• Tidak ada hasil yang ditemukan

Public perspective on the environmental impacts of sea sand mining: Evidence from a choice experiment in South Korea

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Public perspective on the environmental impacts of sea sand mining: Evidence from a choice experiment in South Korea"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

“Public perspective on the environmental impacts of sea sand mining: Evidence from a choice

experiment in South Korea”

A. PENDAHULUAN

Paper ini berjudul Public perspective on the environmental impacts of sea sand mining : Evidence from a choice experiment in South Korea, ditulis oleh Ju-Hee Kim dan Seung-Hoon Yoo yang berasal dari Korea Selatan, paper ini dipublikasikan pada Jurnal Resources Policy volume 69 pada tahun 2020.

Penelitian ini mengambil tema kerusakan lingkungan akibat penambangan pasir laut di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

Paper ini dipilih karena paper ini merupakan paper pertama yang menilai biaya lingkungan akibat penambangan pasir laut, sehingga paper ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk kasus di Indonesia. Tujuan dari review paper ini sebagai bahan atau referensi yang dapat digunakan dalam rencana penelitian yang telah melakukan perhitungan biaya lingkungan akibat pertambangan pasir laut serta hubungannya dengan salah satu prinsip ekologi yaitu keberlanjutan (Sustainability). Menurut Riani (2012), berkelanjutan secara ekonomi adalah kegiatan yang dapat menghasilkan keuntungan ekonomi, sehingga dari kegiatan tersebut akan didapatkan keuntungan secara finansial. Berkelanjutan secara sosial apabila pembangunan tersebut dapat menciptakan masyarakat di sekitarnya dapat merasakan adanya kemakmuran yang berkeadilan dan berkelanjutan secara ekologi, apabila kegiatan yang dilakukan tidak mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, dalam arti lingkungan tetap dalam kondisi lestari.

Permasalahan yang akan diangkat dalam paper ini berhubungan dengan rencana penelitian yang akan di lakukan dengan tema Model Pengendalian Penambangan Pasir Laut yang kemudian dapat menjadi rujukan untuk melihat biaya lingkungan dari perspektif masyarakat terhadap dampak lingkungan dari kegiatan

(2)

penambangan pasir laut di Teluk Banten lebih khususnya di Perairan Pulau Tunda, kabupaten Serang Provinsi Banten.

Dalam jurnal ini memberikan informasi bahwa terdapat proyek untuk mengumpulkan total 24,3 juta meter kubik pasir laut dari dari wilayah penambangan di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Laut Selatan di Korea Selatan yang sedang berjalan.

Pemerintah Korea membutuhkan informasi tentang perspektif masyarakat tentang dampak lingkungan dari proyek penambangan pasir laut. Kajian ini mencoba untuk melihat perspektif publik dengan menggunakan choice experiment (CE).

Variabel yang dipilih mewakili dampak lingkungan adalah peningkatan erosi pantai, penurunan benthos, penurunan ikan, dan penurunan kualitas air laut, dan atribut harga adalah pajak penghasilan tahunan tambahan per rumah tangga.

B. RINGKASAN JURNAL

Tujuan dari penelitian secara umum untuk menganalisis dampak yang terjadi akibat penambangan pasir laut dan difokuskan dalam penelitian yaitu penilaian biaya ekonomi dari dampak penembangan pasir laut dengan total kebutuhan pasir laut sebesar 24,3 juta m3 yang di ekstraksi secara bertahap selama dua tahun dari 2019 hingga 2020. Sebelum dilakukan proyek penambangan pasir laut ini telah di lakukan Analisis Dampak Lingkungan (EIA) dengan menilai penilaian dampak lingkungan awal dari proyek penambangan pasir laut, jenis dampak lingkungan dapat diprediksi sampai batas tertentu. Namun, besarnya dampak lingkungan masih belum jelas berdasarkan hasil studi Analisis Dampak Lingkungan (EIA).

Jika besarnya dampak lingkungan dapat di proyeksikan kedepan, maka mungkin dapat memperkirakan biaya lingkungan akibat penambangan pasir laut, sehingga dapat di gambarkan perspektif masyarakat akibat penambangan pasir laut ini yang dijelaskan secara rinci kepada responden di survei CE.

Penelitian ini berfokus pada pehitungan biaya lingkungan akibat rencana penambangan pasir laut di ZEE laut selatan Korea Selatan, metoda yang

(3)

digunakan dalam penelitian ini adalah choice experiment (CE) yang kemudian di buat suatu model dengan teknik Random Utility Maximization (RUM), parameter dampak lingkungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peningkatan erosi pantai, penurunan benthos, penurunan jumlah ikan, penurunan kualitas air laut dan harga (WTP). Survei dilakukan pada 1000 rumah tangga yang dibagi dalam 2 kelompok. Ada 4 pertanyaan untuk dan setiap pertanyaan ada 3 alternatif yang harus dipilih salah satu oleh responden. Persamaan multinomial digunakan untuk menentukan model yang paling sesuai dengan hasil survey menggunakan SPSS.

Hasil perkiraan Marginal Willingness to Pay (MWTP) dari model tanpa covariate adalah :

Parameter MWTP/rumah tangga/tahun Peningkatan erosi pantai KRW 100 (USD 0,09)

Penurunan benthos KRW 76 (USD 0,07) Penurunan jumlah ikan KRW 152 (USD 0,14) penurunan kualitas air laut KRW 123 (USD 0,11) Sumber : Analisa

Nilai MWTP terbesar adalah Penurunan ikan (KRW 152) dan terkecil adalah Penurunan benthos (KRW 76), perbandingan nilai MWTP untuk setiap parameter tidak signifikan artinya responden belum memahami parameter yang paling berpengaruh. Selain menghitung MWTP perlu juga menghitung besarnya dampak lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan penambangan pasir laut, karena pada penelitian ini kegiatan penambangan pasir laut belum dilakukan maka besarnya dampak hanya dapat diperkirakan dengan 3 skenario, besarnya biaya lingkungan setiap parameter : persentase skenario x MWTP hitung, dan biaya lingkungan rumah tangga pertahun merupakan penjumlahan dari biaya setiap parameter.

Biaya lingkungan nasional : Biaya lingkungan/rumah tangga x jumlah penduduk tahun 2018.

Parameter Skenario A Skenario B Skenario C Peningkatan erosi

pantai 30% 20% 15%

Penurunan benthos 20% 15% 20%

Penurunan jumlah ikan 15% 15% 10%

penurunan kualitas air

laut 5% 10% 5%

(4)

Biaya

lingkungan/rumah tangga/tahun

KRW 7405(USD

6.60)

KRW 6780

(USD 6.05) KRW 5,235 (USD 4.67) Biaya lingkungan

nasional/tahun KRW 146.27 milyar (USD 130.44 juta)

KRW 131.17 milyar (USD 116.97 juta)

KRW 101.78 milyar (USD 90.76 juta) Sumber : Analisa

C. DISKUSI

Di Indonesia sejak terbitnya Undang – Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah maka kewenangan perizinan untuk kegiatan di laut berada di Pemerintah Provinsi. Salah satu Provinsi yang telah memberikan izin usaha penambangan pasir laut yaitu Provinsi Banten. Wilayah pertambangan pasir laut di Kabupaten Serang Provinsi Banten adalah Teluk Banten.

Pemerintah kabupaten Serang yang sejak tahun 2003 membuka peluang bagi pengusaha tambang untuk mengusahakan penambangan pasir laut untuk memenuhi permintaan pasir untuk membuka lahan baru di berbagai wilayah, khususnya di DKI Jakarta. Menurut Saraswati (2005), wilayah pesisir dan laut di Kabupaten Serang memiliki potensi cadangan stok pasir laut layak tambang mencapai 3,7 miliar m3.

Mekanisme Pemeberian izin usaha pasir laut yang dilakukan di oleh Pemerintah Daerah melalui persyaratan Menyusun dokumen lingkungan berupa Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Setelah AMDAL terbit izin lingkungan yang selanjutnya pemrakarsa dapat menguruh Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksploitasi. IUP Ekspolotasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah dengan masa berlaku 5 tahun. Walaupun telah melakukan studi AMDAL tetapi tetap terjadi kerusakan dan pencemaran lingkungan yang menimbulkan persepsi negative terhadap kegiatan penambangan pasir laut ini.

Penambangan pasir laut di wilayah perairan Teluk Banten kabupaten Serang di satu sisi dapat menjadi sumber pendapatan daerah (PAD), namun di sisi lain juga

(5)

dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan. Beberapa penelitian terkait penambangan pasir laut tersebut dilakukan hanya sebatas menilai volume pasir yang boleh ditambang dan nilai ekonomisnya, diantaranya dilakukan oleh Kusumawati (2008). Penelitian lain adalah tentang hidrodinamika dan Morfologi yang berubah dan dapat menimbulkan dampak di daerah peisir terkait dengan penambangan pasir laut (Prihantono et al. 2007).

Proyek penambangan pasir laut di Korea Selatan berlangsung selama 2 tahun.

Studi yang dilakukan oleh Pemerintah Korea Selatan mengkaji biaya lingkungan dari penambangan pasir laut menggunakan data observasi yang dikumpulkan dari survei CE pada 1000 rumah tangga. parameter yang dipilih dalam penelitian ini adalah erosi pantai, penurunan benthos, penurunan jumlah ikan, dan penurunan kualitas air laut, parameter ini berkaitan dengan dampak lingkungan dari penambangan pasir laut.

Oleh karena itu sangat perlu dilakukan oleh pemerintah baik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melakukan kajian valuasi ekonomi serta untuk menilai biaya kerusakan yang diakibatkan dari kegiatan penambangan pasir laut yang nantinya bisa dikembalikan untuk masyarakat terkena dampak termasuk biaya pemulihan untuk komponen lingkungan yang terkena dampak.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) hanya sebagai salah satu instrument pencegahan dan berbagai permasalahan tidak bisa diselesaikan hanya dengan kajian AMDAL tetapi membutuhkan instrument lainnya seperti tata ruang dalam hal ini tata ruang di laut (RZWP3K) sehingga sebelum di terbitkannya Izin Usaha Pertambangan (IUP) sudah dapat memeperhitungkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Berdasarkan rumusan penyataan yang terdapat diatas makan dapat dirumuskan kelebihan dan kekurangan dari penelitian ini :

Keunggulan dari paper ini adalah :

(6)

1. Paper ini merupakan paper pertama yang menilai biaya lingkungan akibat penambangan pasir laut;

2. Proyek penambangan pasir laut dalam di Korea Selatan dapat melengkapi kajian sebelumnya berupa Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) sehingga paper ini dapat menjadi acuan dalam pengambilan kebijakan untuk meminimalisir dampak negatif dari penambangan pasir laut yang akan terjadi nanti;

3. Untuk menentukan dampak dari setiap parameter, penulis melakukan konsultasi dengan ahli dan dalam wawancara dengan masyarakat, peneliti menggunakan pewawancara professional.

Kelemahan paper ini adalah :

1. Belum teridentifikasi Pulau terdekat dengan lokasi penambangan pasir laut yag akan mengalami dampak secara langsung;

2. Proyek penambangan pasir laut di Korea Selatan yang sebelumnya dilakukan studi AMDAL belum menyebutkan luasan lokasi wilayah penambangan pasir laut tetapi hanya menyebutkan kebutuhan pasir yang akan ditambang;

3. Pada paper ini tidak menyebutkan lokasi responden (sampel), hanya disebutkan “di seluruh negara”.

4. Belum ada segmentasi sampel (responden)

D. KESIMPULAN

1. Studi ini mengkaji biaya lingkungan dari penambangan pasir laut menggunakan data observasi yang dikumpulkan dari survei CE pada 1000 rumah tangga. parameter yang dipilih dalam penelitian ini adalah erosi pantai, penurunan benthos, penurunan jumlah ikan, dan penurunan kualitas air laut kualitas, parameter ini berkaitan dengan dampak lingkungan dari penambangan pasir laut. Biaya lingkungan dari penambangan pasir laut di laut selatan Korea Selatan adalah untuk skenario A Biaya lingkungan per rmah tangga/tahun sebesar KRW 7405 (USD 6,60), skenario B sebesar KRW 6780 (USD 6,05) dan skenario C KRW 5235 (USD 4,57) sedangkan secara nasional biaya lingkungan/tahun sebesar skenario KRW 146,27

(7)

Milyar (USD 130,44 Juta), skenario B KRW 131,17 Milyar (USD 116,97 Juta) dan scenario C KRW 101,78 (USD 90,76 Juta)

2. Kegiatan Penambangan pasir laut di wilayah pesisir dan laut tidak dapat diselesaikan secara parsial tetapi perlu melihat dari berbagai aspek yaitu ekonomi, sosial, lingkungan dan pengaturan ruang di laut berupa Perda Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil (RZWP3K).

Kebijakan pengendalian di wilayah peisir dan laut yang dilakukan saat ini yang belum optimal seharusnya dapat sejalan dengan yang tercantum pada tujuan 14 (empat belas) Sustainable Development Goals (SDGs) yang bertujuan untuk melestarikan dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya kelautan dan samudera untuk pembangunan berkelanjutan.

3. Perlu dilakukan kajian terkait masa berlaku Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang terlalu lama.

E. DAFTAR PUSTAKA

Wahyudi, W., 2018. Strategi Pengelolaan Penambangan Pasir laut Di Perairan Pulau Tunda, Provinsi Banten.Thesis. Institut Pertanian Bogor

Wahyudi, W., Riani, E., & Anwar, S. (2018). Strategi Pengelolaan Penambangan Pasir Laut Yang Berkelanjutan (Studi Kasus Pulau Tunda, Provinsi Banten). Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis, 10(2), 277–

289. https://doi.org/10.29244/jitkt.v10i2.19066

Husrin, S., Prihantono, J., & Softyan, H. (2016). Impacts of Marine Sand Mining Activities To the Community of Lontar Village, Serang - Banten. Bulletin of the Marine Geology, 29(2), 81. https://doi.org/10.32693/bomg.29.2.2014.68 Mukhtasor. (2007). Pencemaran pesisir dan laut. Jakarta : PT.

Pradnya Paramita

Saraswati, D., 2005. Analisis Sosial Ekonomi Dan Kelembagaan Pengelolaan Pasir Laut Di Kabupaten Serang .Thesis. Institut Pertanian Bogor

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah hoaks bermuatan politik yang besar dan disebar melalui media sosial tersebut juga dapat muncul karena besarnya jumlah warga yang menggunakan media sosial sebagai

Mungin (dalam Ambarita, 2006) menyatakan guru profesional memiliki ciri- ciri kepribadian matang, memiliki keterampilanb membangkitkan minat peserta didik, penguasaan

Pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam mengelola kelas akan sangat Pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam mengelola kelas akan

Keluarga besar Hijau Hitam Fak Ilmu Budaya, (Bang Eko, Bang Budi, Bang Ansor, Bang Daru, Bang Evan, Bang Zulfan, Bang Palit, Bang Bembeng Saswanda, Bang Fajar, Bang Izala,

berorientasi kepada pekerja terdiri atas gabungan ukuran hasil generik/kepuasan, tingkat retensi, pelatihan dan keahlian pekerja ditambah dengan faktor pendorong

mengurangi lemah konsep yang biasanya terjadi pada siswa, sesuai dengan pernyataan (Omang Wirasasmita, 1989:1) “Praktek Fisika merupakan cara yang sangat membantu

dengan variasi arus 8000 A dan waktu 0,4 detik. 4) Nilai kekerasan pada spesimen tanpa menggunakan filler maupun dengan menggunakan filler menunjukkan kecenderungan yang

Masalah yang berkaitan dengan produk yang akan di buat dan di aplikasikan adalah sarana permainan yang tersedia di taman daerah kota Bandung kurang memadai, karena