi yang telah dilakukan studi EHRA ini, maka terlihat indeks resiko sanitasi sebagaimana pada tabel dan grafik pada skala seluruh sampel kabupaten dan per klaster mengenai Indeks Risiko Sanitasi yang diperoleh dari hasil analisa data .

(45)

PENUTUP

Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment = EHRA) adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai dengan tingkat kelurahan. Data yang dikumpulkan dari studi EHRA akan digunakan Pokja Kabupaten/Kota sebagai salah satu bahan untuk menyusun Buku Putih, penetapan area beresiko dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK).

Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten/kota karena:

a. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat

b. Data terkait dengan sanitasi dan higiene terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda

c. Isu sanitasi dan higiene masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihat dalam prioritas usulan melalui Musrenbang;

d. Terbatasnya kesempatan untuk dialog antara masyarakat dan pihak pengambil keputusan.

e. EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan masyarakat di tingkat desa/kelurahan untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama masyarakat atau stakeholders kelurahan/desa

f. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa

(46)

Sementara studi EHRA berfokus pada fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat, seperti:

A. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup: a. Sumber air minum,

b. Layanan pembuangan sampah, c. Jamban,

d. Saluran pembuangan air limbah.

B. Perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi dengan mengacu kepada STBM:

a. Buang air besar

a. Cuci tangan pakai sabun,

b. Pengelolaan air minum rumah tangga, c. Pengelolaan sampah dengan 3R

d. Pengelolaan air limbah rumah tangga (drainase lingkungan)

Untuk mengumpulkan data primer tentang gambaran situasi sanitasi dan perilaku yang berisiko terhadap kesehatan lingkungan kabupaten/kota saat ini

a. Mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan

b. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi c. Menyediakan dasar informasi yang valid dalam penilaian Risiko Kesehatan

Lingkungan

Manfaat Hasil survey digunakan sebagai salah satu bahan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota dan Strategi Sanitasi Kota (SSK).

Output yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah input untuk Buku Putih, khususnya Bab 3.1, Bab 4.1, dan Bab 5 yaitu:

a. Mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan

b. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi c. Menyediakan dasar informasi yang valid dalam penilaian Risiko Kesehatan

(47)

Dalam persiapan dan pelaksanaan Studi EHRA dilakukan langkah-langkah kegiatan berikut ini:

1. Rapat persiapan Pokja-Mnyepakati pembentukan Tim Studi EHRA 2. Penentuan target area survey

3. Penentuan kecamatan dan desa/kelurahan area survey di Kabupaten 4. Penentuan kecamatan dan desa/kelurahan area survey di Kabupaten 5. Penentuan Jumlah Sampel/Responden

6. Penentuan RT/RW dan Responden di lokasi survey 7. Pemilihan Supervisor dan Enumerator

8. Pelatihan Studi EHRA

9. Pelaksanaan studi EHRA di lapangan 10. Data entry dan analisa

Dengan telah dilakukan studi EHRA ini semoga bisa memberi manfaat bagi semua SKPD dalam hal mengatasi dan memperbaiki masalah sanitasi lingkungan di Kabupaten Pohuwato khususnya.

Gambar

Grafik 1. Kelompok Umur Responden  Responden Study EHRA Kabupaten Pohuwato
Grafik 2. Kelompok Umur Responden

Referensi

Dokumen terkait

Adanya keterkejutan menghadapi budaya baru yang dirasakan subjek CHY terutama karena adanya perbedaan bahasa yang sangat mencolok, perbedaan iklim, kebiasaan

a) Melayani kebutuhan perdagangan internasional dari daerah dimanapun pelabuhan tersebut berada. b) Membantu agar berjalannya roda perdagangan dan pengembangan

Adapun hasil dari pengabdian ini (1) Masyarakat memiliki pemahaman dasar tentang pentingnya terlibat berorganisasi; (2) Masyarakat tahu bahwa organisasi menjadi wadah

Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Wangsa & Ardani, 2015) yang menyatakan bahwa variabel sikap pada iklan yang menjadi variabel

Hanya atas perkenan-Nya semata buku Term Of Reference Kegiatan Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan Bidang Keahlian (PKL-BK) Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) budaya organisasional memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan, (2) kepuasan kerja organisasional memiliki

Mereka dan ahli falsafah Greek yang lain menyarankan betapa perlunya manusia berfikir sebelum menerima sesuatu kerana realiti sesuatu itu mungkin berbeza dari keadaan lahiriahnya –

c. Memenuhi persyaratan teknis minimal dan berlabel. Lahan bera atau tidak ditanami dengan tanaman yang satu familli minimal satu musim tanam. Untuk tanaman rimpang lahan yang