• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis sp) SISTEM KERAMBA JARING APUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis sp) SISTEM KERAMBA JARING APUNG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis sp) SISTEM KERAMBA JARING APUNG

Reza Nurul Mugni1)

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi rezamugni@gmail.com

Tenten Tedjaningsih2)

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi tenten_ks@yahoo.co.id

Tedi Hartoyo 3)

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi tedihartoyo@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana teknik budidaya ikan nila dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA), mengetahui biaya, penerimaan dan pendapatan dari usaha ikan nila dengan sistem KJA, dan kelayakan usaha dengan sistem KJA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus pada Kelompok Usaha Bersama (KUB) Rundayan Sawargi di Desa Karyamukti Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut. Pemilihan lokasi penelitian dan responden dilakukan secara sengaja (purposive), atas dasar pertimbangan bahwa KUB Rundayan Sawargi merupakan satu-satunya kelompok usaha bersama yang mengusahakan ikan nila dengan sistem KJA di Sungai Cimerak.

Budidaya pembesaran ikan nila dangan sistem KJA yang dilakukan oleh responden secara teknis termasuk ke dalam teknologi intensif. Besarnya penerimaan dalam satu kali proses produksi pada pembesaran ikan nila dengan sistem KJA sebesar Rp. 158.325.200. Usaha pembesaran ikan nila pada sistem KJA layak untuk diusahakan dengan nilai R/C sebesar 1,61.

(2)

2 ABSTRACT

This study aims to determine how the tilapia fish farming techniques with Keramba Jaring Apung (KJA) system, knowing the cost, revenue and income from tilapia business with KJA system, and the feasibility of the system KJA. The method used in this research is a case study on the Kelompok Usaha Bersama (KUB) Rundayan Sawargi Desa Karyamukti Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut. Selection of study sites and respondents were intentionally (purposive), on the basis of the consideration that KUB Rundayan Sawargi is the only group that is seeking joint venture tilapia with KJA system Cimerak River.

Aquaculture rearing tilapia with KJA system is technically done by the respondents included in the technology intensive. The amount of revenue in a single production process enlargement tilapia with KJA system of Rp. 158 325 200. Tilapia rearing efforts at KJA system deserves to be tried with the value of R/C of 1.61.

Keywords : Feasibility, tilapia, KJA. I. PENDAHULUAN

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi lahan air tawar sebanyak 20.487,06 hektar dengan luas lahan yang telah di manfaatkan seluas 17.853,44 hektar. Lahan tersebut dipergunakan untuk membudidayakan komoditas ikan mas, nila, nilem, mujaer, gurame, tawes, patin, lele, sepat siam, tambakan, bawal, belut.

Potensi lahan lainnya yang ada di Jawa Barat adalah karamba, sawah, kolam air deras, jaring apung dan tambak air payau. Untuk karamba telah menghasilkan produksi ikan sebanyak 354.28 ton pertahun yang terdiri dari ikan mas, nila, mujaer dan ikan lele. Dengan mengetahui potensi yang tersedia disuatu daerah dapat memberikan gambaran mengenai peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan dimasa yang akan datang. Selain itu pula dapat meningkatkan pemanfaatan lahan yang masih belum dimanfaatkan secara

(3)

3

maksimal di daerah Jawa Barat

(http://komekonomi.blogspot.com/2014/02/potensi-usaha-perikanan-budidaya-jawa.html).

Pemilihan lokasi suatu usaha budidaya nila, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran, berperan penting dalam menunjang keberhasilan usaha. Langkah pertama yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan sumber air yang harus memenuhi kriteria standar kualitas air yang dibutuhkan oleh ikan nila, baik pembenihan maupun pembesaran. Sehingga ikan dapat tumbuh dengan optimal. Jika pemeliharaan dilakukan di KJA, kualitas air mengikuti sumber perairan yang digunakan, misalnya danau, sungai, atau waduk. Ketiga sumber perairan itu biasanya sudah memenuhi standar kualitas air yang sesuai untuk kehidupan nila (Estu Nugroho, 2013).

Pembesaran ikan nila dapat dilakukan di KJA, kolam, kolam air deras, perairan umum baik sungai, danau maupun waduk dan tambak. Pembesaran ikan di KJA banyak dilakukan di daerah yang memiliki waduk, danau, maupun sungai. Beberapa kelebihan yang dimiliki dari pembesaran di KJA antara lain produksi lebih tinggi, lebih praktis dan mudah (proses memasukan benih, proses pemeliharaan, dan proses panen), daya tahan lebih lama, sistem tumpang sari, hemat biaya dan hasil panen tidak berbau lumpur, dan kelebihan lainnya adalah sistem KJA ini tersedianya air sepanjang waktu, dan petani bisa melakukan budidaya setiap saat dan tidak terganggu saat musim kemarau (Sunaryo, dkk, 2010).

Tabel 1. Luas Areal Pemeliharaan Ikan dan Produksi Ikan Menurut Tempat Pemeliharaan Ikan di Kab. Garut Tahun 2013.

Sumber : Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kab. Garut 2013

Uraian Kec. Cibalong Kab. Garut

A. Luas Areal Pemeliharaan Ikan

1. Pembesaran Ikan 59.58 3.058,26 2. Sungai (km) 85.40 1.290,29 3. Tambak 4. Situ/Rawa 27.58 22.00 27,58 263,70 B. Produksi Ikan Menurut Tempat Pemeliharaan

1. Tambak 420.00 420,00

2. Situ/Rawa 134.38 1.610,76

(4)

4

Tabel 1 menunjukan banyaknya produksi ikan dan luas areal pemeliharaan ikan menurut tempat di Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut dengan membandingkan seluruh jumlah Kecamatan yang ada di Kabupaten Garut. Sungai banyak terletak di Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut, dengan keadaan air tawar yang mengalir secara pasang surut sehingga Kecamatan Cibalong ini adalah salah satu sentra produksi perikanan di Kabupaten Garut.

I. METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus pada KUB Rundayan Sawargi di Desa Karyamukti Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut. Adapun pengertian dari metode studi kasus adalah memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas diatas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. (Moh. Nazir, 2011).

Teknik penentuan responden dilakukan secara sengaja (purposive) dan dipilih atas dasar pertimbangan bahwa KUB Rundayan Sawargi merupakan satu-satunya kelompok usaha bersama yang mengusahakan ikan nila dengan sistem KJA di Sungai Cimerak Desa Karyamukti Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis biaya dan pendapatan berdasarkan rumus dari Ken Suratiyah, (2008), dimana :

TC = FC + TVC Keterangan :

TC = Total Cost ( biaya total )

TFC = Total Fixed Cost (total biaya tetap) TVC = Total Variabel Cost (total biaya variabel)

Penerimaan usahatani adalah jumlah produksi dikalikan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut :

(5)

5 TR = Y . Py Keterangan: TR = Total Revenue/Total Penerimaan (Rp) Y = Total hasil produksi (kg)

Py = Harga jual produk (Rp/kg)

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya total per usahatani. Rumus yang digunakan adalah :

Pd = TR – TC Keterangan :

Pd = Pendapatan dengan satuan rupiah (Rp) TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

dengan satuan rupiah (Rp) TC = Total

Cost (Biaya Total ) dengan satuan rupiah

(Rp)

R/C Rasio menurut Ken Suratiyah (2008) adalah perbandingan antara penerimaan dengan total biaya usahatani.

Rumus yang digunakan adalah :

R/C rasio = Penerimaan (Revenue) Biaya (Cost)

Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut : a. Apabila R/C > 1, maka usaha layak untuk diusahakan.

b. Apabila R/C < 1, maka usaha yang dilakukan tidak layak untuk diusahakan.

c. R/C = 1, maka usaha tidak memperoleh keuntungan atau tidak mengalami kerugian (impas).

(6)

6 III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Teknik Pelaksanaan Pembesaran Ikan Nila sistem KJA

Pemeliharaan ikan nila pada KJA meliputi persiapan jaring apung, penebaran benih, pemberian pakan, pengendalian hama dan penyakit, panen, dan pemasaran.

3.1.1. Persiapan Jaring Apung a. Kerangka

b. Pelampung

c. Tambang Jangkar, Tambang Waring, Tambang Pelampung, dan Tambang Keramba.

 Tambang berbahan polietilen (PE) dengan panjang 1,5 kali dari kedalaman perairan untuk tali jangkar dan jumlah tali jangkar adalah sebanyak lima buah dengan diameter 0,75 mili meter sampai 3 mili meter.

 Tambang yang ukuran 3 mili meter di pergunakan untuk mengikat waring (tempat makan ikan)

 Tali berukuran 8 mili meter digunakan untuk mengikat pelampung diantara bagian dalam dan bagian luar kerangka supaya pelampung tidak terpisah dari kerangka.

 Tambang keramba ukuran 12 mili meter ini dipergunakan untuk mengikat semua KJA yang ada disungai, sebab KJA yang kelola berada 5 meter dari daratan, dan juga untuk mewaspadai terbawanya oleh arus sungai yang naik.

d. Jangkar e. Jaring

3.1.2. Penebaran Benih

Benih siap tebar didatangkan dengan cara membeli dari BBI yang berada di Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Garut, sebelum ditebar perlu aklimatisasi terlebih dahulu dengan cara merendam plastik tempat benih didalam air sungai dalam KJA selama 15 menit. Setelah itu, benih ditebar dengan cara membuka ikatan plastik dan melepaskan ikannya perlahan-lahan.

(7)

7 3.1.3. Pemberian Pakan

Pemberian pakan dilakukan dengan menggunakan tempat pakan ikan dalam ukuran 1 meter persegi yang disebut dengan waring. Sehingga, tidak menimbulkan pemadatan dan pencemaran pada air sungai karena adanya pakan pelet tersebut. Masa pemeliharaan ikan selama 3 bulan, pakan yang diberikan berupa pakan buatan berupa pelet yang banyak tersedia di pasaran.

Total pakan (pelet) yang diberikan selama satu periode produksi adalah sebanyak 10498 kg selama 3 bulan, kebutuhan pakan nila untuk 19 unit keramba perhari sekitar 35,60 kilogram. Sedangkan, berat pertumbuhan ikan sebesar 6009,1 kg sehingga mempunyai FCR (Feed Conversion Ratio) atau konversi pakan sebesar 1,75 kg. artinya, untuk menghasilkan ikan nila pada sistem KJA di sungai sebanyak 1 kg, diperlukan pakan sebanyak 1,75 kg. Dilihat dari konversi pakan yang tinggi itu di karenakan arus sungai tinggi pada waktu air laut pasang dan pada terjadinya hujan, jadi pakan secara tidak langsung terbawa oleh arus tersebut. Selain itu ikan nila mendapatkan pakan tambahan berupa plankton yang berada di perairan sungai.

3.1.4. Pengendalian hama dan penyakit

Hama dan penyakit yang timbul pada pembesaran ikan nila di sebabkan oleh faktor cuaca, luka saat seleksi di BBI (Balai Benih Ikan), maupun teknis perawatan. Hama yang menyerang pembesaran ikan nila antara lain ular air, biawak, dan katak hama tersebut sering muncul pagi dan malam. Penanggulangannya di tangkap dengan sair atau sering dikontrol karena dengan adanya pengontrolan tersebut kecil kemungkinan akan terjadinya hama seperti predator tersebut.

Penyakit yang ada pada nila di daerah penelitian ini adalah penyakit pada kulit dengan gejala berwarna merah pada bagian tertentu, berubah warna dan tubuh berlendir. Pengendaliannya yaitu direndam dalam larutan PK (kalium permanganat) selama 30-60 menit dengan dosis 2 gram/10 liter air, pengobatan dilakukan berulang 3 hari kemudian. Direndam dalam Negovon (kalium permanganat) selama 3 menit dengan dosis 2-3,5 %.

(8)

8 3.1.5. Pemanenan

Pemanenan nila dilakukan ketika nila mencapai berat 250-300 gram/ekor dan masa waktu panen minimal 3 bulan. Kegiatan panen pada KJA yaitu dilakukan dengan cara mengangkat jaring pada keramba, lalu mengambilnya dengan serokan atau jala, dan ditampung dalam drum plastik yang telah dipotong, nila disortir berdasarkan ukuran yang diminta oleh pembeli yaitu berkisar 6 sampai 9 ekor/kg. Penyortiran dilakukan dengan menggunakan ember sortiran yaitu ember yang telah dimodifikasi dengan memberikan lubang – lubang dibawahnya. Nila yang telah disortir dijual ke konsumen secara langsung yang dikelola oleh seksi pemasaran sedangkan nila yang tidak lolos ember sortiran dilepaskan kembali ke wadah pembesaran.

3.1.6. Pemasaran

Saluran pemasaran yang terbentuk di KUB Rundayan Sawargi yaitu saluran tingkat nol (zero-level channel) atau pemasaran langsung, dimana KUB sebagai produsen menjual hasil produksinya ke konsumen akhir secara langsung yang dikelola oleh seksi pemasaran. Ukuran nila yang dijual untuk konsumsi yaitu ukuran 9-10 ekor per kilogram dengan harga sebesar Rp. 22.000,-.

3.2. Analisis Kelayakan

Biaya yang dikeluarkan dan diterima dalam usaha pembesaran nila pada sistem KJA dalam satu kali periode produksi meliputi biaya tetap, biaya tidak tetap, biaya total.

3.2.1. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya produksi yang tidak habis dipakai dalam satu kali periode produksi. Biaya tetap untuk usaha pembesaran ikan nila pada pada sistem KJA meliputi penyusutan, urdes dan bunga modal tetap. Besarnya biaya tetap untuk pembesaran ikan nila pada sistem KJA terlihat pada Tabel 2.

(9)

9

Tabel 2. Perhitungan Biaya Tetap Usaha Pembesaran Ikan Nila Sistem KJA dalam Satu Periode Produksi

No Uraian Nilai Persentase

1 URDES 12.500 0,24

2 Penyusutan alat 4.999.500 98,28

3 Bunga modal tetap (6%) 75.180 1,48

Jumlah 5.087.180 100,00

Biaya terkecil terdapat pada biaya iuran desa (URDES) sebesar Rp. 12.500 untuk satu kali proses produksi. Biaya terbesar terdapat pada biaya penyusutan Rp. 4.999.500, dikarenakan biaya pembuatan KJA yang relative tinggi dan termasuk ke dalam teknologi secara intensif.

Biaya bunga modal tetap sebesar Rp. 75.180 sesuai dengan suku bunga bank yaitu 6% per tahun. Jadi total biaya pada usaha pembesaran ikan nila sistem KJA selama satu kali periode produksi adalah sebesar Rp. 5.087.180.

3.2.2. BiayaVariabel

Biaya Variabel adalah biaya yang besar kecil dipengaruhi oleh jumlah produksi dan sifatnya dipakai dalam satu kali periode produksi, juga merupakan pemutaran pada jangka waktu pendek. Biaya variabel pada usaha pembesaran ikan nila dalam penelitian ini terdiri dari, benih ikan nila siap tebar, pakan NINA PET, obat Kalium Permanganat (PK), upah kerja (HOK), transportasi dan bunga modal variabel.

Biaya terbesar pertama terdapat pada pakan pelet sebesar Rp. 57.739.000, dikarenakan pakan yang digunakan hanya pakan pelet saja. Biaya terbesar kedua terdapat pada benih ikan nila sebesar Rp. 23.750.000, hal itu dikarenakan padat tebar yang tinggi sehingga diharapkan produktivitas KJA tinggi pada usaha pembesaran ikan nila. Biaya terkecil terdapat pada obat (PK) sebesar Rp. 100.000, hal itu dikarenakan fungsi obat ini hanya dilakukan saat penebaran benih saja, itu juga kalau ada ikan yang terkena

(10)

10

bakteri saat penyortiran. Biaya bunga modal variabel sebesar Rp. 1.373.835

sesuai dengan suku bunga bank per satu periode produksi pada usaha pembesaran ikan nila. Jadi jumlah biaya variabel yang dikeluarkan dalam usaha pembesaran ikan nila pada sistem KJA untuk satu kali periode produksi sebesar Rp. 92.962.835 Untuk lebih jelasnya perhitungan biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 3.

3.2.3. Biaya Total

Biaya total diperoleh dengan cara menjumlahkan total biaya tetap dan total biaya variabel per usahatani atau dalam satu kali periode produksi. Total biaya usaha pembesaran ikan nila pada sistem KJA sebesar Rp. 98.050.015 dalam satu kali periode produksi.

3.2.4. Penerimaan, Pendapatan dan R/C

Kelayakan usaha pembesaran ikan nila dapat dilihat dengan cara menghitung biaya tetap, biaya variabel, biaya total, produk, harga, penerimaan, pendapatan dan R/C.

Tabel 3. Perhitungan Biaya Variabel Usaha Pembesaran Ikan Nila pada Sistem KJA dalam Satu Kali Periode Produksi

No Uraian Nilai Satuan Harga Jumlah

(Rp Persentase

(Rp)

1 2 3 4 5 6 (3 x 5) 7

1. Benih ikan nila

(8-10 cm) 1.187,5 Kg 20.000 23.750.000 25,55 2. Pakan Pelet 10498 Kg 5.500 57.739.000 62,11

3. Upah kerja 280 HOK 25.000

7.000.000 7,53 4. Obat (PK) 20 Pak 5000 100.000 0,10 5. Transportasi 1 Paket 3.000.000 3.000.000 3,23 6. Bunga modal variabel 1,5 Persen 91.589.000 1.373.835 1,48 JUMLAH 92.962.835 100,00

(11)

11

Tabel 4. Perhitungan Biaya Tetap, Biaya variabel, Biaya Total, Produk, Harga, Penerimaan, Pendapatan dan R/C pada Usaha Pembesaran Ikan Nila dalam Satu Kali Periode Produksi

No Uraian Nilai 1 Biaya tetap (Rp) 5.087.180 2 Biaya variabel (Rp) 92.962.835 3 Biaya total (Rp) 98.050.015 4 Produk (kg) 7196,6 5 Harga (Rp/kg) 22.000 6 Penerimaan KUB (Rp) 158.325.200 7 Pendapatan KUB (Rp) 60.275.185

8 Distribusi dari pendapatan KUB

a. Untuk kelompok sebesar 10% dari pendapatan KUB (Rp)

b. Untuk anggota kelompok sebesar 90% dari pendapatan KUB (Rp)

6.027.518

54.247.667

9 R/C 1,61

Penerimaan adalah jumlah hasil produksi dikalikan dengan harga jual. Penerimaan KUB dari usaha pembesaran ikan nila pada sistem KJA yaitu penjualan nila konsumsi sebanyak Rp. 7.196,6 kg dengan harga jual Rp. 22.000,00 per kilogram sehingga diperoleh penerimaan sebesar Rp. 158.325.200,00 dalam satu kali periode produksi.

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dikurangi biaya total atau total biaya usaha pembesaran ikan nila. Pendapatan KUB sebesar Rp. 60.275.185,00 dalam satu kali periode produksi. Distribusi dari pendapatan KUB meliputi:

1. Untuk kelompok sebesar 10% dari pendapatan KUB yaitu sebesar Rp. 6.027.518,00

2. Untuk anggota kelompok sebesar 90% dari pendapatan KUB yaitu sebesar Rp. 54.247.667,00

R/C adalah perbandingan antara penerimaan dengan total biaya usahatani. R/C pada usaha pembesaran ikan nila pada sistem KJA dalam satu kali periode produksi sebesar 1,61 artinya setiap Rp. 1,00 biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1,61. Dapat diambil kesimpulan bahwa usaha pembesaran ikan nila layak untuk diusahakan.

(12)

12 IV. SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Seorang petani pembesaran ikan nila di Desa Karyamukti Kabupaten Garut dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Besarnya penerimaan dalam satu kali proses produksi pada pembesaran ikan nila dengan sistem KJA sebesar Rp. 158.325.200.

2) Usaha pembesaran ikan nila pada pada sitem KJA layak untuk diusahakan dengan nilai R/C sebesar 1,61.

4.2.Saran

Saran dari hasil penelitian dan pembahasan kelayakan usaha pembesaran ikan nila pada kelompok usaha bersama (KUB) Rundayan Sawargi di Desa Karyamukti Kabupaten Garut adalah :

1) Perlu meningkatkan aspek teknis budidaya pada pembesaran ikan nila, yaitu dengan meningkatkan teknis pemberian pakan yang baik sehingga FCR (Feed Conversion Ratio) atau konversi pakannya bisa lebih baik dan juga perlu meningkatkan teknis pemasaran ikan dengan menjual hasil panen ikan ke dalam pasar.

2) Bagi anggota KUB pembesaran ikan nila di Desa Karyamukti Kabupaten Garut sebaiknya lebih aktif dalam kegiatan penyuluhan perikanan.

(13)

13

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pertanian, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut. 2013 Kabupaten Garut Dalam Angka Tahun 2005-2013. Kabupaten Garut.

Estu Nugroho. 2013. Nila Unggul #1. Penebar Swadaya. Jakarta

http://komekonomi.blogspot.com/2014/02/potensi-usaha-perikanan-budidayajawa.html

Ken Suratiyah. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta

Moh. Nazir, Ph.D. 2011. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor Sunaryo, Astuti, Bernard, kurniawan. 2010. Budidaya dan Bisnis Ikan Nila.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan ini dilaksanakan setelah latihan mengajar terbimbing selesai. Kegiatan ini juga dilaksanakan secara kondisional sesuai dengan petunjuk guru

Ketidakefesienana dapat dilihat dari analisis alokasi input dan output tersebut.Efesiensi dalam suatu perusahaan industri dapat dikatakan apabila suatu perusahaan

Haryanto baru 3 (tiga) bulan.. 14) KA 108 dalam kondisi laik operasi sebelum kecelakaan. 15) Awak KA 108 memiliki surat tanda kecakapan (brevet) yang masih berlaku. 16) Terdapat

lihat mata, lihat bagian dalam mulut (masukkan satu jari menggunakan sarung tangan kedalam mulut, raba langit-langit), lihat dan raba perut, lihat tali pusat, lihat punggung dan

 Dalam hubungan mereka dengan sekolah-sekolah pekerjaan sosial, dan seterusnya. 3) Penting bagi asosiasi profesional untuk mencerminkan prinsip HAM dalam struktur

5) Menghubungkan Access Point ke LAN Card eth1 pada PC Server, memastikan Wave LAN USB pada PC Client sudah terpasang, di set otomatis IPnya (di obtain) dan terhubung

Mengacu pada uraian-uraian di atas, penulis merumuskan bahwa pelaksanaan prinsip bagi hasil dalam produk pembiayaan musyarakah belum sepenuhnya sesuai dengan

Pendek kata, istilah sunnah mempunyai dimensi dan konotasi yang bervariasi ketika orang (baca;ulama) mudah saja menjustifikasi praktek aktual yang telah mapan sebagai