PROJECT COMMISSIONING PADA INDUSTRIAL ICE BLOCK MAKER TRAINER DI LABORATORIUM TATA UDARA
Haryanto1, Alifil1
1Teknik Pendingin Dan Tata Udara, Politeknik Sekayu, Sekayu 30711, Indonesia E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Project Commissioning pada industrial Ice Block Maker Trainer berperan penting agar mesin Ice Block Maker Trainer masih sesuai dengan desain perancangan, tujuan penelitian ini adalah mengetahui tahapan commissioning, untuk menguji mengatur dan menyeimbangkan Ice Block Maker Trainer sesuai dengan data pada modul, mengetahui sistem perpipaan air pada mesin Ice Block Maker Trainer agar tidak terjadi kebocoran, Pada Ice Block Maker Trainer yang mempunyai refrigeran sekunder berupa Sodium Chloride (NaCl) dengan titik beku -20°C, jenis refrigeran yang digunakan untuk Ice Block Maker Trainer, yaitu R404. Commissioning dimulai dari pemeriksaan pada saat mesin kondisi mati, melakukan pemeriksaan dan pre-operation pada mesin ice block maker trainer, pengujian dari kinerja mesin, pengambilan data, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan prosedur keamanan dan intruksi penggunaan alat dengan menggunakan metode form. pemeriksaan alat mesin ice block maker trainer.
Dengan adanya proses commissioning diharapkan agar mesin ice block maker trainer bekerja sesuai dengan perancangan dan tidak mengalami kegagalan terhadap tujuan perancangan.
Kata kunci: Project Commissioning
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di zaman modern ini, maka manusia berusaha untuk menciptakan atau membuat suatu peralatan yang lebih efisien dan praktis yang dapat membantu bahkan menggantikan tenaga manusia dengan alat bantu yaitu berupa mesin atau trainer.
Salah satu teknologi pendinginan dan pengawetan yang sering diterapkan manusia dalam usaha memperpanjang masa simpan suatu produk adalah sistem refrigerasi.
Menurut Miller, R. (2006), Refrigerasi adalah ilmu yang mempelajari tentang siklus pendinginan, yang dimana terjadi perpindahan kalor secara terus- menerus dari tempat yang dikondisikan ke tempat
yang tidak dikondisikan (inside to outside) sehingga mencapai suhu yang diinginkan, dengan kata lain dapat diartikan sebagai proses pelepasan kalor dari suatu benda didalam ruangan dengan tujuan sebagai penyimpanan ataupun pengawetan suatu bahan makanan.
Sebagai contoh trainer refrigerasi untuk pendinginan ice block maker trainer di Politeknik Sekayu. Trainer ini merupakan trainer yang lumayan lama di Politeknik Sekayu. Trainer ini berfungsi alat peraga untuk membuat balok es dalam jumlah yang banyak. Namun akhir-akhir trainer ini sering kali mengalami kendala pada saat proses running, dan juga proses pendinginan yang cukup lama dan efisien. Setelah dilakukan troubleshooting banyak sekali komponen yang harus diperbaiki mulai dari
komponen kelistrikan yaitu MCB-nya sering turun dan steker yang terbakar, refrigeran yang kurang serta korosi pada komponen sistem air yang mengalami kerusakan dibagian brine tank nya. Sehingga untuk memastikan suatu trainer berfungsi dengan baik dan efektif, diperlukan commissioning untuk tolak ukur membuktikan trainer masih sesuai dengan spesifikasi alat atau jadi lebih setelah dilakukan troubleshooting.
Menurut G, Boyle (2004), Commissioning meliputi pemeriksaan, pengujian, dan penyesuaian komponen terhadap Mesin yang akan di commissioningkan
Jadi dalam Project Commissioning pada Industrial Ice Block Maker Trainer meliputi pemeriksaan, pengujian, dan penyesuaian untuk pengecekan di mulai dari pemeriksaan komponen-komponen utama, komponen tambahan, komponen kelistrikan, dan komponen tambahan. Kemudian melakukan pengujian dan melakukan pengambilan data.serta dilakukan penyesuaian alat, apabila terjadi perbedaan dengan spesifikasi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian “Project Commissioning Pada Industrial Ice Block Maker Trainer di laboratorium tata udara” yaitu :
1. Untuk mengetahui tahapan-tahapan yang dilalui pada Project Commissioning Pada Industrial Ice Block Maker Trainer.
2. Untuk mengetahui apakah kinerja dari Industrial Ice Block Maker Trainer masih sesuai dengan spesifikasi alat atau jadi lebih baik setelah dilakukan troubleshooting.
2. Tinjauan Pustaka Dan Landasan Teori 2.1 Industrial Ice Block Maker Trainer
Industrial Ice Block Maker Trainer merupakan alat trainer untuk pembelajaran ilmu refrigerasi terapan pada industri es balok, dimana trainer memproduksi es balok dengan jumlah yang banyak untuk berbagai kebutuhan.
2.1.1 Sistem kerja Industrial ice block maker trainer Adapun sistem kerja Industrial ice block maker trainer sebagai berikut :
1. Refrigeran meninggalkan evaporator.
Refrigeran dikompresi sampai tekanan dan temperatur menjadi tinggi (Super heated) dengan kompresor.
2. Lalu, refrigeran yang melewati kondensor dan akan akan mengembun karena terjadi perpindahan kalor ke lingkungan sehingga fasanya berubah menjadi cair.
3. Kemudian, terjadi penurunan tekanan pada katup ekspansi yang berbentuk TXV yang berfungsi mengatur laju aliran refrigeran dan menurunkan tekanan.
4. Kemudian, refrigeran melewati evaporator, terjadi perpindahan panas antara refrigeran primer dengan refrigeran sekunder, sehingga refrigeran menguap berubah menjadi gas bertekanan rendah. Dan refrigeran sekunder yang sudah terjadi perpindahan panas, menuju brine tank untuk menyerap kalor di ice can.
2.1.2 Komponen Sistem Refrigerasi 1. Kompresor
Menurut Whitman, Bill. (2009), Kompresor adalah jantung dari sistem refrigerasi.
Gunanya untuk menghisap gas tekanan
rendah dan suhu terendah dari evaporator dan kemudian menekan atau memampatkan gas tersebut, sehingga menjadi gas dengan tekanan dan suhu tinggi, lalu dialirkan ke kondensor.
Gambar 1. Kompresor
2. Kondensor
Menurut Whitman, Bill. (2009) Kondensor adalah suatu alat penukar kalor yang sama dengan evaporator, cara kerjanya dengan melepas kalor yang diserap evaporator.
Bahan pendingin dari kompresor dengan suhu dan tekanan tinggi, panasnya keluar melalui permukaan rusuk-rusuk kondensor ke udara. Sebagai akibat dari kehilangan panas, bahan pendingin gas mula-mula didinginkan menjadi gas jenuh, kemudian mengembun berubah menjadi cair.
Gambar 2. Kondensor
3. Filter Drier
Menurut Whitman, Bill, (2009), Komponen ini berfungsi menyaring kotoran dan
menghilangkan uap air yang kemungkinan masih tertinggal pada sistem refrigerasi.
Filter dryer dipasang pada liquid line, yakni saluran yang menghubungkan antara keluaran kondensor dengan alat ekspansi.
Gambar 3. Filter Dryer
4. Thermostatic Expansion Valve (TXV)
Menurut Stoecker (1982, hal : 256) pada gambar 2.5 Thermostatic Expansion Valve adalah salah satu alat ekspansi yan paling populer untuk sistem refrigerasi berukuran sedang.katup ekspansi berfungsi mengatur laju aliran refrigeran cair yang besarnya sebanding dengan laju penguapan didalam evaporator.
Gambar 4. TXV
5. Evaporator
Evaporator merupakan bagian dari sistem pendingin di mana refrigeran menguap untuk menyerap panas dari secondary refrigerant (campuran air asin). Menurut Whitman, Bill.
(2009, hal : 402) Sebuah evaporator dalam sistem refrigerasi yang responsive untuk
penyerapan kalor ke sistem biasa menjadi dingin. Proses penyerapan panas ini dilakukan dengan mempertahankan koil evaporator pada suhu yang lebih rendah dari pada medium yang akan didinginkan.
6. Akumulator
Akumulator digunakan untuk menyimpan persentase dari total biaya sistem dan untuk mencegah kelebihan oli atau pelumas di refrigeran pada kompresor.
Gambar 5. Accumulator
7. Dual Pressure Control
Gambar 6. Dual Pressure Control (Sumber: Labtech. 2012)
Dual Pressure Control dikombinasikan kontrol dengan tekanan rendah dan kontrol tekanan tinggi dalam satu paket.
8. Receiver.
Receiver digunakan untuk memisahkan gas dan menyimpan refrigeran cair dari kondensor.
Gambar 7. Liquid Receiver
9. Solenoid Valve
Solenoid valve akan aktif dan membuka sistem ketika sistem sedang berjalan, dikendalikannya oleh Mikrokontroler.
Gambar 8. Solenoid Valve 10. Oil Separator
Oil Separator digunakan untuk menghilangkan minyak dari refrigeran gas dan minyak kembali ke reservoir kompresor.
2.1.3 Komponen Sistem Air 1. Pompa Air
Pompa air digunakan untuk sirkulasi secondary refrigerant (air asin) selama proses pembuatan es.
2. Brine Tank
Brine Tank digunakan sebagai ruang untuk membuat es balok.
3. Cetakan Es
Cetakan es digunakan untuk mencetak es menjadi es balok. Cetakan tersebut terbuat dari Stainless Steel.
4. Katup Manual (MV2 dan MV3)
Katup Manual digunakan untuk mengeringkan Tangki Brine dan mengganti air di evaporator.
2.1.4 Instrumen dan Control Panel
Gambar 9. Instrument dan Control Panel (Sumber: Labtech. 2012)
Instrumen dan Control Panel terdapat pada sistem kontrol listrik. Ada beberapa komponen yang terpasang di panel ini, yang terdiri dari:
1. Tombol kontrol Sirkuit terdiri dari:
a. Tombol Start digunakan untuk mengaktifkan sistem
b. Stop Button digunakan untuk menghidupkan OFF sistem
c. Tomblo Emergency (darurat) digunakan untuk memberhentikan sistem dengan segera dengan menekan saklar
2. Indikator tombol Lampu terdiri dari:
a. Indikator Power digunakan untuk menunjukkan saluran listrik yang masuk b. Indikator Run digunakan untuk
menunjukkan sistem dalam keadaan ON.
c. Indikato Trip digunakan untuk menunjukkan kelebihan konduksi kompresor, pompa air atau motor kipas kondensor
d. Indikator darurat digunakan untuk menunjukkan kondisi darurat ketika saklar darurat ditekan.
e. High Pressure Indicator digunakan untuk menunjukkan refrigeran tekanan tinggi dalam sistem.
f. Low Pressure Indicator digunakan untuk menunjukkan tekanan rendah refrigeran dalam sistem.
3. Volt-Amp meter terdiri dari:
a. Voltmeter selektor dan layar atau display merupakan instrumen untuk memantau tegangan AC.
b. Ammeter selektor dan layar atau display adalah sebuah alat untuk mengukur konsumsi daya pada kompresor.
4. Menampilkan dan Penyeleksi Suhu
Dengan menggunakan temperatur selektor, temperatur di beberapa lokasi sepanjang garis pendinginan, jalur air dan udara sekitarnya akan mudah ditampilkan.
Suhu pick-up poin diantaranya:
T1: Suhu Suction T2: Suhu Discharge
T3: Kondensor inlet temperatur refrigeran T4: Kondensor stop kontak suhu refrigeran T5: Ekspansi suhu inlet
T6: Evaporator stop kontak refrigeran temp.
T7: Evaporator inlet suhu air T8: Evaporator stop kontak suhu air
T9: Evaporator outlite temperature refrigeran.
5. Mikrokontroler
Gambar 10. Mikrokontroler (Sumber: Labtech. 2012)
Mikrokontroler digunakan untuk mengelola dan mengendalikan operasi sistem.
a. PV layar digunakan untuk menampilkan stop kontak suhu air garam dievaporator stop.
b. Tampilan SV digunakan untuk menampilkan setting parameter dan parameter penyesuaian
c. Indikator:
Indikator keluaran Control (OUT), Indikator Self- pengaturan (AT), Indikator keluaran Peringatan (ALM1).
d. Tombol fungsi (SET) digunakan untuk memodifikasi dan mengkonfirmasi
e. Parameter.
Tombol penyesuaian Angka [ר] [ש] atau [<]
digunakan untuk menyesuaikan parameter nomor.
2.1.5 Komponen Listrik
Gambar 11. Komponen Listrik (Sumber: Labtech. 2012)
1. Miniatur Circuit Breaker (MCB)
MCB digunakan untuk melindungi sirkuit dari arus tinggi dan pendek.
Ada tiga MCB yang telah dipasang untuk melindungi sirkuit listrik.
a. MCB1: Pemutus Input Daya Utama.
b. MCB2: Kontrol kabel sirkuit pemutus.
c. MCB3: Kompresor pemutus sirkuit.
2. Magnetic Contactor (MC)
Kontaktor magnetik adalah sebuah saklar elektromagnetik yang digunakan untuk menghubungkan dan memutuskan arus listrik.
Ini memiliki fungsi yang sama sebagai relay kecuali bahwa kontaktor magnet memiliki peringkat yang lebih tinggi saat ini. Selain itu, kontaktor magnet dapat dikendalikan dari jauh.
Mereka digunakan untuk keselamatan ketika tegangan penuh mulai atau berhenti torsi dapat diterapkan pada mesin dan untuk melindungi rangkaian dari lonjakan arus yang dihasilkan dari garis start. Ada tiga kontaktor magnetik yang telah dipasang di sirkuit listrik.
a. MC1: Kompresor magnetik kontaktor b. MC2: Pompa air magnetik kontaktor
c. MC3: Motor kipas kondensor magnetik kontaktor
3. Overload Termal (OL)
Fungsi relay overload adalah untuk melindungi motor terhadap overloading. Ketika sebuah motor mekanis kelebihan beban, itu akan menarik lebih banyak arus dari nilai dinilai. Ada tiga kontaktor magnetik yang telah dipasang di sirkuit listrik.
a. OL1: Kompresor overload, setting-nya adalah 11A
b. OL2: Pompa air overload, setting-nya adalah 5 A
c. OL3: Kondensor fan motor overload, setting-nya adalah 4 A
4. Auxiliary Relay (RY)
Auxiliary Relay digunakan sebagai kontak bantu dalam sistem kontrol listrik.
5. Pembalikan Tahap Relay (RPR)
Pembalikan Tahap Relay, relay digunakan untuk memberikan perlindungan kegagalan fase AC tiga fase sirkuit dan perlindungan urutan fase.
6. Power supply
Power supply digunakan untuk menghasilkan tegangan 12VDC dan pasokan suhu papan relay dan menampilkan suhu.
7. Suhu Relay Board
Suhu papan relay digunakan untuk memproses suhu untuk menampilkan berdasarkan suhu yang dipilih.
8. Current Transformer (CT)
Transformator arus adalah transformator yang mengukur arus sirkuit lain dan mengirim data ke ammeter pemilih dan layar. ( Labtech. 2012).
2.2 Refrigeran
Gambar 12. Tabung Refrigeran R-404A
Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara (AC) refrigeran juga digunakan dalam kulkas, mesin pendingin AC (air conditioner). Zat ini berfungsi untuk menyerap panas dari benda atau udara yang didinginkan dan membawanya kemudian membuangnya ke udara sekeliling di luar benda/ruangan yang didinginkan. Proses pendinginan (refrigerasi) merupakan proses pemindahan energi panas yang terkandung di dalam suatu ruangan.
Untuk keperluan pemindahan energi panas ruangan tersebut dibutuhkan suatu fluida penukar kalor yang disebut Refrigeran.
Menurut A. R. Trott and T. Welch (2000), syarat- syarat refrigeran :
1. Panas penguapan laten yang tinggi.
2. tidak beracun dan tidak mudah terbakar 3. non- korosi
4. kemudahan deteksi kebocoran
5. kekuatan dielektrik yang tinggi (untuk kompresor dengan motor integral).
6. Tekanan kerja yang wajar (tidak terlalu tinggi).
7. ramah lingkungan 8. biaya rendah
2.3 Refrigeran Sekunder
Refrigeran sekunder merupakan cairan yang digunakan untuk membawa kalor bersuhu rendah dari satu lokasi ke lokasi lain. Refrigeran sekunder mengalami perubahan suhu bila menyerap kalor (panas) dan membuangnya di evaporator, tetapi tidak mengalami perubahan wujud (phasa). Refrigeran yang sederhana adalah air, yang banyak digunakan dalam sistem tata udara (air conditioning) dimana bekerja pada temperatur di atas 0°. Air tidak bisa digunakan untuk sistem refrigerasi karena temperaturnya tidak bisa di bawah 0 (minus).
2.4 Sodium Chloride (NaCl)
Dua air asin penting untuk pendingin adalah larutan berair dari salah satu dari dua Sodium Chloride (NaCl) atau kalsium klorida (CaCl2). Air garam (NaCl) mungkin adalah yang paling ekonomis dari setiap pendingin sekunder yang tersedia, dan dapat diterapkan berhubungan dengan makanan dan dalam sistem terbuka karena vikositas rendah. Air garam (NaCl) tidak mudah terbakar dan memiliki termodinamika yang menguntungkan.
Properti ini menghasilkan koefisien perpindahan panas tinggi, meskipun tidak sebagus air garam (CaCl2). Beberapa kelemahan dari air garam (NaCl) adalah suhu beku relatif tinggi dan fakta bahwa air garam tersebut adalah sangat korosif. ( Labtech.
2012)
Gambar 13. Grafik freezing point of NaCl brine (Sumber: Labtech. 2012)
Gambar 14. Grafik Percent Sodium Chloride
2.5 Project Commissioning
Menurut CEATY INTERNATIONAL (2010), Commissioning merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa sistem pendingin telah beroperasi secara andal dan efisien. Tujuan commissioning adalah untuk memastikan bahwa peralatan tersebut memenuhi dengan pengaturan tertentu dari kondisi yang dirancang. Commisioning sistem pendingin biasanya dimulai dari tahap penempatan peralatan, dan berakhir dengan pengembangan standar prosedur operasi untuk startup, dan operasi shutdown.
2.5.1 Laporan commissioning
Menurut CEATY INTERNATIONAL (2010), Laporan commisioning harus mencakup sebagai berikut:
1. Daftar spesifikasi peralatan, termasuk kapasitas pendinginan, kondisi operasi dan batas-batas
2. Diagram perpipaan dan rangkaian listrik.
3. Kondisi proses dari pengisian refrigerant.
4. Set poin awal untuk kontrol dan perangkat keselamatan
5. Commissioning dan operasi instruksi untuk semua komponen utama
6. Melakukan pemeriksaan alat dengan sebenarnya, seperti tekanan, sistem kompresi dan pemeriksaan kelistrikan.
2.5.2 Proses Commissioning
Menurut CEATY INTERNATIONAL (2010), Proses commissioning melibatkan beberapa langkah yaitu sebagai berikut:
1. Proses commissioning dimulai dengan memeriksa bahwa peralatan yang dipasang sesuai dengan desain yang ditentukan. Ini mencakup kajian instalasi perpipaan dan rangkaian kabel yang benar
2. Tahap berikutnya adalah untuk preset sebanyak kontrol dan perangkat perlindungan mungkin dengan set poin mereka dimaksudkan.
3. Selanjutnya, dengan tidak adanya operasi peralatan pendingin, pompa dan fan arus harus dievaluasi menggunakan flow meters dan pressure differential.
4. Pengisian refrigeran harus disesuaikan dengan berat yang ditentukan untuk sistem.
5. Pada titik ini, seluruh sistem dihidupkan dan dibiarkan beroperasi selama periode penggeledahan, yang dapat berlangsung dari beberapa jam sampai beberapa hari tergantung pada sifat dan kompleksitas sistem.
6. Selama periode penggeledahan, komponen harus diperiksa untuk getaran, kebocoran atau kerusakan lainnya.
7. Pada tahap penutup commissioning, pembacaan harus dicatat dan dibandingkan dengan spesifikasi dari desain rancangan.
3. Bahan Dan Metodologi Penelitian 3.1. Tempat dan Waktu
Tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium sistem refrigerasi dan tata udara Politeknik Sekayu dan waktu nya bulan Februari - Juli 2020. Tugas akhir dilakukan sebanyak beberapa kali guna penyusunan laporan akhir.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Unit mesin pendingin Industrial Ice Block Maker Trainer dari LABTECH dengan kode Model: RCO-ICM-C
2) Alat-alat yang digunakan
Adapun alat yang digunakan dalam pengambilan data adalah :
a. Thermometer 9 buah b. Manifold
c. vacum
3) Bahan-bahan yang digunakan 1. Refrigeran R404a
2. Air
a. Untuk brine tank 491 Liter b. 27 pcs ice can
1 pcs Ice can 9 liter 2 Garam (NaCl) garam (NaCl) 140 kg
3.3 Diagram Alir Perencaaan
Gambar 15. Diagram alir perencanaan
Adapun dari gambar diagram alir commissioning pada ice block maker trainer, dapat dijelaskan yaitu : 1. Mulai
merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data.
Dalam tahap awal ini disusun hal-hal yang penting yang harus segera dilakukan dengan tujuan untuk efisiensi waktu dan pekerjaan.
2. Melakukan persiapan
merupakan suatu kegiatan untuk mempersiapkan alat dan bahan, sebelum dioperasikan agar datanya valid.
3. Pemeriksaan dan pengujian sistem dan komponen - komponen
Merupakan pemeriksaan, pengujian dan penyesuaian komponen - komponen serta pemipaan dan kelistrikan pada ice block maker trainer agar tidak mengalami kesalahan dalam pengambilan data.
4. Analisa alat hasil Pemeriksaan Sistem
merupakan kegiatan menganalisa alat hasil pengujian komponen apakah alat sesuai dengan spesifikasi.
5. Sesuai dengan spesifikasi
merupakan kegiatan menganalisa apakah semua alat telah sesuai spesifikasi, jika ya lakukan pekerjaan ketahap berikutnya. Namun apabila alat yang dianalisa belum sesuai harus ke tahap penyesuaian kondisi alat dengan data spesifikasi, baik dilakukan secara perbaikan atau penggantian setelah itu kembali lagi ke proses pemeriksaan dan pengujian.
9. Pengujian dengan produk.
merupakan proses pengujian atau menjalankan sistem saat kompresor bekerja yaitu meliputi peletakan alat ukur temperatur, tekanan, dan produk yang akan di dinginkan
10. Pencatatan data
merupakan kegiatan mencatat semua data hasil pengukuran pada saat sistem bekerja.
11. Analisa data terhadap kesesuaian data dengan desain standar
merupakan kegiatan menganalisa data hasil pengukuran pada saat sistem bekerja.
12. Sesuai dengan data desain standar
merupakan apakah semua data telah sesuai dengan data standar, jika ya lakukan pekerjaan ketahap berikutnya. Namun apabila data yang
dianalisa belum sesuai maka harus dilakukan penyesuaian kemudian kembali ke pengujian.
13. Pemeriksaan prosedur keamanan atau intruksi penggunaan.
Dari hasil pemeriksaan diperoleh data prosedur keamanan dan penggunaan alat maka tahapan commissioning telah selesai namun apabila prosedur keamanan dan penggunaan belum ada maka ke tahap penyusunan prosedur atau intruksi penggunaan alat kemudian kembali ke pemeriksaan prosedur keamanan dan atau intruksi penggunaan.
14. Kesimpulan dan pembuatan Laporan Akhir Merupakan berisi ringkasan dari hasil data yang diperoleh dari tahapan commissioning.
4. Hasil Dan Pembahasan
4.1 Data Hasil Project Commissioning
Dari keseluruhan data pada tabel 4.1 Setelah dilakukan proses pemeriksaan dan pengujian pada setiap komponen baik komponen utama, komponen tambahan, komponen kelistrikan, dan komponen sistem air yang diperiksa dapat disimpulkan bahwa komponen sudah sesuai dengan spesifikasi.
Kemudian juga pada pengujian pada komponen utama, komponen tambahan, komponen kelistrikan, dan komponen sistem air tidak terjadinya kerusakan, serta tidak terjadi kebocoran pada sistem perpipaan.
4.2 Pengujian Kinerja Garam Dan Air Dengan Kapasitas 140 Kg:700 Liter
Dari data hasil pengukuran dilakukan perbandingan dengan standar manual sisten kinerja, sebagai berikut
:
Tabel 1. Data Hasil Perbandingan dengan standar pre-operation
Dari data tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa alat ice block maker trainer ini sudah mendekati standar kinerja, dan hasil produk yang didinginkan terlampir pada gambar 4.1 dibawah ini:
Gambar 16. Hasil Jadi Es Balok 4.3 Pengujian Kinerja Garam Dan Air Dengan
Kapasitas 1: 3 (100 Kg:504 L) Dari data hasil pengukuran dilakukan
perbandingan dengan pengujian satu dan pengujian yang kedua, sebagai berikut :
Tabel 2. Data Hasil Perbandingan pengujian 1 dan 2
Dari data tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa pengujian dengan kapasitas garam dan air dengan
kapasitas 140 kg: 700 liter lebih cepat mendekati titik beku air dibanding dengan kapasitas 1:3 (100 Kg:504 L)
5. Kesimpulan
Setelah melakukan proses commissionng mesin ice block maker trainer, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Langkah commissioning dimulai dari pemeriksaan komponen utama, tambahan, kelistrikan ,sistem kelistrikan, dan sistem air, pada saat ice block maker trainer tidak beroperasi dan pada saat beroperasi, pemeriksaan prosedur keamanan dan intruksi penggunaan alat, kemudian dilanjutkan dengan pengujian dari kinerja mesin.
2. Dari berapa proses pemeriksaan dan pengujian tidak ditemukan masalah pada sistem komponen utama, tambahan, sistem pemipaan, sistem kelistrikan, dan sistem air. kemudian dilakukan pengujian dengan produk dan untuk pengujian pertama dilakukan perbandingan dengan standar kinerja, namun dari perbandingan tersebut terjadi perbedaan yang sangat jauh. Maka dari itu dilakukan penyesuaian dan dilakukan pengujian kembali dan hasilnya mendekati dengan standar kinerja. Maka diperoleh kesimpulan bahwa proses commissioning setelah dilakukan troubleshooting telah sesuai dengan spesifikasi pre-operation yang ada pada manual book.
DAFTAR PUSTAKA
Ceaty International. 2010. Refrigeration System.
Canada.
Miller, R. 2009. HVAC Troubleshooting Guide. New York : The McGraw-Hill Companies.
Whitman, B, a. 2009. Refrigeration & Air Conditioning Technology 6Th Edition. Clifton Park, USA : Delmar Cengage Learning.
Boyle, G. 2004. Australian Refrigeration and Air Conditoning Vol 1. West Perth: WestOne Services Companies Inc.
Trott, A. R. and Welch, T. 2000. refrigeration and air conditioning 3 Th Edition. : Jordan Hill : Butterworth-Heinemann.
Stoecker, W. F & Jones, W. N. 1982. Refrigeration and Air Conditioning. New York : The McGaw-Hill, Inc.
Labtech. 2012. Industrial Ice Block Maker Trainer (RCO-ICM-C). Batam: Labtech International LTD.
http://margionoabdil. blogspot. co. id/2013/09/jenis- jenis-refrigeran.html, diakses 22 Juni 2020.