PEMANFAATAN PIPA PARALON DALAM PEMBUATAN
ALAT MUSIK TAGANING PADA SANGGAR MUSIK
ARITONANG DI JL. JARING UDANG 1
KECAMATAN MEDAN LABUHAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
TUISON SIREGAR
NIM. 071222510077
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
TUISON SIREGAR. 071222510077. Pemanfaatan Pipa Paralon Dalam Pembuatan Alat Musik Taganing Pada Sanggar Musik Aritonang Di Jl. Jaring Udang 1 Kecamatan Medan Labuhan. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. 2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan Pipa Paralon Dalam Pembuatan Alat Musik Taganing Pada Sanggar Musik Aritonang di Jl. jaring Udang 1 Kecamatan Medan Labuhan.
Peneliti mengambil lokasi di Jl. Jaring Udang 1 Kecamatan Medan Labuhan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan data - data kualitatif. Data – data dikumpulkan melalui studi kepustakaan, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Objek dalam penelitian ini adalah Sanggar Musik Aritonang di Jl. JaringUdang 1 Kecamatan Medan Labuhan.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif yang dideskripsikan secara bertahap dalam bentuk tulisan, kemudian diklasifikasikan secara konstektual sesuai isi atau materi data tersebut, untuk menjawab pertanyaan penelitian.
ii
KATA PENGANTAR
Ucapan syukur dan terimakasih yang setingginya-tingginya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Pipa Paralon Dalam Pembuatan Alat Musik Taganing Pada Sanggar Musik Aritonang Di Jl. Jaring Udang 1 Kecamatan Medan Labuhan” dapat penulis selesaikan.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin untuk mencapai hasil terbaik dalam penyelesaian skripsi ini, dan juga menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan. Maka pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Ibu Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan.
3. Ibu Dra. Tuti Rahayu, M.Si. selaku Ketua Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan.
4. Bapak Panji Suroso, M.Si. selaku Ketua Prodi Pendidikan Seni Musik Universitas Negeri Medan.
5. Ibu Uyuni Widiastuti, M.Pd selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang sangat banyak memberikan bimbingan, arahan, ide, gagasan dan semangat kepada peneliti pada masa bimbingan terutama dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak Mukhlis Hasbullah, S.Pd, M.Sn. selaku Pembimbing Skripsi II tidak
pernah lelah dalam memberi bimbingan, arahan, ide, gagasan dan semangat kepada penulis.
7. Ibu Octaviana Tobing, M.Pd selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan kepada Bapak/Ibu Dosen Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan yang telah memberikan ilmunya selama proses pembelajaran berlangsung dan selama perkuliahan.
8. Bapak Kaliamsyah Aritonang (beserta keluarga) sebagai objek yang diangkat oleh penulis dalam penelitian ini, yang telah menyiapkan waktu yang sangat banyak dengan semangat dan sangat sabar. Terimakasih sudah menjadi idola bagi peneliti.
9. Gundur Siregar dan Sendiana Sianturi sebagai orang tua yang sangat luar biasa yang selalu mendukung dan mendoakan penulis.
10. Hotjon Gusen Marnasib Siregar dan Sartika Nababan (ayah dan ibu dari Harlastio Siregar) sebagai kakak yang luar biasa, Hantri Boedi siregar, Herja Nusmen Managapul Tua Siregar, dan Henro Riris Nauli Siregar sebagai adik-adik yang smart dan selalu terdepan juga buat semua keluarga besar Op. Agus Sianturi dan Op. Bulan Siregar.
11.Teman-teman di dikampus (Roventus Sipangkar, Febi Andreas Manik, Antoni Lavinci Napitupulu, Yamo, Benni Harlan T, Rado, Rici, B’Nuel, B’Lasner). Teman-teman pelayan di HKBP Pardamean (Amang Kornel Sinaga dan Keluarga, Amang Martin Manullang dan keluarga, Inang Rona Tiur Tampubolon, Marudut Marpaung, A.Md, Lae Rivaldo Simorangkir, Jackman, Jubel Purba, S.Pd, Roy, dll). Sahabat-Sahabat penulis yang terkasih yang selalu mendukung, membantu dan memotivasi menyelesaikan skripsi ini dan seluruh sahabat-sahabat penulis yang lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu).
12. Buat Grace Kharisma Tambunan, S.Pd yang tetap memberikan dukungan hingga penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut serta mendukung dan membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, semoga skripsi ini dapat bermanfaat buat kita semuanya.
Medan, September 2012 Penulis,
i
BAB II LANDASAN TEORETIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL ... 11
A. Landasan Teoretis ... 11
1. Pengertian Pemanfaatan ... 11
2. Pengertian Pipa Paralon... 12
3. Pengertian Pembuatan ... 13
4. Pengertian Alat Musik ... 14
5. Pengertian Taganing ... 15
6. Pengertian Proses... 17
B. Kerangka Konseptual ... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19
A. Metode Penelitian... 19
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21
D. Teknik Pengumpulan Data... 23
1. Studi Pustaka ... 24
B. Pemanfaatan Pipa paralon dalam pembuatan alat musik Taganing pada Sanggar Musik Aritonang di Jl. Jaring Udang 1 Kecamatan Medan Labuhan... 35
C. Proses pembuatan alat Musik Taganing dari bahan Pipa paralon... 37
1. Pemilihan Pipa paralon... 38
2. Pengukuran Pipa paralon ... 38
3. Pembuatan lobang pada badan Pipa paralon ... 40
4. Huling – huling (Kulit) ... 41
a. Pengeringan Kulit... 41
b. Pengerendaman Kulit ... 42
c. Pengukuran Kulit ... 43
d. Pemotongan Kulit ... 43
e. Pembuatan lobang pada Kulit ... 44
5. Pembuatan Pakko... 44
6. Dop atau Laman Taganing (penutup Pipa)... 45
7. Besi Kawat... 46
8. Lem Pipa paralon... 46
9. Span (alat penyetel suara Taganing)... 47
10.Baut... 48
11. Pembuatan Inning – inning atau Stik ... 50
iii
E. Apresiasi Masyarakat terhadap suara yang dihasilkan oleh alat musik
Taganing yang terbuat dari Pipa paralon ... 51
F. Peralatan yang digunakan Sanggar MusikAritonang dalam pembuatan Alat Musik Taganing yang terbuat dari Pipa paralon ... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
A. KESIMPULAN ... 57
B. SARAN ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 60 DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Bentuk pipa paralon ... 12
Gambar 2.2. Taganing dari Kayu... 16
Gambar 4.1. Alat Musik Taganing yang Terbuat Dari Pipa Paralon ... 37
Gambar 4.2. Pengukuran Pipa Paralon... 39
Gambar 4.3. Pemotongan Pipa Paralon... 39
Gambar 4.4. Pipa Paralon yang Telah Dipotong dan Siap untuk Dibentuk40 Gambar 4.5. Pembuatan Lobang Pada Badan Taganing... 40
Gambar 4.6. Pengeringan Kulit... 42
Gambar 4.7. Merendam Kulit ... 42
Gambar 4.8. Pengukuran Kulit ... 43
Gambar 4.9. Pemotongan Kulit ... 43
Gambar 4.10. Pembuatan Lobang Pada Kulit ... 44
Gambar 4.11. Pakkoyang Terbuat dari Paku Besi... 45
Gambar 4.12. Dop Pipa Paralon ... 45
Gambar 4.13. Besi Kawat... 46
Gambar 4.14. Lem Pipa Paralon ... 47
Gambar 4.15. Span... 47
Gambar 4.17. Proses penggabungan bagian badan Taganing dengan bagian
bawah Taganing (Dop)... 48
Gambar 4.18. Bagian Bagian Badan dengan Bagian Bawah (Dop) Taganing digabungkan ... 49
Gambar 4.19. Alat Musik Taganing yang Telah Siap dirangkai... 49
Gambar 4.20. Inning – inning... 50
Gambar 4.21. Gergaji Ukuran Besar ... 53
Gambar 4.22. Gergaji Ukuran Kecil ... 53
Gambar 4.23. Tang Potong ... 54
Gambar 4.24. Obeng ... 54
Gambar 4.25. Meter Ukur... 55
Gambar 4.26. Pisau ... 55
Gambar 4.27. Martil ... 56
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah merupakan suatu negara yang terdiri dari
beribu-ribu pulau dengan berbagai ragam suku bangsa dan adat istiadat, seni dan budayanya
tentu berbeda-beda. Tiap suku bangsa memiliki ekspresi seni masing-masing.
Keragaman seni ini merupakan kekayaan budaya Bangsa Indonesia yang mahal
harganya.
Pada dasarnya seni bersumber dari perasaan manusia seperti sedih, senang,
benci, marah, kecewa, cinta atau perasaan lainnya yang berhubungan dengan naluri
kita sebagai manusia, dan diwujudkan dalam bentuk sebuah karya seni. Semua
perasaan itu dapat diungkapkan oleh pencipta atau pelaku seni melalui media bunyi
atau suara, gerak, rupa, kata-kata atau tingkah laku secara tepat, sehingga dapat
diterima dan dirasakan oleh pencipta atau pengamat seni.
Seni dapat dikatakan sebagai kebutuhan manusia. Di sela-sela pemenuhan
kebutuhan hidup manusia senantiasa mencari peluang untuk menyalurkan ekspresi
seninya. Untuk mencipta suatu karya seni yang indah tentu saja dibutuhkan cita rasa
keindahan. Cita rasa keindahan berkaitan dengan kemampuan manusia dalam menata
unsur-unsur seni secara harmonis berdasarkan kaidah-kaidah seni. Cita rasa
keindahan lebih cenderung pada kegiatan untuk mengolah kepekaan rasa akan
nilai-nilai keindahan. Nilai keindahan bagi manusia berkaitan dengan kepuasan batin.
Kesadaran akan nilai-nilai keindahan melalui kegiatan berolah seni, berfungsi untuk
2
menyelaraskan otak kanan dan otak kiri sehingga membuahkan cara pikir kritis dan
kreatif.
Budaya musik tradisional merupakan ragam budaya yang banyak berakar
pada kepercayaan tentang dunia leluhur dan pemikiran mistis, misalnya musik
tradisional Batak Toba. Pada zaman dahulu alat musik digunakan sebagi sarana
komunikasi kepada leluhur atau kepada pencipta (mula jadi nabolon) dan upacara
penyembahan para gaib yang diyakini dapat menjaga ketentraman dan sebagai
sumber berkat. Alat musik yang biasa digunakan dalam upacara penyembahan, yaitu
alat musik taganing, ogung,sarune bolon, hesek dan sordam.
Seiring dengan perkembangan zaman, budaya-budaya Indonesia mengalami
banyak perubahan yaitu adanya kolaborasi musik tradisional terhadap musik modern.
Musik modern merupakan musik yang berasal dari budaya luar yang berkembang di
daerah-daerah, misalnya alat musik gitar, keyboard, drum, biola, flute,tamborin dan
lain-lain. Datangnya musik modern ke negara Indonesia memiliki dampak yang
negatif, dimana ciri khas irama dan melodi sebuah lagu tradisonal yang dimainkan
mengalami perubahan. Jika kita pemain musik atau pembuat musik tidak hati-hati
memasukkan unsur musik lain kedalam unsur musik kita, ciri khas dari musik kita
akan luntur dan bisa saja akan punah.
Pada zaman sekarang ini bahan alat-alat musik yang digunakan sangatlah unik
dan menarik, seperti pemanfaatan barang bekas yang pada dasarnya
barang-barang bekas tersebut tidak lagi bisa digunakan lagi seperti jerigen,botol-botol
3
sering disebut dengan pipa paralon yang digunakan untuk memperlancar jalannya air
dari satu tempat ketempat lain. Biasanya jenis alat musik yang dapat dihasilkan oleh
pipa paralon adalah jenis alat musik perkusi, yaitu suatu alat musik yang dimainkan
dengan cara dipukul.
Barang-barang bekas atau barang-barang yang tidak dapat dipergunakan lagi
pastinya akan dibuang dan akan menjadi sampah yang tidak berguna lagi. seperti pipa
paralon sisa bangunan yang tidak dipergunakan. Jika kita memiliki kreativitas yang
baik, sisa bangunan pipa paralon dapat kita gunakan menjadi sebuah karya seni yang
memiliki nilai seni tinggi.
Pipa paralon mempunyai banyak kegunaan, yaitu sebagai bahan pengganti
pembuatan alat musik taganing. Bahan dasar pembuatan taganing adalah kayu nangka
bulat yang memiliki diameter kurang lebih 30 cm yang dibentuk menjadi alat musik
sampai menghasilkan bunyi yang bagus.
Pembuat karya seni yang mempunyai seni tinggi pasti tidak kenal lelah untuk
berkarya, dimana pembuat karya seni itu tidak akan merasa puas jika hasil karya yang
dibuatnya tidak mengalami daya tarik bagi penikmat atau adanya apresiasi yang
positif. Pembuat karya seni akan berusaha semaksimal mungkin demi tercapainya
suatu hasil karya yang indah dan menarik yang dapat membuat daya tarik bagi
penikmat seni dan tidak menutup kemungkinan hasil karya yang dibuat akan
menghasilkan uang.
Ilham Wirahadi Kusumah adalah seorang pengrajin pipa paralon, yang
4
paralon berfungsi untuk mengalirkan air sebagaimana lazimnya fungsi sebuah pipa.
Ilham mengubah fungsi pipa paralon menjadi sebuah karya yang bernilai jual tinggi.
Karya yang dapat dihasilkan adalah lampion, lampu etnik, juga aksesoris seperti
gelang atau anting-anting. www. Bisnissukabumi.com 2011 03 01 archive.html
Dari cerita diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi atau kegunaan pipa paralon
tidak lagi menjadi sebagai alat untuk melancarkan jalannya air, melainkan Ilham
dapat membuat karya seni yang tinggi yang berbahan dasar dari pipa paralon, dan
hasil karyanya sangat dikagumi banyak orang, hal ini bisa kita lihat dari pengakuan
para konsumennya. Ilham mengakui dalam pembuatan karyanya bisa terjadi karena
berawal dari hobby atau dari kegiatan iseng-iseng, dan disini juga bisa kita lihat
kesuksesan seorang pengrajin pipa paralon yang dapat membuat banyak peminat atau
konsumen mencari hasil karyanya.
Dari pengalaman cerita diatas peneliti sangat tertarik untuk meneliti suatu alat
musik perkusi Batak Toba yaitu alat musik Taganing yang sering dipakai oleh
sanggar Musik Aritonang yang berada di Belawan Medan, dimana alat perkusi
taganing yang dipakai mereka terbuat dari bahan dasar pipa paralon. Pada sanggar
Musik Aritonang alat musik taganing yang dibuat mereka memiliki fungsi yang sama
dengan alat musik taganing yang biasa kita lihat, yaitu alat musik taganing yang
terbuat dari kayu. Alat musik yang terbuat dari pipa paralon banyak dipakai oleh para
pengamen yang ada dilampu merah atau yang ada dipinggir jalan. Mereka
menggunakannya dengan alasan karena mereka bisa membuat alat musik mereka
5
Kita ketahui dalam pembuatan alat musik taganing bisa dikatakan sangat
sulit,apalagi bahan dasarnya yang sangat sulit dan jarang bisa didapat. Bahan dasar
taganing adalah pohon nangka bulat yang mempunyai diameter kurang lebih dari 30
cm, akan tetapi pohon nangka sangat sulit didapat. Hal ini dapat terbukti dari
pengakuan beberapa pembuat alat musik Taganing, mengatakan bahwa pohon
nangka sangat sulit untuk didapatkan, sehingga pembuat Taganing sering
menghabiskan waktunya hanya untuk mencari pohon nangka.
Pengakuan dari para pengrajin juga mengatakan bahwa pohon nangka
memiliki serat kayu yang bagus untuk membuat taganing, dan tidak heran para
pengrajin tersebut menghabiskan waktunya ke tempat-tempat lain guna untuk
mencari pohon nangka. Mereka mengakui kualitas alat musik taganing yang terbuat
dari pohon nangka sangat bagus dan dapat menghasilkan suara atau bunyi yang
nyaring dan mempunyai bunyi getar yang bagus.
Sanggar Musik Aritonang adalah suatu sanggar musik yang menggunakan alat
musik taganing yang terbuat dari pipa paralon. Boleh dikatakan sanggar ini sangat
maju, hal ini bisa kita lihat dari jadwal kerja atau job sanggar ini yang cukup padat
dan mempunyai banyak peminatnya. Personel atau para pemain sanggar Musik
Aritonang ini merupakan satu keluarga yaitu seorang bapak dan dibantu oleh
anak-anaknya. Anak-anaknya memiliki cara permainan musik yang cukup lumayan bagus.
Sanggar Musik Aritonang adalah sebuah sanggar yang menggunakan alat
musik taganing yang terbuat dari pipa paralon. Alat musik taganing yang digunakan
6
alat musik taganing dari pipa paralon, sanggar musik Aritonang juga membuat jenis
alat musik lainnya yaitu, jenis alat musik tiup seruling (sulim), jenis alat musik yang
dimainkan dengan cara dipetik yaitu alat musik kecapi (hasapi). Sanggar Musik
Aritonang dapat membuat tiga jenis alat musik yaitu, perkusi (taganing), tiup (sulim),
alat musik petik (hasapi). Dalam permainan musik Aritonang, sanggar ini
menggabungkan ketiga jenis alat musik yang dibuat yaitu taganing, sulim, dan hasapi
yang sering disebut dengan gondang hasapi.
Hal ini adalah sebuah fenomena yang sangat menarik bagi peneliti untuk
dapat dikaji dan diteliti sebagai suatu pemanfaatan pipa paralon dalam pembuatan
alat musik. Peneliti sangat tertarik untuk menjadikan hal ini menjadi sebuah topik
penelitian dengan judul “ Pemanfaatan Pipa Paralon Dalam Pembuatan Alat
Musik Taganing Pada Sanggar Musik Aritonang Di Jl. Jaring Udang 1 Medan
Labuhan “.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, ada
beberapa permasalahan yang teridentifikasi berdasarkan topik yang akan diteliti. Hal
ini sejalan dengan pendapat Ali dalam Cholid (2005:49), yang mengatakan bahwa :
7
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, maka
permasalahan penelitian dapat di identifikasikan sebagai berikut :
1. Bagaimana Pemanfaatan Pipa paralon Dalam Pembuatan Alat
Musik Taganing Pada Sanggar Aritonang Musik Di Jl. Jaring Udang 1 Medan
Labuhan?
2. Bagaimana proses pembuatan alat musik taganing dari bahan pipa
paralon pada sanggar aritonang musik?
3. Apa saja kesulitan yang dihadapi sanggar aritonang musik pada saat
pembuatan alat musik taganing dari pipa paralon?
4. Apa saja yang bisa dibuat sanggar aritonang musik selain
pembuatan alat musik taganing dari pipa paralon?
5. Bagaimana apresiasi masyarakat terhadap suara yang dihasilkan
oleh alat musik taganing yang terbuat dari pipa paralon?
6. Peralatan apa yang digunakan sanggar Aritonang musik dalam
pembuatan alat musik taganing dari pipa paralon?
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah perlu dilakukan untuk membatasi luasnya cakupan
masalah dan keterbatasan waktu, untuk memudahkan proses pemecahan masalah,
8
“Dalam merumuskan ataupun membatasi permasalahan dalam suatu penelitian sangatlah bervariasi dan tergantung pada kesenangan peneliti. Oleh karena itu perlu hati-hati dan jeli mengevaluasi rumusan permasalahan penelitian, dan dirangkum kedalam beberapa pertanyaan yang jelas.”
Maka berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
peneliti membatasi masalah yang terbatas pada kajian yang mencakup :
1. Bagaimana Pemanfaatan Pipa paralon Dalam Pembuatan Alat
Musik Taganing Pada Sanggar Musik Aritonang Di Jl. Jarring Udang 1 Kecamatan
Medan Labuhan?
2. Bagaimana proses pembuatan alat musik taganing dari bahan Pipa
Paralon Pada Sanggar Musik Aritonang ?
3. Apa saja kesulitan yang dihadapi sanggar musik aritonang pada saat
pembuatan alat musik taganing dari pipa paralon?
4. Bagaimana apresiasi masyarakat terhadap suara yang dihasilkan
oleh alat musik taganing yang terbuat dari pipa paralon?
5. Peralatan apa yang digunakan sanggar musik Aritonang dalam
pembuatan alat musik taganing dari pipa paralon?
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan fokus sebuah penelitian yang akan dikaji.
Mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban
pertanyaan, maka sebuah pertanyaan perlu dirumuskan dengan baik. Hal ini sejalan
9
“Rumuan masalah merupakan jabaran detail fokus penelitian yang akan digarap. Rumusan masalah menjadi semacam kontak bagi peneliti karena penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada rumusan masalahnya. Rumusan masalah juga biasa disikapi sebagai jabaran fokus penelitian akan senantiasa berfokus pada butir-butir masalah sebagaimana dirumuskan”.
Oleh karena itu, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Pemanfaatan Pipa Paralon Dalam
Pembuatan Alat Musik Taganing Pada Sanggar Musik Aritonang Di Jl. Jaring Udang
1 Medan Labuhan?”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah untuk memecahkan setiap permasalahan
penelitian yang telah diuraikan dan dirumuskan pada bagian sebelumnya untuk lebih
jelasnya peneliti menguraikan tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan
penelitian, hal ini diperkuat Pendapat Ali dalam Cholid (2005:9) yang mengatakan
bahwa :
“Kegiatan seseorang dalam merumuskan tujuan penelitian sangat memepengaruhi keberhasilan penelitian yang dilaksanakan, karena penelitian pada dasarnya merupakan titik anjjak dari titik yang akan dicapai seseorang kegiattan penelitian yang dilakukan”.
Maka tujuan yang hendak dicapai peneliti adalah :
1. Untuk mendeskripsikan Pemanfaatan Pipa paralon Dalam
Pembuatan Alat Musik Taganing Pada Sanggar Musik Aritonang Di Jl. Jaring
10
2. Untuk mendeskripsikan proses pembuatan alat musik taganing dari
bahan pipa paralon pada sanggar musik Aritonang.
3. Untuk mendeskripsikan kesulitan yang dihadapi sanggar musik
aritonang pada saat pembuatan alat musik taganing dari pipa paralon.
4. Untuk mendeskripsikan apresiasi masyarakat terhadap suara yang
dihasilkan oleh alat musik taganing yang terbuat dari pipa paralon.
5. Untuk mendeskripsikan peralatan apa yang digunakan sanggar
musik Aritonang dalam pembuatan alat musik taganing dari pipa paralon.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan kegunaan dari penelitian yang merupakan
sumber informasi dalam mengembangkan kegiatan penelitian selanjutnya. Maka
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
1. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat atau lembaga formal
maupun informal yang memerlukan informasi tentang pembuatan alat musik
taganing dengan memanfaatkan pipa paralon.
2. Sebagai bahan referensi untuk menjadi acuan penelitian yang
relevan dikemudian hari.
3. Sebagai bahan motivasi bagi pembaca, khususnya bagi masyarakat
atau sanggar lainnya dibidang pemanfaatan pipa paralon dalam pembuatan alat
11
4. Sebagai masukan bagi pengrajin taganing, dimana bahan yang
digunakan dalam pembuatan alat musik taganing tidak hanya berbahan dari kayu
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari uraian hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik
beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut :
1. Kebudayaan masyarakat Batak Toba merupakan kebudayaan yang
turun temurun dari nenek moyang orang batak. Sampai saat ini
kebudayaan tersebut masih dijaga dan diteruskan oleh masyarakat
karena adat memiliki unsure hukum, aturan dan tata cara yang mengatur
tata kehidupan serta tidak melanggar norma-norma yang berlaku di
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Keberadaan intrumen taganing dalam ansambel musik Batak Toba
sangatlah penting karena instrumen ini bisa dimainkan secara tunggal
dan bisa juga dimainkan dengan menggabungkan instrumen ini dengan
dengan alat musik lainnya.
3. Untuk mendapatkan bahan - bahan yang digunakan dalam pembuatan
alat musik taganing yang terbuat dari pipa paralon lumayan susah untuk
mendapatkannya.
4. Pembuatan alat musik taganing yang terbuat dari pipa paralon dapat
dikatakan relative tidak sulit dan tidak menggunakan waktu yang lama,
berbeda dengan pembuatan alat musik taganing yang tebuat dari kayu
yang memiliki beberapa proses yang lama, dimulai dari pelubangan
kayu yang harus hati-hati dan harus terlatih.
5. Pembuatan taganing dari pipa paralon mempunyai tahapan-tahapan
yaitu : dimulai dari pemilihan pipa paralon, pengukuran dan
pemotongan pipa paralon, pengeringan dan pengikisan kuli,
pembentukan Sordak/ Adop-adop dan Tukko (tiang) Taganing, dan
perakitan taganing.
6. Dalam proses pembuatan alat musik taganing yang terbuat dari pipa
paralon dan taganing yang yang yterbuat dari kayu memiliki kesamaan.
Hal yang membedakan adalah dari segi bentuk badan taganing. Pada
bagian atas dan bawah Taganing yang terbuat dari kayu memiliki
diameter yang berbeda, sedangkan Taganing yang terbuat dari pipa
paralon bagian atas dan bawahnya memiliki diameter yang sama.
7. Sebuah taganing terdiri dari, Pamatang Taganing (badan taganing),
kulit, kawat, tali Huling-huling (tali kulit), penutup taganing (penutup
pipa), Pakko (pengait kawat kebagian kulit)
8. Godang sabangunan terdiri dari Gordang, Odap, Paiduani Odap,
Taganing Paitonga, Paidua ni Ting-ting, dan taganing Ting-ting.
9. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan alat musik taganing yang
terbuat dari pipa paralon yaitu : Gergaji, Tang, Obeng, Meter Ukur,
56 10. Suara atau bunyi yang dihasilkan alat musik taganing yang terbuat
dari pipa paralon memiliki suara yang sama dengan suara alat music
taganing yang terbuat dari kayu.
B. SARAN
Dari beberapa poin saran kesimpulan tersebut diatas dapat ditarik saran
sebagai berikut :
1. Perlu diadakannya pembinaan dari pihak atau lembaga terkait seperti
dinas kebudayaan dan pariwisata terhadap pembuat Taganing yang
terbuat dari bahan pipa paralon dalam upaya membantu perluasan
pemasaran Taganing sebagai salah satu musik tradisional Batak Toba
dan juga merupakan salah satu bakat yang harus dikembangkan dan
dipublikasikan.
a. Melihat pengaruh dan dampak perkembangan zaman yang
begitu deras yang dapat mempengaruhi generasi muda untuk
berpaling dari tradisi seni budaya, sehingga perlu mengadakan
pembinaan untuk generasi muda. Generasi muda diharapkan
dapat menggali / meneruskan tradisi - tradisitiap daerah supaya
tidak punah dan selalu terjaga.
2. Peneliti sangat mengharapkan dukungan dari instansi terkait, agar lebih
memeperhatikan dan lebih peduli terhadap tradisi - tradisi budaya guna
DAFTAR PUSTAKA
Ali, W.S. 2011.Tinjauan Secara Organologi Pembuatan Taganing Di Dusun III Sigumbang Desa Parhorasan Kecamatan Pangururan Kabupaten
Samosir. Medan : Skripsi Strata 1 FBS UNIMED
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Bina Aksara
Bungin, Burhan.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
A. Sijabat. (2000) Gondang Bolon, Taganing atau odap. Dalam Konteks Uning-uningan, Gondang Hasapimaupun gondang bolon, Skripsi FS USU, Medan
Cholid, Naburko. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
damawisnu.files.wordpress.com/2009/10/polimer-kegunaannya.doc
Koentjaraningrat. 2004. Pengantar Antropologi II, Jakarta : Rineke Cipta
Martahan S. 2010.Pembuatan Sulim Batak Toba Di Dusun X Desa Lau Dendang
Kelurahan Medan Estate. Medan : Skripsi Strata 1 FBS UNIMED
Martina. 2010.Pemanfaatan alat musik hasil kreasi siswa untuk membantu
pembelajaran irama di sma negeri 1 Dolok Batu Nanggar Serbelawan.
Medan : Skripsi Strata 1 FBS UNIMED
Melinca, S.R. 2011. Peranan Alat Musik Taganing Dalam Mengiringi Paduan
Suara Pemuda Pemudi GKPI Binjai Kota. Skripsi Strata 1 FBS
UNIMED
Pusat Bahasa Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Edisi Keempat. Jakarta : Balai Pustaka
Pusat Pembinaan Bahasa (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta. Bumi Aksara.
Matius Ali. 2004. Pelajaran Seni Musik. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Soeharto, M. (2001).Kamus Musik. Jakarta : Gramedia widiasarana Indonesia
Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Kependidikan. Jakarta. Bumi Aksara
BGDAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Tuison Siregar lahir di Desa Silalitoruan, Kecamatan Muara, Kabupaten
Tapanuli Utara pada tanggal 24 April 1989. Penulis merupakan anak II (kedua)
dari 5 bersaudara dari pasangan G. Siregar dan S. Br. Anturi.
Pada tahun 1995, penulis memulai pendidikannya dari tingkat Sekolah
Dasar dan diterima di SD Negeri No. 175795 Lobu Tangga Desa Silalitoruan dan
dinyatakan lulus pada tahun 2001. Kemudian pada tahun 2001 penulis
melanjutkan pendidikan ke Tingkat Menengah Pertama dan diterima di SLTP
Negeri I Muara Desa Silalitoruan dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004
penulis melanjutkan pendidikannya ke Tingkat Atas dan diterima di SMA Negeri
I Muara Kecamatan Muara yang dinyatakan lulus pada tahun 2007. Setelah lulus
SMA , penulis kembali melanjutkan Perguruan Tinggi dan diterima di Universitas
Negeri Medan (UNIMED), Fakultas Bahasa Dan Seni, Jurusan Sendratasik,
Program Studi Pendidikan Seni Musik.
Medan, September 2012
Penulis