• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN HARGA DIRI PADA REMAJA Hubungan antara Keharmonisan Keluarga dengan Harga Diri pada Remaja.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN HARGA DIRI PADA REMAJA Hubungan antara Keharmonisan Keluarga dengan Harga Diri pada Remaja."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN HARGA DIRI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Diajukan oleh:

ARISKA KARUNIA BUDIANTI

F 100 110 076

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

ii

ii

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN HARGA DIRI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Diajukan oleh:

ARISKA KARUNIA BUDIANTI

F 100 110 076

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(3)
(4)
(5)

1

1

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN HARGA DIRI PADA REMAJA

Ariska Karunia Budianti

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta rizkafilareshopia@yahoo.com

Pembimbing: Nanik Prihartanti

Abstract

The research aim to know the relationship between the family harmony with self-esteem on teenagers, knowing the level of family harmony in the teenagers, knowing the level of self-esteem on teenagers, and to know the contribution toward family harmony self-esteem on teenagers. The research choose quantitative methods to achieve the objectives of this research. The subject in this study are students class X SMA Muhammadiyah 1 Surakarta and consists of four grades X IPS 1, X IPS 2, X IPS 3, and X IPS 4. The results of the

correlation coefficient (r) of 0,176 with p value = 0,018 < 0,05 which means there

is a significant positive relationship between family harmony with self-esteem on teenagers. And from the results of the analysis found that the variable has the empirical average self-esteem (RE) 21,42 and of the average hypothetic of 17,5 which means the subject of self-esteem in this study belongs to high. Of variable harmonious family having an empirical average (RE) as much as 75,39 and hypothetic average (RH) as much as 57,5 which means harmonious family building in teenagers considered to be high. Effective contributions given harmonious family side variables to self-esteem to research to 0,31 which mean harmonious family building turn influences the amounting of teens 0,31% and there are 99,7 another factors.

Keyword : family harmony, self-esteem

PENDAHULUAN

Masa remaja dalam

masyarakat industri modern adalah

peralihan dari masa kanak-kanak ke

masa dewasa. Masa remaja

berlangsung dari usia 10 atau 11 tahun

sampai remaja akhir atau awal usia 20

tahun, masa remaja awal penuh

dengan kesempatan untuk

(6)

2

psikososial tetapi juga beresiko

terhadap kesehatan mental (Feldman,

2009).

Dalam semua kebutuhan,

terdapat problem-problem yang

terdapat dalam diri remaja diantaranya

adalah problem penyesuaian diri yang

merupakan kemampuan seseorang

untuk hidup dan bergaul secara wajar

terhadap lingkungannya, sehingga

remaja merasa puas terhadap dirinya

dan terhadap lingkungannya (Willis,

2005).

Menurut Willis (2005)

kegagalan dalam penyesuaian diri

dapat disebabkan oleh adanya

faktor-faktor pengalaman terdahulu yang

pernah dialami seseorang, remaja yang

mengalami kegagalan penyesuaian diri

di dalam keluarga akan menimbulkan

perasaan rasa takut, apatis, dendam,

tidak kreatif, kenakalan remaja, anak

menjadi pendiam, tidak dapat bergaul

dengan orang lain, stres, dan depresi

pada anak. Kegagalan penyesuaian

diri anak dalam keluarga disebabkan

karena orang tua yang keras (otoriter)

yang artinya orang tua merasa

berkuasa di dalam rumah tangga

sehingga segala tindakan yang

dilakukan terhadap anak terkesan

keras, perkataan terhadap anak juga

menyakitkan hati, lebih banyak

memerintah, dan kurang

mendengarkan keluahan atau usul dari

anak-anak dampak buruknya remaja

akan mengalami tekanan jiwa yang

berdampak buruk terhadap

kemampuan intelektualnya,

perkembangan emosi, dan

pertumbuhan fisik dan yang mungkin

akan berujung pada bunuh diri.

Menurut Aristoteles (dalam

Willis, 2005) fase perkembangan

manusia dibagi menjadi 3 kali 7 tahun,

yaitu masa kanak-kanak yang berusia

0 tahun sampai dengan 7 tahun, masa

anak sekolah yang berusia 7 tahun

sampai dengan 14 tahun, kemudian 14

tahun sampai dengan 21 tahun

merupakan masa remaja. Remaja yang

mengalami depresi cenderung untuk

melakukan bullying, semakin tinggi

tingkat depresi remaja maka semakin

tinggi pula tingkat bullying yang

dilakukan (Uba, Yacob, & Juhari,

2010).

Bullying memiliki dampak

serius baik secara fisik maupun secara

psikis, secara fisik kekerasan ini dapat

mengakibatkan luka dan kerusakan

(7)

3

luka bakar, luka organ bagian dalam

seperti pendarahan otak, pecahnya

lambung, usus hati, hingga kondisi

koma. Secara psikologis bullying

mengakibatkan rendahnya harga diri

hingga depresi dan pada jangka

panjang bullying dapat menyebabkan

trauma (Damantari, 2006).

Namun serangkaian

penelitian yang dikemukakan oleh

(Sarwono & Meinarno, 2009) dampak

negatif dari harga diri yang tinggi

adalah remaja akan melakukan

perilaku bullying, narsisme, dan

eksibisionisme hal ini dikarenakan

harga diri tinggi mencerminkan

superioritas terhadap orang lain dan

orang termotivasi untuk terus

mempertahankannya.

Menurut Fiest & Fiest (2010)

harga diri yang rendah berakibat pada

munculnya keraguan diri, tidak

menghargai diri, dan kurangnya rasa

percaya diri. Sedangkan menurut

(Alwisol, 2010) anak yang memiliki

harga diri rendah akan cenderung

menunjukan perasaan dan sikap

frustasi karena kebutuhan akan harga

diri tidak dapat terpenuhi dengan baik.

Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Afiatin (2013)

menunjukan hasil bahwa yang dapat

mempengaruhi kebahagiaan remaja

adalah kelekatan keluarga, harga diri,

religiusitas, dan asertivitas. Kemudian

penelitian yang dilakukan oleh

(Herbyanti, 2009) mengatakan bentuk

kebahagiaan yang dirasakan remaja

yaitu sebuah kebahagiaan apabila

mempunyai keluarga yang utuh dan

mendapatkan kasih sayang dari

keluarga, adanya lingkungan yang

harmonis, adanya keinginan yang

tercapai serta adanya peran dan

dukungan keluarga.

METODE PENELITIAN

Subjek penelitian adalah

siswa-siswi kelas Muhammadiyah 1

Surakarta dengan jumlah 144 siswa

yang berjenis kelamin perempuan

berjumlah 83 dan laki-laki berjumlah

61. Teknik sampling yang digunakan

adalah cluster random sampling. Dari

beberapa kelas X yang berada di SMA

tersebut, terpilihlah empat kelas yang

menjadi subjek penelitian yaitu kelas

X IPS1 (35 siswa), X IPS2 (35 siswa),

X IPS3 (38 siswa), dan X IPS4 (36

siswa).

Skala harga diri yang digunakan

(8)

4

skala yang digunakan (Azwar, 1979)

yang merupakan versi bahasa

Indonesia dari skala yang

dikemukakan oleh (Rosenberg, 1965)

berdasarkan aspek harga diri yang

dikemukakan oleh (Rosenberg dalam

Rahmania & Yuniar, 2012)

peneriamaan diri dan dan

penghormatan diri. Terdapat 7 aitem

valid dan 3 aitem gugur. Aitem valid

mempunyai corrected item-total

correlation bergerak dari 0,284

sampai 0,398 dan koefisien reliabilitas alpha (α) = 0,590.

Skala keharmonisan keluarga

yang digunakan dalam penelitian ini di

adopsi dari skala yang disusun oleh

(Maria, 2007) berdasarkan aspek

keharmonisan keluarga yang

dikemukakan oleh (Hawari dalam

Maria, 2007), yakni menciptakan

kehidupan beragama dalam keluarga,

mempunyai waktu bersama keluarga,

mempunyai komunikasi yang baik

antar anggota keluarga, saling

menghargai antar sesame anggota

keluarga, kualitas dan kuantitas

konflik yang minim, adanya hubungan

atau ikatan yang erat antar anggota

keluarga. Terdapat 23 aitem valid dan

2 aitem gugur. Aitem valid

mempunyai corrected item-total

correlation bergerak dari 0,312–0,582

dan koefisien reliabilitas alpha (α) =

0,880.

Penelitian ini menggunakan

analisis statistik teknik korelasi

product moment untuk menguji

hipotesis dengan asumsi variabel

keharmonisan keluarga dengan

variable harga diri memenuhi asumsi

linier, normal.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis yang

telah dilakukan dengan menggunakan

teknik korelasi Product Moment Karl

Pearson maka diperoleh hasil nilai

koefisien korelasi (r) sebesar 0,176

dengan p value = 0,018 < 0,05 yang

berarti ada hubungan positif yang

signifikan antara keharmonisan

keluarga dengan harga diri pada

remaja. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh

(Cashwell, 1995) menunjukan hasil

bahwa terdapat korelasi positif antara

hubungan harmonis antar keluarga

terhadap harga diri siswa sekolah

menengah, karena kekuatan keluarga

merupakan variable prediktor

(9)

5

dukung pula dengan adanya penelitian

yang dilakukan oleh (Wong, Chen, &

Wu, 2010) mengemukakan hasil

bahwa harga diri memiliki korelasi

yang positif terhadap hubungan

harmonis dan dengan adanya

pengaruh oleh lingkungan sosial

keluarga, hasil ini juga memaparkan

bahwa keadaan keluarga juga

berpengaruh terhadap pembentukan

pandangan anak mengenai dunia.

Salah satu faktor dari

pembentukan harga diri adalah family

experience, pengaruh keluarga

terhadap harga diri menunjukan

bahwa self-concept yang dibangun

mencerminkan gambaran diri yang di

komunikasikan atau disampaikan oleh

orang-orang terpenting dalam

hidupnya (significant others)

(Michener, DeLamater & Myers

dalam Anggraeni, 2010). Karena

keluarga adalah lingkungan hidup

pertama dan utama bagi setiap anak

yang didalamnya terdapat rangsangan,

hambatan, atau pengaruh yang

pertama dalam pertumbuhan dan

perkembangan baik perkembangan

biologis maupun perkembangan

pribadinya (Aryatmi, 1985).

Harga diri bukan merupakan

sesuatu yang muncul secara tiba-tiba

dan dengan sendirinya ataupun dibawa

sejak lahir, melainkan melalui suatu

proses dan pembentukan yang dimulai

dari masa kanak-kanak serta

perkembangannya terjadi sepanjang

hidup, sehingga keadaan dan situasi

keluarga sangat mempengaruhi

pembentukan harga diri (Lestari &

Koentjoro, 2002).

Hubungan positif antara orang

tua dengan anak akan menghasilkan

anak yang bahagia, ramah tamah,

dianggap menarik oleh orang lain,

relatif bebas dari kecemasan, dan

pandai bekerja sama dalam kelompok

(Setyawati, 2007). Sedangkan ciri-ciri

seseorang memiliki harga diri yang

tinggi menurut (Baron & Byrne, 2012)

adalah individu tersebut menyukai

dirinya sendiri, memiliki evaluasi

yang positif yang sebagian

berdasarkan opini orang lain dan

sebagian berdasarkan pengalaman

yang spesifik.

Dari hasil penelitian ini juga

dapat dilihat bahwa harga diri pada

subjek tergolong tinggi dengan rerata

empirik 27,73 yang diikuti dengan

(10)

6

juga tergolong tinggi dengan rerata

empirik 75,36 hal ini sesuai dengan

teori yang dikemukakan oleh (Soesilo,

1985) sejak anak masih dalam

kandungan, interaksi yang harmonis

antara ayah dan ibu menjadi faktor

yang penting karena menurut hasil

penelitian yang dilakukan oleh Soesilo

menunjukkan bahwa kebanyakan anak

yang mengalami gangguan tingkah

laku berasal dari keluarga yang tidak

harmonis. Hal ini dikarenakan suami

kurang memberikan dukungan dan

kasih sayang selama kehamilan pada

istri dampaknya adalah calon ibu akan

merasa bersalah atau membenci

anaknya yang belum lahir dan

akibatnya anak yang tidak dicintai

oleh orang tua biasanya akan

cenderung menjadi orang dewasa yang

membenci dirinya sendiri dan merasa

tidak layak untuk di cintai karena

memiliki harga diri yang rendah dan

selalu dihinggapi dengan rasa cemas.

Harga diri rendah berasal dari

pengalaman seseorang seiring dengan

pertumbuhannya, seperti: (1) tidak

adanya kasih sayang, dorongan, dan

tantangan. (2) tidak terdapat cinta dan

penerimaan. (3) selalu mengalami

kritikan, ejekan, sarkasme, dan

sinisme. (4) adanya pemukulan fisik

dan pelecehan. (5) tidak adanya

pengakuan dan pujian untuk prestasi.

(6) terdapat kelebihan dan keunikan

yang selalu diabaikan (On My Own

To Feet: Identity and Self-Esteem,

1997).

Selain itu, berdasarkan hasil

analisis yang menunjukkan bahwa

variable keharmonisan keluarga

memberikan sumbangan efektif

sebesar 0,31% terhadap variable harga

diri. Hal ini menunjukkan bahwa

keharmonisan keluarga mempengaruhi

harga diri sebesar 0,31% sehingga ada

99,7% faktor lain yang mempengaruhi

harga diri selain variabel

keharmonisan keluarga.

Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Afiatin (2013)

menunjukkan hasil bahwa yang dapat

mempengaruhi kebahagiaan remaja

adalah kelekatan keluarga, harga diri,

religiusitas, dan asertivitas.

Kebahagiaan yang dirasakan remaja

yaitu sebuah kebahagiaan apabila

mempunyai keluarga yang utuh dan

mendapatkan kasih sayang dari

keluarga, adanya lingkungan yang

harmonis, adanya keinginan yang

(11)

7

dukungan keluarga (Herbyanti, 2009).

99,7% faktor lain kemungkinan

dihasilkan dari faktor lain yaitu

performance feedback, social

comparison (Michener, DeLamater, &

Myers dalam Anggraeni, 2010), citra

tubuh dan lingkungan sosial dan

budaya remaja, karena subjek

penelitian dalam penelitian ini berusia

±16 tahun. Hal ini dikarenakan, pada

masa remaja preokupasi terhadap citra

tubuh itu sangat kuat di antara para

remaja, namun secara khusus sangat

terlihat pada masa remaja awal ketika

remaja tidak puas dengan tubuhnya

dibandingkan pada masa remaja akhir

(Santrock, 2012).

Remaja awal lebih banyak

menyesuaikan diri terhadap standar

kawan sebayanya, dalam taraf ini

remaja cenderung melakukan hal

negatif seperti mencuri, menutup roda

mobil, membuat grafiti di dinding,

atau mencuri kosmetik dari konter

toko bersama kawan sebayanya

(Santrock, 2012). Remaja

menghabiskan cukup banyak

waktunya untuk berpacaran atau

berpikir mengenai pacaran, karena

pacaran merupakan bentuk relasi yang

akrab dan juga suatu cara untuk

menemukan pasangan karena pada

remaja usia 14 hingga 16 tahun remaja

akan mengeksplorasi relasi romantis

dan pada tahap ini (Canolly &

McIsaac dalam Santrock, 2012).

Selain itu, kondisi subjek ketika

mengisi angket juga mempengaruhi

hasil dari penelitian terutama masalah

kejujuran keadaan sebenarnnya dan

keseriusan dalam pengisian angket.

KESIMPULAN

1. Ada hubungan positif yang

sangat signifikan antara

keharmonisan keluarga dengan

harga diri pada remaja. hal ini

dapat dilihat dari nilai

koefisien korelasi sebesar

0,176 dengan p value = 0,018

< 0,05.

2. Sumbangan efektif yang

diberikan variable

keharmonisan keluarga

terhadap variable harga diri

sebesar 0,31 yang berarti

keharmonisan keluarga

memperngaruhi harga diri

sebesar 0,31% dan masih

terdapat 99,7% faktor lain

yang mempengaruhi. Hal ini

(12)

8

koefisien korelasi (0,176)2 x

100%.

3. Keharmonisan keluarga pada

penelitian ini tergolong dalam

kategori tinggi dengan rerata

empiric (RE = 75,39),

sedangkan harga diri pada

penelitian ini juga tergolong

tinggi dengan rerata empiric

(RE = 21,42).

SARAN

Berdasarkan hasil kesimpulan

penelitian, penulis menyampaikan

rekomendasi sebagai berikut :

Membina hubungan yang

harmonis antar anggota keluarga

merupakan suatu hal yang penting di

lakukan khususnya bagi orang tua,

karena akan sangat berpengaruh

terhadap keadaan psikologis anggota

keluarga yang lain terutama bagi

seorang anak. Perasaan bahagia pada

anak akan membuat harga diri anak

menjadi tinggi hal ini dikarenakan

didalam keluarga terjadi interaksi

yang positif, saling menghargai satu

sama lain sehingga anak melakukan

perilaku modelling yaitu anak dapat

menghargai dirinya sendiri. Terkait

dengan hal tersebut, hendaknya orang

tua dapat menjadwalkan kegiatan

bersama (quality time) dan saling

sharing serta memberikan contoh

perilaku yang dapat membuat anak

dapat menghargai diri sendiri maupun

orang lain.

Terkait dalam pihak institusi,

untuk mengimbangi hal tersebut

ketersediaan kegiatan ekstrakulikuler

dari pihak sekolah menjadi sangat

penting dalam pembentukan harga diri

tinggi pada siswa. Bimbingan dan

pengawasan dari pihak guru dalam

pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler

juga memiliki kontribusi yang penting

dalam pembentukan harga diri pada

siswa, disamping itu juga dapat

mengurangi waktu luang siswa

sehingga siswa dapat memanfaatkan

waktu dengan kegiatan yang

bermanfaat. Selain itu sekolah dapat

mengundang orang tua ataupun wali

murid untuk datang ke sekolah guna

melakukan sharing dengan pihak

sekolah maupun orang tua atau wali

murid yang lain mengenai pentingnya

keadaan atau kondisi keluarga dalam

perkembangan anak.

DAFTAR PUSTAKA

Afiatin, T. (2013). Family

(13)

9

Religiosity, Assertiveness, and

Sense of Community as

Predictors of Adolescent

Happiness. Anima, XXIX(1),

38-49.

Alwisol. (2010). Psikologi

Kepribadian. Malang: UMM Press.

Anggraeni, S. (2010). Gambaran

Harga diri pada Pelaku

Redivisme: Studi pada

Residisme di Lembaga

Permasyarakatan Klas I

Cipinang. Indigenous, II(2),

Aryatmi, S. (1985). Pengaruh

Keluarga pada Pembentukan Pribadi dan Kehidupan Seks

Anak. In K. Kartono, Peranan

Keluarga Memandu Anak (pp. 27-35). Jakarta: CV. Rajawali.

Azwar, S. (1979). Harga diri dan

Prestasi Akademik Mahasiswa Tingkat Sarjana Muda.

Universitas Gajah Mada,

Fakultas Psikologi.

Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Baron, R., & Byrne, D. (2012). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Cashwell, C. S. (1995). Family Functioning and Harga diri of Middle-School Students: A

Matter of Perspective?

Humanistic Education and Development, XXXIV, 83-91.

Damantari, D. (2006). Studi

Komparatif: Perilaku Bullying pada Remaja di Sekolah Ditinjau dari Jenis Kelamin.

Universitas Muhammadiyah

Surakarta, Psikologi.

Surakarta: UMS.

Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.

Feldman, P. (2009). Human

Development. Jakarta: Salemba Humanika.

Herbyanti, D. (2009). Kebahagiaan (Happiness) pada Remaja di

Daerah Abrasi. Indigenous,

XI(2), 60-73.

Lestari, R., & Koentjoro. (2002). Pelatihan Berpikir Otomatis untuk Meningkatkan Harga Diri Pelacur yang Tinggal di

Luar Panti Sosial. Indigenous,

VI(2).

Maria, U. (2007). Peran Persepsi

Keharmonisan Keluarga dan Konsep Diri teradap Kecenderungan Kenakalan Remaja. Universitas Gajah Mada, Pascasarjana Psikologi. Yogyakarta: Diterbitkan.

Rahmania, & Yuniar, I. (2012, Juni). Hubungan antara Harga diri dengan Kecenderungan Body Dysmorphic Disorder pada

Remaja Putri. Jurnal Psikologi

Klinis dan Kesehatan Mental,

I(2), 110-117.

Rosenberg, M. (1965). Society and the

Adolescent Self-Image.

Princeton: Princeton

University Press.

Santrock, J. W. (2012). Life Span

(14)

10

Sarwono, S. W., & Meinarno, E. A.

(2009). Psikologi Sosial.

Jakarta: Salemba Humanika.

Setyawati, L. (2007). Terapi Keluarga Salah Satu Bentuk Psikoterapi yang Efektif. In Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya (pp. 311-318). Jakarta: CV. Sagung Seto.

Soesilo, A. (1985). Pengaruh Sikap Orang Tua terhadap Anak. In

Kartono, & Kartini, Peranan

Keluarga Memandu Anak (pp. 19-25). Jakarta: CV. Rajawali.

Uba, I., Yacob, S., & Juhari, R.

(2010). Bullying and it's

Relationship with Depression

Among Teenagers. Journal

Psychology, I(1), 15-22.

Willis, S. S. (2005). Remaja dan

Masalahnya. Bandung: CV. Alfabeta.

Wong, M., Chen, S. X., & Wu, W. (2010). How Family Matters in

Shaping Offspring

Worldviews: Personal and

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada tabel mengenai hubungan keharmonisan keluarga dengan perilaku seks pra-nikah dapat dilihat bahwa semakin rendah tingkat keharmonisan dalam

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA

hipotesis yang diajukan teruji kebenarannya, kesimpulannya ada hubungan antara keharmonisan keluarga dengan resiliensi pada remaja di SMP 3 Pati.. Hal ini dapat diartikan

HUBUNGAN PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA, KONSEP DIRI, DAN PERILAKU AGRESI

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah dilakukan, maka hipotesis yang telah diajukan, yaitu ada hubungan positif antara persepsi terhadap keharmonisan keluarga

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: Hubungan Antara Keharmonisan Keluarga Dengan Rasa Percaya Diri Pada Siswa SMP Negeri 3 Kota Jambi benar-benar merupakan hasil

• HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN DALAM KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA DI SMA NEGERI 2 BINJAI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Medan Area Guna

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN DALAM KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA DI SMA NEGARI 2 BINJAI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA Of eh: Indah Pratiwi 06.860.0070