• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STATUS MUTU AIR PARIT NENAS (KAWASAN WISATA KOTA PONTIANAK) Analysis of Water Quality Status of Nenas River (Pontianak City Tourism Area)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS STATUS MUTU AIR PARIT NENAS (KAWASAN WISATA KOTA PONTIANAK) Analysis of Water Quality Status of Nenas River (Pontianak City Tourism Area)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STATUS MUTU AIR PARIT NENAS (KAWASAN WISATA KOTA PONTIANAK)

Analysis of Water Quality Status of Nenas River (Pontianak City Tourism Area)

Laili Fitria1, Suci Pramadita2, dan Nia Rahmawati3

1Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak, Indonesia

2Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak, Indonesia

3Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak, Indonesia Email : [email protected]

Kontributor Penulis ABSTRACT

Parit Nenas was declared by the Pontianak City government as a water tourism area. It is necessary to determine the status of water quality to determine the level of pollution in the Parit Nenas. The sampling method used is grab sampling with reference to SNI 06-2412-1991, while the method of calculating the quality status used refers to KEPMENLH No. 115 of 2013. Based on the calculation results, it is known that the level of pollution of the Parit Nenas is heavily polluted, so that the Parit Nenas is not suitable for use as a water recreation facility, nor is it suitable for use by the community for daily needs.

Keywords: Water Quality Status , Tourism Area, Pontianak City

1,2Kontributor Utama

3Kontributor Anggota

ABSTRAK

Parit Nenas dicanangkan oleh Pemerintah Kota Pontianak sebagai Kawasan wisata air. Diperlukan penentuan status mutu air untuk mengetahui tingkat pencemaran yang terjadi di Parit Nenas. Metode pengmbilan sampel yang digunakan adalah grab sampling dengan mengacu pada SNI 06-2412-1991, sedangkan metode perhitungan status mutu yang digunakan mengacu pada KEPMENLH No. 115 tahun 2013. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui tingkat pencemaran Parit Nenas adalah tercemar berat, sehingga Parit Nenas belum layak digunakan sebagai sarana rekreasi air, juga belum layak digunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari.

Kata Kunci : Status Mutu Air, Kawasan Wisata, Kota Pontianak

1. PENDAHULUAN .

Dari Keputusan Walikota Pontianak Nomor 398/D-CKTRP/Tahun 2015, diketahui bahwa Kelurahan Siantan Hulu, tepatnya di kawasan Parit Nenas ditetapkan sebagai lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kota Pontianak, dengan tingkat kekumuhan berat. Penetapan ini dijadikan sebagai dasar penyusunan Rencana Aksi Peningkatan Kualitas Perumahan dan Pemukiman Kumuh di Kota Pontianak. (Walikota Pontianak, 2015). Di Parit Nenas, pencemaran yang terjadi juga karena limbah restoran (Pokja Sanitasi Kota Pontianak, 2010). Berbagai upaya terus dilakukan oleh Pemerintah Kota Pontianak, antara lain penataan tepian air sungai, memperbaiki jalan insfeksi, juga akan dibuat taman lingkungan. Beberapa bangunan warga yang berada di atas parit Nenas juga harus ditata dan direlokasi (Syahroni, 2016). Parit Nenas menjadi prioritas penanganan kawasan kumuh untuk Kecamatan Pontianak Utara. Revitalisasi yang dilakukan oleh pemerintah Kota Pontianak adalah menjadikan Parit Nenas sebagai kawasan wisata air.

Dari Buku Sanitasi Kota Pontianak Tahun 2010, juga diketahui bahwa banyak industri yang mempengaruhi Kota Pontianak, terutama berpotensi menghasilkan limbah, baik padat, cair dan gas sehingga menimbulkan pencemaran yang membawa dampak terhadap penurunan daya dukung lingkungan apabila tidak dilakukan tindakan pencegahan dan pengelolaan lingkungan hidup. Apabila pembuangan limbah terjadi terus menerus, maka zat pencemar tersebut akan berakumulasi dan menyebabkan penurunan kualitas air. Kualitas air yang buruk akan mengakibatkan berbagai permasalahan lingkungan maupun kesehatan pada manusia, apabila penggunaan air tersebut tanpa pengelolaan. Kualitas suatu perairan dapat dilihat dari kandungan pencemaran yang ada dalam perairan tersebut baik dari aspek fisika, kimia ataupun biologi. Status mutu air

(2)

adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan (Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia, 2003).

Gambar 1. Wisata air di Parit Nenas (Zulham, 2016)

Penentuan status mutu air dalam penelitian ini merupakan suatu upaya untuk mengetahui tingkat pencemaran yang ada di Parit Nenas. Baku mutu kelas air yang digunakan adalah baku mutu kelas II (dua), berdasarkan PP RI No. 82 tahun 2001, mutu air kelas II diperuntukkan sebagai rekreasi air dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama (Pemerintah Republik Indonesia, 2001).

Status mutu air di Parit Nenas dapat diketahui melalui pemantauan kualitas air, yaitu dengan melakukan pengujian kualitas air di laboratorium, kemudian melakukan perhitungan status mutu. Dalam penelitian ini, dilakukan perhitungan dengan metode yang telah ditetapkan oleh KEPMENLH No. 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Penelitian ini menggunakan metode STORET dalam menghitung status mutu air Parit Nenas. Tujuan dari penelitian ini yakni menentukan status mutu air Parit Nenas menggunakan STORET berdasarkan KEPMENLH No. 115 tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.

2. METODE

Pengambilan sample air dilakukan di kawasan Parit Nenas, Kelurahan Siantan Hulu, Kecamatan Pontianak Utara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Lokasi sampling dibagi menjadi 3 segmen, yaitu bagian hulu (Titik 1) yang terletak di Jl. 28 Oktober, Gg. Bentasan 1, bagian tengah (Titik 2) yang terletak di Jl. Hidayah dan bagian hilir (Titik 3) yang terletak di Jl. Selat Panjang.

Gambar 2. Peta lokasi pengambilan sample kualitas air

(3)

Pengambilan sampel air dilakukan pada tanggal 17 Mei 2017 saat pasang maksimum (berdasarkan data BMKG Maritim Pontianak). Metode pengambilan sampel air permukaan merujuk pada SNI 06-2412-1991 tahun 1991 tentang Metode Pengambilan Contoh Kualitas Air. Metode sampling yang digunakan adalah metode grab sampling (sampel sesaat). Pengujian sampel air untuk uji parameter fisika, kimia dan biologi dilakukan di Laboratorium PT SUCOFINDO Kabupaten Kubu Raya.

Alat yang digunakan untuk survei dan pengambilan sampel air, yaitu pH meter, termometer, botol sampel, ember plastik, alat tulis, kertas label, meteran, cool box, plastik wrap dan tisu. Adapun alat yang digunakan dalam pengujian sampel air di laboratorium adalah spektrofotometer, botol winkler, gelas ukur, erlenmeyer, pipet ukur, pipet volume, labu ukur, gelas piala, buret, desikator, oven, tanur, cawan penguap, hot plate, neraca analitik, penjepit cawan, kertas saring berpori 2,0 m, pH meter dan elektroda.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air Parit Nenas serta bahan-bahan kimia untuk pengujian kualitas air di laboratorium (disesuaikan dengan beberapa parameter berdasarkan SNI). Bahan kimia tersebut yaitu natrium iodida (NaI), amilum/kanji (C6H10O5)n, asam salisilat (C7H6O3), natrium azida (NaN3), asam sulfat (H2SO4) pekat, sodium thiosulfat (Na2S2O3.5H2O), dan kalium dikromat (K2Cr2O7). Parameter uji kualitas air yang digunakan untuk mementukan kualitas Parit Nenas adalah parameter fisika, kimia dan biologi. Penjelasan mengenai parameter uji dan alat/metode pengujian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter Uji Kualitas Air Parit Nenas

No. Parameter Satuan Alat/Metode Keterangan

Fisika

1. Temperatur oC Termometer Pengukuran Lapangan

2. TSS mg/L Gravimetrik Analisis Laboratorium

3. TDS Mg/L Gravimetrik Analisis Laboratorium

Kimia Anorganik

4. pH - pH meter Pengukuran Lapangan

5. DO mg/L Potensiometric Analisis Laboratorium

6. BOD mg/L Winkler-Azide Analisis Laboratorium

7. COD mg/L Closed Reflux Analisis Laboratorium

8. Besi (Fe) mg/L AAS Analisis Laboratorium

9. Fosfat (P) mg/L Spectrofotometric Analisis Laboratorium

10. Nitrat mg/L Spectrofotometric Analisis Laboratorium

11. Nitrit mg/L Spectrofotometric Analisis Laboratorium

Biologi

12. Total Coliform n/100 mL MPN Analisis Laboratorium

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Suatu perairan dikatakan terjadi penurunan kualitas apabila perairan tersebut tidak dapat digunakan sesuai status mutu air secara normal. Kualitas air secara umum dapat ditentukan dengan memperhatikan beberapa aspek, yaitu fisika, kimia dan biologi (Ali, Soemarno, & Purnomo, 2013).

Pada penelitian ini parameter yang diuji meliputi temperatur, TSS, TDS, pH, DO, BOD, COD, fosfat, besi, nitrat dan nitrit serta total coliform. Baku mutu yang digunakan adalah baku mutu kelas II PP RI No. 82 Tahun 2001.

Diketahui bahwa parameter TSS, pH, DO, COD, BOD, dan Fosfat tidak memenuhi baku mutu kelas II.

Parameter TSS berhubungan erat dengan aliran air yang membawa bahan-bahan yang tersuspensi mengikuti aliran air. Hasil pengukuran juga menunjukkan bahwa nilai pH air Parit Nenas berdasarkan PP RI No 82 Tahun 2001 tidak memenuhi baku mutu kelas II, karena berada di bawah rentang 6–9 dan cenderung bersifat asam.

Parameter pH air Parit Nenas yang rendah dapat disebabkan oleh jenis tanah di lokasi pengambilan sampel yang berupa tanah gambut. Nilai pH air yang tidak tercemar biasanya mendekati netral (pH 7) dan memenuhi hampir seluruh kehidupan organisme air (Syofyan & Nasution, 2011).

(4)

Tabel 2. Rekapitulasi Kualitas Air Parit Nanas

No. Parameter Titik 1 (hulu) Titik 2 (tengah) Titik 3 (hilir) Baku Mutu Kelas II (PP RI No. 82 Tahun 2001)

1. Temperatur (oC) 28 28 29 deviasi 3

2. TSS (mg/L) 54 36 30 50

3. TDS (mg/L) 170 138 484 1000

4. pH 4,5 3,9 5,6 6 - 9

5. DO (mg/L) 3,69 5,24 3,53 4

6. BOD (mg/L) 9,49 11,37 9,4 3

7. COD (mg/L) 33,44 47,33 39,44 25

8. Fosfat (mg/L) 0,6376 0,5362 0,4127 0,2

9. Besi (mg/L) 0,7486 1,5305 0,9828 -

10. Nitrat (mg/L) 2,8311 2,9464 3,8321 10

11. Nitrit (mg/L) < 0,020 < 0,020 < 0,020 0,06

12. Total Coliform

(MPN/100 mL) 94 63 84 5000

Nilai parameter DO juga berada di bawah baku mutu kelas II. Suatu perairan yang baik atau mempunyai tingkat pencemaran yang rendah adalah perairan yang mempunyai kadar oksigen terlarut dalam air diatas 5 mg/L (Salmin, 2005). Kadar oksigen terlarut yang ada pada Parit Nenas berada di bawah 5 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa kadar pencemaran (khususnya buangan organik) di Parit Nenas cukup tinggi sehingga menyebabkan rendahnya kadar oksigen terlarut.

Menurut PP RI No. 82 Tahun 2001, baku mutu kelas II untuk kadar BOD pada perairan adalah 3 mg/L.

Sehingga nilai BOD Parit Nenas melebihi baku mutu air kelas II. Tingginya kadar BOD di Parit Nenas disebabkan oleh buangan limbah domestik yang dihasilkan oleh perumahan penduduk. Hal ini dapat dilihat dari jumlah perumahan penduduk yang semakin meningkat dari hulu hingga ke hilir. Limbah organik tersebut dapat berupa limbah cair yang dihasilkan dari aktivitas MCK (mandi, cuci, kakus) ataupun limbah padat yang dihasilkan dari sisa-sisa makanan. Selain itu, faktor lain yang dapat menyebabkan kadar BOD yang tinggi adalah banyaknya sedimen-sedimen di perairan (Fardiaz dalam Syafitri, 2017). Sementara itu, nilai COD juga melebihi baku mutu. Hal ini dapat disebabkan oleh pembuangan limbah oleh masyarakat setempat, baik dari aktivitas domestik maupun non domestik.

Mengenai parameter fosfat yang melebihi baku mutu, dapat disebabkan oleh penggunaan pupuk di lahan pertanian maupun akibat pembuangan limbah cair domestik berupa derivasi detergen ataupun buangan manusia (Yudo, 2010). Sehingga kadar fosfat yang melebihi baku mutu tersebut dapat disebabkan oleh sisa- sisa pupuk yang berada di permukaan tanah dan terkikis oleh aliran air hujan yang berasal dari lahan pertanian di titik 1 (hulu). Selain itu penyebab lainnya adalah pembuangan limbah cair domestik atau aktivitas MCK yang dilakukan warga. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas penduduk di sepanjang Parit Nenas seperti MCK dan pertanian masih sangat besar dan menjadi penyumbang bagi lepasnya kandungan fosfat ke perairan.

Menurut KEPMENLH No. 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air menyebutkan bahwa status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan membandingkan baku mutu air yang ditetapkan. Penentuan status mutu air pada penelitian ini menggunakan metode STORET. Berdasarkan evaluasi nilai Indeks Pencemaran yang terlampir pada KEPMENLH No. 115 Tahun 2003, maka diketahui bahwa status mutu Parit Nenas pada tahun 2017 adalah cemar berat dan belum memenuhi baku mutu.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa parameter yang telah melebihi baku mutu adalah TSS, pH, DO, BOD, COD, dan fosfat. Nilai STORET di Parit Nenas menunjukkan bahwa status mutu Parit Nenas adalah cemar berat, sehingga Parit Nenas tidak memenuhi baku mutu dan belum bisa digunakan sebagai sarana rekreasi air ataupun digunakan oleh masyarakat untuk kegiatan sehari-hari (sebagai air bersih).

(5)

Mengenai saran, diketahui bahwa pengambilan sampel air pada penelitian ini menggunakan metode grab sampling atau sampel sesaat, sehingga hasil analisis data hanya menyatakan kualitas sesaat, yakni pada saat pengambilan sample. Sehingga perlu dilakukan pengambilan sampel secara berkala dalam kurun waktu tertentu untuk mengetahui kualitas dan status mutu Parit Nenas secara lebih mendalam. Selain itu juga perlu dilakukan sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat setempat mengenai pentingnya pengendalian pencemaran air sehingga pencemaran air di Parit Nenas dapat diminimalisir dan kualitas air Parit Nenas dapat membaik. Sebaiknya juga dibuat pengolahan limbah domestik oleh masyarakat setempat untuk memperbaiki kualitas mutu air Parit Nenas agar bisa sesuai dengan peruntukannya (baku mutu kelas 2).

5. UCAPAN TERIMAKASIH

Kami ucapkan terima kasih kepada warga Parit Nenas Kelurahan Siantan Hulu Kota Pontianak, Komunitas Sungai Putat (KSP), juga semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini.

6. DAFTAR PUSTAKA

Ali, A., Soemarno, & Purnomo, M. (2013). Kajian Kualitas Air dan Status Mutu Air Sungai Metro Di Kecamatan Sukun Kota Malang. Jurnal Bumi Lestari, 13(2), 265–274.

Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia. (2003). Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.

Pemerintah Republik Indonesia. (2001). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air.

Pokja Sanitasi Kota Pontianak. (2010). Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak.

Salmin. (2005). Oksigen terlarut (DO) Dan kebutuhan oksigen biologi (BOD) sebagai salah satu indikator untuk menentukan kualitas perairan. Oseana, 30(3), 21–26. Retrieved from http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxx(3)21-26.pdf

Syafitri, L. (2017). Insidensi Penyakit Diare Berdasarkan Kepadatan Bakteri Coliform Di Sungai Jawi, Kota Pontianak.

Syahroni. (2016). Anggaran Menata Parit Nanas Capai Rp 1,4 Miliar. Retrieved from https://pontianak.tribunnews.com/2016/12/23/anggaran-menata-parit-nanas-capai-rp-14-miliar

Syofyan, I., & Nasution, P. (2011). Studi Kualitas Air Untuk Kesehatan Ikan Dalam Budidaya Perikanan Pada Aliran Sungai Kampar Kiri. Jurnal Perikanan Dan Kelautan, 161(April), 64–70.

Walikota Pontianak. (2015). Keputusan Walikota Pontianak Nomor 398/D-CKTRP/Tahun 2015 tentang Penetapan Lokasi Perumahan dan Permukiman Kumuh di Kota Pontianak Tahun 2015.

Yudo, S. (2010). KONDISI KUALITAS AIR SUNGAI CILIWUNG DI WILAYAH DKI JAKARTA DITINJAU DARI PARAMATER ORGANIK, AMONIAK, FOSFAT, DETERJEN DAN BAKTERI COLI. Jurnal Air Indonesia, 6(1), 34–

42. Retrieved from http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/view/2452/2063

Zulham, R. (2016). Kenalkan Parit Nenas sebagai Wisata Air, Pemkot Gelar Lomba Kano. Retrieved from https://pontianak.tribunnews.com/2016/08/27/kenalkan-parit-nenas-sebagai-wisata-air-pemkot-gelar- lomba-kano

TANYA JAWAB :

a. Pengambilan contoh di 3 titik: hulu, tengah, hilir: Apakah sudah diidentifikasi apa saja sumber pencemar dari hulu ke hilir?

Jawaban:

Sumber pencemar di hulu ada kebun kelapa sawit. Cenderung fosfat tinggi karena penggunaan pupuk yang tinggi sehingga tumbuh gulma. Kebanyakan sumber pencemar lainnya berasal dari limbah domestic sehingga kadar BOD, COD, dan fosfat tinggi

b. Ibu Dinna: Apakah parameter yang dijadikan kunci perhitungan sebagai penentuan status mutu air?

Jawaban:

Semua parameter sesuai Peraturan, ditambah dengan parameter Besi.

c. Andri andri: Apakah penyebab utama pencemaran?

Jawaban:

Penyebab utama pencemaran adalah limbah domestik

(6)

d. Ibu Dinna: Apakah ada action plannya untuk meningkatakan status mutu dari cemar berat ke cemar ringan?

Jawaban :

Sejauh ini ada. Baru berupa perbaikan penampang sungainya. Dicanangkan sebagai kawasan wisata supaya terjadi peningkatan kesadaran masyarakat. Sehingga diharapkan Masyarakat sekitar juga sama2 menjaga Paritnya.

Gambar

Gambar 2. Peta lokasi pengambilan sample kualitas air
Tabel 1. Parameter Uji Kualitas Air Parit Nenas
Tabel 2. Rekapitulasi Kualitas Air Parit Nanas

Referensi

Dokumen terkait