• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bakteri berasal dari kata bakterion dari bahasa Yunani yang berarti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bakteri berasal dari kata bakterion dari bahasa Yunani yang berarti"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bakteri

2.1.1 Uraian umum

Istilah bakteri berasal dari kata “bakterion” dari bahasa Yunani yang berarti tongkat atau batang.Sekarang istilah bakterion sering dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme yang bersel satu (Adam, 1991). Menurut Dwijoseputro (1978) morfologi bakteri dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu bentuk basil, kokus, dan spiral:

a. Bentuk basil

Berbentuk serupa tongkat pendek, silindris. Basil dapat dibedakan atas:

1. Monobasil yaitu basil yang terlepas satu sama lain dengan kedua ujung tumpul.

2. Diplobasil yaitu basil yang bergandeng dua dan kedua ujungnya tumpul. 3. Streptobasil yaitu basil yang bergandengan panjang dengan kedua ujung

tajam. b. Bentuk kokus

Kokus adalah bakteri yang bentuknya serupa bola-bola kecil. Bentuk kokus ini dapat dibedakan atas:

1. Diplokokus yaitu kokus yang bergandeng dua-dua. 2. Tetrakokus yaitu kokus yang mengelompok berempat.

3. Stafilokokus yaitu kokus yang mengelompok merupakan satu untaian.

(2)

5. Sarsina yaitu kokus yang mengelompok seperti kubus. c. Bentuk spiral

Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral .

2.2 Bakteri Patogen dan Non Patogen

Bakteri dapat diklasifikasikan berdasarkan kualitasnya yang merugikan atau menguntungkan yaitu, bakteri patogen dan bakteri non patogen (Fong dan Elvira, 1987).

2.2.1 Bakteri Patogen

Bakteri patogen berbahaya karena menyerang tanaman atau jaringan tubuh hewan dan sering mensekresi enzim atau racun ke dalam jaringan (Fong dan Ferris, 1987). Bakteri patogen juga menyerang sistem pencernaan manusia, beberapa bakteri patogen yang sering menginfeksi saluran cerna manusia diantaranya adalah genus Escherichia yaitu Escherichia coli, genus Citrobacter, genus Shigella yaitu Shigella sonnei ataupun Shigella dysenteriae dan genus Salmonella yaitu Salmonellatyphi (Misnadiarly dan Djajaningrat, 2014).

2.2.1.1 Salmonella typhi

Genus salmonella lebih kompleks dan terdiri dari bermacam-macam grup.Salmonella mempunyai bentuk batang, dan biasanya bergerak dengan flagel peritrif, Salmonella typhi tidak pernah membentuk gas (Misnadiarly dan Djajaningrat, 2014).

Salmonella dapat menyebabkan infeksi pada manusia dan juga hewan, pada manusia dapat menyerang jaringan ekstra intestinal menyebabakan demam enterik.Keadaan yang paling parah berupa demam typhoid.Salmonella mempunyai

(3)

Salmonella didasarkan pada susunan antigennya (Misnadiarly dan Djajaningrat, 2014).

Salmonella typhosa berbentuk batang pendek gemuk dengan diameter 0,5-0,8 mikron dan panjang 1-3 mikron. Bergerak karena memiliki flagella peritrika tidak berselubung, tidak berspora dan Gram negatif (-).Salmonella typhosa bersifat aerob dan fakultatif aerob dan dapat tumbuh hampir di semua media dengan pH 7,2 dan suhu 370C (Misnadiarly dan djajaningrat, 2014).

2.2.2 Bakteri Non Patogen

Bakteri non patogen melakukan banyak fungsi yang berguna seperti pembuatan yoghurt, keju, dan susu acidophilus. Bakteri probiotik merupakan mikroorganisme non patogen yang memberikan pengaruh positif terhadap fisiologi dan kesehatan.Bakteri Probiotik utama adalah genus Lactobacillus dan genus Bifidobacterium (Schrezenmeir dan de Vrese, 2001; Fong dan Ferris, 1987).

2.2.2.1 Genus Lactobacillus

Genus Lactobacillus merupakan kelompok bakteri gram positif berbentuk batang, biasanya non motil, tidak membentuk spora, dan anaerob fakultatif.Bakteri ini menghasilkan asam laktat atau campuran asam laktat, etanol, asam asetat dan CO2 (bergantung pada spesies) melalui fermentasi karbohidrat (Wardah, 2013).

Genus Lactobacillus tidak bergerak dan tidak berspora, merupakan Gram positif biasanya terdapat dalam susu, daging, air, anggur, buah-buahan, juga sebagai parasit dalam mulut, saluran pencernaan dan vagina (Misnadiarly dan djajaningrat, 2014). Lactobacillus memiliki peran penting dalam mengontrol pH usus melalui produksi asam yang menurunkan pH usus sehingga membatasi pertumbuhan bakteri patogen (Lee dan Salminen, 2009).

(4)

Bakteri Lactobacillus plantarum digunakan dalam fermentasi daging dan sayuran serta dapat memproduksi asam laktat (Wardah, 2013).Lactobacillus plantarum termasuk dalam bakteri heterofermentasi fakultatif.Lactobacillus plantarum memiliki toleransi yang tinggi pada kondisi lingkungan dengan pH rendah.Lactobacillus plantarum sering ditemukan dalam makanan hasil fermentasi yang biasanya memiliki pH dibawah 4,0 dan juga mampu hidup dalam kondisi asam di dalam perut manusia. Lactobacillus plantarum merupakan flora normal dalam saluran cerna manusia, yang terdapat pada hampir sepanjang saluran cerna (Molin, 2010).

2.3 Fase Pertumbuhan Mikroorganisme

Ada empat macam fase pertumbuhan mikroorganisme menurut Pratiwi (2008), yaitu fase lag, fase log, fase stasioner, dan fase dead.

a. Fase lag

Fase lag merupakan fase adaptasi, yaitu fase penyesuaian mikroorganisme pada suatu lingkungan baru. Ciri fase lag adalah tidak adanya peningkatan jumlah sel, yang ada hanyalah peningkatan ukuran sel. Lama fase lag tergantung pada kondisi dan jumlah awal mikroorganisme dan media pertumbuhan.

b. Fase log

Fase ini merupakan fase dimana mikroorganisme tumbuh dan membelah pada kecepatan maksimum, tergantung pada genetika mikroorganisme, sifat media, dan kondisi pertumbuhan. Sel baru terbentuk dengan laju konstan dan massa yang bertambah secara eksponensial.

(5)

c. Fase stationer

Pada fase ini, pertumbuhan mikroorganisme terhenti dan terjadi keseimbangan antara jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel yang mati.Kematian sel diimbangi oleh pembentukan sel-sel baru melalui pertumbuhan dan pembelahan. d. Fase dead

Pada fase ini, jumlah sel yang mati meningkat.Faktor penyebabnya adalah ketidaktersediaan nutrisi dan akumulasi produk buangan yang toksik.

2.4 Faktor-faktor Pertumbuhan dan Perkembangan Bakteri

Pertumbuhan dan perkembangan bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti zat makanan (nutrisi), temperatur, oksigen dan pH (Pratiwi, 2008).

a. Zat makanan (nutrisi)

Kebanyakan bakteri memerlukan zat-zat anorganik seperti garam-garam yang mengandung natrium (Na), kalium (K), magnesium (Mg), besi (Fe), klor (Cl), sulfur (S), dan fosfor (P), sedang beberapa spesies tertentu masih membutuhkan tambahan mineral seperti mangan (Mn) dan molybdenum (Mo) (Dwijoseputro,1978).

b. Temperatur

Proses pertumbuhan bakteri tergantung pada reaksi kimiawi dan laju reaksi kimia yang dipengaruhi oleh temperatur. Pada temperatur yang sangat tinggi akan terjadi denaturasi protein yang bersifat ireversibel, sedang pada temperatur yang sangat rendah aktivitas enzim akan berhenti. Pada temperatur pertumbuhan optimal akan terjadi kecepatan pertumbuhan optimal dan dihasilkan jumlah sel yang maksimal. Berdasarkan ini maka bakteri dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

(6)

1. Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang tumbuh pada temperature maksimal 200C, optimal 0-150C.

2. Bakteri psikrofil fakultatif, yaitu bakteri yang tumbuh pada temperatur maksimal 300C, optimal 20-300C, serta dapat tumbuh pada 00C.

3. Bakteri termofil, yaitu bakteri yang tumbuh pada temperatur minimal 450C, optimal 55-600C, optimal 55-650C, maksimal pada temperatur 1000C.

4. Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang dapat tumbuh pada temperatur minimal 15-200C, maksimal 450C, optimal pada 20-450C (Pratiwi, 2008) c. Oksigen

Berdasarkan kebutuhan oksigen, dikenal mikroorganisme yang bersifat aerob dan anaerob. Mikroorganisme aerob memerlukan oksigen untuk bernafas, sedangkan mikroorganisme anaerob tidak memerlukan oksigen, adanya oksigen justru akan menghambat pertumbuhannya (Pratiwi, 2008).

d. pH

pH merupakan indikasi penurunan ion hidrogen, peningkatan dan penurunan konsentrasi ion hidrogen dapat menyebabkan timbulnya ionisasi gugus-gugus dalam protein, asam amino, dan karboksilat. Hal ini dapat menyebabkan denaturasi protein yang mengganggu pertumbuhan sel. Mikroorganisme asidofil tumbuh pada kisaran pH 1,0-5,5; mikroorganisme neutrofil tumbuh pada kisaran pH 5,5-8,0; mikroorganisme alkalofil tumbuh pada pH 8,5-11,5 sedangkan mikroorganisme alkalofil eksterm tumbuh pada pH kisaran ≥10.

(7)

2.5 Zat yang Bersifat Antibakteri 2.5.1 Antibiotik

Pada awalnya istilah yang digunakan adalah antibiotis, yang berarti substansi yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Namun pada perkembanganya, antibiotis ini disebut antibiotik dan istilah ini tidak hanya terbatas untuk substansi yang diketahui memiliki kemampuan untuk menghalangi pertumbuhan organisme lain khususnya mikroorganisme. Berdasarkan spektrum atau kisaran kerjanya antibiotik dapat dibedakan menjadi antibiotik berspektrum sempit (narrow spectrum) dan antibiotik berspektrum luas (broad spectrum).Antibiotik berspektrum sempit hanya mampu menghambat segolongan jenis bakteri saja.Sedangkan antibiotik berspekrum luas dapat menghambat atau membunuh bakteri dari golongan Gram positif maupun Gram negatif (Pratiwi, 2008).

Mekanisme aksi antibiotik meliputi dengan cara menghambat sintesis dinding sel, merusak membran plasma, menghambat sintesis protein, menghambat sintesis asam nukleat dan menghambat sintesis metabolit esensial (Pratiwi, 2008).

2.5.2 Zat Non Antibiotik

Zat non antibiotik biasanya berasal dari ekstrak tumbuhan maupun hewan yang mampu menghambat atau membunuh mikroorganisme yang merugikan seperti bakteri. Adapun contoh dari zat non antibiotik adalah seperti kitosan dan minyak kelapa murni, dimana kitosan dengan kosentrasi 0,5% dan 1% telah mampu menghambat bakteri yang terdapat pada ikan asin yang dikeringkan (Killay, 2013). Sama hal nya dengan kitosan, minyak kelapa murni juga merupakan suatu bahan alam yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme yang merugikan. Hasil hidrolisis minyak kelapa murni pada konsentrasi 200µl/ml menunjukkan daya

(8)

hambat pertumbuhan bakteri Salmonella yang cukup kuat dan pada konsentrasi 25% hasil hirolisis minyak kelapa murni telah mampu menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi (Manurung, 2015; Elysa, 2015).

2.6 Kitosan

2.6.1 Uraian Umum

Kitosan adalah suatu polisakarida yang diperoleh dari hasil deasetilasi kitin.Kitosan merupakan turunan kitin yang tidak larut dalam air dan pelarut organik, tetapi larut dengan cepat dalam asam organik encer seperti asam asetat, asam sitrat, dan asam mineral lain (Se-kwon, 2011). Kitosan memiliki sifat relatif lebih reaktif dari kitin dan mudah diproduksi dalam bentuk serbuk, pasta, film, serat (Hafdani, 2011). Kitosan merupakan bahan bioaktif, kitosan sebagai bahan bioaktif dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada ikan teri kering yang diasinkan. (Agustin, 2009; Se-kwon, 2011).

Gambar 2.1 Rumus Struktur kitosan.

Kitin adalah jenis polisakarida terbanyak kedua di bumi setelah selulosa dan dapat ditemukan pada skeleton invertebrata dan beberapa pada dinding sel jamur.Kitin mudah mengalami degradasi secara biologis, tidak beracun, tidak larut dalam air, asam organik encer, dan asam-asam organik, tetapi larut dlam larutan

(9)

dimetil acetamida dan litium klorida (Se-kwon, 2011).Rumus struktur kitin dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Rumus Struktur kitin. 2.6.2 Aktivitas Antibakteri Kitosan

Kitosan memiliki sifat antimikroba, karena dapat menghambat bakteri patogen dan mikroorganisme penyebab pembusukan dimana termasuk jamur, bakteri gram positif-negatif.Kitosan memiliki bentuk spesifik mengandung gugus amino dalam rantai karbonnya yang bermuatan positif sangat reaktif, sehingga mampu berikatan dengan dinding sel bakteri yang bermuatan negatif (Hafdani, 2011).Berdasarkan sejumlah penelitian sebelumnya sifat antimikrobial dari kitosan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

(10)

Tabel 2.1. Sifat antimikroba dari kitosan

No. Mikroorganisme Konsentrasi Produk Result Ref.

1. Staphylococcus

aureus 2%

Raw oysters

Pertumbuhan S. aureus sangat terhambat pada

raw oysters yang dilapisi dengan 2% chitosan (A) 2. Staphylococcus aureus 100 µg - 40c (B) 3. Bacillus subtilis 20c 4. Escherichia coli 18c 5. Pseudomonas aeruginosa 16 c 6. Salmonella enterica 32 c 7. Escherichia coli 200 ppm - 0a (C) 8. Thropozoites gallinae 125-1250 ppm - 0 a (D) 9. Aeromonas hydrophila 1% Ikan nila segar 38,10 4 mg/mlb (E) Keterangan:

a: MBC (Minimum Bactericidal Concentration), b: MIC (Minimum Inhibitory Concentration) (mg/ml), c: diameter zona hambat (mm),

(A): P. Chhabra, et al., 2006, (B): Yadav dan Bishe, 2004, (C): Liu, et al., 2005, (D): Killay, 2013, (E): Mahatmanti, et al., 2010.

2.7 Minyak Kelapa Murni (VCO) 2.7.1 Uraian Umum

Minyak kelapa virgin atau sering disebut minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil, VCO) merupakan salah satu hasil olahan dari buah kelapa (Cocos nucifera).Tanaman kelapa banyak tumbuh di daerah tropis sehingga minyaknya disebut juga minyak tropis (tropical oil).Walaupun peran VCO sangat besar dalam kehidupan manusia, tidak semua orang menyukai kehadirannya.Hal ini disebabkan adanya isu negatif yang telah banyak beredar bahwa minyak kelapa dapat menyebabkan kolesterol, penyakit jantung, kegemukan, dan jerawat.Kandungan asam lemak jenuh yang terdapat pada minyak kelapa murni divonis sebagai

(11)

penyebabnya.Perlu diketahui bahwa lemak jenuh yang terdapat pada VCO adalah lemak jenuh dengan rantai sedang dan pendek.Lemak jenuh rantai sedang dan pendek sangat mudah dicerna dan diserap tubuh (Sutarmi dan rozaline, 2005).Berikut ini standar mutu minyak kelapa murni dan komposisi asam lemak dalam VCO dapat dilihat pada Tabel 2.2.

(12)

Tabel 2.2 Standar mutu minyak kelapa virgin

No Jenis Persyaratan Satuan

1.

Keadaan: 1.1 Bau 1.2 Rasa 1.3 Warna

Khas kelapa segar, tidak tengik normal,

khas minyak kelapa tidak bewarna

hingga pucat

2. Air dan senyawa menguap Maks 0,2 %

3. Bilangan penyabunan 250,07-260,67 mgKOH/g minyak

4. Bilangan iod 4,1-11,0 g iod/100 gram

5. Asam lemal bebas (dihitung

sebagai asam laurat) Maks 0,2 %

6. Asam lemak: 6.1 Asam kaproat (C6:0) D - 0,7 % 6.2 Asam kaprilat (C8:0) 4,6 - 10,0 % 6.3 Asam kaprat (C10:0) 5,0 - 8,0 % 6.4 Asam laurat (C12:0) 45,1 – 53,2 % 6.5 Asam miristat (C14:0) 16,8 – 21 % 6.6 Asam palmitat (C16:0) 7,5 – 10,2 % 6.7 Asam stearat (C18) 2,0 – 4,0 % 6.8 Asam oleat (C18:1) 5,0 – 10,0 % 6.9 Asam linoleat (C18:2) 1,0 – 2,5 % 6.10 Asam linoleat (C18:3)-(C24:1) ND – 0,2 % 7. Cemaran mikroba

7.1 Angka lempeng total Maks 10 Koloni/ml 8. Cemaran Logam :

8.1 Timbal (Pb) Maks 0,1 mg/kg

8.2 Tembaga (Cu) Maks 0,4 mg/kg

8.3 Besi (Fe) Maks 5,0 mg/kg

8.4 Cadmium (Cd) Maks 0,1 mg/kg

9. Cemaran Arsen (As)

(13)

2.7.2 Manfaat Kandungan Gizi VCO

Minyak kelapa yang dijadikan sebagai obat biasanya disebut minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO).Berbagai penyakit yang berasal dari virus dan belum ditemukan obatnya dapat ditangkal dengan mengonsumsi VCO, seperti flu burung, HIV/AIDS, hepatitis, dan jenis virus lainnya.Bukan itu saja VCO juga dapat mengatasi kegemukan, penyakit kulit, hingga penyakit yang tergolong kronis, misalnya jantung, darah tinggi, dan diabetes (Sutarmi dan Rozaline, 2005).

Dalam VCO terdapat MCFA. MCFA merupakan komponen asam lemak berantai sedang yang memiliki banyak fungsi, antara lain mampu merangsang produksi insulin sehingga proses metabolisme glukosa dapat berjalan normal (Sutarmi dan Rozaline, 2005).

Asam laurat dan asam lemak jenuh berantai pendek, seperti asam kapriat, kaprilat, dan miristat yang terkandung dalam VCO berperan sebagai antivirus, antibakteri, dan antiprotozoa.VCO relatif tahan terhadap panas, cahaya, dan oksigen singel sehingga memiliki daya simpan yang lama (Sutarmi dan Rozaline, 2005).Rumus struktur asam laurat dan monolaurin dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Rumus Struktur asam monolaurin dan asam laurat. 2.7.3 Hidrolisis Trigliserida

Hidrolisis minyak atau lemak menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis dapat terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak, atau

Monolaurin

(14)

mereaksikan dengan KOH atau NaOH (lebih dikenal dengan proses penyabunan) (Ketaren, 2005). Hidrolisis secara enzimatik juga terjadi di dalam tubuh, yaitu dengan bantuan enzim lipase.Enzim lipase ini terdapat pada mulut, lambung, dan usus halus. Ketiga enzim tersebut akan menghidrolisis trigliserida pada posisi sn-1 dan sn-3. Hidrolisis trigliserida secara enzimatik dengan lipase spesifik pada posisi sn-1 dan sn-3 adalah dengan menghidrolisis trigliserida hanya pada posisi sn-1,3 sehingga akan menghasilkan 2-monogliserida dan asam lemak bebas. Hasil hidrolisis kemudian dipisahkan dengan larutan non polar yang terikat pada asam lemak bebas, ataupun juga dilakukan dengan cara disentrifugasi pada kecepatan dan waktu tertentu (Silalahi, 2002).

2.7.4 Penentuan Bilangan Asam

Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak.Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak (Ketaren, 2005).

Asam lemak bebas merupakan salah satu standar mutu VCO yang dinyatakan sebagai persen dari asam lemak. Asam lemak bebas (dihitung sebagai asam laurat) maksimumnya adalah 0,2%. Prinsip kerja penentuan asam lemak bebas adalah pelarutan contoh miyak/lemak dalam pelarut organik tertentu (alkohol 96% netral) dilanjutkan dengan titrasi menggunakan basa NaOH atau KOH (Badan Standarisasi Nasional, 2008).

Rumus Penetuan Bilangan Asam

Bilangan asam= 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 56,1

(15)

Keterangan: A = JumLah mL KOH untuk titrasi N = normalitas larutan KOH G = bobot contoh (gram) BM KOH = 56,1

Rumus Pembakuan KOH (Normalitas KOH)

miligrek K.Biftalat = miligrek KOH mg K. Biftalat

BE = V X N KOH N KOH =mg K. BiftalatBE X V

Keterangan: BE k.Biftalat = Bobot Ekuivalen = BM = 204,2 V = Volume titrasi KOH

N = Normalitas

Normalitas rata-rata :

N

=

N1+N2+N3

3

Deviasi (%) = (Ni – N ) / N x 100%

2.7.5 Aktivitas Antibakteri VCO

VCO mengandung empat jenis MCFA, yaitu asam laurat (C-12, 48-53%), asam kaprat (C-10, 7%), asam kaprilat (C-8, 8%), dan asam kaproat (C-6, 0,5%). Di dalam tubuh MCFA diubah menjadi monogliserida, yaitu asam laurat menjadi monolaurin, asam kaprilat menjadi monocaprylin, asam kaprat menjadi monocaprin dan asam kaproat menjadi monocaproin yang mampu membunuh mikroorganisme patogen termasuk bakteri, jamur dan ragi, virus dan protozoa. Kekuatan antibakteri

(16)

MCFA dimanfaatkan secara alami oleh tubuh kita sendiri yaitu ditemukan dalam air susu ibu untuk melindungi dan memberikan nutrisi kepada bayi (Enig, 1996).

Aktivitas antibakteri MCFA terbaik adalah dalam bentuk asam lemak bebas dan monogliserida.Untuk memperoleh monogliserida dari trigliserida yang terkandung dalam VCO dilakukan dengan menghidrolisis menggunakan enzim yang spesifik bekerja hanya untuk menghidrolisis secara parsial yaitu dengan menghidrolisis pada posisi sn-1 dan sn-3. Enzim yang spesifik bekerja pada posisi sn-1 dan sn-3 adalah enzim lipase yang berasal dari Aspergillus niger, Mucor meihei dan pakreas (Silalahi, 2002). Berdasarkan sejumlah penelitian sebelumnya sifat antimikrobial dari asam laurat, monolaurin dan VCO dapat dilihat pada Tabel 2.3.

(17)
(18)

Tabel 2.3. Sifat antimikroba dari asam laurat, monolaurin dan minyak kelapa murni

No. Sampel (Bahan Uji) Konsentrasi

Bakteri Gram Negatif Bakteri Gram positif

Jamur C. albicans Ref. Pseudomonas aureginosa Staphylococcus enteridis E. coli S. typhi s. typhimurium S.

aureus S. epidermidis S. subtilis

P. acnes 1. VCO 2% 35,63a 40,48a (A) 2. Krim VCO 2% 15,93a 21,00a 3. α-monolaurin sintesis 500µg/ml 7a (B)

4. Asam lemak C8 Asam

kaprilat 3 c 2c (C) 5. Asam lemak C10 Asam kaprat 3 c 3c 6. Asam lemak C12 Asam laurat <5 c <5c 7. Monolaurin <5c <5c 8. Asam kaprat 2,90c 2,90c 2,90c (D) 9. Asam laurat 2,49c 2,49c 2,49c 10. 1-monolaurin 0,09c 0,09c 0,09c 11. 1,3-Dilaurin - - - 12. Triluarin - - - 13. VCO 30x1 05 c (E) 14. VCO hasil hidrolisis

penyabunan 100% 0

c

15.

VCO hasil hidrolisis enzimatis 500 mg/ml 13,43a 11,28a 10,65a 10,08a (F) 16. 200µl/ml 10,3 0a 10,53 a (G) 17. 100% 8,57a (H) Keterangan:

a: Zona hambat (mm), b: MIC (Minimum Inhibitori Concentration) (mg/ml), c: cfu

(A): Ginting, 2008, (B): Widiyarti, dkk., 2009, (C): Skrivanova, et al., 2006, (D): Kabara, et al., 1972, (E): Hasibuan, 2012, (F): Permata, 2012, (G): Elysa, 2015, (H): Manurung, 2015.

(19)

2.8 Uji Aktivitas Antibakteri

Penentuan kepekaan bakteri patogen terhadap agen antibakteri tertentu dapat dilakukan dengan salah satu dari dua metode pokok yaitu metode dilusi dan metode difusi.

a. Metode dilusi

Metode ini digunakan untuk menentukan kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM). Cara yang dilakukan yaitu dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada media yang telah ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji agen antimkroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba, dan diinkubasi selama 18 – 24 jam.Media yang tetap terlihat jernih setelah diinkubasi ditetapkan sebagai KBM (Pratiwi, 2008). b. Metode difusi agar

Metode yang paling sering digunakan yaitu metode difusi agar, lazimnya dikenal dengan sebutan test Kirby & Bauer. Disc yang diresapi agen antimiroba diletakkan pada media agar yang telah ditanami oleh mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih menandakan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agan antimikroba pada perumbuhan media agar (Pratiwi, 2008).

2.9 Kombinasi Zat yang Bersifat Antibakteri

Kombinasi antibakteri atau antimikroba yang digunakan menurut indikasi yang tepat dapat memberikan manfaat klinik yang besar.Penggunaan kombinasi

(20)

antibakteri (antibiotik) dimungkinkan dengan tujuan untuk menghadapi campuran infeksi bakteri.Dengan kombinasi diharapkan mendapatkan hasil yang sinergisme.Sehingga perlu dicari terapi alternatif yang lebih aman dengan melakukan kombinasi zat yang bersifat antibakteri dan diharapkan memberikan efek yang sinergis.Sinergisme adalah kerja sama antara dua obat dan dikenal dengan dua jenis:

a. Adisi (penambahan). Efek kombinasi adalah sama dengan jumlah kegiatan dari masing-masing obat.

b. Potensiasi (peningkatan potensi). Kedua obat saling memperkuat khasiatnya, sehingga terjadi efek yang melebihi jumlah matematis dari a + b.

Untuk melihat sifat sinergisme antibakteri dapat dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:

𝐃𝐃𝐃𝐃𝐃𝐃𝐃𝐃𝐃𝐃𝐃𝐃𝐃𝐃𝐃𝐃 𝐙𝐙𝐙𝐙𝐙𝐙𝐃𝐃 𝐇𝐇𝐃𝐃𝐃𝐃𝐇𝐇𝐃𝐃𝐃𝐃 𝐓𝐓𝐓𝐓𝐙𝐙𝐓𝐓𝐓𝐓𝐃𝐃𝐓𝐓 𝐀𝐀 + 𝐃𝐃𝐃𝐃𝐃𝐃𝐃𝐃𝐃𝐃𝐃𝐃𝐃𝐃𝐃𝐃 𝐙𝐙𝐙𝐙𝐙𝐙𝐃𝐃 𝐇𝐇𝐃𝐃𝐃𝐃𝐇𝐇𝐃𝐃𝐃𝐃 𝐓𝐓𝐓𝐓𝐙𝐙𝐓𝐓𝐓𝐓𝐃𝐃𝐓𝐓 𝐁𝐁 𝟐𝟐

= 𝐀𝐀𝐁𝐁

Jika hasil penjumlahan kedua diameter zona hambat obat A dan obat B melebihi dari jumlah diameter zona hambat secara tunggal maka dapat dipastikan bahwa kombinasi obat A dan B bersifat sinergisme potensiasi (Chin, 2000; Mulyantono dan Isman, 2008; Tan dan Rahardja, 2007).

Pengujian untuk melihat efek sinergisme dari kombinasi kedua antibakteri dapat juga dilakukan dengan cara Disk Diffusion Testing (DDT) dimana pengujian dilakukan menggunakan cakram, pengujian ini sama dengan metode test Kirby & Bauer. Disk atau cakram terlebih dahulu masing-masing diresapi dengan agen antimikroba tunggal kemudian keduanya ditempatkan pada jarak yang sama dengan

(21)

atau tunggal. Kombinasi dikatakan bersifat sinergisme jika menunjukkan peningkatan atau membentuk seperti jembatan pada atau dekat persimpangan dari dua zona hambat, atau hambatan dari pertumbuhan yang merupakan efek kombinasi dari kedua agen antimikroba (Schwalbe, et al., 2007).Kombinasi yang bersifat sinergisme dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Gambaran efek kombinasi agen antimikroba secara DDT Keterangan: A= Kombinasi bersifat aditif

B= Kombinasi bersifat sinergis C= Kombinasi bersifat antagonis

D= Kombinasi bersifat sinergis (Sumber: Schwalbe, et al., 2007).

A B

Gambar

Gambar 2.1 Rumus Struktur kitin.
Tabel 2.1. Sifat antimikroba dari kitosan
Tabel 2.2 Standar mutu minyak kelapa virgin
Tabel 2.3. Sifat antimikroba dari asam laurat, monolaurin dan minyak kelapa murni
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian ini, terlebih dahulu dilakukan analisis perbandingan nilai durasi berdasarkan kalimat. Hasil perbandingan durasi Klatt dan durasi penutur terhadap 10 kalimat uji

“RUMAH SUSUN SEWA BAGI PEKERJA PABRIK DI SURABAYA”, sebuah judul yang didasari oleh kebutuhan akan tempat tinggal yang mampu mewadahi bagi para pekerja pabrik

Model belajar yang benar haruslah dilaksanakan pada saat sebelum dan sesudah proses belajar berlangsung, bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, yang

Age Specific Fertility Rate = ASFR )….. Membutuhkan data yang terperinci yaitu banyaknya kelahiran pada tiap kelompok umur padahal data ini belum tentu ada di tiap daerah/negara

Diksi yang digunakan dalam bait ini sangat sederhana namun bermakna. Ketika seseorang muslim hidup tenteram dan merasa aman, itulah pertanda karena keimanan,

 Bagi yang belum lulus SMA/MA/SMK menyerahkan foto copy Raport Semester 2 sampai dengan Semester 5 yang telah dilegalisir dengan menunjukkan aslinya. 2) Calon mahasiswa

Hipotesis temporal tersebut terasa sangat tua mengingat alat-alat massif berupa claver (kapak pembelah) Acheulian, pebble, polyhedral, bola, chopper dan chopping yang terbuat dari

Nilai tensile stength dari biokomposit film mengalami penurunan dengan bertambahnya MCC yang ditambahkan, nilai tensile stength tertinggi pada campuran PLLA 100%