• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANYAKAN ANGGREK MACAN(

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANYAKAN ANGGREK MACAN("

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANYAKAN ANGGREK MACAN(Grammatophyllum scriptum (L.) Blume) SECARA IN VITRO DARI EKSPLAN TUNAS PADA MEDIA VACIN AND

WENT

Doni Susanto1, Mayta Novaliza Isda2, Siti Fatonah2 1

Mahasiswa Program S1 Biologi 2

Dosen Bidang Botani Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Kampus BinaWidya Pekanbaru, 28293, Indonesia Donisusanto27@gmail.com

ABSTRACT

Grammatophyllum scriptum (L.) Blume is an orchid species with threatened occurance in its natural habitat. In order to maintain the occurance of this species, it is necessary to conduct conservation efforts such as using in vitro culture technique. This study aimed to determine the best concentration of coconut water as well as its combination with BAP in the bud propagation of G. scriptum, using bud explants produced from in vitro culture. This study used a completely randomized design (CRD) with giving of various concentrations of coconut water treatment or in combination with BAP. The results showed that coconut water treatment or in combination with BAP could form buds and roots with a percentage of 100%. The coconut water treatment or in combination with BAP significantly affected the number of buds. The treatment of 1 mg/l BAP combined with 60% coconut water produced the highest number of shoots is (2.20).

Keywords : BAP, Coconut water, Culture invitro, Grammatophyllum scriptum ABSTRAK

Grammatophyllum scriptum (L.) Blume merupakan spesies anggrek yang hampir mengalami kepunahan di habitatnya. Untuk menjaga keberadaan jenis anggrek ini di habitatnya perlu dilakukan upaya konservasi, salah satunya dengan teknik kultur in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi air kelapa terbaik serta kombinasinya dengan BAP dalam perbanyakan tunas anggrek G. scriptum menggunakan eksplan tunas anggrek hasil kultur in vitro. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pemberian berbagai konsentrasi air kelapa tunggal maupun kombinasinya dengan BAP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian air kelapa tunggal maupun kombinasi dengan BAP mampu membentuk tunas dan akar dengan persentase 100%. Pemberian air kelapa tunggal maupun kombinasi dengan BAP berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas. Penambahan BAP yang dikombinasikan dengan 60% air kelapa menghasilkan jumlah tunas tertinggi yaitu 2,20 tunas per eksplan.

(2)

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi, diperkirakan sekitar 5000 jenis anggrek spesies tersebar di hutan Indonesia. Potensi ini sangat berharga bagi pengembang dan pecinta anggrek di Indonesia, khususnya potensi genetis untuk menghasilkan anggrek silangan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Potensi ini sangat berharga bagi pengembang dan pecinta anggrek di Indonesia, khususnya potensi genetis untuk menghasilkan anggrek silangan yang memiliki nilai ekonomi tinggi, juga didukung oleh kecocokan iklim dan banyaknya jenis anggrek sebagai bahan induk yang berpotensi. Menurut kelompok yang menangani anggrek (Orchid Specialist Group) dalam komisi penyelamatan jenis (Species Survival Commission) dari IUCN, salah satu anggrek yang hampir

punah berasal dari genus

Grammatophyllum (Irawati 2001). Menurut Shalifah (2011), Jenis Grammatophyllum yang ada di Indonesia termasuk provinsi Riau adalah anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum), anggrek sendu (G. stapeliiflorum) dan anggrek macan (G. scriptum).

Keunggulan G. scriptum adalah habitusnya yang tegap dan kuat, jumlah bunga yang sangat banyak yaitu 25-50 dalam satu tangkai dan waktu berbunga yang cukup lama yaitu mulai bulan Januari sampai Agustus (Madulid 2002). Perbanyakan dengan metode kultur in vitro merupakan perbanyakan yang dapat memperbanyak tanaman dengan waktu yang singkat, berkualitas dalam menghasilkan tanaman baru dan pemenuhan kebutuhan bibit tanaman

anggrek dalam jumlah banyak. Teknik in vitro akan dapat berhasil dengan baik apabila faktor-faktor utama dalam kultur in vitro dapat terpenuhi. Faktor-faktor tersebut meliputi media, zat pengatur tumbuh dan suplemen organik.

Media merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan dalam teknik in vitro, salah satu jenis media yang sering digunakan dalam kultur in vitro adalah media Vacin and Went. Komposisi dalam media VW merupakan komposisi media yang dianggap paling baik untuk kultur jaringan anggrek. Untari (2003) menambahkan bahwa modifikasi media kultur dengan penambahan persenyawaan organik diyakini dapat meningkatkan produksi anggrek secara kualitatif dan kuantitatif. Secara alami vitamin dan hormon yang diperlukan untuk pertumbuhan anggrek dapat diperoleh dari bahan yang mengandung bahan organik, seperti ekstrak buah-buahan (Amilah dan Astuti 2006). Bahan organik yang dimaksud diantaranya adalah Ekstrak pisang. Ekstrak pisang merupakan sumber gula, vitamin, sumber hormon, protein, karbohidrat dan mineral. Bahan organik tersebut ditambahkan untuk mendukung ketersediaan nutrisi yang terkandung dalam media sehingga dapat meningkatkan dan memperbaiki pertumbuhantanaman dalam masa kultur.

Keberhasilan kultur in vitro juga ditentukan oleh zat pengatur tumbuh yang diberikan. Zat pengatur tumbuh yang banyak digunakan adalah golongan sitokinin (Wattimena et al. 1992). Sitokinin merupakan zpt yang berfungsi untuk meregulasi pembelahan sel, memacu organogenesis, perkembangan kloroplas, menginduksi embriogenesis dan organogenesis (Salisburry dan Ross 1995).

(3)

Perbanyakan tanaman secara in vitro pada famili Orchidaceae dengan menggunakan BAP telah banyak dilakukan. Pada penelitian David et al. (2008), dengan menggunakan eksplan tunas anggrek hasil in vitro, dengan pemberian zat pengatur tumbuh BAP tunggal, didapatkan hasil terbaik dalam menginduksi tunas anggrek Vanda helvola. Pant dan Thapa (2012), melakukan penelitian pada pemberian BAP tunggal pada media MS dengan menggunakan eksplan tunas hasil kultur secara in vitro untuk proliferasi tunas pada anggrek Dendrobium primulinum didapatkan hasil terbaik pada pemberian 1 mg/l BAP dengan rata rata kemunculan tunas 2,25 buah.

Keberhasilan kultur in vitro pada tanaman anggrek juga dapat ditingkatkan dengan penambahan suplemen bahan organik salah satunya dengan penambahan air kelapa. Modifikasi media kultur dengan penambahan bahan organik dapat meningkatkan produksi anggrek secara kualitatif dan kuantitaif, sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan anggrek tersebut.

Barahima (2011), berhasil memperbanyak tanaman anggrek G. scriptum secara in vitro dengan menggunakan eksplan dari biji dan menggunakan media ½ MS dan media KnC dengan penambahan air kelapa dan kombinasinya. Hasil terbaik diperoleh pada media ½ MS dengan perlakuan 40 % air kelapa dengan tinggi plantlet 5,5 cm. Oleh karena itu untuk meningkatkan pertumbuhan tunas G.scriptum pada media Vacin and Went perlu penambahan air kelapa baik dengan perlakuan tunggal maupun kombinasi dengan BAP.

Tujuan dari penelitian ini menentukan pengaruh pemberian BAP secara tunggal dan kombinasi dengan air kelapa serta menentukan konsentrasi terbaik terhadap induksi tunas anggrek G. scriptum.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 hingga Maret 2015 di Laboratorium Biologi Terpadu, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Riau.

Alat yang digunakan antara lain: botol kultur, pipet tetes, gelas ukur, cawan petri, gelas kimia dan erlenmeyer, timbangan analitik, hot plate, autoclave, laminar air flow cabinet, pinset, scalpel, mata pisau, lampu bunsen, batang pengaduk, sprayer, rak kultur, panci enamel dan oven.

Bahan yang digunakan adalah Media VW, arang aktif, agar, gula, BAP, air kelapa 0,1N HCl, 0,1N NaOH, bakterisida, fungisida, deterjen, 70% alkohol, spiritus, tisu, plastik kaca, karet gelang, kertas saring, aluminium foil dan akuades, plantlet G. scriptum yang berumur ± 7 bulan.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 8 perlakuan dengan 5 kali ulangan. Pelaksanaan penelitian meliputi sterilisasi alat, pembuatan media tanam, persiapan dan penanaman eksplan. pemeliharaan dilakukan dengan menjaga ruang inkubasi agar kondisinya selalu bersih dan steril. Pemeliharaan ruang inkubasi dengan menyemprotkan 70 % alkohol 2 hari sekali. Suhu ruang diatur 23-25°C dan diberi penyinaran dengan menggunakan lampu. Parameter dalam penelitian meliputi: persentase eksplan hidup (%), pembentukan tunas, pembentukan akar dan jumlah tunas.

(4)

Data dianalisis statistik menggunakan ANOVA, apabila terdapat pengaruh nyata dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Tunas Anggrek Grammatophyllum scriptum(L.) Blume

Pertumbuhan adalah peningkatan permanen ukuran organisme atau bagiannya yang merupakan hasil dari peningkatan jumlah dan ukuran sel yang bersifat irreversibel. Selain pertumbuhan, tanaman juga mengalami perkembangan dalam siklus hidupnya. Perkembangan merupakan koordinasi pertumbuhan dan diferensiasi dari suatu sel tunggal menjadi jaringan, organ, dan organisme seutuhnya. Pada teknik perbanyakan tanaman secara in vitro, pertumbuhan dan perkembangan sel ditandai dengan perubahan eksplan berkembang secara terus-menerus tumbuh hingga akhirnya membentuk organ dan individu baru (Evans et al. 1981).

Pada Tabel 1 terlihat bahwa persentase eksplan hidup, pembentukan tunas dan akar pada semua perlakuan baik kontrol, tunggal maupun kombinasi menunjukkan persentase masing-masing parameter adalah 100%. Eksplan yang digunakan pada penelitian ini berasal dari tunas anggrek G. scriptum hasil kultur in vitro yang masih memiliki sifat meristematik sehingga sel-sel yang berperan dalam menyusun jaringan masih aktif untuk melakukan pembelahan. Menurut Darmono (2003) keberhasilan dalam melakukan kultur in vitro juga ditentukan oleh sumber dan ukuran dari eksplan yang digunakan dimana ukuran eksplan yang lebih kecil kemungkinan mendapatkan kondisi

eksplan yang steril lebih besar. Pada penelitian ini menggunakan ukuran eksplan 2 cm sehingga memudahkan dalam penanaman dan sterilisasi. Selain itu adanya interaksi antara zat pengatur tumbuh dan eksplan sehinga membuat tanaman memiliki respon untuk tumbuh menjadi lebih besar. Eksplan yang digunakan berasal dari tunas in vitro yang dipotong bagian atasnya, dengan memotong sedikit tunas apikal yang bertujuan untuk mematahkan dominansi apikal sehingga tunas lateral akan muncul. Wattimena et al. (1992) menyatakan bahwa induksi tunas hanya memerlukan sitokinin dalam konsentrasi optimum tanpa auksin atau dengan auksin dalam konsentrasi yang rendah. Pada Tabel 4.1 juga memperlihatkan presentase hidup yang tinggi (100%) untuk semua perlakuan. Hal ini disebabkan eksplan yang digunakan dalam kondisi yang sesuai yaitu jaringan yang masih bersifat meristematik (aktif membelah). Selain itu didukung dengan kondisi pH yang sesuai, eksplan juga didukung dengan jenis dan komposisi media dan pemberian zat pengatur tumbuh yang sesuai sehingga eksplan yang dikulturkan memiliki persentase hidup yang tinggi. Adanya interaksi antara eksplan dengan media juga merupakan salah satu alasan tunas tersebut memiliki persentase hidup yang tinggi. Media berperan dalam penyediaan unsur-unsur hara yang dibutuhkan eksplan untuk tumbuh sehingga mampu menginduksi tunas. Evans et al. (1981) menyatakan bahwa jaringan disebut tumbuh apabila terjadi penambahan massa jaringan atau ukuran jaringan menjadi lebih besar.

Zat pengatur tumbuh juga memainkan peranan yang sangat penting

(5)

dalam pembentukan tunas tersebut. Air kelapa dan BAP yang diberikan ke dalam media kultur terbukti mampu merangsang pembentukan tunas pada kultur in vitro. Menurut Maryani dan Zamroni (2005) zat pengatur tumbuh sitokinin berperan dalam pembelahan sel dan morfogenesis, sedangkan auksin berperan dalam mengatur pertumbuhan dan pemanjangan sel. Pemanjangan sel, pembelahan sel, morfogenesis dan pengaturan pertumbuhan, yang merupakan proses sangat penting dalam pembetukan kalus dan selanjutnya diikuti pembentukan tunas. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hormon sitokinin dan auksin dalam konsentrasi tertentu mampu membentuk tunas.

Semua ekpslan yang digunakan pada masing masing perlakuan baik dengan perlakuan BAP tunggal maupun kombinasinya dengan air kelapa pada penelitian ini mampu merangsang pembentukan akar dengan persentase pembentukan akar 100%. Adanya zat pengatur tumbuh sitokinin dan hormon auksin alami yang terkandung di dalam air kelapa serta vitamin dan senyawa-senyawa organik yang terdapat di dalam air kelapa terbukti mampu merangsang pembentukan akar. Auksin dan sitokinin yang terdapat di dalam media kultur mampu mendorong diferensiasi akar. Pemberian arang aktif pada media kultur

juga mampu merangsang pembentukan akar. Menurut George dan Sherington (1984), arang aktif mampu mengabsorbsi senyawa senyawa toksik yang dapat menghambat pertumbuhan kultur, mendorong morfogenesis dan pembentukan akar. Air kelapa merupakan salah satu bahan organik yang mengandung zat pengatur tumbuh gologan auksin yang berperan bagi pertumbuhan tanaman secara in vitro,

yang berfungsi merangsang

pertumbuhan akar. Menurut Avia (2003), air kelapa selain mengandung sitokinin juga mengandung IAA ( Indole-3 Acetic Acid) yang merupakan zat pengatur tumbuh golongan auksin. Ditambahkan oleh Sugara dan Raharjo (2009), hormon auksin yang terdapat di dalam air kelapa berfungsi untuk merangsang pembesaran sel dan pembentukan akar. Salisbury dan Ross (1995) juga menambahkan unsur fosfor yang terdapat di dalam air kelapa juga berperan dalam membantu proses pembentukan akar, selain itu pembentukan akar juga didukung oleh eksplan yang digunakan atau yang ditanam pada media kultur in vitro yang sudah memiliki nodus sehingga memudahkan tanaman untuk membentuk akar dari nodus.

(6)

Tabel 1. Persentase Eksplan Hidup, Pembentukan Tunas , Pembentukan akar dan Jumlah Tunas pada akhir pengamatan

Kode Perlakuan

Perlakuan Parameter Pengamatan

BAP mg/l Air kelapa % Eksplan hidup (%) Pembentukan Tunas (%) Pembentukan akar (%) Jumlah Tunas (Buah) A0B0 - - 100 100 100 1,20 ± 0,4a A1 - 20% 100 100 100 1,00± 0 a A2 - 40% 100 100 100 1,20±0,4a A3 - 60% 100 100 100 1,40 ± 0,5a B1 1 - 100 100 100 1,00 ± 0a B1 A1 1 20% 100 100 100 1,20± 0,4a B1 A2 1 40% 100 100 100 1,00± 0a B1 A3 1 60% 100 100 100 2,20 ± 1,3b

Gambar 1. Tunas Anggrek G.scriptum yang terbentuk dari Eksplan Tunas Hasil Kultur In Vitro pada Akhir Pengamatan(60 hst).(A) pada Perlakuan 1 mg/l BAP + 60% air kelapa dan (B) Kontrol.

Terbentuknya tunas pada perlakuan dengan penambahan BAP tunggal dan kombinasinya dengan air kelapa menunjukkan bahwa zat pengatur tumbuh sitokinin yang diberikan pada media kultur mampu memicu pembentukan tunas pada eksplan tunas anggrek G. scriptum hasil kultur in vitro.

Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, perlakuan 1 mg/l BAP yang dikombinasikan dengan 60% air

kelapa mampu meningkatkan

pertumbuhan jumlah tunas. Jumlah tunas

tertinggi terdapat pada perlakuan kombinasi 1 mg/l BAP dengan 60 % air kelapa dengan rerata jumlah tunas 2,20 tunas per eksplan.

Pemberian air kelapa tunggal tanpa pemberian BAP belum mampu meningkatkan jumlah tunas, sedangkan peningkatan jumlah tunas terjadi setelah penambahan 1 mg/l BAP yang dikombinasikan dengan 60% air kelapa. Kombinasi pemberian BAP dan air kelapa sampai 60% dimungkinkan mampu meningkatkan jumlah tunas

(7)

karena air kelapa mengandung sitokinin alami seperti N6-isopentenyladenine, dihydrozeatin, trans-zeatin, kinetin, ortho-topolin, dihydrozeatin O-glucoside trans-zeatin O-glucoside, trans-zeatin riboside, kinetin riboside, trans-zeatin riboside (Jean et al. 2009). Semakin tinggi konsentrasi air kelapa yang diberikan semakin tinggi konsentrasi sitokinin yang terdapat didalamnya, selain itu air kelapa juga baik digunakan pada media kultur in vitro karena berperan dalam penambahan vitamin, asam amino, serta unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman tersebut untuk memacu jumlah tunas (Jean et al. 2009)

Air kelapa dapat digunakan sebagai pengganti hormon sitokinin pada media kultur in vitro, pada konsentrasi tertentu air kelapa dapat menginisiasi terbentuknya tunas hal ini disebabkan air kelapa mempunyai kemampuan besar untuk mendorong pembelahan sel dan proses deferensiasi jaringan tanaman anggrek untuk membentuk tunas karena di dalam air kelapa mengandung fitohormon alami yaitu zeatin yang merupakan salah satu sitokinin alami yang mampu merangsang terbentuknya tunas. Pembentukan tunas pada eksplan kultur in vitro dipengaruhi oleh konsentrasi hormon auksin dan sitokinin, tunas dapat terbentuk apabila rasio sitokinin yang terdapat pada tanaman lebih tinggi dari pada rasio auksin yang terdapat pada tanaman tersebut sehingga tunas pada eksplan dapat terbentuk.

Tingginya jumlah tunas yang terbentuk karena rasio sitokinin yang diberikan lebih tinggi dibandingkan auksin endogen yang terdapat didalam eksplan. Mondal et al. (1990) menyatakan bahwa rasio konsentrasi sitokinin dan auksin yang tinggi akan

memacu pembentukan tunas. Apabila sitokinin dalam media berada pada jumlah sangat terbatas maka pembelahan sel akan terhambat dan apabila sitokinin dalam media berada dalam jumlah yang cukup, maka pembelahan sel akan lebih cepat.

Jumlah tunas pada penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian Pant dan Thapa (2012) dan Markal (2014). Peneltian Pant dan Thapa menyebutkan bahwa pemberian BAP secara tunggal dengan penambahan 1 mg/l menghasilkan jumlah tunas sebesar 2,25 buah pada media MS yang

menggunakan tunas anggrek

Dendrobium primulinum secara kultur in vitro, sedangkan pada penelitian Markal (2014) pemberian BAP 1 mg/l dengan menggunakan media MS dan tunas anggrek G. scriptum menghasilkan jumlah tunas tertinggi rerata jumlah tunas 3,33 tunas per eksplan. Oleh karena itu perlunya penambahan nutrisi organik lainnya jika menggunakan media Vacin dan Went dalam media penelitian. Penambahan sitokinin yang lebih tinggi sampai batas optimum akan memicu pembentukan tunas lebih banyak (George dan Sherrington 1984).

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa penambahan air kelapa dan BAP baik dengan perlakuan tunggal maupun kombinasi mampu memberikan respon dalam perbanyakan anggrek macan. Perlakuan dengan pemberian air kelapa tunggal dengan berbagai konsentrasi maupun kombinasi dengan BAP mampu merangsang pembentukan tunas dan akar dengan persentase 100%. Perlakuan dengan pemberian air kelapa

(8)

dengan berbagai konsentrasi dan kombinasinya dengan BAP memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah tunas. Jumlah tunas yang terbentuk pada penambahan BAP yang dikombinasikan dengan 60% air kelapa menghasilkan jumlah tunas tertinggi yaitu 2,20 tunas per eksplan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini terselenggara atas bantuan dana penelitian BOPTN-UR atas nama Dr. Mayta Novaliza Isda M. Si.

DAFTAR PUSTAKA

Amilah dan Astuti Y. 2006. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Taoge Dan Kacang Hijau Pada Media Vacin And Went (VW) Terhadap Pertumbuhan Kecambah Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis, L). Bulletin Penelitian No.09 Tahun 2006.

Avia JM. 2003. Subtitusi Media MS dengan Air Kelapa dan Gandasil D pada Kultur Jaringan Tanaman Krisan. http://jurnal.pdii.lipi.go.id. Diakses tanggal 12 April2015. Barahima A, Listyorini FH, Amriati B.

2011. In vitro seeds germination and plantlets development of Grammatophyllum scriptum Lindl. (Orchidaceae). International Research Journal of Plant Science. Vol. 2(5) pp. 154-159.

Darmono DW. 2003. Menghasilkan Anggreek Silangan. Penebar Swadaya. Jakarta.

David D, Gansau JA, Abdullah JO. 2008. Effect of NAA and BAP on

Protocorm Proliferation of Borneo Scented Orchid, Vanda helvola. As. Pac. J Mol. Biol. Biotechnology. 16:221-223.

Evans DA, Sharp WR, Flick CE. 1981. Growth and Behavior of Cell Cultures. Embrygenesis and Or-ganogenesia. T.A. Thrope (Ed). Plant Tissue Culture Methods and Application in Agriculture. Acad Press. New York.

George EF. dan P.D. Sherrington. 1984. Plant Propagation by Tissue Culture. Exegetics Limited. England.

Irawati. 2001. Konservasi Anggrek di Indonesia. Seminar East Java Orchid Show - May 26th-31st. Kebun Raya Purwodadi. Purwodadi. Jean WHY, Liya Ge, Yan Fei Ng dan

Swee Ngin Tan.2009. The Chemical Composition and Biological Properties of Coconut (Cocos nucifera L.) Water. Molecules, 14, 5144-5164.

Madulid DA. 2002. A Pictorial Guide to the Noteworthy Plants of Palawan, Palawan Tropical Forestry Protection Programme. Palawan Council for Sustainable

Development. pp:

77.http://www.pcsd..htm

Markal A. 2014. Perbanyakan Anggrek Grammatophyllum Scriptum (Lindl.) Bl. Melalui Induksi Tunas Secara In Vitro Dengan Penambahan BAP Dan NAA. JOM FMIPA. Volume 2 No. 1

Maryani Y. dan Zamroni. 2005. Penggandaan Tunas Krisan Melalui

(9)

Kultur Jaringan.Ilmu Pertanian. 12(1): 51 – 55.

Mondal M, Gupta S, Mukherjee BB. 1990. In Vitropropagation Of Shoot Buds of Carica papaya L. var. HoneyDew. Plant Cell Rep. 8:609-612.

Pant B dan Thapa D. 2012. In Vitro Mass Propagation of an Epiphitc Orchid, Dendrobium primulinum Lindl. Tought shoot tipe culture. African Journal of Biotechnology. 11(42):9970-9974.

Salisbury F dan Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung. Penerbit ITB Bandung.

Sugara R dan Raharjo. R. S. 2009. Jurnal Teknologi Alternatif Pemanfaatan Limbah Air Kelapa untuk Peningkatan Kualitas Produksi Budidaya Rumput Laut. http://www.scribd.com/doc/1751526 1/karya-tulis-ilmiah). Diakses tanggal 12 Maret 2015

Shalifah HAB, Muskhazli, Rusea, Nithiyaa. 2011. Variation in Mycorrhizal Specificity for In Vitro Symbiotic Seed Germination of Grammatophyllum speciosum Blume. Sains Malaysiana 40(5): 451-455.

Untari R. 2003. Pengaruh Jenis Media Organik dan NAA Terhadap Pertumbuhan Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) di dalam Kultur In Vitro [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Wattimena GA, Gunawan NS, Matjik,

E. Sjamsudin NMA. Wiendi dan. Eniawati A. 1992. Bioteknologi Tanaman. Tim Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman. IPB. Bogor.

Gambar

Tabel 1.   Persentase Eksplan Hidup, Pembentukan Tunas , Pembentukan akar dan  Jumlah Tunas pada akhir pengamatan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan di Kota Pacitan yang mempunyai lokasi sangat dekat dengan daerah subdaksi Lempeng Indian-Australian dan Lempeng Eurasia. Penelitian ini bertujuan untuk 1)

Selain itu digunakan sebagai kerangka kerja dan tahapan penelitian dalam penyelesain rumusan masalah mengenai metode perhitungan alokasi cycle time alat angkut,

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan (size), leverage, profitabilitas, tipe industri (profile), ukuran dewan komisaris, kepemilikan

Arah penyusunan program tahun 2015-2019 di B2TKE adalah mendukung Sasaran BPPT yang mengacu renstra BPPT yaitu Pengembangan Inovasi dan Layanan Teknologi, peningkatan

Berdasarkan posisi kasus sebagaimana telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan telah sesuai dengan ketentuan baik hukum pidana formil maupun hukum pidana materil

Pengambilan data dilakukan setelah terapi berakhir dengan menggunakan The champion health belief model scale (CHBMS) untuk meng- kaji tingkat keyakinan dan sikap dan 11 pertanyaan

Nilai-Nilai Edukatif dalam Surat al-„Ashr (Pembacaan Kritis Atas Pemikiran M.Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah) adalah merupakan penelitian yang bertujuan untuk

Pelaksanaan Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat pada Pemerintah Kota Banjarmasin dan Pemerintah Kabupaten Banjar sudah memenuhi beberapa elemen sukses