• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PLAMBING 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LAPORAN PLAMBING 2016"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangunan gedung pada umumnya merupakan bangunan yang dipergunakan oleh manusia untuk melakukan aktivitasnya. Dalam suatu gedung manusia

menggunakan banyak air untuk minum, mencuci, memasak dan kebutuhan kamar mandi. Agar supaya bangunan gedung yang dibangun dapat dipakai, dihuni dan dinikmati manusia perlu dilengkapi dengan prasarana lain yang disebut prasarana bangunan atau utilitas bangunan.

Utilitas bangunan merupakan kelengkapan dari suatu bangunan gedung, agar bangunan gedung tersebut dapat berfungsi secara optimal. Salah satu bagian dari utilitas bangunan adalah plambing. Plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan peralatan untuk meyediakan air bersih, baik dalam hal kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang memenuhi syarat dan pembuangan air bekas atau air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemari bagian penting lainnya untuk mencapai kondisi higienis dan kenyamanan yang diinginkan.

Sistem plambing merupakan sistem penyediaan air minum, penyaluran air buangan dan drainase termasuk semua sambungan, alat-alat dan perlengkapannya yang terpasang didalam persil dan gedung. Adapun fungsi peralatan plambing, diantaranya:

 Menyediakan air bersih ke tempat-tempat tertentu dengan tekanan cukup dan air panas bila diperlukan,

 Menyalurkan air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemari lingkungan, dan

 Menyediakan air untuk mencegah kebakaran.

(2)

1.2 Maksud dan Tujuan

Tujuan dari penyusunan tugas besar mata kuliah plambing adalah:

 Mampu merencanakan sistem plambing air bersih, air kotor serta air hujan pada bangunan bertingkat,

 Mampu mendesain instalasi plambing serta membuat potongan isometrik untuk fasilitas saniter pada bangunan bertingkat, dan

 Sebagai salah satu tugas besar dan persyaratan untuk memenuhi nilai mata kuliah “Plambing, Instrumentasi dan Peralatan Instalasi” sebagai pengendali mutu.

1.3 Sistematika Pembahasan

Dalam laporan ini, penulis menguraikan tahap-tahap perencanaan sistem plambing sebagai berikut:

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Sistematika Pembahasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

2.2 Sistem Plambing Air Bersih

2.3 Sistem Plambing Air Buangan dan Ven 2.4 Sistem Plambing Air Hujan

2.5 Instalasi dan Instrumentasi Penunjang BAB III KOMPILASI DATA

BAB IV PERHITUNGAN

(3)

4.2 Perhitungan Reservoir, Hidrofor dan Pompa 4.3 Perhitungan Perpipaan Air Buangan dan Ven 4.4 Perhitungan Perpipaan Air Hujan

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Sistem plambing merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam pembanguna gedung. Perencanaan dan perancangan sistem plambing harus dilaksanakan bersamaan dengan arsitek, teknik sipil, mekanika dan eletrikal. Tujuan terpenting dari sistem penyediaan air adalah menyediakan air bersih. Untuk gedung-gedung yang dibangun didaerah yang tidak tersedia fasilitas air bersih untuk umum, akan diambil dari sungai, air tanah dangkal atau dalam. Dengan demikian, air baku harus diolah dalam gedung atau dalam instalasi pengolahan agar dicapai standar kualitas air yang berlaku.

2.2 Sistem Plambing Air Bersih

Beberapa tahun terakhir, bahan dalam air buangan makin beraneka ragam jenisnya dan rumit kualitasnya. Sebagai akibat perubahan menu makanan

manusia, kemajuan teknologi dan industry. Tapi diharapkan sampai saat ini fungsi air tidak berubah. Meskipun plambing adalah sarana yang sangat penting dan dikenal banyak orang, kesalahan dalam perancangan, pemasangan atau perawatan dari peralatam plambing dapat membahayakan jiwa manusia. Dapat disimpulkan bahwa tidaklah mudah dalam merancang instalasi plambing sehingga banyak negara menetapkan Undang-Undang, Peraturan, pedoman pelakasanaan (code of practice). Di Indonesia sendiri disiapkan “Pedoman Plambing Indonesia”.

Fungsi dari peralatan plambing adalah untuk menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup, membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya. Sistem yang pertama dilaksanakan oleh sistem penyediaan air bersih dan yang kedua oleh sistem pembuangan.

(5)

negara-negara berkembang maupun negara maju dapat menggunakan standar kualitas air dari badan kesehatan dunia (WHO). Untuk gedung-gedung yang dibangun di daerah mana tidak tersedia fasilitas penyediaan air minum untuk umum, seperti tempat terpencil dipegunungan atau di pulau, penyediaan air akan diambil dari sungai, air tanah dangkal, dan sebainya. Dalam hal demikian, air tersebut haruslah diolah agar dicapai standar kualitas air yang berlaku.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, didapat beberapa pengertian mengenai:

1. Air baku untuk air minum rumah tangga yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.

2. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

3. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk tinja manusia dari lingkungan permukiman.

4. Penyediaan air minum adalah kegiatan meyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih dan produktif.

5. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum.

6. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat dan hokum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.

(6)

dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum.

8. Penyelengaraan pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut Penyelenggara adalah badan usaha milik negara/ badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan

penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum.

Sistem penyediaan dan distribusi air bersih yang umum digunakan dalam masyarakat yaitu:

 Sumber air bersih bisa didapat dari PDAM dimasukan kedalam bak air bersih, sedangkan sumber air yang berasal dari Deep Well dimasukan kedalam raw water tank.

 Air yang berada di raw water tank di treatment di instalasi Water Treatment Plant dan selanjutnya dialirkan ke bak air bersih/clean water tank.

 Air yang bearada didalam bak air bersih selanjutnya dialirkan ke bak air atas dengan pompa transfer.

 Distribusi air bersih pada dua lantai teratas menggunakan packaged booster pump, sedangkan untuk lantai-lantai dibawahnya dialirkan secara gravitasi.  Pada umumnya persediaan air bersih diperhitungkan untuk cadangan 1 (satu)

hari pemakaian air.

Sistem penyediaan air bersih yang banyak digunakan dapat dikelompokan sebagai berikut:

a. Sistem Sambungan Langsung

Dalam sistem ini, pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih (missal pipa utama dibawah jalam dari PDAM). Sistem ini digunakan apabila debit dan tekanan mencukupi. Karena terbatasnya tekanan yang tersedia dalam pipa utama dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama hanya diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan rendah.

b. Sistem Tangki Atap

Dalam sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah

(7)

dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang diatas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan. Dari tangki ini air didistribusikan ke seluruh bangunan.

Sistem tangki atap ini diterapkan seringkali karena alasan-alasan berikut:

 Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat plambing hampir tidak berarti. Perubahan tekanan ini hanyalah akibat perubahan muka air dalam tangki atap.

 Sistem pompa yang menaikkan air ke tangki atap bekerja secara otomatis dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan timbulnya kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang mendeteksi muka air dalam tangki atap.

 Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan misalnya, tangki tekan.

Pada setiap tangki bawah dan tangki atap harus dipasang alarm yang memberikan tanda suara untuk muka air rendah damn air penuh. Tanda suara (alarm) ini biasanya dipasang di ruang kontrol atau ruang pengawas instalasi bangunan.

c. Sistem Tangki Tekan

Prinsip kerja sistem ini adalah sebagai berikut air yang telah ditampung dalam tangki bawah (seperti halnya pada sistem tangki atap), dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi. Air dari tangki tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan. Pompa bekerja secara otomatik yang diatur oleh suatu detektor tekanan, yang

(8)

Dalam sistem ini udara yang terkompresi akan menekan air ke dalam sistem distribusi dan setelah berulang kali mengembang dan terkompresi, lama kelamaan akan berkurang karena larut dalam air atau ikut terbawa air keluar tangki. Sistem tangki tekan biasanya dirancang sedemikian agar volume udara tidak lebih dari 30% terhadap volume tangki dan 70% volume tangki berisi air. Kelebihan sistem tangki tekan antara lain :

 Lebih menguntungkan dari segi estetika karena tidak terlalu menyolok dibanding dengan tangki atap

 Mudah perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang mesin bersama pompa-pompa lainnya.

 Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang di atas menara.

Kekurangan sistem tangki tekan antara lain :

 Daerah fluktuasi tekanan sebesar 1 kg/cm2 sangat besar dibanding dengan sistem tangki atap yang hampir tidak ada fluktuasi tekanannya.

 Dengan berkurangnya udara dalam tangki tekan maka setiap beberapa hari sekali harus ditambahkan udara dengan kompresor atau dengan menguras seluruh air dari dalam tangki tekan.

 Sistem tangki tekan dapat dianggap sebagai suatu sistem pengaturan

otomatis pompa penyediaan air saja dan bukan sebagai sistem penyimpanan air seperti tangki atap.

 Karena jumlah air yang efektif tersimpan dalam tangki tekan relatif sedikit, maka pompa akan sering bekerja dan hal ini akan menyebabkan keausan pada saklar yang lebih cepat.

d. Sistem Tanpa Tangki (booster system)

Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki atap, ataupun tangki tekan. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama (misalnya, pipa utama Perusahaan Air Minum).

(9)

yang harus disediakan kepada bangunan tersebut. Jumlah dan laju aliran air tersebut seharusnya diperoleh dari penelitian keadaan sesungguhnya dan kemudian dibuat angka-angka peramalan yang sedapat mungkin mendekati keadaan sesungguhnya setelah bangunan digunakan.

2.3 Sistem Plambing Air Buangan dan Ven

Sistem ven adalah bagian dari sistem plambing yang terdiri dari pipa yang dipasang untuk sirkulasi udara ke seluruh bagian dari sistem pembuangan dan mencegah terjadinya efek sifon dan tekanan balik pada perangkap. Tujuan dari sistem ven adalah menjaga sekat perangkap dari efeksifon atau tekanan balik, menjaga aliran yang lancer dalam pipa pembuangan dan mesirkulasikan udara dalam pipa pembuangan.

2.4 Sistem Plambing Air Hujan

Sistem pembuangan air hujan adalah sistem oembuangan dimana hanya air hujan dari atap gedung dan tempat lainnya dikumpulkan dan dialirkan ke luar. Pada dasarnya air hujan harus disalurkan melalui sistem pembuangan yang terpisah dari sistem pembuangan air bekas dan air kotor. Jika dicampurkan, maka apabila saluran tersebut tersumbat, ada kemungkinan air hujan akan mengalir balik dan masuk kedalam alat plambing terendah dalam sistem tersebut.

2.5 Instalasi dan Instrumen Penunjang 2.5.1 Tangki Air

Terdapat beberapa sistem tangki, 2 diantaranya adalah: a. Sistem Tangki Atap

Sistem tangki atap digunakan dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Fluktuasi tekanan pada alat plambing tidak besar atau dianggap tidak

berarti. Perubahan tekanan diakibatkan perubahan muka air pada tangki atap.

2. Pompa pengisi tangki atap dapat bekerja secara otomatis.

(10)

b. Sistem Tangki Tekan (Hidrofor)

Prinsip hidrosfor yaitu air dipompakan kedalam tangki tekan, sehingga udara didalamnya terkompresi.

2.5.2 Pompa

(11)

BAB III

KOMPILASI DATA

3.1 Data Primer

Suatu data yang diberikan oleh dosen pada mahasiswa dalam membuat tugas dalam bentuk soal-soal disebut data primer. Yang termasuk data primer dalam tugas ini adalah:

1. Nama Apartemen : Capitol Park, Jl. Salemba Raya, Menteng. Jaarta Pusat 2. Jumlah Lantai : 26 lantai dan 2 basement

3. Luas Bangunan : 1.707,7604 m2 4. Intensitas Curah Hujan : 120 mm/jam

5. Suplai Air Bersih : PAM (tekanan 1,5 atm selama 24 jam)

6. Jarak antar lantai adalah 4 meter dengan antara lantai dengan plafon minmal 3 meter.

7. Air buangan disalurkan menuju STP (Sewage Treatment Plant) dan hasil olahnanya disalurkan ke saluran pembuangan kota.

8. Air hujan disalurkan menuju saluran pembungan kota.

Berikut adalah perhitungan pemakaian air bersih dan kapasitas STP (Sewage Treatment Plant) yang sudah ditabulasikan.

Tabel 1. Perhitungan Perpiaan Air Bersih Penggunaan Air Jumlah Konsumsi Rata-rata

(L/jiwa atau took/hari) Total Konsumsi

Penghuni Tetap 1680 200 336.000

Tamu 100 30 3.000

Karyawan / took

apartement 747 50 37.370

Total 376.370

Kebutuhan Air Bersih

(m3/jam) 470.463

(12)

Pemakaian air bersih

(L) Persentase limbah yangdihasilkan Jumlahlimbah KapasitasSTP

376370 80% 301096 301.096

3.2 Data Sekunder

Suatu data yang ditentukan sendiri oleh mahasiswa yang bersangkutan disebut data sekunder. Yang termasuk data sekunder antara lain:

Tabel 3. Jenis dan Jumlah Alat Plambing Tiap Lantai

No. Lantai Peruntukkan Alat Plambing

1 Basement 1

 Parkir Kendaraan

 Mushola - 8 Keran

- 2 Floor drain  Receiving Area

 Toilet - 2 peturasan (tangki

gelontor)

2 Basement 2

 Parkir Kendaraan  STP

 Ruang Pompa  Ruang Kontrol  Reservoir Bawah  Receiving area

 Pengolahan Sampah - 2 Keran - 1 Floor drain - 2 peturasan (tangki

gelontor)

3 Lantai 1  R. Informasi  Lobby Utama

No. Lantai Peruntukkan Alat Plambing

(13)

 Marketing Office  Laundry

 Food Court - 4 Bak Cuci Dapur - 4 Bak cuci tangan

 Restoran - 3 Bak Cuci Dapur

- 2 Bak cuci tangan

 Caffe - 2 Bak Cuci Dapur

- 2 Bak cuci tangan  Mini Market

 Mushola - 10 Floor drain - 8 Bak cuci tangan - 5 Peturasan

Lantai 2

 R. Serbaguna  Studio Foto  Sport Center

 Gym  Money Changer

 Toko Kue  Mini Market  Meeting Room 1  Meeting Room 2

 Restoran

(14)

 Toilet - 4 Peturasan

(15)

Selain itu juga terdapat pembagian shaft/void untuk air bersih dan air kotor yang dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 4. Pengunaan Shaft/Void Air Bersih dan Air Kotor

LANTAI SHAFT AIR BERSIH SHAFT AIR KOTOR

Basement 1 Shaft I Shaft 9

Basement 2 Shaft I Shaft 9

Lantai 1 Shaft A, Shaft B, Shaft E, Shaft G, Shaft J

Shaft 1, Shaft 2, Shaft 5, Shaft 7, Shaft 10 Lantai 2 Shaft B, Shaft F, Shaft J Shaft 2, Shaft 6, Shaft 10

Lantai 3-26

Shaft A, Shaft B, Shaft C, Shaft D, Shaft E, Shaft F, Shaft G, Shaft H, Shaft I, Shaft J, Shaft K, Shaft L

Shaft 1, Shaft 2, Shaft 3, Shaft 4, Shaft 5, Shaft 6, Shaft 7, Shaft 8, Shaft 9, Shaft 10, Shaft 11, Shaft

12

(16)

PERHITUNGAN

4.1 Perhitungan Pipa Air Bersih

Perhitungan pipa air bersih disesuaikan dengan isometric air bersih. Sistem yang digunakan dalam menggambar pipa air bersih adalah sistem bawah. Hasil perhitungan pipa air bersih per lantai, untuk 1 shaft dan perhitungan shaft yang lain dilampirkan, dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 5. Perhitungan Perpipaan Air Bersih Lantai 3 Jal

lurus 1 0.18 0.18

(17)

cabang

cabang 1 1.2 1.20

7 5.10 10.44

cabang 1 1.2 1.20

Katup

bola 1 6 6.00

Katup

satu arah 1 1.6 1.60

9 18.20 12.81

(18)

G-cabang 1 0.75 0.75

3 1.35 5.67

lurus 1 0.27 0.27

(19)

90°

lurus 1 0.27 0.27

9 2.37 8.32

lurus 1 0.36 0.36

12 0.96 8.34

lurus 1 0.45 0.45

(20)

ur Plambing AP lah Ekivalg en

g Pipa Total

KTG 6 2

Keran 1 1

Shower 2 1

tee 90°

cabang 1 1.5 1.50

Katup

bola 2 7.5 15.00

Katup

satu arah 2 2 4.00

15 23.50 10.70

x-22 19.40 16.69

Tabel 6. Perhitungan Perpipaan Air Bersih Lantai 2 Jalur Alat

belokan 90° 3 0.6 1.80 1.22

3.20 8.22

B-a Keran 1 1 0.80 10 13 1.27 0.2 3

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.40

2.00 3.40

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.84

(21)

b-c

KTG 6 2 0.4 12.5 16 0.95 0.084 8.63

Keran 1 1 0.13

tee 90° cabang 1 1.2 1.20

7 1.60 8.76

Jalur PlambingAlat UBAP Jumlah EkivalenPanjang PanjangPipa Q D V HL TotalHL

D-c Keran 1 1 0.80 10 13 1.27 0.2 3

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.40

2.00 3.40

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.40

2.00 3.40

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.84

(22)

h-i

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.40

2.00 3.40

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.84

2.20 7.84

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.40

2.00 3.40

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.84

2.20 7.84

l-m

KTG 21 7 0.4 65 30 1.5 0.09 9.96

Keran 6 6 0.20

tee 90° cabang 1 1.8 1.80

27 2.20 10.16

N-m Keran 1 1 0.80 10 13 1.27 0.2 3

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.40

2.00 3.40

m-x

KTG 21 7 11.1 72 28 2.00 0.19 10.16

Keran 7 7 6.02

belokan 90° 6 1.2 7.20

tee 90° lurus 1 0.36 0.36

Katup bola 1 10.5 10.50

Katup satu

(23)

28 31.66 16.17

O-n Peturasan 3 1 2.10 3 13 0.38 0.021 7

belokan 90° 3 0.6 1.80 0.08

3.90 7.08

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.05

2.40 7.05

n-o Peturasan 6 2 0.90 12.5 16 0.95 0.084 7.08

tee 90° lurus 1 0.24 0.24 0.10

6 1.14 7.18

Q-o Peturasan 3 1 1.20 3 13 0.38 0.021 7

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.05

2.40 7.05

o-p Peturasan 9 3 0.90 12.5 16 0.95 0.084 7.18

tee 90° lurus 1 0.24 0.24 0.10

9 1.14 7.27

R-p Peturasanbelokan 90° 3 12 0.6 1.201.20 3 13 0.38 0.021 0.057

2.40 7.05

p-t

Peturasan 12 4 9.70 37.5 30 0.78 0.027 7.27

belokan 90° 1 1.2 1.20 0.27

tee 90° lurus 1 0.36 0.36

12 10.06 7.55

S-q BCT 1 1 1.10 15 13 1.86 0.38 3

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.87

2.30 3.87

T-q BCT 1 1 1.10 15 13 1.86 0.38 3

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.87

2.30 3.87

q-r BCTtee 90° lurus 2 21 0.36 0.800.36 6.3 16 0.52 0.03 3.870.03

2 1.16 3.91

U-r BCT 1 1 1.10 15 13 1.86 0.38 3

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.87

2.30 3.87

V-r BCT 1 1 1.10 15 13 1.86 0.38 3

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.87

2.30 3.87

r-s BCTtee 90° lurus 4 41 0.36 0.800.36 15 13 1.8 0.35 3.870.41

4 1.16 4.28

(24)

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.87

2.30 3.87

X-s BCT 1 1 1.10 15 13 1.86 0.38 3

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.87

2.30 3.87

belokan 90° 4 1.2 4.80

tee 90° cabang 1 0.36 0.36

Katup bola 1 10.5 10.50

Katup satu

arah 1 2.5 2.50

18 22.16 8.31

x-B

KTG 21 7 0.40 98 40 1.3 0.051 16.17

Keran 7 7 2.12

Peturasan 12 4

BCT 6 6

Katup bola 2 7.5 15.00

Katup satu

arah 2 2 4.00

46 41.56 18.29

Tabel 7. Perhitungan Perpipaan Air Bersih Lantai 1 Jalur Alat

belokan 90° 3 0.75 2.3 0.53

4.1 3.53

B-a BCD 2 1 1.1 25 20 1.27 0.13 3

belokan 90° 2 0.75 1.5 0.34

2.6 3.34

a-b BCDtee 90° lurus 4 21 0.18 0.180.7 15 13 1.8 0.35 3.530.31

4 0.88 3.83

C-b BCD 2 1 1.1 25 20 1.27 0.13 3

belokan 90° 2 0.75 1.5 0.34

(25)

b-c BCD 6 3 0.7 12.5 16 0.95 0.084 3.83

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.87

2.30 3.87

d-A

BCD 6 3 0.6 25 25 1.39 0.143 3.98

BCT 2 2 2.00

belokan 90° 4 0.9 3.60

tee 90° lurus 1 0.27 0.27

Katup bola 1 7.5 7.50

Katup satu

arah 1 2 2.00

8 13.97 5.98

Tabel 8. Perhitungan Perpipaan Air Bersih Basement 1

Jalur PlambingAlat UBAP Jumlah EkivalenPanjang PanjangPipa Q D V HL TotalHL

A-a Keran 1 1 1.90 10 13 1.27 0.2 3

belokan 90° 3 0.6 1.80 0.74

3.70 3.74

B-a Keran 1 1 0.90 10 13 1.27 0.2 3

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.42

2.10 3.42

a-b Keran 2 2 1 6.3 16 0.52 0.029 3.74

tee 90° lurus 1 0.24 0.24 0.04

2 1.24 3.78

C-b Keran 1 1 0.90 10 13 1.27 0.2 3

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.42

2.10 3.42

b-c Keran 3 3 1 6.3 16 0.52 0.029 3.78

tee 90° lurus 1 0.24 0.24 0.04

(26)

D-c Keran 1 1 0.90 10 13 1.27 0.2 3

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.42

2.10 3.42

belokan 90° 3 0.6 1.80 0.74

3.70 3.74

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.42

2.10 3.42

e-f Kerantee 90° lurus 3 31 0.24 0.241 13 16 0.96 0.09 3.780.11

3 1.24 3.89

H-f Keran 1 1 0.90 10 13 1.27 0.2 3

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.42

(27)

BCT 1 1 0.037

tee 90° lurus 1 0.27 0.27

10 0.57 4.94

K-j KTGbelokan 90° 3 12 0.6 1.101.20 15 13 1.86 0.38 0.877

2.30 7.87

Jalur PlambingAlat UBAP Jumlah EkivalenPanjang PanjangPipa Q D V HL TotalHL

j-k

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.42

2.10 3.42

tee 90° cabang 1 0.36 0.36

18 0.56 8.17

O-n Keran 1 1 0.90 10 13 1.27 0.2 3

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.42

(28)

19 0.85 8.20

P-o KTG 3 1 1.10 15 13 1.86 0.38 7

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.87

2.30 7.87

o-p

Keran 11 11 1.6 65 37 1 0.036 8.20

BCT 2 2 0.13

KTG 9 3

Jalur PlambingAlat UBAP Jumlah EkivalenPanjang PanjangPipa Q D V HL TotalHL

tee 90° cabang 1 2.1 2.1

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.42

2.10 3.42

q-I

Keran 12 12 16.7 71 31 1.56 0.1 8.55

BCT 2 2 3.61

KTG 12 4

belokan 90° 5 1.2 6.00

tee 90° lurus 1 0.36 0.36

Katup bola 1 10.5 10.50

Katup satu

arah 1 2.5 2.50

26 36.06 12.16

Tabel 9. Perhitungan Perpipaan Air Bersih Basement 2

Jalur PlambingAlat UBAP Jumlah EkivalenPanjang PanjangPipa Q D V HL TotalHL

A-a Keran 1 1 1.90 10 13 1.27 0.2 3

belokan 90° 3 0.6 1.80 0.74

3.70 3.74

B-a Keranbelokan 90° 1 12 0.6 0.901.20 10 13 1.27 0.2 0.423

2.10 3.42

(29)

tee 90° lurus 1 0.24 0.24 0.04

2 1.24 3.78

C-b Keran 1 1 4.40 15 13 1.86 0.38 3

belokan 90° 3 0.6 1.80 2.36

6.20 5.36

b-c KeranBCT 21 21 0.5 13 16 0.96 0.09 5.36

Jalur PlambingAlat UBAP Jumlah EkivalenPanjang PanjangPipa Q D V HL TotalHL

tee 90° lurus 1 0.24 0.24 0.04

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.87

2.30 7.87

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.42

(30)

6.20 5.36

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.42

2.10 3.42

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.87

2.30 7.87

belokan 90° 2 0.6 1.20 0.42

2.10 3.42

k-l Keran 6 6 3.00 50 30 1.13 0.05 8.39

BCT 2 2 0.24

KTG 12 4

belokan 90° 1 1.2 1.20

tee 90° lurus 1 0.36 0.36

20 4.56 8.63

M-l Peturasan 3 1 3.34 6 10 1.34 0.29 7

Belokan 90 2 0.6 1.20 1.32

4.54 8.32

l-m Keran 6 6 0.70 65 30 1.45 0.09 8.63

(31)

KTG 12 4

Peturasan 3 1

tee 90° lurus 1 0.36 0.36

23 1.06 8.73

Jalur PlambingAlat UBAP Jumlah EkivalenPanjang PanjangPipa Q D V HL TotalHL

N-m Peturasan 3 1 3.34 6 10 1.34 0.29 7

Belokan 90 2 0.6 1.20 1.32

4.54 8.32

m-I

Keran 6 6 0.70 71 31 1.56 0.1 8.73

BCT 2 2 1.89

KTG 12 4

Peturasan 6 2

Belokan 90 4 1.2 4.80

tee 90° lurus 1 0.36 0.36

Katup bola 1 10.5 10.50

Katup satu

arah 1 2.5 2.50

Gambar

Tabel 1. Perhitungan Perpiaan Air Bersih
Tabel 3. Jenis dan Jumlah Alat Plambing Tiap Lantai
Tabel 4. Pengunaan Shaft/Void Air Bersih dan Air Kotor
Tabel 6. Perhitungan Perpipaan Air Bersih Lantai 2
+4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Tujuan dari evaluasi yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah sistem plambing (penyediaan air bersih, penyaluran air buangan, fire hydrant dan talang air

Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan sistem plambing air bersih, air buangan, ven, instalasi pemadam kebakaran, dan perpompaan yang tepat pada stadion olahraga

Kegiatan sanitasi dalam gedung harus ditunjang dengan pemenuhan akan kebutuhan air bersih bagi semua penghuni, maka dari itu dibutuhkan perencanaan sistem plambing air

celah udara adalah ruang bebas berisi udara bebaqs antara bagian terencah dari lobang pipa / kran yang akan mengisis air ke dalam tanki atau peralatan plambing tersebut..

Bagaimana merencanakan sistem plambing yang meliputi sistem penyediaan air bersih, sistem penyaluran air buangan dan ven, sistem pemadaman kebakaran (fire hydrant) dan

Tujuan dari evaluasi yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah sistem plambing (penyediaan air bersih, penyaluran air buangan, fire hydrant dan talang air hujan), masalah pada

Dalam perancangan sistem penyediaan air untuk suatu gedung, kapasitas peralatan dan dimensi pipa didasarkan pada jumlah dan laju aliran air (kebutuhan air

3.4 Metode Penelitian Dalam analisa perencanaan sistem plambing air bersih dan air kotor Gray water pada bangunan masjid Al-Muhandi Politeknik Negeri Balikpapan, untuk sistem