• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORELASI KECERDASAN DAYA JUANG (ADVERSITY QUOTIENT) DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KORELASI KECERDASAN DAYA JUANG (ADVERSITY QUOTIENT) DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI KECERDASAN DAYA JUANG (ADVERSITY QUOTIENT) DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA

Nurkilin Lukite Setijono Putro; Sutrisno; Mettadewi Wong

Pendidikan Keagamaan Buddha Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda

ABSTRACT

In learning activities, students need to have awareness, willingness, involvement, and effort in order to overcome their learning difficulties because without it, learning activities are unstable. The effort to face difficulties is called fighting power.

In addition to adversity quotient, in order to run well, students also need to be disciplined in learning. In order to create a conducive and optimal learning atmosphere. This study aims to determine whether there is a correlation between adversity quotient and learning discipline and to determine the contribution of adversity quotient to student learning discipline. The population in this study were students of Mogallana Elementary School Bekasi as many as 32 respondents. Based on the power processing, the results showed that the correlation between adversity quotient and student learning discipline was positive and categorized as high and strong. Furthermore, the magnitude of the influence of adversity quotient on student learning discipline is 53.29% and the remaining 46.71% is caused by other factors. Adversity quotient has an influence of 53.29% because students' learning discipline is not only influenced by fighting power intelligence in themselves, but is influenced by the wise personality of students, ability to adapt and their social environment.

Key words : Intelligence Adversity Quotient, Discipline Learning

ABSTRAK

Dalam kegiatan belajar siswa perlu memiliki kesadaran, kemauan, keterlibatan, dan usaha agar dapat mengatasi kesulitan belajarnya karena tanpa hal itu maka kegiatan pembelajaran tidak stabil. Usaha menghadapi kesulitan dinamakan daya juang.

Selain kecerdasan daya juang, supaya dapat berjalan dengan baik juga perlu adanya kedisiplinan belajar pada siswa. Guna menciptakan suasana belajar yang kondusif dan optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah korelasi kecerdasan daya juang dengan kedisiplinan belajar serta mengetahui besarnya kontribusi kecerdasan daya juang dengan kedisiplinan belajar siswa. Populasi pada penelitian ini adalah peserta didik SD Mogallana Bekasi sebanyak 32 responden.

Berdasarkan pengolahan daya yang diperoleh hasil bahwa korelasi antara kecerdasan daya juang dengan kedisiplinan belajar siswa bersifat positif dan dikategorikan tinggi dan kuat. Selanjutnya diperoleh besarnya pengaruh kecerdasan daya juang terhadap kedisiplinan belajar siswa sebesar 53,29% dan selebihnya 46,71% disebabkan oleh faktor lain. Kecerdasan daya juang memunyai pengaruh sebesar 53,29% karena kedisiplinan belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh kecerdasan daya juang pada dirinya saja, namun dipengaruhi oleh kepribadian siswa yang bijak, kemampuan dalam beradaptasi serta lingkungan sosialnya.

Kata kunci : kecerdasan daya juang, kedisiplinan belajar.

Riwayat Artikel :

Diterima pada tanggal : Oktober 2021 Disetujui pada tanggal :November 2021 Alamat Korespondensi :

Nurkilin Lukite Setijono Putro; Sutrisno; Mettadewi Wong Pendidikan Keagamaan Buddha

Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda

Jl. Pulo Gebang Permai no. 107 Pulo Gebang, Cakung, Jakarta Timur 13950 E-mail: [email protected]

PENDAHULUAN

Perkembangan dalam bangsa saat ini dapat menciptakan perubahan khususnya dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Melalui pendidikan yang berkesinambungan serta peran yang aktif dapat memberikan

(2)

dampak yang baik dalam memperlancar peningkatan bangsa. Sesuai dengan yang tertuang didalam UU Sisdiknas RI No. 20 Tahun 2003 mengandung makna bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Itu artinya adalah bahwa secara umum tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kecerdasan, kepribadian, serta akhlak dan keterampilan seseorang.

Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas seperti yang diinginkan perlu adanya perjuangan karena dalam prosesnya tidak selamanya berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pemerintah telah mengubah pola pendidikan dari wajib belajar sembilan tahun menjadi wajib belajar dua belas tahun. Dengan mengubah ini diharapkan kualitas pendidikan akan meningkat. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa dalam akhir proses pembelajaran. Dalam kegiatan belajar siswa perlu memiliki kesadaran, kemauan, keterlibatan, dan usaha siswa agar dapat mengatasi kesulitan belajarnya karena tanpa hal itu maka kegiatan pembelajaran tidak akan berhasil. Usaha siswa dalam menghadapi kesulitan belajar inilah yang dinamakan daya juang. Dalam belajar Stoltz (2018:103) berpendapat bahwa siswa yang memiliki daya juang yang tinggi akan mengarahkan segala potensi yang dimiliki untuk memperoleh hasil yang terbaik. Adapun indikator daya juang (Adversity Quotient) menurut Stoltz (2018:141-166) adalah Kendali/Control (C), Asal – usul dan Pengakuan (Origin & Ownership (O2)), Jangkauan/Reach (R), Daya Tahan/Endurance (E). Pada umumnya, hasil belajar yang dicapai seorang siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya faktor kecerdasan. Ada berbagai macam teori kecerdasan yang berkembang dalam khazanah pendidikan saat ini diantaranya kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan termasuk diantaranya adalah kecerdasan daya juang (AQ) atau sebuah teori baru mengenai kecerdasan seseorang dalam menghadapi kesulitan yang pertamakali diperkenalkan oleh Stoltz (2018:

16). Pribadi dengan daya juang tinggi akan mampu mencari jalan keluar atau solusi dari masalahnya dengan berupaya memecahkan sumber masalahnya langsung. Pribadi dengan kecerdasan daya juang tinggi akan tangguh berjuang menghadapi kesulitan dan menaklukkannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Stoltz (2004: 24) yang menyatakan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan daya juang atau adversity quotient (AQ) tinggi akan merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah yang diajukan, dan menyelesaikan masalah tersebut dengan gigih, ulet, dan keyakinan bahwa segala hal bisa terlaksana. Selain kecerdasan daya juang, supaya dapat berjalan dengan baik juga perlu adanya kedisiplinan belajar pada siswa. Kedisiplinan sangat penting ditanamkan pada siswa, karena dengan adanya penanaman sikap disiplin pada siswa yang sedini mungkin, dapat menampakkan tingkah laku yang disiplin pula. Dengan adanya sikap disiplin akan menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif, selain itu tentunya proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas akan berjalan lancar dan efektif sehingga dapat menciptakan hasil yang optimal. Disiplin siswa dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu disiplin di lingkungan sekolah, lingkungan kelas, dan lingkungan rumah. Siswa yang disiplin dalam beragam hal, seperti mengikuti proses pembelajaran, kegiatan di sekolah, maupun belajar mandiri di rumah tentu akan berpengaruh terhadap prestasi kognitif di sekolah. Dengan adanya sikap disiplin maka peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan. Karena sebuah hasil tidak akan mengkhianati usaha yang telah susah payah dilakukan. Sekolah Mogallana Bekasi merupakan sekolah yang mempunyai tiga tingkat Pendidikan yaitu TK, SD, dan SMP. SD Mogallana merupakan sekolah Buddhis yang sudah lama terbentuk dan telah meluluskan banyak sekali siswa berprestasi pada tiap tahunnya dan juga diterima di berbagai sekolah favorit pada umumnya. SD Mogallana memiliki banyak sekali kegiatan ektrakurikuler pada setiap harinya diantaranya kegiatan di bidang menari, olahraga, dan bidang musik yang tentunya membuat peserta didik SD Mogallana memiliki aktifitas yang padat di sekolah tersebut. Dengan hal itu tidak sedikit dari peserta didik mempunyai tingkat minim dalam minat belajar ataupun semangat dalam belajar dikarenakan waktu yang sudah peserta didik luangkan selama di sekolah. Berdasarkan latar belakang SD Mogallana Bekasi yang telah diuraikan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang “Korelasi Kecerdasan Daya Juang (Adversity Quotient) dan Kedisiplinan Belajar Siswa”.

Tinjauan Pustaka Kecerdasan Daya Juang

Daya juang atau motivasi menurut Susanti (2019:73-74) adalah dorongan dasar yang menggerakan seseorang untuk masuk dalam sebuah proses dan mampu mempertahankan tingkah lakunya sampai pada pencapaian tujuannya. Hal serupa dari Rahmat (2018:139) Daya juang adalah kondisi psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong pergerakan ke arah tujuan yang baik, serta mengubah tingkah laku dan

(3)

persepsi agar keinginan hidupnya bisa tercapai. Berikutnya pendapat serupa dari Tandirerung (2017:14) Daya juang merupakan kemampuan seseorang untuk mengarahkan dirinya agar mampu untuk menghadapi dan mengatasi rintangan dalam situasi yang sulit dengan berfokus pada sesuatu yang ingin dicapai. Daya juang membantu seseorang untuk melewati rintangan yang terjadi dalam kehidupan. Dengan adanya daya juang, seseorang mampu mencari jalan keluar dari rintangan yang dihadapi. Dalam kutipan Sutrisno, Harianto, dan Priastana (2020: 11) Adanya inspirasi yang menjadikan manusia bertindak positif dan efektif. Pembelajaran dan penghayatan benar dapat menumbuhkan aspek-aspek kecerdasan, yaitu: kemampuan bersikap fleksibel, tingkat kesadaran yang tinggi, kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit, kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, berpikir secara holistik, kecenderungan untuk bertanya mengapa dan bagaimana jika untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar. Pemahaman yang baik dan mendalam akan membantu manusia berhubungan secara mendalam dan harmonis sesama manusia dan lingkungan. Dari beberapa pengertian yang tersebut, dapat disimpulkan bahwa daya juang adalah dorongan seseorang yang mengarahkan dirinya untuk menghadapi dan mengatasi rintangan pada situasi sulitnya yang berfokus pada tujuan yang ingin dicapai. Daya juang merupakan suatu kehendak untuk melakukan suatu hal, dalam agama Buddha disebut Viriya yang memiliki arti sebagai usaha yang tekun, semangat, disiplin, dan pengendalian diri. Viriya (semangat) digunakan untuk terus mematahkan dan meninggalkan kondisi-kondisi buruk, membangkitkan serta mengembangkan kondisi-kondisi baik. Viriya juga merupakan kekuatan dalam diri yang harus selalu diarahkan untuk mematahkan hal-hal yang timbul yang bersifat negatif, bersemangat menimbulkan hal-hal baik, memupuk hal-hal baik hingga tumbuh subur dan berkembang.

Keinginan harus dibarengi dengan semangat yang tinggi, terencana, dimulai langkah demi langkah yang terencana, berkomitmen baik hingga tercapai tujuan atau cita-cita.

Ciri-Ciri Kecerdasan Daya Juang

Siswa yang memiliki daya juang yang tinggi akan mengarahkan segala potensi yang dimiliki untuk memperoleh hasil yang terbaik, adapun ciri-ciri daya juang menurut Stoltz (2018:141-166) adalah Kendali/Control (C), Asal – usul dan Pengakuan (Origin & Ownership (O2)), Jangkauan/Reach (R), Daya Tahan/Endurance (E).

Menurut Paul (2003: 79) daya juang didalam belajar dapat ditunjukkan melalui berbagai bentuk perilaku diantaranya: (1) Kegigihan dan percaya diri dalam mengerjakan segala hal; (2) Menghindari tindakan sia-sia; (3) Optimal mewujudkan keinginannya; (4) Tidak mudah putus asa dan; (5) Tidak menampakkan sikap kemalasan.

Dari pendapat-pendapat diatas, daya juang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Tidak mudah mengeluh ataupun putus asa; (2) Tidak menunjukan sikap kemalasan; (3) Tidak membiarkan waktu terbuang percuma. Dalam Sigalovada Sutta di Digha Nikaya menjelaskan lima cara siswa-siswa harus memperlakukan guru mereka sebagai arah selatan: (1) Dengan bangun dari tempat duduk mereka (memberi hormat); (2) Dengan melayani mereka; (3) Dengan tekad baik untuk belajar; (4) Dengan memberikan persembahan kepada mereka; (5) Dengan memberikan perhatian sewaktu diberi pelajaran.

Tinjauan Pustaka Kedisiplinan Belajar

Kedisiplinan diambil dari kata disiplin yang bisa dimaknai suatu ketaatan dan kepatuhan terhadap aturan tertentu.

Kata disiplin berasal dari bahasa inggris, yaitu discipline yang berakar dari kata disciple yang berarti murid, pengikut, penganut atau seseorang yang menerima pengajaran dan menyebarkan ajaran tersebut.

Menurut Tandirerung (2017: 25) bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang diciptakan agar orang-orang menjalankan segala sesuati yang telah ditetapkan secara berkesinambungan dengan tertib dan teratur demi tercapainya suatu tujuan. Disiplin membantu seseorang memperbaiki perilaku menjadi lebih baik, khususnya dalam bertanggung jawab dan keteraturan. Pendisiplinan merupakan suatu kata benda yan diambil dari kata dasar disiplin.

Pendisiplinan mengarah pada suatu upaya yang dilakukan untuk membuat seseorang menjadi displin, dengan begitu, pendisiplinan merupakan upaya – upaya yang dilakukan untuk membuat seseorang menjalankan segala peraturan yang telah dibuat.

Menurut Zulkifli (2016: 34) Kedisiplinan belajar bagi siswa adalah suatu kondisi psikis siswa dimana siswa bertindak dan berperilaku sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam lingkup kegiatan belajar mengajar dengan penuh rasa patuh dan taat serta bersedia menerima konsekuensi sanksi apabila melanggar aturan tersebut.

(4)

Menurut Kristin (2019: 32) Disiplin adalah ketaatan yang berlandaskan pada kesadaran untuk melaksanakan tugas dan kewajiban, serta bertindak sesuai aturan yang berlaku dalam lingkungan tertentu. Individu yang disiplin melakukan suatu kegiatan/tugas dengan teratur oleh karena kesadaran sendiri tanpa adanya paksaan dari pihak lain.

Kedisiplinan oleh karenanya diartikan sebagai kesadaran individu terhadap tugas/kewajiban/dan aturan yang nampak pada perilaku individu dalam bagaimana mengendalikan dan mengarahkan diri sesuai aturan yang berlaku di lingkungannya. Maknanya kedisiplinan khususnya kedisiplinan belajar secara lebih lanjut dapat diartikan sebagai pernyataan sikap dan perbuatan siswa/mahasiswa dalam melaksanakan kewajiban belajar secara sadar dengan cara menaati peraturan yang ada di lingkungan sekolah/perguruan tinggi.

Berikut dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan belajar bagi siswa adalah suatu kondisi dimana siswa bertindak dan berperilaku sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam kegiatan belajar mengajar dengan patuh dan konsisten terhadap konsekuensinya jika siswa tersebut melanggarnya. Untuk menunjang kedisiplinan belajar hal yang perlu siswa dasari yaitu keinginan untuk mematuhi dan melaksanakan disiplinnya dalam belajar seperti dalam Samadhiti Sutta dari Majjhima Nikaya bahwa Dengan munculnya keinginan (tanha), maka munculah ahara. Dengan lenyapnya keinginan (tanha), maka lenyaplah ahara. Jalan utama untuk melenyapkan ahara hanyalah Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangika Magga), diantaranya: (1) Pandangan benar (samma ditthi); (2) Pikiran benar (samma sankappa); (3) Ucapan benar (samma vaca); (4) Perbuatan benar (samma kammanta); (5) Penghidupan benar (samma ajiva); (6) Usaha benar (samma vayama); (7) Perhitungan benar (samma sati); (8) Konsentrasi benar (samma samadhi). Setelah siswa mengerti sepenuhnya tentang apa yang menunjang kehidupan (ahara), dia telah melenyapkan sepenuhnya sebab utama (dukkha).

Ciri-Ciri Kedisiplinan Belajar

Individu yang memiliki nilai-nilai kedisiplinan belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Rosma Elly, 2016:44): (a) Mengarahkan energi untuk belajar secara kontinu; (b) Melakukan belajar dengan kesungguhan dan tidak membiarkan waktu luang; (c) Patuh terhadap rambu-rambu yang diberikan guru dalam belajar; (d) Patuh dan taat terhadap taa tertib belajar di sekolah; (e) Menunjukkan sikap antusias dalam belajar; (f) Mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas dengan gairah dan partisipatif; (g) Menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru dengan baik; (h) Tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh guru.

Menurut Zulkifli (2016: 35), ciri-ciri kedisiplinan belajar mencakup 3 indikator yaitu:

1) Disiplin di lingkungan sekolah yang mencakup sub indikator: (a) Ketepatan masuk dan pulang sekolah; (b) Ketaatan dalam menggunakan pakaian dan atribut sekolah; (c) Ketaatan pada peraturan-peraturan lain yang diterapkan sekolah.

2) Disiplin di dalam kelas yang mencakup sub indikator: (a) Ketaatan dalam mengerjakan tugas maupun perintah dari guru; (b) Rajin dan tertib dalam belajar di kelas dan; (c) Perhatian yang baik terhadap proses belajar yang berlangsung.

3) Disiplin di rumah yang mencakup sub indikator: (a) Belajar ketika ada waktu luang di rumah; (b) Mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) yang diberikan guru;

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri disiplin belajar adalah sebagai berikut: (1) Mengarahkan dirinya untuk belajar secara kontinu; (2) Melakukan belajar dengan kesungguhan dan tidak membiarkan waktu luang; (3) Patuh pada tata tertib yang berlaku; (3) Ketaatan pada saat mengerjakan tugas pada saat di sekolah maupun di rumah; (4) Perhatian yang baik terhadap proses belajar yang berlangsung.

Dalam Majjhima Nikaya III Potaliya Sutta, tertulis delapan ciri seorang yang memenuhi disiplin moral, diantaranya: (1) Dengan penopang perbuatan tidak-membunuh makhluk hidup, pembunuhan makhluk hidup pun ditinggalkan; (2) Dengan penopang perbuatan mengambil hanya apa yang diberikan, mengambil apa yang tidak diberikan pun ditinggalkan; (3) Dengan penopang ucapan benar, ucapan yang salah pun ditinggalkan. (4) Dengan penopang ucapan yang tidak dengki, ucapan dengki pun ditinggalkan; (5) Dengan penopang perbuatan yang bebas dari keserakahan yang rakus, keserakahan yang rakus pun ditinggalkan; (6) Dengan penopang perbuatan yang bebas dari caci-maki dengki, caci-maki dengki pun ditinggalkan; (7) Dengan penopang tiadanya keputus-asaan yang penuh kemarahan, keputus-asaan yang penuh kemarahan pun ditinggalkan; (8) Dengan penopang tanpa- arogansi, arogansi pun ditinggalkan. Dengan terpenuhinya delapan ciri tersebut maka akan menuntuh menuju terpotongnya segala urusan-urusan dalam kedisiplinan.

(5)

Supaya kita dapat melaksanakan kedisiplinan belajar dengan baik, perlu adanya kewaspadaan agar tidak terjadi keruntuhan spiritual pada manusia seperti yang dijelaskan pada Parabhava Sutta yaitu: (a) Barang siapa mengingkari Dhamma akan mendapat kejatuhan; (b) Menyukai orang-orang yang jahat, tidak menyenangi orang- orang yang bajik, lebih menyukai cara-cara yang dilakukan orang yang jahat, inilah sebab kejatuhan; (c) Sangat menyenangi tidur, menyukai kumpul-kumpul, lamban, malas dan mudah marah, inilah sebab kejatuhan; (d) Meskipun dalam keadaan sejahtera, tetapi tidak menyokong ayah dan ibu yang sudah tua dan lemah, inilah sebab kejatuhan; (e) Menipu dengan kepalsuan pada seorang brahmana atau pertapa ataupun rahib lainnya, inilah sebab kejatuhan; (f) Mempunyai kekayaan berlimpah serta banyak emas dan makanan tetapi hanya dinikmati oleh diri sendiri, inilah sebab kejatuhan; (g) Menyombongkan keturunan kekayaan atau kesukuan merendahkan keluarga sendiri inilah sebab kejatuhan; (h) Menjadi seorang perisau, peminum, atau penjudi memboroskan semua penghasilan, inilah sebab kejatuhan; (i) Tidak puas dengan isteri sendiri, bersama perempuan lacur dan isteri orang lain, inilah sebab kejatuhan.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif Metode ini digunakan karena penulis ingin mengetahui korelasi kecerdasan daya juang (adversity quotient) dengan kedisiplinan belajar siswa di SD Mogallana Bekasi.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan desain penelitian korelasi. Desain penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih (Sukardi, 2011: 166).

Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian. Sekelompok orang, benda, atau hal yg menjadi sumber pengambilan sampel, suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah peserta didik kelas IV SD Mogallana Bekasi. Variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas). Teknik analisis data yang digunakan untuk menguraikan data dalam penelitian ini adalah koefisien Korelasi Pearson. Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hubungan dua variabel.

HASIL

Dalam penelitian ini memperoleh data berdasarkan jawaban dari responden dalam angket penelitian. Angket ini menunjuk pada tingkatan atau penjenjangan respon terhadap pernyataan instrument. Penjenjangan tersebut diberikan nilai, yaitu Sangat Setuju (5), Setuju (4), Kurang Setuju (3), Tidak Setuju (2), Sangat Tidak Setuju (1).

Setelah memperoleh jumlah responden dari setiap option yang dibagikan, dan hasil responden tersebut dihitung hasilnya berdasarkan rumus korelasi Pearson's Product Moment (PPM) lalu dilanjutkan dengan menggunakan rumus koefisien determinan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan kecerdasan daya juang terhadap kedisiplinan belajar siswa.

Tabel 1 Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0.00-0.199 Sangat Lemah

0.20-0.399 Lemah

0.40-0.599 Sedang

0.60-0.799 Kuat

0.80-1.000 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2013: 250)

Hasil penelitian dan pembahasan disajikan pengolahan atau analisis data beserta penjelasannya pada analisis data penelitian ini, penulis sajikan dalam bentuk angka – angka yang kemudian dijadikan presentase nilai hubungan antara variabel X (Kecerdasan Daya Juang) dan variabel Y (Kedisiplinan Belajar Siswa). Hasil penelitian yang penulis dapat berupa data berbentuk angka interval, yang kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis data kuantitatif. Analisis data kuantitatif adalah analisis data yang mempergunakan model-model seperti matematika, statistik dan ekometrik yang kemudian disajikan dan diinterprestasikan dalam bentuk uraian. Berdasarkan

(6)

perhitungan r dari atas mendapatkan hasil nilai korelasi sebesar 0,73 yang bearti korelasi bernilai positif karena nilai korelasi 0,73 dekat dengan nilai koefisien korelasi ke +1 yang ditafsirkan semakin kuat korelasi positifnya.

Mengacu pada patokan ukuran yang ditetapkan oleh Guilford, untuk nilai 0,73 memiliki makna bahwa korelasi antar variabel dinilai tinggi, kuat yang dasarnya berada dalam rentan nilai 0,70-0,90 pada rumusan Guilford.

Selanjutnya diperoleh besarnya pengaruh pada variabel (X) terhadap variabel (Y) sebesar 53,29% dan selebihnya 46,71% disebabkan oleh faktor lain. Kecerdasan daya juang mempunyai pengaruh sebesar 53,29% karena kedisiplinan belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh kecerdasan daya juang yang ada pada dirinya saja, akan tetapi dipengaruhi oleh kepribadian siswa yang bijak, kemampuan dalam beradaptasi serta lingkungan sosialnya.

Dari hasil korelasi tersebut, maka diperoleh hasil thitung untuk mengetahui ada tidaknya korelasi kecerdasan daya juang dengan kedisiplinan belajar siswa. Bila dikonsultasikan dengan taraf nyata 5% dan jumlah responden sebanyak 32 siswa, maka diperoleh ttabel sebesar 1,69726. Setelah dilakukan analisis data yang diperoleh dari thitung sebesar 5,84 yang ternyata lebih besar dari hasil ttabel yang mengartikan bahwa hipotesis alternatif H1

diterima sementara H0 ditolak,sehingga diperoleh hasil analisis bahwa adanya hubungan yang signifikan antara kecerdasan daya juang dengan kedisiplinan belajar siswa. Dengan ditolaknya H0, maka penulis menyatakan ada hubungan atau korelasi kecerdasan daya juang dan kedisiplinan belajar siswa diterima. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, menyatakan bahwa kecerdasan daya juang mempunyai hubungan yang kuat terhadap kedisiplinan belajar siswa di SD Mogallana Bekasi. Kedisiplinan belajar memberikan pengaruh dan tingkat keefektifan yang sangat kuat yang bearti semakin tinggi kecerdasan daya juang yang dimiliki peseta didik SD Mogallana maka semakin tinggi pula kedisiplinan belajar siswa SD Mogallana.

Berdasarkan hasil korelasi antara kedua variabel yang menunjukan bahwa kecerdasan daya juang memberikan pengaruh yang kuat terhadap kedisiplinan belajar siswa. Artinya, semakin baik atau positif kecerdasan daya juang yang dimiliki maka kedisiplinan belajar akan meningkat. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah atau negatif kecerdasan daya juang yang dimiliki maka kedisiplinan belajar siswa akan mengalami penurunan. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan berkenan dengan korelasi kecerdasan daya juang (adversity quotient) dengan kedisiplinan belajar siswa serta didukung dengan pemahaman dalam agama Buddha. Daya juang merupakan suatu kehendak untuk melakukan suatu hal, dalam agama Buddha disebut Viriya yang memiliki arti sebagai usaha yang tekun, semangat, disiplin, dan pengendalian diri. Viriya (semangat) digunakan untuk terus mematahkan dan meninggalkan kondisi-kondisi buruk, membangkitkan serta mengembangkan kondisi-kondisi baik. Viriya juga merupakan kekuatan dalam diri yang harus selalu diarahkan untuk mematahkan hal-hal yang timbul yang bersifat negatif, bersemangat menimbulkan hal-hal baik, memupuk hal-hal baik hingga tumbuh subur dan berkembang.

Keinginan harus dibarengi dengan semangat yang tinggi, terencana, dimulai langkah demi langkah yang terencana, berkomitmen baik hingga tercapai tujuan atau cita-cita. Selanjutnya disiplin dalam pandangan agama Buddha merupakan aturan moral untuk mengendalikan diri (samvara), pengendalian bertujuan untuk tidak menyesal (avipattisara), tidak menyesal bertujuan memperoleh kegembiraan (pamuja), kegembiraan bertujuan memiliki kegiuran (piti), kegiuran akan memperoleh ketenangan (pasadhi) sehingga dengan ketenangan akan memperoleh kegembiraan (sukha). Pendisiplinan merupakan usaha, upaya untuk mencapai tujuan berdasarkan Pendisiplinan sebuah kata kerja yang berarti membuat berdisiplin, mengusahakan supaya menaati mematuhi tata tertib.

SIMPULANDANSARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa perhitungan rxy dari atas mendapatkan hasil nilai korelasi sebesar 0,73 yang memiliki makna bahwa korelasi antar kecerdasan daya juang (adversity quotient) dengan kedisiplianan belajar siswa dinilai tinggi, kuat yang dasarnya berada dalam rentan nilai 0,70-0,90 pada rumusan Guilford. Merujuk pada kategori hasil analisis korelasi, maka hubungan antara kecerdasan daya juang dan Y dapat ditentukan jika koefesien korelasi bernilai positif, maka variabel-variabel berkorelasi bernilai positif, artinya jika variabel yang satu naik atau turun, maka variabel lainnya juga naik atau turun. Semakin dekat nilai koefisien korelasi ke +1, semakin kuat korelasi positifnya. Berdasarkan panduan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa hubungan variabel X (kecerdasan daya juang) dan Y (kedisiplinan belajar), seperti yang

(7)

dinyatakan yaitu koefisien korelasi bernilai positif, maka variabel-variabel berkorelasi bernilai positif, artinya jika variabel yang satu naik/turun, maka variabel yang lainnya juga naik/turun. Semakin dekat nilai koefisien ke +1, semakin kuat korelasi positifnya. Bila kecerdasan daya juang ditingkatkan, maka kedisiplinan belajar akan meningkat. Sebaliknya bila kecerdasan daya juang berkurang, maka kedisiplinan belajar akan menurun.Selanjutnya diperoleh besarnya pengaruh pada variabel (X) terhadap variabel (Y) sebesar 53,29% dan selebihnya 46,71%

disebabkan oleh faktor lain. Kecerdasan daya juang mempunyai pengaruh sebesar 53,29% karena kedisiplinan belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh kecerdasan daya juang yang ada pada dirinya saja, akan tetapi dipengaruhi oleh kepribadian siswa yang bijak, kemampuan dalam beradaptasi serta lingkungan sosialnya. Dari hasil korelasi tersebut, maka diperoleh hasil thitung untuk mengetahui ada tidaknya korelasi kecerdasan daya juang dengan kedisiplinan belajar siswa. Bila dikonsultasikan dengan taraf nyata 5% dan jumlah responden sebanyak 32 siswa, maka diperoleh ttabel sebesar 1,69726. Setelah dilakukan analisis data yang diperoleh dari thitung sebesar 5,84 yang ternyata lebih besar adri hasil ttabel yang mengartikan bahwa hipotesis alternatif H1 diterima sementara H0 ditolak,sehingga diperoleh hasil analisis bahwa adanya hubungan yang signifikan antara kecerdasan daya juang dengan kedisiplinan belajar siswa. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan berkenan dengan korelasi kecerdasan daya juang (adversity quotient) dengan kedisiplinan belajar siswa serta didukung dengan pemahaman dalam agama Buddha. Daya juang merupakan suatu kehendak untuk melakukan suatu hal, dalam agama Buddha disebut Viriya yang memiliki arti sebagai usaha yang tekun, semangat, disiplin, dan pengendalian diri. Viriya (semangat) digunakan untuk terus mematahkan dan meninggalkan kondisi-kondisi buruk, membangkitkan serta mengembangkan kondisi-kondisi baik. Viriya juga merupakan kekuatan dalam diri yang harus selalu diarahkan untuk mematahkan hal-hal yang timbul yang bersifat negatif, bersemangat menimbulkan hal-hal baik, memupuk hal-hal baik hingga tumbuh subur dan berkembang. Keinginan harus dibarengi dengan semangat yang tinggi, terencana, dimulai langkah demi langkah yang terencana, berkomitmen baik hingga tercapai tujuan atau cita-cita.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran berkenaan dengan “Korelasi Kecerdasan Daya Juang (Adversity Quotient) Dengan Kedisiplinan Belajar Siswa” maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Kepada seluruh peserta didik kelas lima SD Mogallana Bekasi untuk lebih meningkatkan kualitas untuk diri sendiri agar memiliki kecerdasan daya juang dengan kedisiplinan belajar yang baik dari setiap peserta didik.

2. Memberikan dorongan dan semangat kepada peserta didik kelas lima SD Mogallana bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan daya juang (adversity quotient) dari setiap peserta didik.

3. Memberikan arahan kedisiplinan bagi peserta didik yang tingkat disiplinnya masih kurang agar kedisiplinan belajar peserta didik dapat diterapkan dengan maksimal.

4. Kepada para guru dan pimpinan SD Mogallana Bekasi untuk dapat memberikan apresiasi kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan daya juang dan disiplin yang tinggi supaya peserta didik dapat meningkatkan semangat dalam belajar di sekolah maupun di rumah dengan baik.

DAFTAR RUJUKAN

Pengelolaan referensi artikel menggunakan Mendeley, dengan Style APA 6th edition

Amalia, Nurul, dkk. 2016. Hubungan Kedisiplinan Belajar dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS Man Purworejo [skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Ardiansyah, Hanif. 2013. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Belajar Siswa Kelas XII Jurusan Administrasi Perkantoran Di SMK NU 01 Kendal Tahun Pelajaran 2012/2013 [skripsi]. Semarang:

Universitas Negeri Semarang.

Chomaidi dan Salamah. 2018. Pendidikan dan Pengajaran: Strategi Pembelajaran Sekolah. Jakarta: PT Grasindo.

Elly, Rosma. 2016. Hubungan Kedisiplinan Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V di SD Negeri 10 Banda Aceh.

Jurnal Pesona Dasar. Vol. 3 no. 4.

(8)

Faryadi, Qais. 2017. Pedoman Mengajar Efektif Teori dan Model Pembelajaran. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Florencia Valentine Tandirerung. 2017. Tingkat Daya Juang Siswa Mengikuti Sistem Pendisiplinan di Sekolah dan

Implikasinya Terhadap Usulan Topik – Topik Bimbingan Pribadi [skripsi]. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.1

Hadianti, Leli Siti. 2008. Pengaruh Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah Terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Universitas Garut. Vol. 2 no. 1.

Kristin dan Sari. 2019. Pengaruh Kedisiplinan Belajar Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa dalam Mata Kuliah Konsep Dasar IPS . Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial Vol. 28 no. 1

Kristin, Firosalia dan Fransiska Faberta Kencana Sari. 2019. Pengaruh Kedisiplinan Belajar Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Dalam Mata Kuliah Konsep Dasar IPS. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. Vol. 28 no. 1.

Listiawati, Nur. 2016. Persepsi Siswa Terhadap Daya Juang Mereka Serta Pola Asuh Orangtua Dan Guru Di Sd Berakreditasi A Dan C Di Kabupaten Bantul Dan Bone Bolango. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol.

1 no. 3

Lomu, Lidia dan Sri Adi Widodo. (tanpa tahun). Pengaruh Motivasi Belajar Dan Disiplin Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa. Yogyakarta: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Ormrod, Jeanne Ellis. 2008. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: Penerbit Erlangga

Purwanto, M. Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rahmat, Pupu Saeful. 2018.

Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sari dan Sylvia. 2014. Hubungan Daya Juang Siswa Dengan Hasil Belajar Sosiologi SIswa Kelas XI IPS SMAN I Tanjung Raya Kabupaten Agam. Jurnal Diakronika. Vol. 14 no. 1.

Setiawan, Arif Yuhdi. 2015. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Disiplin Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Akutansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Pakem Tahun Ajaran 2013/2014 [skripsi].

Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Stoltz, Paul G. 2018. Adversity Quotient (Mengubah Hambatan Menjadi Peluang). Jakarta: PT Grasindo Sugiyono.

2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Susanti, Lidia. 2019. Strategi Pembelajaran Berbasis Motivasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Sutrisno, Harianto, dan Priastana. 2020. Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Solidaritas Mekanik Umat Beragama (Studi Kasus Di Desa Karangsari, Kec. Cluwak, Kab. Pati, Jawa Tengah). Jurnal Dhammavicaya Vol. IV no. 2

Translated by Widjaja, Hendra. 2015. Dhammapada Syair Kebenaran. Jakarta: Ehipassiko Foundation.

Zulkifli. 2016. Kontribusi Kecerdasan Daya Juang, Kedisiplinan Belajar, dan Percaya Diri Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 50 Batam [skripsi]. Batam: Universitas Riau Kepulauan Batam.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis korelasi menghasilkan adanya korelasi minat belajar dengan kedisiplinan belajar siswa pada kelas IV mata pelajaran matematika di SD Negeri 1 Srobyong UPTD

Adapun hasil penelitian ini ditunjukan dari korelasi rxy pada perhitungan korelasi product moment sebesar 0,819 dapat diartikan bahwa korelasi hubungan kebijakan

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sesuai dengan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya tentang korelasi antara antara Hasil belajar

Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat dia mbil kesimpulan bahwa hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa motivasi belajar

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa besarnya sumbangan efektif konsep diri terhadap kemadirian belajar adalah sebesar 59,90 % dan ini berarti masih ada 40,10 %

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4, dapat diketahui nilai thitung sebesar 5.290 > ttabal sebesar 1.968 dengan nilai signifikasi 0.000 < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima,

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis terlihat bahwa variabel motivasi berprestasi dan variabel hasil belajar ekonomi siswa memiliki koefisien korelasi sebesar 0,944 dimana rxy > 0,

Hasil Dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis, maka untuk memaknai hasil pengujian tersebut, pada bagian ini diuraikan pembahasan hasil penelitian terkait