• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TINGKAT KESEGARAN JASMANI DAN POSTUR EKTREMITAS BAWAH TERHADAP CIDERA STRES FRAKTUR PRAJURIT SISWA WANITA SELAMA MENJALANI PROGRAM LATIHAN DASAR MILITER 16 MINGGU DI PUSDIK KOWAD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH TINGKAT KESEGARAN JASMANI DAN POSTUR EKTREMITAS BAWAH TERHADAP CIDERA STRES FRAKTUR PRAJURIT SISWA WANITA SELAMA MENJALANI PROGRAM LATIHAN DASAR MILITER 16 MINGGU DI PUSDIK KOWAD."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PUSDIK KOWAD

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Olahraga

Oleh

A.FISVIYANTO,S.P.d

NIM. 1102122

SEKOLAH PASCA SARJANA

(2)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH TINGKAT KESEGARAN JASMANI DAN POSTUR EKTREMITAS BAWAH TERHADAP CIDERA STRES FRAKTUR PRAJURIT SISWA WANITA SELAMA

MENJALANI PROGRAM LATIHAN DASAR MILITER 16 MINGGU DI PUSDIK KOWAD

Oleh A. Fisviyanto

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Olahraga

fisviyanto@gmail.com Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PEMBIMBING I,

Prof. Dr. H. Adang Suherman, M.A NIP. 196306181988031002

PEMBIMBING II,

Dr. Dikdik Zafar Sidik,M.Pd. NIP: 196812181994021001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga, Sekolah Pascasarjana UPI

(4)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Fisviyanto, S.Pd. (2013). Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad. Program Studi Pendidikan Olahraga-Sekolah Pascasarjana-Universitas Pendidikan Indonesia.

Latihan fisik dan kejadian cidera stress fraktur secara umum banyak dialami oleh tentara wanita yang sedang menjalani latihan dasar militer pada sebuah instalasi pelatihan militer. Tingginya angka kejadian berhubungan dengan faktor-faktor resiko seperti; tingkat kesegaran jasmani dan keadaan postur ektremitas bawah (kelainan struktur anatomi ektermitas bawah). Tujuan penelitian adalah ingin mengungkap dan mengidentifikasi sejauh mana kesegaran jasmani dan postur ektremitas bawah berpengaruh terhadap peningkatan resiko cidera stres fraktur. Penelitian menggunakan metode penelitian ex post facto dengan desain factorial. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Analisis data yang dilakukan dengan teknik kualitatif menggunakan Two-way analisis of variance (ANOVA). Instrumen penelitian meliputi; (1) Tingkat kesegaran jasmani mengunakan indikator Diagnostic Army Physical Training Test ; lari 12 menit, chining ups, modified sit ups, modified push ups masing-masing 1 menit dan shuttle runs 3x10 m. (2) Postur ektremitas bawah menggunakan Anthropometric Measurements The Postural of Lower Extremities yaitu pengukuran pada struktur anatomi kaki; X been, O been, CV been, Knee thrust dan Flat Foot. (3) Stres fraktur dengan diagnosa dokter dan pembuktian Radioisotope-scanning/X-ray. (4) Angket tentang riwayat aktifitas fisik dan cidera musculoskeletal sebelumnya. Hasil penelitian dari 162 orang siswa prajurit wanita selama16 minggu latihan dasar militer memperlihatkan kejadian cidera stres fraktur 52 (32%) orang dengan lokasi cidera (site anatomical); femur 18 (34,6%), tibia 8 (15,3%), pelvis 5 (9,6%), knee 13 (25%) dan ankle 8 (4,9%). Tingkat kesegaran jasmani tinggi dan rendah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya cidera pada siswa prajurit wanita dengan nilai symp sig. 0,000 < 0,05 dengan nilai cidera Z= 4,28. Tidak terdapat interaksi antara kesegaran jasmani dengan postur ektremitas terhadap cidera stress fraktur, dimana diketahui F hitung Kesegaran Jasmani * Postur ektremitas bawah adalah 0,268 dengan nilai probabilitas (Sig.) 0,605 > 0,05. Terdapat perbedaan cidera antara kelompok kesegaran jasmani tinggi dan rendah pada prajurit siswa yang memiliki postur ektremitas bawah normal dimana nilai t-hitung 2,986 dengan nilai sig. 0,004 < 0,05. Tidak terdapat perbedaan cidera antara kelompok kesegaran jasmani tinggi dan rendah pada prajurit siswa yang memiliki postur ektremitas bawah normal minus dengan nilai t-hitung 1,481 dengan nilai sig. 0,150 > 0,05. Terbukti bahwa faktor resiko tingkat kesegaran jasmani lebih dominan berpengaruh terhadap kejadian cidera dibandingkan postur ektremitas bawah.

(5)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

A. Fisviyanto (2012). Effect of Physical Fitness and Lower Extremity Posture Against Stress Fracture Injury Student Female Soldiers During Undergoing Basic Military Training Program In Women Military Training Installation. Sport Education Program. Graduate School of Education of Indonesia University.

Physical exercise and the incidence of stress fractures are common injuries experienced by many female soldiers who are undergoing basic military training at a military training installation. The high incidence of associated with risk factors such as level of physical fitness and lower extremity posture state (abnormality of anatomical structures ektermitas below). The research objective to want to uncover and identify the extent of physical fitness and lower extremity posture affect the increased risk of stress fracture injury. Research studies using ex post facto by factorial design. Sampling technique using total sampling technique. Data analysis was conducted by using qualitative techniques Two-way analysis of variance (ANOVA). Research instruments include: (1) physical fitness level indicator using the Diagnostic Army Physical Training Test ; run 12 minutes, chining ups, modified sit-ups, modified push-ups each 1 minute and 3x10 m shuttle runs. (2) lower extremity posture using Anthropometric Measurements of Lower Extremities, anatomical structure of the foot such as; X been, O been, CV been, Flat Foot and Knee thrust. (3)Stress fracture of the doctor's diagnosis and verification Radioisotope-scanning/X-ray. (4)questionnaire about physical activity and history of previous musculoskeletal injury. The results of 162 students as long as 16 week basic military training injury incidence of stress fractures showed 52 (32 %) with injury anatomical site; femur 18 ( 34.6 % ), tibia 8 (15.3 % ), pelvis 5 (9.6 %), knee 13 (25 %) and ankle 8 (4.9 %) . Physical fitness level high and low have a significant effect on the occurrence of an injury to a woman soldier with symp value sig. 0.000 < 0.05 with injuries value Z = 4.28. There is no interaction between physical fitness with the injured extremity posture stress fracture , which is known F * Physical Freshness count lower extremity posture is 0.268 with a probability value (Sig.) 0.605 > 0.05. There are differences in injury between groups of high and low physical fitness on student soldiers who had normal lower extremity posture in which the t-value of 2.986 calculated with sig. 0.004 < 0.05. There was no difference in injury between groups of high and low physical fitness on student soldiers who had normal lower extremity posture minus the t-value of 1.481 calculated with sig. 0.150 > 0.05. Proven that physical fitness level risk factors are more dominant effect on the incidence stress fracture injury than posture of lower extremity.

(6)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK ………...

KATA PENGANTAR ………

DAFTAR ISI ………...

DAFTAR TABEL ………...

DAFTAR GAMBAR ………..

DAFTAR LAMPIRAN ………...

Halaman i ii iii iv v vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ………... B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ………

1. Identifikasi Masalah .……….. 2. Rumusan Masalah ………. C. Maksud dan Tujuan Penelitian ………..

1. Maksud Penelitian ……….. 2. Tujuan Penelitan ………... D. Manfaat Penelitian ………. E. Pembatasan Penelitian ………...

1 10 10 11 11 11 12 13 14

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Hakekat Latihan Dasar Militer ……….. 1. Prajurit Wanita (KOWAD)……… ..

2. Pusdikkowad ………

3. Pola Pendidikan Latihan Dasar Militer………. B. Hakikat Stres Fraktur ………. 1. Pengertian Stres Fraktur……… 2. Patofisiologi dari Stres Fraktur ……… 3. Gejala-gejala Stres fracture ……….. 4. Faktor-faktor Resiko atau Penyebab Stres Fractur ……….. C. Hakekat Kesegaran Jasmani ……….. 1. Pengertian Kesegaran Jasmani ………. 2. Komponen Kesegaran Jasmani ……… 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani. 4. Program Latihan Kesegaran Jasmani Militer …………... D. Hakekat Postur Tubuh ………...

1. Pengertian Postur Tubuh ………..

(7)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian Terdahulu ………. ………

F. Anggapan Dasar………... 1. Perbedaan cidera stres fraktur pada prajurit siswa wanita antara kelompok yang memiliki kesegaran jasmani tinggi dan rendah. ... 2. Interaksi antara kesegaran jasmani dengan postur

ektremitas bawah terhadap cidera stress fraktur pada prajurit siswa wanita... 3. Perbedaan cidera stres fraktur antara kelompok

kesegaran jasmani tinggi dan kelompok kesegaran jasmani rendah pada prajurit siswa yang memiliki postur ektremitas bawah normal... 4. Perbedaan cidera stres fraktur antara kelompok yang

memiliki kesegaran jasmani tinggi dan kelompok kesegaran jasmani rendah pada prajurit siswa yang memiliki postur ektremitas bawah normal minus...

G. Hipotesis……….

74 75 76 77 77 78

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian dan Disain Penelitian………... 1. Metode Penelitian ……… 2. Disain Penelitian ……….………. B. Variabel Penelitian

C. Populasi dan Sampel………...

1. Populasi ………

2. Sampel ………..

D. Difinisi Operasional ………... E. Instrumen Penelitian………... F. Langkah-langkah Penelitian ..……… G. Pelaksanaan Penelitian……… H. Pengolahan dan Analisis Data ………...

80 80 82 84 85 85 86 87 88 101 103 103

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ……….. 1. Deskripsi Data ……….. 2. Hasil Uji Normalitas………. 3. Hasil Uji Homogenitas ………. 4. Uji Hipotesis ………

B. Pembahasan ………

106 106 110 112 114 122

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

(8)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

……….

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……….. 134

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……….

A. Data Hasil Tes Kesegaran Jasmani Awal Pendidikan ………. B. Data Hasil Pemeriksaan Postur Tubuh Ektremitas Bawah ………. C. Data Kejadian Cidera stress Fraktur ……… D. Deskripsi Data Kebugaran Jasmani ………. E. Deskripsi Data Postur Tubuh Ektremitas Bawah ……… F. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data ………. G. Hasil Uji Non-Par Tests Mann-Whitney Test ……… H. Uji Interaksi Univariate Analysis of Variance-Tests of Between-Subjects

Effects ………...... I. Data Profil Plots Estimated Marginal Means of Cidera ………. J. Uji-t Postur Extrimitas Bawah Normal ... K.Uji-t Postur Extrimitas Bawah Normal minus... L. Foto-foto Penelitian ……… J. Surat Keterangan Penelitian Pusdikkowad ……….

142 142 150 161 172 173 174 176

(9)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian.

Selain pikiran yang bisa mengalami stres, tulang pun dapat mengalami stres. Stres pada tulang penyebabnya sama seperti stres pada jiwa, yaitu akibat dari sebuah

tekanan-tekanan yang berulang. Pada stres tulang, tekanan tergantung pada aktifitas fisik dan faktor-faktor resiko lainnya. Cidera stres fraktur atau retak tulang serambut (hair line of fracture) bukan merupakan penyakit baru di dunia militer dan aktifitas olahraga, penyakit ini sudah dikenal sejak abad 19. Jenis cidera ini kebanyakan terjadi pada kaki (the lower leg). Kaki dan ankle adalah tempat yang paling umum untuk mendapatkan cidera stres fraktur, sebab tekanan yang besar sekali pada saat melakukan aktifitas fisik terjadi pada kaki. Menurut Brukner and Bennell (1997;15) dikatakan bahwa stres fraktur dalam kelompok cidera olahraga dan latihan fisik termasuk dalam kelompok sindroma cidera berlebih (overuse injury) pada tulang yang merupakan hasil akumulasi siklus tekanan pembebanan secara berulang-ulang pada segmen tubuh bagian bawah (IOM,1998:9).

Menurut Giriwijoyo (2012:175), Stress fracture merupakan akibat dari serangkaian microfracture yang tidak sembuh oleh adanya trauma yang berulang-ulang dan sering, atau oleh intensistasnya yang cukup besar. Respon yang normal dari tulang terhadap cidera stres fraktur adalah penyembuhan microfracture dan membangun kembali tulang. Stres fraktur akan terjadi bila aktifitas tertentu selalu berulang, sedangkan tulang tidak punya kesempatan untuk sembuh. Stres fraktur secara umum terjadi terkait dengan aktifitas fisik berat, terutama yang melibatkan gerak repetitif,

berkaitan dengan beban tubuh seperti lari, jogging, jalan jauh (march long distances), melompat (jumping up and down), lintas medan atau CC (cross country), naik gunung

(10)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

struktur tulang dan kegagalan dalam membangun tulang kembali (remodeling) secara alami di dalam sel-sel hidup tulang dalam merespon terhadap tekanan yang berulang sering terjadi pada prajurit wanita (Taylor,2002:174).

Cidera stres fraktur dilihat dari insiden kejadiannya kemungkinan resiko cidera lebih besar dialami oleh prajurit wanita dibandingkan dengan prajurit pria. Lebih mudahnya wanita mendapatkan cidera stres fraktur juga disebabkan oleh faktor

sosiologis yang menyebabkan perbedaan kebugaran wanita relatif lebih rendah dari pada kebugaran pria (Giriwijoyo,2012:176). Menurut studi yang dilakukan pada tentara Amerika oleh Deuster and Jones (1997) dikatakan bahwa; “ Stress fracture rates among female Army military trainees during basic combat training are more than twice those reported for male” (IOM,1998:1). Angka kejadian yang terjadi di lembaga pendidikan Angkatan Darat Amerika ini, dalam setiap masa pendidikan terdapat 0,9 % - 5,2 % cidera pada tentara pria dan tentara wanita angka kejadiannya lebih tinggi yaitu 3,4 % - 21 % dibandingkan tentara pria.

Insiden cidera stres fraktur pada Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD) secara khusus lebih sering terjadi pada pelatihan dasar militer prajurit wanita (Kowad). Insiden ini secara signifikan relatif sangat tinggi. Dari data kejadian yang diperoleh dari Pusdikkowad dalam setiap tahun anggaran pendidikan untuk prajurit Bintara wanita( BaPk) Tahap I dari tahun 2007 – 2012 tercatat mencapai angka cidera rata-rata berkisar antara 4% - 18 % dengan rincian ; tahun 2007 terdapat 14 kasus dari 113 siswa, tahun 2008 terjadi 17 kasus dari 101 siswa, tahun 2009 tercatat 17 kasus dari 102 siswa, 2010 dari 107 siswa tercatat 18 kasus dan terakhir 2011 terjadi 18 kasus dari 102 siswa. Lokasi cidera (anatomical site) secara umum terjadi di selangkangan (Os femur,incl, neck), tulang kering (Os tibia/fibula), pinggul (Os pelvis and os pubis)

dan lutut serta kaki (ankle dan telapak kaki maupun punggung kaki-metatarsal).

Gejala awal yang dirasakan para prajurit siswa yang sedang melaksanakan

(11)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tubuhnya mengeluhkan rasa nyeri pada lokasi cidera yang luar biasa dan akhirnya secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas menurunkan gerak bahkan tidak mampu bergerak untuk melakukan aktifitas. Namun terkadang rasa sakit akibat retak tulang serambut tidak menunjukan gejala atau tanda-tanda awal yang dirasakan, sehingga jarang sekali dapat diprediksi bahkan diperhatikan prajurit siswa.

Cidera stres fraktur memiliki dampak yang cukup besar pada layanan kesehatan

perorangan, tertundanya waktu pelatihan dan waktu kesiapan penugasan militer. Secara langsung sudah pasti akan berpengaruh terhadap intansi militer atau lembaga dari segi beban biaya perawatan, beban biaya program, memperpanjang waktu pelatihan akibat dari tertundanya latihan bagi mereka yang mengalami cidera serta menunda kesiapan militer karena dinyatakan tidak memenuhi persyaratan kelulusan selama mengikuti pendidikan. Hal senada menurut Alana D Cline dan Christoper L M (1995;17) dikatakan bahwa In military basic training, the stress fracture is a common orthopedic problem, causing loss of manpower, loss of training time, expense of medical care, and recycling or discharge of affected soldiers “. Akibat lanjutan dari cidera stres fraktur berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Institute of Medicine (IOM) USA adalah munculnya resiko penyakit osteoporosis, “ In addition, stress fractures, a short-term risk, may share their etiology with the long-term risk of osteoporosis” (IOM,1998;1).

Kasus cidera stres fraktur pada prajurit wanita sudah berlangsung cukup lama dan menjadi pusat perhatian bersama ketiga Satuan TNI AD yaitu Lemdik (Lembaga Pendidikan) yang menyelengarakan latihan dasar kemiliteran dan memberikan pelatihan fisik dan peningkatan kesegaran jasmani, Disjasad (Dinas Jasmani Angkatan Darat) sebagai lembaga yang yang membidangi seleksi penampilan/postur,

kesegaran jasmani dan ketangkasan serta Ditkesad (Direktorat Kesehatan Angkatan Darat) yang membidangi gizi dan nutrisi, kesehatan tulang, endokrinologi dan

(12)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk mengkaji pathophysiologi dan epidemiologi terjadinya stres fraktur pada prajurit wanitanya pada setiap pelatihan dasar militer (Basic Training). Cidera ini bisa dikatakan merupakan hasil kumulatip beban latihan fisik yang berulang-ulang yang menyebabkan pada kondisi penggunaan berlebih (overuse). Jones (1989) menyatakan “ Stress fractures are commonly associated with vigorous exercise, especially that involving repetitive, weight-bearing loads, like running or marching “

(IOM,1998;9). Akan tetapi lembaga tidak dapat menyalahkan terjadinya cidera stres fraktur selama mengikuti latihan dasar militer akibat dari program latihan fisik, medan latihan dan tindakan pembinaan disiplin pelatih dan lain-lainnya sebagai faktor utama terjadinya cidera stres fraktur pada prajurit siswa wanita. Dalam program latihan dasar militer untuk prajurit siswa wanita latihan kondisi fisik termasuk dalam kelompok latihan fisik berat (exessive training), tetapi secara konsisten dosis latihan diberikan seragam, bertahap, bertingkat dan berlanjut serta berlaku sama tanpa diskriminasi latihan bagi semua prajurit siswa yang terlibat dalam proses latihan dasar militer.

Terdapat banyak faktor resiko penyebab terjadinya cidera fraktur pada prajurit siswa wanita pada latihan dasar militer. Faktor resiko secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu faktor intrinsik yang berasal dari dalam dan faktor ekstrinsik yang berasal dari lingkungan. Menurut Publmed .Gov, US National Institutes of Health Jurnal Sport Med (1999: 91-122) dikatakan bahwa; faktor dari tinjauan kesehatan misalnya akibat dari;

Intrinsic risk factors include mechanical factors such as bone density, skeletal alignment (postural of lower extremities) and body size and composition, physiological factors such as bone turnover rate, flexibility, and muscular strength and endurance (Physical Fitness), as well as hormonal and nutritional factors. Extrinsic risk factors include mechanical factors such as surface, footwear and external loading as well as physical training parameters.

(13)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diakibatkan oleh faktor intrinsik seperti densitas tulang, postur bagian bawah, komposisi tubuh dan berat badan, faktor terkait keadaan fisiologi tubuh seperti sendi tulang, kelentukan,kekuatan dan daya tahan otot, termasuk juga faktor hormonal dan gizi. Faktor eksternal meliputi faktor mekanik seperti permukaan, sepatu serta faktor parameter latihan-latihan fisik (volume, intensitas dan frekuensi latihan). Dalam literatur-literatur yang serupa dikatakan juga bahwa faktor resiko peningkatan cidera

stres fraktur juga diakibatkan oleh gaya hidup (seperti; kebiasaan merokok, alkohol, diet dll), riwayat aktifitas fisik (history of activity or inactivity), riwayat cidera musculoskeletal, disfungsi mentruasi, densitas tulang (bone mineral density), body mass index (BMI) , masa otot, estrogen serta konsumsi/asupan kalsium (calcium intake). Bahkan studi terkait kondisi yang menyebabkan defisiensi estrogen dari sebab apapun, baik hormonal atau karena kekurangan kalori, dapat mempengaruhi kesehatan tulang.

Demikian juga studi pada prajurit wanita, ada penyebab kekhawatiran tentang amenore hipotalamus akibat stres fisik atau emosi, olahraga berlebihan dan atau gangguan makan, terapi dengan gonadotropin-releasing hormon agonis (GnRH) untuk pengobatan endometriosis, dan penggunaan obat kontrasepsi yang mencegah menstruasi. Semua faktor ini dapat menurunkan kekerasan tulang ((bone mineral density) dan meningkatkan resiko untuk terjadinya stres fraktur.

Ada banyak literatur penelitian yang membahas mengenai faktor resiko terjadinya stres fraktur pada atlit ataupun militer. Namun demikian literatur penelitian-penelitian ini dapat dibagi ke dalam tiga bidang kajian. Pertama, penelitian-penelitian yang meneliti secara umum frekuensi lokasi cidera (anatomical site) stres fraktur yang berkaitan dengan aktifitas fisik dan partisipasi olahraga antara

atlit dan prajurit. Kedua, penelitian-penelitian yang menganalisa kontribusi faktor intrinsik resiko stres fraktur yang relevansinya dari bidang kesehatan yang secara

(14)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dll), disfungsi mentruasi, kekerasan tulang (Bone Mineral Density), berat badan (Body Mass Index), masa otot, estrogen serta konsumsi kalsium (Calcium Intake). Ada juga penelitian-penelitian yang menganalisa faktor intrinsik fisiologi seperti; riwayat aktifitas fisik (history of activity or inactifity), riwayat diet dan hormonal, kegemukan (higher body mass index), riwayat cidera musculoskeletal dan skeletal (such as lower extremity alignment) serta gender. Ketiga, penelitian-penelitian yang

terkait faktor ektrinsik yang terkait mekanika seperti ; permukaan yang digunakan dalam latihan (training surface), perlengkapan olahraga-sepatu (footwear) dan takaran latihan (physical training parameters).

Bukti-bukti penelitian terdahulu yang dapat ditelusuri yang berhubungan dengan topik atau masalah penelitian tersebut antara lain telah dilakukan oleh Alana D. Cline (1997) tentang “ Recruits: Implication of Bone Density, Calcium Intake , and Exercise “, yaitu meneliti faktor terkait meningkatnya resiko stres fraktur akibat dari rendahnya tingkat aktifitas fisik, rendah konsumsi kalsium dan tingkat kepadatan tulang. Dari hasil penelitian ketiga faktor terkait tersebut memberikan kontribusi yang berbeda-beda terhadap terjadinya cidera stres fraktur.

R. A. Shaffer (2000) tentang “ Stress Fracture in Military Recruits: Gender Differences in Muscle and Bone Susceptibility Factors”, hasil penelitian ini menyatakan bahwa resiko stres fraktur pada prajurit wanita dan pria diakibatkan oleh faktor otot dan tingkat densitas tulang. Kesamaan dari kedua peneliti tersebut adalah mengkorelasikan asupan kalsium dengan tingkat densitas tulang. Penenlitian ini didalamnya merekomendasikan untuk memberikan asupan kalsium yang cukup untuk menjaga puncak massa tulang dan untuk memastikan diperolehnya puncak masa tulang perlu kecukupan kalsium (Ca2+). Akan tetapi pengaruh asupan suplemen

kalsium sebesar 800-1500 mg per hari yang direkomendasikan untuk wanita terhadap kejadian stres fraktur masih belum terbukti secara nyata dan perlu dilakukan

(15)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melaksanakan latihan militer yang waktunya terbatas.

Penelitian yang dilakukan Lloyd (1986) dan Barrow dan Saha (1988) menunjukan kejadian stres fraktur lebih tinggi terjadi pada wanita aktif amenorrhaeik daripada eumenorrhaeik. Selanjutnya menurut Carbon et al, (1990) bahwa, wanita aktif yang menderita stres fraktur ternyata massa tulang kortikal atau trabekularnya sama dengan wanita aktif yang tidak menderita stres fraktur, sekalipun kejadian

gangguan menstruasi pada kelompok itu meningkat (Giriwijoyo,2012:198-199). Artinya bahwa hubungan antara kepadatan tulang dengan menstruasi tidak terlalu signifikan, dimana kepadatan tulang tidak sama dengan kualitas tulang. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan pengaruh jangka pendek dan jangka panjang dari gangguan menstruasi terhadap keutuhan tulang.

Penelitian yang dilakukan oleh Brunkner (1997) tentang “ Reducing Stress Fracture In Military Women Recruitment” hasil penelitian ini menyatakan bahwa resiko stres fraktur pada prajurit wanita dapat dikurangi dengan diet kalori intake dan pemberian suplement serta intensif melakukan aktifitas fisik secara sedang. Penelitian ini merekomendasikan untuk melakukan pemberian kalori intake secara adekuat sebesar 2000-2800 kcal/hari untuk menjaga berat badan karena ada kekawatiran tentang perubahan berat badan dan komposisi tubuh selama mengikuti pelatihan dasar militer yang dianggap cukup berat dapat diprediksi terjadi penurunan berat badan akibat stres fisik atau emosi kondisi ini diprediksi dapat memicu menurunkan BMD dan meningkatkan risiko untuk stres fraktur. Akan tetapi pengaturan nutrisi pada prajurit yang baru masuk melaksanakan latihan dasar militer tidak efektif untuk mencegah stres fraktur dalam jangka pendek pada latihan dasar militer (IOM,1998;5).

Dalam kaitannya dengan faktor resiko penyebab terjadinya cidera stres fraktur

lainnya yang dialami oleh prajurit siswa wanita, ada kemungkinan karena keadaan kondisi tingkat kesegaran jasmani (daya tahan dan kekuatan otot-daya tahan otot) dan

(16)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kurang baik atau normal minus yang meningkatkan kerentanan mereka dalam mengalami cidera serius stres fraktur. Dari hasil studi di U.S Military (1998) menyatakan bahwa kasus stres fraktur dapat diakibatkan dari kondisi kesegaran jasmani yang kurang (less physically fit). Karena kesegaran jasmani juga mempengaruhi kekuatan otot. Kelompok otot tertentu berfungsi untuk melawan kontraksi dan beban rangka tubuh. Otot yang lemah kemungkinan lebih mudah

mengalami kelelahan sehingga dapat menurunkan fungsi dalam menahan beban secara terus menerus (degrading this protective function under repetitive loading). Johnson (1966) ditemukan kasus lebih sedikit cidera retak tulang serambut pada pelatihan militer yang berada pada kondisi fisik yang baik dan yang sebelumnya berpartisipasi dalam olahraga (IOM,1998; ). Meningkatnya partisipasi individu (wanita dan pria) dari sejak usia dini, akan meningkatkan kebugaran jasmani dan mengurangi terjadinya cidera olahraga. Kejadian cidera overuse pada stres fraktur ini nampaknya lebih disebabkan oleh cultural deconditioning yaitu rendahnya tingkat kebugaran jasmani karena riwayat aktifitas sebelumya yang kurang gerak dan ketidakseimbangan antara kekuatan dan fleksibilitas (Giriwijoyo,2012:176).

Wayne B. Leadbetter MD, menyatakan bahwa tidak terdapat penyakit yang dapat melemahkan struktur tulang, meskipun pada wanita menderita osteoporosis sekaligus, namun pencetus stres fraktur lebih diakibatkan oleh beberapa faktor seperti; adanya latihan fisik intensif secara berlebih, kesalahan dalam melakukan latihan dan tekanan yang berlebih pada tulang kaki bagian bawah (the postural of lower extremities ) seperti; salah satu kaki teryata lebih panjang ukuranya dari kaki yang lainnya, bentuk telapak kaki, bentuk kaki 0/X/kurva dan punggung yang melengkung secara berlebih. Juga faktor dinamis yang meliputi bentuk kaki tidak

simetris dan kesalahan dalam melakukan latihan ( Taylor,2002;175). Hal senada juga dikatakan oleh Matheson et.al (1987a) yaitu;

(17)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

of stress fractures. High arched,pes cavus-style feet absorb less shock, while pes planus ("flat foot") feet transmit more force to the tibia. Genu varum(angled inward or knock-kneed) and valgum(angled outward or bowlegged), excessive Q angles (the angle of intersection between the direction of pull on the patella by the quadriceps muscles and the direction of resistance by the patellar tendon), leg length discrepancies, and femoral neck anteversion are all associated with variations in gait that can influence the distribution of forces to bone in the lower extremity .” ( IOM,1998:37)

Menurut Matheson tersebut bahwa, kecenderung keadaan ektremitas bawah atau kelainan struktur anatomis bagian bawah seseorang memicu cidera stres fraktur. Kelainan-kelainan tersebut meliputi ; high arch, pess planus, kaki berbentuk “X” dan O”, lutut yang menonjol kedepan dan kaki yang memiliki sudut Q atau kaki berbentuk kurva. Awal dari keluhan cidera overuse stress fracture ini dapat berkaitan dengan kesalahan latihan, namun pada evaluasi lebih lanjut teryata sering merupakan suatu kombinasi berbagai masalah ketidakseimbangan sistem skeletal otot tendo yang melintasi kaki dan adanya satu atau lebih kelainan anatomis misalnya adanya patella alta (letak patella terlalu tinggi sehingga mentok kedasar tulang femur), kaki datar (flat foot) dan tungkai melengkung (Giriwijoyo,2012:175).

Berkaitan dengan permasalahan yang ditemukan di Pusdikkowad yaitu tingginya angka dan kasus kejadian cidera stres fraktur maka penulis bermaksud ingin menggali lagi penelitian yang sejalan dengan itu tentunya bukan dari relevansi dibidang kesehatan yang secara khusus meneliti keterkaitan faktor disfungsi mentruasi, densitas tulang (Bone Mineral Density), estrogen dan konsumsi kalsium (Calcium intake), akan tetapi peneliti akan memfokuskan terkait faktor pencetus cidera stres fraktur yang relevansinya dengan faktor-faktor instrinsik antropometrik seperti; rendahnya tingkat kesegaran jasmani (physical fitness) terkait riwayat

aktifitas fisik (history of activity or inactifity) dan keadaan struktur anatomi atau postur bagian bawah (the postural of lower extremities) termasuk riwayat cidera

(18)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

judul penelitian : Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani

Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdikkowad”.

Penelitian ini penulis anggap memiliki nilai penting dalam kaitannya dengan upaya untuk mengurangi resiko cidera stres fraktur pada prajurit wanita selama mengikuti latihan dasar militer yang pada gilirannya dapat membantu menentukan

persyaratan minimal yang harus dimiliki oleh setiap calon prajurit wanita dalam mengikuti latihan fisik pada pendidikan dasar militer prajurit wanita sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas lulusan prajurit wanita yang selanjutnya dapat mendukung sepenuhnya dalam kesiapan militer dalam setiap penugasan di lingkungan TNI AD, karena apabila masalah ini terus berkelanjutan dan tidak diteliti dari perspektif yang telah diuaraikan di atas serta dikaji, diduga akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil lulusan prajurit wanita yang tidak optimal dalam kesiapan militer dan berpengaruh buruk pada masa depan kesehatan prajurit itu sendiri.

B. Identifikasi dan Perumusan masalah. 1. Identifikasi Masalah.

Dari uraian latar belakang penelitian diatas, terdapat banyak faktor-faktor resiko yang mempengaruhi stres fraktur prajurit siswa wanita (KOWAD) diantaranya; kondisi tingkat kesegaran jasmani (physical fitness) dan kondisi postur ektremitas bawah (the postural of lower extremities). Fokus penelitian ini adalah ingin mengungkap pengaruhnya tingkat kesegaran

jasmani dan postur ektremitas bawah, khususnya pada prajurit siswa wanita yang sedang menjalani latihan dasar militer di Pusdik Kowad serta terhadap

(19)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

minggu.

Tingkat kesegaran jasmani dan postur ektremitas bawah sebagai modal dasar untuk mendukung semua aktifitas latihan dasar militer telah ditetapkan standar penilaian yang harus dipenuhi selama proses rekruitmen. Akan tetapi pada kenyataannya dilapangan tak jarang masih ditemukan calon prajurit siswa wanita yang tidak memenuhi unsur persyaratan standar

antropometriknya direkomendasikan untuk diloloskan pada proses sidang rekruitmen prajurit karena alasan pertimbangan tertentu, sehingga ketika dalam mengikuti latihan dasar militer ada beberapa prajurit siswa wanita yang tidak siap secara fisik mengikuti aktifitas fisik pada latihan dasar militer. Dengan demikian, kemungkinan prajurit siswa wanita tidak mampu menerima beban latihan fisik yang cukup berat sesuai standar militer secara terus-menerus selama waktu latihan dasar militer, sehingga akan berakibat terjadinya cidera stres fraktur.

Identifikasi masalah tersebut akan dibatasi pada variabel kesegaran jasmani, postur ektremitas bawah dan cidera stres fraktur.

2. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latarbelakang penelitian dan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu “ Bagaimana kondisi tingkat kesegaran jasmani dan kondisi postur ektremitas bawah prajurit siswa wanita yang sedang menjalani latihan dasar militer di Pusdikkowad serta pengaruhnya terhadap terjadinya cidera stres fraktur. Rumusan masalah

(20)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan cidera stres fraktur pada prajurit siswa wanita antara kelompok yang memiliki kesegaran jasmani tinggi dan rendah selama mengikuti latihan dasar militer 16 minggu ?

b. Apakah terdapat interaksi antara kesegaran jasmani dengan postur ektremitas bawah terhadap cidera stres fraktur pada prajurit siswa wanita selama mengikuti latihan dasar militer 16 minggu ?

c. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan cidera stres fraktur antara kelompok kesegaran jasmani tinggi dan kelompok kesegaran jasmani rendah pada prajurit siswa yang memiliki postur ektremitas bawah normal selama mengikuti latihan dasar militer 16 minggu ?

d. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan cidera stres fraktur antara kelompok yang memiliki kesegaran jasmani tinggi dan kelompok kesegaran jasmani rendah pada prajurit siswa yang memiliki postur ektremitas bawah normal minus selama mengikuti latihan dasar militer 16 minggu ?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian. 1. Maksud.

a. Memberikan pengetahuan dalam usaha memperkokoh landasan ilmu kesehatan olahraga melalui penelitian sebagai upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia sebagai landasan untuk pelaksanaan dan pembinaan latihan jasmani yang dapat dipertanggungjawabkan.

b. Memberikan rekomendasi kepada lembaga atau satuan terkait agar dapat mempertimbangkan persyaratan standar minimal tingkat kesegaran jasmani dan postur tubuh bagian bawah yang harus dipenuhi dalam

persyaratan masuk calon prajurit wanita dan keikutsertaan dalam pelatihan dasar militer.

(21)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

program/dosis latihan yang sesuai, mengurangi biaya operasional selama latihan dan menggurangi cacat permanen akibat stress fraktur serta dapat memilih dan menyeleksi calon prajurit wanita berdasarkan keadaan antropometrinya secara tepat. Dengan demikian akan diperoleh prajurit wanita yang tidak memiliki riwayat stress fraktur sehingga kedepan prajurit-prajurit wanita ini dapat melaksanakan tugas pokok Angkatan Darat secara baik dan

masa pakainya lebih lama dan lebih produktif.

2. Tujuan. Tujuan penelitian ini berusaha untuk mengetahui dan mengidentifikasi karakteristik faktor-faktor terkait peningkatan resiko cidera stres fraktur pada prajurit wanita selama menjalani program latihan dasar militer (Basic Training) selama 16 minggu di sebuah instalasi pelatihan militer Pusat Pendidikan Korp Wanita Angkatan Darat TNI AD (Pusdikkowad), yaitu;

a) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh cidera stres fraktur pada prajurit siswa wanita antara kelompok yang memiliki kesegaran jasmani tinggi dan kesegaran jasmani rendah selama mengikuti latihan dasar militer 16 minggu.

b) Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara kesegaran jasmani dengan postur ektremitas bawah terhadap cidera stres fraktur pada prajurit siswa wanita selama mengikuti latihan dasar militer 16 minggu.

c) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh cidera stres fraktur antara kelompok kesegaran jasmani tinggi dan kelompok kesegaran jasmani rendah pada prajurit siswa yang memiliki postur ektremitas bawah normal selama mengikuti latihan dasar militer 16 minggu.

d) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh cidera stres fraktur antara kelompok yang memiliki kesegaran jasmani tinggi dan

(22)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ektremitas bawah normal minus selama mengikuti latihan dasar militer 16 minggu.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teori dan praktis. Adapun manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis

a) Diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan sumbangan bahan pemikiran untuk kajian pendidikan jasmani maupun ilmu kesehatan olahraga mengenai pentingnya kebugaran jasmani dan keadaan postur tubuh bagian bawah yang baik dan cocok dalam menunjang peningkatan latihan dasar militer.

b) Diharapkan dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ilmu kesehatan olahraga dan pelatihan jasmani.

2. Secara praktis

a) Sebagai masukan kepada Pimpinan Angkatan Darat pada khususnya dan akademisi bidang jasmani pada umumnya tentang pentingnya screening antropometric sebagai persyaratan mutlak dalam memilih calon-calon prajurit wanita yang akan mengikuti pendidikan dasar militer.

b) Sebagai masukan juga kepada para pelatih jasmani dalam menerapkan latihan jasmani dan menentukan program latihan terhadap kondisi prajurit wanita yang sedang menjalani program latihan dasar militer.

E. Pembatasan Penelitian

(23)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Penelitian ini mengkaji mengenai faktor-faktor resiko pencetus terjadinya insiden stres fraktur prajurit siswa wanita (Kowad) di Pusdikkowad selama mengikuti latihan dasar militer terkait dengan tingkat kebugaran jasmani tinggi dan rendah dan postur ektermitas bawah yang normal dan normal minus yang dimiliki oleh prajurit siswa wanita .

2. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah prajurit siswa wanita yang

telah dinyatakan lulus seleksi dan mendapatkan hak untuk menjalani pendidikan dasar militer yang berjumlah 172 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sample atau sampling jenuh ini termasuk ke dalam bagian non probability sampling. Dari jumlah populasi sebanyak 172 orang yang dijadikan sampel dikelompokan menjadi dua yaitu tingkat kesegaran jasmani tinggi-rendah dan postur ektremitas bawah normal–normal minus. Teknik pengambilan sampel yang digunakan berkaitan dengan kebutuhan dalam disain penelitian ini, maka langkah–langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Seluruh sampel sebanyak 172 orang dites dan diambil data awal meliputi kebugaran jasmani dan pemeriksaan postur bagian bawah..

b. Setelah mendapatkan data kebugaran jasmani dan postur ektremitas bawah dari populasi tersebut, peneliti membuat daftar ranking antara tinggi-rendah untuk kelompok kesegaran jasmani dan normal dan normal minus untuk kelompok postur ektremitas bawah. Selanjutnya sesuai ketentuan dan kebutuhan sampel diambil pada masing-masing kelompok.

c. Kemudian penulis melakukan pemantauan dan observasi setiap 1 minggu sekali kepada sampel yang sedang menjalani latihan dasar militer selama 16 minggu.

d. Dari masing-masing kelompok jika terdapat cidera stres fraktur maka dilakukan diagnosa oleh dokter selanjutnya dilakukan pemeriksaan X Ray.

(24)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kausal komparatif (study causal comparative to retrospectively examine level of physical fitness and postural of lower extremities as predictors of stress fractures). Penelitian akan melihat sejauah mana pengaruh faktor-faktor penyebab seperti; tingkat kesegaran jasmani dan postur ektremitas bawah sebagai prediktor terjadinya cidera stres fraktur atau retak tulang serambut (hair line of fractures). Varibel-variabel dalam penelitian ini terdiri atas tiga Varibel-variabel yaitu Varibel-variabel bebas

(independent variable) adalah kesegaran jasmani, variabel terikat (dependent variable) yaitu cidera stres fraktur dan variabel moderator adalah postur ektremitas bawah yang dianggap sebagai penyebab ikutan terjadnya cidera stres frakur.

4. Lokasi penelitian adalah di PUSDIK KOWAD Jl. Raya Lembang no.145 Kp.Pasirjati Ds. Gudang KA Kec. Lembang. Kab. Bandung.

5. Instrumen penelitian yang digunakan ada empat, yaitu:

a. Pengukuran data tingkat kesegaran jasmani mengunakan indikator pengukuran tingkat kesegaran jasmani militer TNI AD (diagnostic army physical training test) dengan butir-butir tes terdiri dari: Tes lari 12 menit, Chining ups 1 menit , Modified sit ups 1 menit, Modified Push ups1 menit dan Shuttle runs jarak 3x10 meter.

b. Pengukuran antropometrik postur bagian bawah (Anthropometric Measurements The Postural of Lower Extremities) meliputi pengukuran pada struktur anatomi kaki bagian bawah meliputi; X been, O been, Cv Been, Knee trust dan Flat Foot serta Pess.

c. Stres Fraktur (Stress Fracture) hasil diagnose dokter kesehatan TNI AD yang diperkuat dengan Radioisotope-scanning / X-Ray atau Dual-Energy X-Ray Absorptiometry (DXA))

(25)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian. 1. Metode Penelitian.

Penelitian adalah salah satu cara dalam mencari suatu kebenaran melalui cara-cara ilmiah atau metode ilmiah. Metode ilmiah itu, berarti kegiatan penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan. Sugiyono (2010:2) menyatakan ciri-ciri keilmuan sebagai berikut, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengetahui dan mengamati cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Keberhasilan suatu penelitian ilmiah tidak akan lepas dari metode yang digunakan dalam penelitian tersebut. Dengan demikian penulis dituntut untuk

terampil dalam menentukan metode yang tepat sesuai dengan penelitian yang akan diteliti. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ex post facto atau kausal komparatif (study causal comparative to retrospectively examine level of physical fitness and postural of lower extremities as predictors of stress fractures).. Alasan peneliti menggunakan metode ini didasarkan pada bentuk penelitian itu sendiri yang bertujuan untuk meneliti suatu peristiwa atau suatu gejala dan kemudian melihat apa penyebab peristiwa atau gejala itu bisa muncul. Sugiyono (1999:7) mengemukakan bahwa:

(26)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sukardi (2003:174) menjelaskan tentang penelitian ex post facto bahwa „ penelitian ex post facto merupakan penelitian dimana rangkaian variable-variabel bebas telah terjadi, ketika peneliti mulai melakukan pengamatan terhadap variable

terikat”. Dengan kata lain bahwa penelitian ex post facto yaitu tidak ada control

terhadap variable dan variable dilihat sebagaimana mestinya ( Natsir 1999:73). Berkaitan dengan peryataan tersebut diatas peneliti nantinya tidak melakukan kontrol

terhadap perlakuan tersebut, tetapi dalam hal ini peneliti hanya mengambil data yang sudah ada sekaligus mengambil data mengenai pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diteliti.

Dalam kontek penelitian yang akan dilakukan ini, peneliti akan mengambil data variable bebas (tingkat kesegaran jasmani dan postur tubuh) yang sudah ada dan melakukan observasi atau pengamatan terhadap variable terikat (cidera stress fraktur). Perbedaan-perbedaan dalam variable bebas memang sudah ada dari proses rekruitmen sebelumya dan kejadian-kejadian variabel terikat karena perkembangan dari suatu kejadian selama mengikuti latihan terjadi secara alami tidak dibuat-buat. Selain itu juga, peneliti tidak melakukan kontrol terhadap perlakuan (latihan basic training selama 16 minggu) yang diberikan oleh lembaga Pusdikkowad kepada siswa prajurit wanita. Peneliti hanya berkeinginan melacak kembali, jika dimungkinkan apa sebenarnya yang menjadi factor penyebab terjadinya cidera stress fraktur selama mengikuti pendidikan latihan dasar militer selama 16 minggu. Dengan kata lain bahwa metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan suatu kegiatan dalam penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan berbagai informasi yang berasal dari data yang telah terkumpul dengan tujuan yaitu penemuan faktor-faktor penyebab dan faktor-faktor-faktor-faktor akibat dari adanya pengamatan dan pengukuran

terhadap variabel terikat sebagai efek dari variabel bebas

Dalam penelitian ini metode yang paling cocok dengan permasalahan yang

(27)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

beratkan pada penelitian komparatif yang merupakan sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat, dengan menganalisa factor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu (Nasir,1999:68).

2. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menyimpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Sudjana (1992:7) menjelaskan bahwa “desain penelitian adalah suatu rancangan percobaan (dengan tiap langkah tindakan yang betul-betul teridentifikasikan) sedemikian rupa sehingga informasi yang berhubungan atau diperlukan untuk persoalan yang sedang diselidiki dapat dikumpulkan”.

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian ex post facto kausal komparatif dengan desain penelitian basic kausal comparatif . Pengambilan disain ini berdasarkan sebuah pertimbangan berdasarkan pendapat Fraenkel and

Wallen (1993:321) yang menyatakan bahwa,” the basic causal comparative design

involves selecting two or more groups that differ on a particular variable or variables”. Untuk lebih jelasnya desain penelitian yang akan dilakukan dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut;

Kelompok (group)

Independen variable (variable bebas)

Dependen variable (variable terikat)

I

C Garjas tinggi

(-C) Garjas rendah

O Stres fraktur

O Stres fraktur

II

C1

Postur Normal C2

Postur Normal Minus

O Stres fraktur

(28)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1

The Basic Causal Comparatif Design ( Fraenkel & Wallen, 1993:321)

Pada penelitian ini sampel nantinya dibedakan kedalam dua kelompok sampel yaitu kelompok kesegaran jasmani dan kelompok postur ektremitas bawah dan keduanya masih dibagi lagi menjadi dua katagori tinggi dan rendah untuk kelompok kesegaran serta normal dan normal minus untuk kelompok postur ektremitas bawah.

Dari desain tersebut, berkaitan dengan penelitian yang dilakukan yaitu untuk menyelidiki pengaruh faktor penyebab pada kelompok yang memiliki kesegaran jasmani tinggi dan rendah serta postur ektremitas bawah normal dan normal minus sebagai prediktor terjadinya cidera stress fraktur atau retak tulang serambut (hair line of fractures) pada prajurit siswa wanita selama mengikuti latihan dasar militer (basic training) 16 minggu. Dari disain tersebut akan diketahui faktror apa yang paling dominan mempengaruhi terjadinya cidera stress fraktur tersebut serta kemungkinan adanya interaksi kedua faktor resiko terhadap terjadinya cidera stress fraktur.

Namun demikian karena dalam penelitian ini penulis ingin melihat juga ada tidaknya interaksi variabel bebas terhadap variabel terikat dan sampel penelitian akan dibagi menjadi dua kelompok tinggi/normal dan rendah/normal minus pada variabel bebasnya , maka perlu dijabarkan lebih lanjut ke disain faktorial (Factorial Desain)

2x2 . Pengambilan disain ini berdasarkan sebuah pertimbangan berdasarkan pendapat Fraenkel and Wallen (1993:321) yang menyatakan bahwa;

“ Another value of a factorial design is that it allow a researcher to study the interaction of an independent variable with one or more other variable, some time call moderator variable. Moderator variables may be either treatment variables or subject characteristic variables”.

(29)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kesegaran Jasmani

Postur

Ektremitas Bawah

Kesegaran

Jasmani Tinggi

(A1)

Kesegaran Jasmani

Rendah (A2)

Postur Ektremitas Bawah Normal

(B1)

A1B1

A2B1

Postur Ektremitas Bawah Normal minus

(B2)

A1B2

A2B2

B. Variabel Penelitian

Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga katagori utama yaitu; independent variable/variabel bebas , dependent variable /variabel terikat dan moderator variable. Berdasarkan variabel-variabel diatas maka definisi operasional dari variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

(30)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Dependent variable/variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya respon dari variabel bebas. Variabel terikat sering diistilahkan sebagai variable out put, criteria dan konsekuen. Dalam penelitian ini yang berperan sebagai variabel terikat adalah cidera stres fraktur.

3. Moderator variable atau sering disebut sebagai variabel atribut adalah variabel lain yang dianggap berpengaruh terhadap variabel bebas tetapi dianggap tidak

mempunyai pengaruh utama. Variabel atribut selalu diestimasikan sebagai petinggal dari estimasi variabel-variabel independen terhadap variabel dependen (M. Nazir,1983:150). Adapun yang bertindak sebagai variabel dalam penelitian ini adalah postur ektermitas bawah.

C. Populasi dan Sampel Penelitian .

Data dalam penelitian didapatkan dari sumber data yang terpercaya. Seluruh sumber data disebut populasi. Sutrisno Hadi (1994:220) menyatakan, “Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki. Populasi dibatasi sebagai jumlah individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama”. Sedangkan yang dimaksud sampel menurut Suharsimi Arikunto (1998:70) bahwa, “Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian (Riduwan2004:55).

1. Populasi. Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini terkait dengan pertimbangan metode dan disain yang akan digunakan adalah populasi prajurit siswa wanita BAPK (Prajurit berpangkat Bintara) yang sedang menjalani

latihan militer selama 16 minggu di Pusdikkowad Kodiklat TNI AD. Berdasarkan sifat populasi merupakan kelompok populasi homogen (seluruhnya prajurit siswa

(31)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

data yang unsurnya memiliki sifat yang sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlah secara kuantitatif. Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi sasaran dalam penelitian ini adalah prajurit siswa wanita BAPK tahun ajaran 2012/2013 yang sedang menjalani latihan dasar militer di Pusdikkowad yang secara keseluruhan berjumlah 172 orang siswa.

2. Sampel. Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti memerlukan subyek yang akan diteliti, subyek tersebut berupa populasi dan sampel. Populasi merupakan keseluruhan subyek dalam penelitian sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel menggunakan “non probability sampling”. Mengenai hal ini, Sugiyono (2008:84) menjelaskan bahwa: “non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel”. Adapun penentuan pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (total sampling). Menurut H.Wasito (1995;52) alasan dalam memilih pengambilan sampling jenuh karena pertimbangan sebagai berikut;

a. Ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil

b. Tingkat ketepatan (presisi) yang dikehendaki dalam penelitian. Makin tinggi

tingkat ketepatan maka makin besar anggota sampel yang harus diambil . Semakin besar sampel akan semakin kecil penyimpangan terhadap nilai populasi yang didapat.

c. Dikaitkan dengan rencana kebutuhan untuk analisis, sehingga mungkin

(32)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Berdasarkan pertimbangan khusus bahwa variable Control (cidera stress

fraktur) tidak dapat dikenai perlakuan untuk mendapatkan data yang lebih representative.

Berdasarkan penjelasan dan pertimbangan tersebut, maka penulis menentukan sampel dengan cara semua populasi dijadikan sampel. Dari 172 orang yang tidak

memenuhi syarat untuk dijadikan sampel adalah 10 orang .Jadi jumlah sampel dari keseluruhan populasi adalah 172-10 = 162 orang.

D. Definisi Operasional

1. Stres fraktur menurut difinisi Gale Encyclopedia of Medicine dinyatakan “ Stress fracture is a hairline fracture (narrow crack along the surface of a bone) that is caused by repeated stress to the bone, such as from jogging, rather than from a

single heavy blow”. Stres fraktur adalah sebuah retak menyerupai garis rambut (garis

retak yang sempit sepanjang permukaan tulang) yang disebabkan oleh tekanan berulang-ulang ke tulang, seperti akibat dari joging, tetapi bukan dari pukulan berat tunggal. (Copyright 2008 The Gale Group, Inc. All rights reserved).

2. Tingkat kesegran jasmani (Level of Physical Fitness). Kesegaran jasmani adalah sebagai kapasitas untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang tidak berarti/semestinya. Kebugaran fisik didifinisikan sebagai kemampuan/kapasitas untuk melaksanakan kerja sehari-hari dan rekreasi secara efisien dan efektif tanpa mengalami kelelahan yang berarti/semestinya dan kemampuan untuk menjadi sehat untuk melawan penyakit hypokinetik (hypokinetic

(33)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Postur Ektermitas Bawah (Postural of the lower extremities). The lower extremity refers to the part of the body from the hip to the toes. The lower extremity includes the hip, knee, and ankle joints, and the bones of the thigh, leg, and foot. Postur tubuh bagian bawah adalah bagian tubuh bawah mulai dari dari pinggul sampai ke jari kaki termasuk pinggul, lutut, dan sendi pergelangan kaki, dan tulang-tulang paha, kaki, dan jari kaki.

( http://orthopedics.about.com/od/anatomy/g/lowerextremity.htm).

4. Kowad (Women Army) adalah Prajurit Wanita Indonesia (Komando Wanita Angkatan Darat- KOWAD) yang merupakan bagian dari prajurit TNI AD yang berada dalam korp tentara wanita. Motto kowad bukan mawar penghias taman tetapi melati pagar bangsa yang mempunyai makna bahwa kowad tidak berfungsi sebagai penghias lingkungan kerja tetapi merupakan prajurit wanita yang berkepribadian, berbudi pekerti luhur, bersih hati, jujur, mempunyai sikap kemandirian yang tinggi, bertanggung jawab dan menjunjung tinggi kodrat kewanitaannya serta penuh pengabdian terhadap negara, nusa dan bangsa indonesia.

5. Pusdik Kowad (Instalasi Latihan Militer Wanita) adalah sebuah lembaga pendidikan bagi tentara wanita dibawah naungan Kodiklat TNI AD yang mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pendidikan dan latihan bagi prajurit wanita TNI AD.

E. Instrumen Penelitian

Teknik pengumpuan data adalah suatu prosedur yang sistematik dan standart untuk memperoleh data yang diperlukan (Mohammad Nazir, 1988: 211). Oleh karena itu, kualitas data sangat ditentukan oleh alat pengumpulan data atau alat ukurnya, sehingga data yang diperlukan benar-benar valid dan reliabel. Instrumen penelitian

(34)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti. Mengenai instrumen ini, Arikunto (1997:138) menerangkan sebagai berikut:

“..Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data

sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi juga adalah mengadakan pengukuran “ .

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan instrumen standart militer (sesuai Bujuk Min tentang Gar Jas yang disahkan dengan peraturan Kepala Staf Angkatan Darat nomor Perkasad / 64 / XI / 2008 tanggal 14 November 2008 ) yang dalam pelaksanaannya secara teknik diatur dalam Buku Petunjuk Teknik tentang Tes Kesamaptaan Jasmani Prajurit dan calon prajurit (2005: 6) yang tertuang dalam ketentuan umum, bahwa ;

1. Tujuan. Pelaksanaan tes kesamaptaan jasmani bertujuan :

a. Untuk mengetahui tingkat kesamaptaan jasmani calon prajurit dan prajurit.

b. Untuk menentukan tingkat kesegaran jasmani yang harus dimiliki prajurit TNI AD agar mampu menerima beban latihan jasmani dan sebagai pedoman dalam pembinaan serta penugasan prajurit.

2. Sasaran. Sasaran tes kesamaptaan jasmani :

a. Mendapatkan data kesamaptaan jasmani calon prajurit dan prajurit untuk seleksi pendidikan.

b. Terdukungnya pelaksanaan tes kesegaran jasmani periodik di satuan jajaran TNI AD.

3. Sifat. Sifat Tes Kesamaptaan Jasmani.

a. Tes kesamaptaan jasmani dilakukan secara utuh dan berkesinambungan yang terdiri dari postur tubuh, kesegaran jasmani dan

(35)

A.Fisviyanto,2013

Pengaruh Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Postur Ektremitas Bawah Terhadap Cidera Stres Fraktur Prajurit Siswa Wanita Selama Menjalani Program Latihan Dasar Militer 16 Minggu Di Pusdik Kowad Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Tes kesamaptaan jasmani dilaksanakan secara transparan dengan menggunakan metode pengamatan, pemeriksaan dan pengukuran.

4. Peranan. Seseorang dapat melaksanakan tugas secara efektif dan efisien bila ia memiliki postur tubuh yang baik, kesegaran yang tinggi serta ketangkasan gerak yang memadai.

Berdasarkan ketentuan tersebut diatas maka variabel-variabel yang akan

diteliti sebagai dasar untuk memperoleh data penelitian secara valid meliputi pengukuran performan tes dan pengukuran antropometrik postur tubuh. Parameter yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ;

1. Pengukuran data tingkat kesegaran jasmani (Physical Fitness Assessment) untuk wanita mengunakan indikator pengukuran tingkat kesegaran jasmani militer (diagnostic army physical training test ) meliputi;

a. Kesegaran jasmani “A” lari 12 menit.

b. Kesegaran jasmani B. ( masing-masing selama 1 menit) 1) Chinning.

2) Modifikasi Sit ups. 3) Modifikasi Push ups. 4) Shuttle run.

2. Pengukuran antropometrik postur tubuh bagian bawah (A

Gambar

Tabel nilai Indeks, tinggi dan berat badan.
Gambar 3.2
Gambar 3.3 Gerakan Modifikasi Sit ups
Gambar 3.4
+4

Referensi

Dokumen terkait

bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 9 Peraturan Bupati Banjarnegara Nomr 43 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Pada hari ini Selasa tanggal Satu bulan Oktober tahun Dua ribu tiga belas, dimulai pukul 10.01 WIB dan berakhir pukul 12.00 WIB melalui situs www.lpse.pelalawankab.go.id telah

Pukul 14.30 Wiib, Selaku Panitia Pengadaan Jasa Konsultansi berdasarkan SK Nomor : 879/KPTS/ULP/2012, tanggal 10 Desember 2012 melakukan pembukaan penawaran File II

Sementara itu, untuk kriteria non-teknis yang paling berpengaruh untuk menilai kelayakan suatu jalan ditempati oleh kriteria kenyamanan permukaan dan jangka waktu

Saat ini Madrasah Aliyah Al-Azhaar Ummu Suwanah memiliki jaringan komputer berupa Wireless Local Area Network (WLAN) yang menggunakan koneksi internet dari modem

Berkaitan dengan pengertian kebijakan tersebut, Carl Friedrich dalam Winarno (2002:16) memberikan pengertiannya sebagai berikut : Kebijakan sebagai suatu arah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik4. Indonesia Tahun

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kesulitan mahasiswa dalam belajar kalkulus pada materi pertidaksamaan dan fungsi limit, materi pertidaksamaan dan fungsi