commit to user PROYEK AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya
Oleh :
UNTUNG HERMAWAN NIM. I8609034
PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah
Sistem kemudi suatu kendaraan dimaksudkan untuk mengendalikan arah kendaraan. Suatu sistem kemudi dikatakan ideal untuk suatu kendaraan jika mempunyai sifat-sifat :
a. Dapat digunakan sebagai pengendali arah kendaraan untuk segala kondisi, segala jenis belokan, dan segala kecepatan.
b. Dapat menjamin serta menjaga stabilitas arah kendaraan pada segala jenis gerakan belokan dan pada segala kecepatan.
c. Tidak membutuhkan tenaga yang besar dari pengemudi untuk menggerakkan roda kemudi dalam mengendalikan ara gerak kendaraan.
d. Tidak membahayakan pengemudi jika terjadi kecelakaan pada kendaraan.
Gambar 1.1. Sistem Kemudi
commit to user 2
box), kemudian dari gigi kemudi diteruskan ke lengan pitman lalu keroda-roda depan
dengan perantaraan sambungan kemudi (steering linkage).
Hal-hal yang mempengaruhi beratnya kemudi antara lain : a. Kecepatan rendah (contoh : parkir).
b. Kesalahan penyetelan geometri roda. c. Tekanan ban rendah.
d. Profil ban (lebar ban).
e. Perbangdingan gigi kemudi yang kecil. f. Kerusakan pada sistem pompa.
Kelemahan sistem kemudi konvensional :
a. Beban kemudi terasa berat karena tidak ada tenaga tambahan.
b. Gaya untuk memutar roda kemudi seluruh nya berasal dari tenaga pengemudi.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut maka dikembangkan sistem kemudi dengan menggunakan tenaga tambahan yaitu sistem kemudi Power
Steering. Sistem kemudi Power Steering menggunakan tambahan tenaga dari pompa
power steering yang diputar oleh putaran mesin untuk mensirkulasikan oleh Power
Steering Fluid.
Rumusan masalah pada proyek akhir ini adalah bagaimana memodifikasi sistem kemudi konvensional tipe bola sirkulasi (recirculating ball) menjadi sistem kemudi power steering tipe bola sirkulasi (recirculating ball) pada mobil Chevrolet Luv.
commit to user 3
1.2Tujuan Dan Manfaat Tugas Akhir
Tujuan proyek akhir ini adalah untuk memodifikasi sistem steering pada mobil Chevrolet Luv yang sebelumnya masih sistem kemudi konvensional menjadi sistem kemudi power steering.
commit to user 4
2.1. Jenis-Jenis Sistem Kemudi
Sistem kemudi yang dipakai pada kendaraan jika ditinjau dari tenaga yang dipakai untuk membelokkan roda kemudi, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
2.1.1. Sistem Kemudi Konvensional
Pada sistem kemudi Konvensional, gaya yang diperlukan untuk memutar roda depan sepenuhnya berasal dari putaran roda kemudi yang diputar oleh pengemudi.
Jenis- jenis kemudi konvensional berdasarkan gigi kemudi :
1. Tipe Cacing dan Rol.
Pada tipe gigi kemudi cacing dan rol, gerak utar roda kemudi diubah menjadi gerak ayun lengan pitman melalui roda gigi cacing dan rol.
Gambar 2.1. Konstruksi gigi cacing dan rol
commit to user 5
2. Tipe Rack and Pinion.
Tipe rack and pinion pada umumnya digunakan pada mobil yang berukuran kecil sampai sedang.
Gambar 2.2. Konstruksi rack and pinion
( Sumber : Team Toyota, 1995 )
3. Tipe Bola Sirkulasi.
Pada model bola sirkulasi, bola diisikan dalam lubang mur kemudi (nut) untuk membentuk hubungan yang menggelinding antara mur kemudi dan baut kemudi (worm shaft), sehingga mempunyai sifat tahan aus. Tipe ini banyak digunakan pada mobil yang berukuran besar.
Gambar 2.3. Konstruksi tipe bola sirkulasi
commit to user 6
sistem steering bisa bekerja. Diameter roda kemudi disesuaikan dengan beban steering karena semakin besar diameter roda kemudi maka steering menjadi lebih ringan ini dikarenakan momen menjadi lebih besar jadi gaya yang diperlukan untuk memutar steering coloum menjadi lebih kecil. Tetapi jika diameter roda kemudi terlalu besar ini pun dapat mengganggu kenyaman pengemudi.
Gambar 2.4. Roda kemudi
2. Batang kemudi dan tabung batang kemudi.
commit to user 7
Gambar 2.5. Batang kemudi
( Sumber : Team Toyota, 1995 )
3. Sambungan kemudi (Steering linkage).
Sambungan kemudi adalah kombinasi antara batang dan lengan yang meneruskan gerakkan lengan pitman ke roda-roda depan kanan dan kiri. Bentuk yang tepat sangat mempengaruhi kestabilan pengendaraan. Ada beberapa bentuk sambungan kemudi, yaitu :
a. Sambungan kemudi untuk suspensi rigid
Sambungan kemudi ini terdiri dari lengan pitman, drag link, knuckle arm,
tie-rod dan tia-rod end. Tie rod mempunyai pipa untuk menyetel
panjangnya tie rod.
Gambar 2.6. Sambungan kemudi untuk suspensi rigid
commit to user 8
Gambar 2.7. Sambungan kemudi untuk suspense independen
( Sumber : Team Toyota, 1995 )
Sedangkan untuk suspensi independen terdapat sepasang terot (rack end) yang disambungkan dengan relay rod .Komponen penyusun sambungan kemudi untuk suspensi independen yaitu:
1) Steering gear
Recirculating ball yang menghubungkan kemudi secara langsung.
Pada tipe recirculating ball kaitan antara Gigi sector dengan nut dapat diatur dengan adjusting screw.
2) Lengan Pitman
Lengan pitman mempunyai fungsi untuk merubah gerak putar roda kemudi menjadi gerak ayun. Selain itu lengan pitman menghubungkan sambungan kemudi dengan kotak gigi kemudi
3) Lengan Idler (idler arm)
commit to user 9
4) Tie rod (Rack End)
Dengan ujung berbentuk ulir tie rod dimungkinkan dapat distel dengan memutar sambungan bola. Sehingga toe in dapat diperoleh dengan ukuran yang diinginkan.
Gambar 2.8. Rack End ( Sumber : Team Izusu, 1995 )
5) Ujung Tie rod (Tie Rod End)
Tie rod end berfungsi sebagai penghubung terot dengan lengan knukle.
Pada ujung tie rod end dilengkapi sambungan bola yang dilumasi oleh vet. Sambungan bola dilindungi oleh karet sebagai penutup agar debu dan kotoran tidak masuk.
Gambar 2.9.Tie Rod End ( Sumber : Team Izusu, 1995 )
6) Lengan Knukel (Knuckle Arm)
Berfungsi sebagai penerus gerakan tie rod end ke roda depan melalui
commit to user 10
Gambar 2.10. Lengan Knucle
( Sumber : Team Izusu, 1995 )
2.1.2. Sistem Kemudi Power Steering
Power steering adalah sistem peralatan tambahan pada sistem kemudi
yang berfungsi meringankan kerja pengemudi. Gaya yang diperlukan untuk memutar roda depan tidak sepenuhnya dari tenaga si pengemudi, akan tetapi pengemudi mendapatkan tenaga tambahan dari kerja pompa yang ikut juga dalam proses pengemudian suatu kendaraan.
Gambar 2.11. Sistem kemudi power steering
commit to user 11 Prinsip kerja power steering :
1. Power steering bekerja atas dasar tekanan fluida ( fluida yang
digunakan biasanya ATF / Automatic Transmission Fluid ). 2. Tekanan fluida didapatkan dari pompa yang digerakkan mesin.
3. Tekanan fluida diatur oleh katup untuk diarahkan ke silinder ( pada saat belok ) atau dikembalikan ke reservoir ( pada saat jalan lurus ).
Tekanan hidrolis bekerja pada piston yang terdapat didalam silinder. Dengan menutup katup, fluida akan keluar dari saluran dibawah silinder, sehingga tekanan fluida bertambah dan mendorong piston keatas. Apabila katup dibuka tekanan fluida berkurang dan piston bergerak ke bawah. Jumlah fluida yang mengalir diatur oleh menutup dan membukanya katup-katup.
Komponen-komponen Sistem Kemudi Power Steering :
1. Reservoir dan Vane pump.
Reservoir berfungsi untuk menampung persediaan minyak power
steering. Vane pump merupakan pompa hidrolis yang menghasilkan
tekanan dengan menggunakan rotor dan slipper. Vane pump dibedakan menjadi dua macam terpisah dan menyatu dengan reservoir. Pada modifikasi mobil Chevrolet Luv menggunakan vane pump yang terpisah dengan reservoir. Pada vane pump terdapat 10 buah vane
plate dan bagian belakangnya terdapat katup pengontrol ( flow control
commit to user 12
Gambar 2.12. Vane pump dan reservoir yang menyatu
( Sumber : Team Toyota, 1995 )
Rotor berputar didalam cincin kam (cam ring yang dipasangkan ke rumah pompa ( pump housing ), pada rotor terdapat alur-alur untuk pemasangan vane plate. Permukaan luar rotor berbentuk bulat tetapi permukaan dalam cincin kam berbentuk oval, sehingga ada celah antara rotor dan cincin kam. Vane pump bersentuhan pada permukaan dalam cincin kam. Dengan ada nya gaya sentrifugal dan tekanan fluida pada bagian belakang vane plate yang membentuk seal, apabila pompa menghasilkan tekanan fluida kebocoran tekanan diantara vane plate
dan cincin kam dapat dicegah.
- Vane pump ini terdiri dari :
a. Rotor digerakkan oleh sabuk (belt) dengan perantaraan puli. b. Fixed ring dengan 6 buah slot.
c. Enam buah slipper dengan pegas-pegas didalamnya dan bersentuhan langsung dengan rotor.
commit to user 13 - Cara kerja vane pump :
a. Penghisapan ( inlet ).
Ruangan yang dibentuk oleh fixed ring dan rotor terbagi oleh enam buah slipper. Ruangan tersebut akan membesar sehubungan dengan putaran rotor. Pada waktu kapasitas ruangan membesar, fluida mengalir masuk dari alur pemasukan yang terdapat pada belakang poros rotor ( rotor shaft ) dan berkumpul didalam ruangan antara fixed ring dan rotor. Proses ini disebut pemasukan.
Gambar 2.13. Penghisapan (inlet)
( Sumber : Team Izusu, 1995 )
b. Pembuangan ( outlet ).
Pada waktu rotor terus berputar, kapasitas ruangan antara fixed
ring dan ritir mengecil. Fluida yang terdapat didalamnya
commit to user 14
Gambar 2.14. Pembuangan (outlet)
( Sumber : Team Izusu, 1995 )
- Komponen-komponen vane pump : a. Katup pengontrol.
Volume pengeluran dari pompa bertambah sebanding dengan putaran mesin (rpm). Karena tidak ada katup pengontrol, sehingga semakin tinggi putaran motor, fluida yang dialirkan semakin banyak.
Gambar 2.15. Grafik hubungan volume dan rpm tanpa katup pengontrol
commit to user 15
Hal itu menyebabkan tenaga untuk membantu pengemudian semakin besar. Bila bantuan tenaga terlalu besar, akan mengganggu stabilitas pengemudian karena pengemudi tidak bisa merasakan kontak roda dengan permukaan jalan. Oleh karena itu pada vane pump dilengkapi dengan katup pengontrol untuk mengatur volume aliran minyak dari pompa ke gigi kemudi.
Gambar 2.16. Katup pengontrol
( Sumber : Team Toyota, 1995 )
Lubang menuju silinder gigi kemudi diasumsikan hanya mampu mengalirkan minyak maksimum 6 liter / menit. Setelah volume aliran melebihi 6 liter / menit, tekanan sebelum saluran masuk membesar, akibatnya saluran ke reservoir terbuka dan fluida dialirkan kembali ke reservoir.
Gambar 2.17. Katup pengontrol saat volume aliran > 6 liter/menit
commit to user 16
Gambar 2.18. Grafik hubungan volume dan rpm dengan katup pengontrol
( Sumber : Team Toyota, 1995)
Disamping terdapat katup pengontrol, di dalam vane pump juga dilengkapi dengan katup pengontrol volume ( control spool ) yang berfungsi untuk menurunkan volume aliran minyak pada saat pompa mencapai kecepatan tertentu, sehingga diperoleh gaya kemudi yang sesuai meskipun mobil sedang berjalan dengan kecepatan tinggi.
Gambar 2.19. Penampang katup pengatur volume
commit to user 17
b. Relief valve
Gambar 2.20. Relief valve
( Sumber : Team Toyota, 1995 )
Relief valve terdapat di dalam katup control. Apabila roda
kemudi diputar, katup flapper akan tertutup dan tekanan hidrolis didalam saluran akan bertambah. Pada saat ini relief
valve membuka dan membentuk sirkuit seperti pada gambar
dibawah ini. Jadi relief valve berguna untuk mengontrol tekanan hidrolis maksimum.
c. Slipper
Slipper selalu berhubungan langsung dengan poros rotor karena ditekan oleh tegangan pegas, ini dimaksudkan untuk mencegah kebocoran fluida dari alur pengeluaran ( outlet port ) ke alur pemasukkan ( inlet port ). Bagian yang dipotong dari
slipper disediakan untuk mengalirkan fluida kedalam ruangan
antara fixedring dan slipper. Tekanan hidrolis yang bekerja pada punggung slipper akan menutup dengan rapat antara
slipper dan fixed ring, untuk mencegah keocoran fluida
commit to user 18
Dan fluida dapat didinginkan dengan cara dialirkan pada pipa pendingin yang mempunyai alur yang diperpanjang agar pendinginan maksimal.
3. Rumah gigi kemudi ( gear box housing ).
Pada kemudi power steering porosnya d buat dua bagian yaitu baut kemudi dan batang torsi (torsion shaft). Jadi putaran roda kemudi dipindahkan dari batang torsi ke baut kemudi.
Gambar 2.21. Rumah gigi kemudi
( Sumber : Team Toyota, 1995 )
Cara kerja :
commit to user 19
sehingga lengan pitman melakukan gerakan ayunan dengan arah yang sama.
Pada gigi kemudi model bola sirkulasi menggunakan perbandingan gigi tipe konstan. Bentuk dari gigi sektor dan gigi mur kemudi tipe konstan seperti pada gambar 2.19. Pada bentuk ini jarak radius gigi sektor (C1,C2 dan C3) dibuat sama panjangnya yaitu 40 mm. Jarak garis sumbu dan batas singgungan dengan gigi sektor (D1,D2 dan D3) juga dibuat sama yaitu 27 mm.
Gambar 2.22. Gigi kemudi tipe konstan
( Sumber : Team Toyota, 1995 )
2.2 Trouble Shooting Sistem Kemudi
a. Kemudi keras, roda kemudi susah kembali
Tempat yang diperiksa Penyebab gangguan Perbaikan
Tekanan ban Tekanan ban rendah Tambah tekanan ban
Ketinggian oli didalam tangki (Hanya Poewr Steering)
Oli kurang Tambah oli
commit to user 20 b. Kemudi goyang dan bergetar
Tempat yang diperiksa Penyebab gangguan Perbaikan
Steering linkage Joint ball macet atau berkarat Perbaiki atau ganti joint ball dan/atau dudukan bola (ball seat)
Bearing poros kemudi Bearing macet atau berkarat Ganti bearing
Mur-mur roda Momen mur-mur roda tidak rata
Kencangkan kembali mur-mur roda sampai momen yang ditentukan
Pena (pin) roda Pin roda patah atau longgar Kencangkan kembali atau ganti pena (pin) roda
Ban dan roda cakram Ban tidak seimbang
Roda cakram berubah bentuk
Perbaiki keseimbangan ban atau ganti roda cakram
Gerak bebas roda kemudi Gerak bebas berlebihan Setel gerak bebas
Kelurusan roda depan Roda depan tidak lurus Perbaiki kelurusan roda depan
commit to user 21
c. Kemudi tertarik ke satu sisi atau ke sisi lainnya
Tempat yang diperiksa Penyebab gangguan Perbaikan Peredam kejut Peredam kejut rusak Ganti peredam kejut
Gerak bebas pada bearing berlebihan atau bearing pecah
Sekrup penytel dan celah (clearance) poros sektor
Celah (clearance) berlebihan Setel celah (clearance) Gerak bebas steering link joint
ball
Joint ball terlalu aus Ganti joint ball dan dudukan bola (ball seal)
Gerak bebas steering link joint ball
Joint ball terlalu aus Ganti joint ball dan dudukan bola (ball seal)
Bantalan jarum poros sektor Bantalan jarum terlalu aus Ganti bantalan jarum
Bagian-bagian internal unit kemudi
Kerusakan piranti Ganti piranti yang rusak
Ban dan roda cakram Ban tidak seimbang
Roda cakaram berubah bentuk
Perbaiki keseimbangan ban Ganti roda cakram
Tekanan ban Tekanan ban tidak rata Tambahkan tekanan ban sampai tekanan yang ditentukan
Bearing poros kemudi Ganti bearing
commit to user 22
d. Kemudi goyang (gerak bebas atau kekendoran yangh berlebihan)
Tempat yang diperiksa Penyebab gangguan Perbaikan
Unit kemudi manual atau power steering
Dudukan unit kemudi longgar Kencangkan baut-baut unit kemudi sampai momen yang ditentukan
Ketinggian oli di dalam tangki (hanya power steering)
Oli kurang Tambah oli
Ban Ban sudah jelek sekali
Ban sudah gundul
Ganti ban dan periksa kelurusan roda
Kelurusan roda depan (toe-in) Roda depan tidak lurus (toe-in perlu disetel)
Perbaiki kelurusan roda depan (setel toe-in)
Roda kemudi dan poros Lock nut nroda kemudi longgar Kencangkan lock nut sampai momen yang ditentukan Kelurusan roda depan Rodsa depan tidak lurus Perbaiki kelurusan roda depan
Rem Satu roda tertarik Perbaiki system rem
commit to user 23
e. Perlu tenaga ekstra pada waktu memutar roda kemudi dengan cepat ke satu sisi atau sisi lainnya ( hanya power steering )
Tempat yang diperiksa Penyebab gangguan Perbaikan Universal joint poros kemudi Baut-baut universal joint
longgar
Kencangkan baut-baut sampai momen yang ditentukan
Steering linkage joint ball-nut Joint ball-nut longgar Kencangkan mur sampai momen yang ditentukan
Lengan pitman dan poros sektor
Mur lengan pitman longgar Kencangkan mur sampai momen yang ditentukan
Bearing roda depan Bearing terlalu aus atau beban awal salah setel
Ganti bearing atau setel beban awal
Sistem hidrolik ( hanya power steering )
Udara di dalam sistem hidrolik Membuang udara
Beban awal bearing poros cacing
Beban awal salah setel Setel beban awal
Ketinggian oli di dalam tangki ( hanya power steering )
Oli kurang Tambah oli
Pompa oli ( hanya power steering )
commit to user 24 g. Goncangan jalan berlebihan
Tempat yang diperiksa Penyebab gangguan Perbaikan
h.
Ketinggian oli di dalam tangki ( hanya power steering )
Oli kurang Tambah oli
Tekanan pompa oli Tekanan terlalu rendah Setel tekanan dan/atau ganti katup pembebas
Tekanan ban Ban terlalu keras Tambahkan tekanan ban sampai tekanan yang ditentukan
Suspensi Suspensi longgar Perbaiki atau ganti piranti-piranti
Peredam kejut Peredam kejut rusak Ganti peredam kejut
Sudut camber Sudut camber salah setel Setel sudut camber
commit to user 25 h. Bunyi tidak normal
Tempat yang diperiksa Penyebab gangguan Perbaikan
i. Pompa oli berisik
Tempat yang diperiksa Penyebab gangguan Perbaikan Unit kemudi manual atau
power steering
Baut-baut dudukan unit kemudi longgar
Kencangkan baut-baut unit kemudi sampai momen yang ditentukan
Selang tekanan hidrolik (hanya power steering)
Selang menyentuh bagian lain dari kendaraan
Atur posisi selang
Lengan pitman Lengan pitman longgar Kencangkan mur lengan pitman sampai momen yang ditentukan
Steering linkage Steering linkage longgar atau aus
Perbaiki atau ganti piranti-piranti steering linkage
Ketinggian oli Tidak cukup Tambahkan
Tekanan udara di dalam sirkuit hidrolik
Udara di dalam sirkuit Buang udara dari sirkuit
Pipa hisap dan filter ada penyempitan
Penyempitan pada pipa atau filter
Bersihkan atau ganti
Pompa oli Rusak Overhaul atau ganti
commit to user 26
3.1 Uji Performance Keadaan Steering
Sebelum merencanakan penggantian komponen steering menjadi power
steering dilakukan dahulu pengecekan awal seluruh komponen yang lama apakah
semua nya bekerja dengan normal. Setelah melakukan pengujian unjuk kerja steering dengan system yang lama lalu dilakukan pemilihan komponen power steering apakah yang cocok digunakan untuk mobil Chevrolet luv ini. Setelah melakukan pertimbangan banyak nya suku cadang untuk steering tersebut maka akhirnya diputuskan untuk menggunakan sistem steering power steering pada mobil Isuzu Panther.
Setelah rencana modifikasi dan disetujui maka langkah selanjutnya adalah melakukan observasi harga onderdil di beberapa toko dan tempat-tempat penjualan onderdil di kota Solo. Lalu setelah didapatkan harga komponen-komponen yang akan dipasang maka dipertimbangkan kembali apakah harga onderdil sudah paling ekonomis atau belum.
Membeli komponen-komponen Power steering Isuzu Panther lalu mengecek dan mendesain dudukan-dudukan komponen nanti nya agar bisa terpasang dan bekerja dengan baik.
commit to user 27
3.2. Bentuk Awal Sistem Steering Chevrolet Luv
Chevrolet Luv menggunakan sistem steering manual tipe recirculating
ball seperti gambar berikut :
Gambar 3.1 Steering manual tipe recirculating ball
( Sumber : Team Toyota, 1995 )
Pada model bola sirkulasi, bola diisikan dalam lubang mur kemudi (nut)
untuk membentuk hubungan yang menggelinding antara mur kemudi dan baut kemudi (worm shaft), sehingga mempunyai sifat tahan aus. Tipe ini banyak digunakan pada mobil yang berukuran besar. Pada tipe gigi kemudi ini gerak putar roda kemudi diubah menjadi gerak ayun lengan pitman melalui roda gigi cacing dan rol.
3.3. Rencana Modifikasi Sistem Steering Chevrolet Luv
commit to user 28
Gambar 3.2. Sistem power steeing Isuzu Panther
( Sumber : Team Toyota, 1995 )
Pada system steering ini power steering fluid dialirkan dari pompa yang digerakkan oleh putaran mesin menuju steering box agar system steering bisa menjadi ringan lalu dari steering box aliran power steering fluid mengalir menuju reservoir
untuk ditampung sementara lalu bersirkulasi kembali.
Dalam modifikasi ini diperlukan dudukan-dudukan tambahan agar semua komponen bisa terpasang dan bekerja dengan baik. Berikut adalah Dudukan-dudukan tambahan tersebut :
commit to user 29
2. Pembuatan dudukan pompa power steering seperti gambar berikut
Gambar 3.3. Contoh dudukan pompa power steering
3. Memindah posisi filter solar karena pompa power steering akan dipasang pada posisi filter solar. Rencana posisi filter solar nanti nya sebagai berikut :
commit to user 30
commit to user 40
BAB IV
PROSES PENGERJAAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pembongkaran sistem kemudi yang lama.
4.1.1 Pelepasan roda kemudi dan steering coloum.
1. Pelepasan roda kemudi dengan dilepasnya baut dudukan batang kemudi yang berada di tengah roda kemudi.
2. Pelepasan knuckle joint yang menghubungkan antara steering coloum dengan steering box.
3. Pelepasan baut tempat dudukan steering coloum.
Gambar 4.1. Baut dudukan steering coloum
4. Menarik keluar steering coloum beserta dudukan steering coloum dari dalam mobil.
commit to user 41
Gambar 4.3. Pitman
Pelepasan pitman dilakukan dengan melepaskan baut pemegang pitman yang berada di bagian bawah steering box, idle arm, dan juga steering linkage. Tarik turun pitman tapi jika sulit pukul pitman dengan palu atau lepas dengan treaker.
2. Pelepasan tie rod dan steering linkage.
commit to user 42
Pelepasan tie rot dilakukan dengan melepas baut yang menghubungkan tie rod dengan lengan roda lalu lepas tei rod dari dari lengan roda dengan memukul batang roda dengan palu. Jika sudah dipukul dengan palu masih tidak bisa lepas maka lepas dengan menggunakan treaker. Setelah tei rod bagian kanan dan kiri lepas ambil tie rod beserta steering linkage dari bawah mobil.
4.1.3 Pelepasan steering box.
1. Pelepasan baut dudukan steering box.
Pelepasan baut ini dilakukan dari bawah mobil dikarenakan posisi pelepasan lebih mudah dan tempat pergerakan kunci pun lebih luas. Pelepasan dilakukan dengan menggunakan kunci ring dan kunci sok
2. Pengambilan steering box
Gambar 4.5. Steering box Chevrolet luv
commit to user 43 berfungsi dengan baik.
Gambar 4.6. Proses pengeboran dudukan steering box
commit to user 44
4.3. Pemasangan steering coloum pada steering box yang baru.
Sebelum dipasang steering box dibersihkan dari karat lalu dicat agar permukaan steering coloum terhindar dari karat. Pada pemasangan steering coloum ini ada modifikasi agar steering coloum yang lama bisa terpasang di steering box baru (stering box Panther). Hal yang dimodifikasi adalah :
1. Steering coloum yang lama dipotong agar panjang steering coloum menjadi pas.
Gambar 4.8. Proses pemotongan steering coloum dengan gerinda
commit to user 45 dan tie rod end dibersihkan dari karat.
4.5. Pemasangan pompa power steering.
Gambar4.9. Pompa power steering
1. Melakukan pembuat dudukan tambahan yang akan dipasangkan pada head silinder. Agar posisi bisa lurus dan center dengan posisi pully crank shaft maka dalam pembuatan dudukan ini menggunakan alat water pass.
commit to user 46
2. Posisi pompa power steering ini menempati tempat posisi filter solar maka posisi pompa solar pun dipindahkan dan dibuat dudukan tambahan. Karena posisi filter solar yang dipindahkan maka pipa saluran solar pun menjadi kurang panjang oleh karena itu pipa solar pun dipotong dan disambungkan dengan selang solar.
Gambar 4.11. Dudukan filter solar
4.6. Pemasangan Reservoir
Gambar 4.12. Reservoir
commit to user 47
Untuk pemasangan selang hanya dengan mengencangkan napel dan juga klem pada tiap sambungan saja tetapi ada hal penting yang harus diperhatikan yaitu pemasangan posisi lubang selang tidak boleh tertukar jadi selang yang mengalirkan fluida tekanan tinggi yang berasal dari pompa power steering harus masuk ke lubang saluran inlet steering box jangan sampai salah pasang ke lubang saluran outlet.
4.8. Masalah serta penyelesaian selama pengerjaan tugas akhir.
Dalam kegiatan tugas akhir ini ada beberapa masalah yang tidak diduga dan hal ini pun memberi banyak pembelajaran.Hal-hal tersebut adalah:
1. Bocornya saluran power steering fluid dibagian saluran masuk steering box. Hal ini terjadi karena pemasangan napel saluran yang kurang kencang sehingga power steering fluid keluar dari sirkulasi.nya.
2. Ketika power steering di coba terdengar suara kasar dari pompa dan power steering fluid yang berada di reservoir berbuih. Hal ini terjadi karena posisi reservoir yang dipasang kurang tinggi dan berada di bawah pompa jadi suara keras terjadi karena power steering fluid terlambat masuk pompa jadi proses suction pada pompa menjadi berat.
commit to user 48
4. Setelah digunakan beberapa kali tes drive muncul kembali kebocoran di steering box. Tetapi hal ini terjadi bukan karena napel yang kurang kencang tetapi setelah steering box dibongkar ada seal yang sudah rusak. Setelah seal yang robek diganti tidak ada lagi kebocoran pada sistem power steering.
4.9. Perhitungan beban kemudi sebelum dan setelah power steering
Melalui percobaan mengukur beban kemudi sebelum dan sesudah power steering dengan menggunakan neraca pegas didapatkan :
1. Jari-jari roda kemudi : 17,5 cm = 0,175 m 2. Beban kemudi sebelum power steering : 4 kg = 39,6 N 3. Beban kemudi setelah power steering : 2.5 kg = 24.8 N
Maka didapatkan :
1. Momen sebelum power steering :
Momen Kemudi = Gaya/beban kemudi x Jari-jari roda kemudi = 39,6 x 0,175
= 6,93 Nm 2. Momen setelah power steering :
Momen Kemudi = Gaya/beban setelah power steering x Jari-jari roda kemudi = 24,8 x 0,175
= 4,34 Nm
Kesimpulan :
commit to user
beberapa proses pengerjaan yaitu Pemindahan filter solar untuk dudukan
pompa power steering, pembuatan dudukan pompa power steering,
pembuatan dudukan untuk steering gear Panther dan modifikasi pada
steering shaft.
3. Gangguan yang sering terjadi pada power steering type recirculating ball
adalah kerusakan pada oil seal dan O-ring pada power cylinder dan
control valve assembly dikarenakan rusak atau sobek.
4. Biaya untuk memodifikasi sistem steering ini menghabiskan biaya sebesar
Rp.4.315.250,-
5.2 Saran
1. Sistem steering masih mengalami kekurangan yaitu tidak ada komponen
power steering fluid cooled yang berguna untuk mengurangi panas dari
power steering fluid.
2. Perlu adanya pengembangan terhadap pembuatan dudukan-dudukan
komponen agar dudukan komponen bisa lebih ringkas tempat dan lebih
kuat.
3. Pompa power steering posisi nya kurang strategis dan perlu memodifikasi
beberapa komponen lain seperti pemindahan posisi Aki tetapi karena
waktu yang sangat mepet maka posisinya hanya diatur sedemikian
sederhana agar posisi selang dan pompa power steering menjadi aman dan