• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN PIPA PARALON DALAM PEMBUATAN ALAT MUSIK TAGANING PADA SANGGAR MUSIK ARITONANG DI JL. JARING UDANG 1 KECAMATAN MEDAN LABUHAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN PIPA PARALON DALAM PEMBUATAN ALAT MUSIK TAGANING PADA SANGGAR MUSIK ARITONANG DI JL. JARING UDANG 1 KECAMATAN MEDAN LABUHAN."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN PIPA PARALON DALAM PEMBUATAN

ALAT MUSIK TAGANING PADA SANGGAR MUSIK

ARITONANG DI JL. JARING UDANG 1

KECAMATAN MEDAN LABUHAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

TUISON SIREGAR

NIM. 071222510077

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

ABSTRAK

TUISON SIREGAR. 071222510077. Pemanfaatan Pipa Paralon Dalam Pembuatan Alat Musik Taganing Pada Sanggar Musik Aritonang Di Jl. Jaring Udang 1 Kecamatan Medan Labuhan. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan Pipa Paralon Dalam Pembuatan Alat Musik Taganing Pada Sanggar Musik Aritonang di Jl. jaring Udang 1 Kecamatan Medan Labuhan.

Peneliti mengambil lokasi di Jl. Jaring Udang 1 Kecamatan Medan Labuhan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan data - data kualitatif. Data – data dikumpulkan melalui studi kepustakaan, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Objek dalam penelitian ini adalah Sanggar Musik Aritonang di Jl. JaringUdang 1 Kecamatan Medan Labuhan.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif yang dideskripsikan secara bertahap dalam bentuk tulisan, kemudian diklasifikasikan secara konstektual sesuai isi atau materi data tersebut, untuk menjawab pertanyaan penelitian.

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Ucapan syukur dan terimakasih yang setingginya-tingginya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Pipa Paralon Dalam Pembuatan Alat Musik Taganing Pada Sanggar Musik Aritonang Di Jl. Jaring Udang 1 Kecamatan Medan Labuhan” dapat penulis selesaikan.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin untuk mencapai hasil terbaik dalam penyelesaian skripsi ini, dan juga menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan. Maka pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Ibu Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan.

3. Ibu Dra. Tuti Rahayu, M.Si. selaku Ketua Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan.

4. Bapak Panji Suroso, M.Si. selaku Ketua Prodi Pendidikan Seni Musik Universitas Negeri Medan.

5. Ibu Uyuni Widiastuti, M.Pd selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang sangat banyak memberikan bimbingan, arahan, ide, gagasan dan semangat kepada peneliti pada masa bimbingan terutama dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak Mukhlis Hasbullah, S.Pd, M.Sn. selaku Pembimbing Skripsi II tidak

pernah lelah dalam memberi bimbingan, arahan, ide, gagasan dan semangat kepada penulis.

7. Ibu Octaviana Tobing, M.Pd selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan kepada Bapak/Ibu Dosen Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan yang telah memberikan ilmunya selama proses pembelajaran berlangsung dan selama perkuliahan.

8. Bapak Kaliamsyah Aritonang (beserta keluarga) sebagai objek yang diangkat oleh penulis dalam penelitian ini, yang telah menyiapkan waktu yang sangat banyak dengan semangat dan sangat sabar. Terimakasih sudah menjadi idola bagi peneliti.

9. Gundur Siregar dan Sendiana Sianturi sebagai orang tua yang sangat luar biasa yang selalu mendukung dan mendoakan penulis.

10. Hotjon Gusen Marnasib Siregar dan Sartika Nababan (ayah dan ibu dari Harlastio Siregar) sebagai kakak yang luar biasa, Hantri Boedi siregar, Herja Nusmen Managapul Tua Siregar, dan Henro Riris Nauli Siregar sebagai adik-adik yang smart dan selalu terdepan juga buat semua keluarga besar Op. Agus Sianturi dan Op. Bulan Siregar.

(4)

11.Teman-teman di dikampus (Roventus Sipangkar, Febi Andreas Manik, Antoni Lavinci Napitupulu, Yamo, Benni Harlan T, Rado, Rici, B’Nuel, B’Lasner). Teman-teman pelayan di HKBP Pardamean (Amang Kornel Sinaga dan Keluarga, Amang Martin Manullang dan keluarga, Inang Rona Tiur Tampubolon, Marudut Marpaung, A.Md, Lae Rivaldo Simorangkir, Jackman, Jubel Purba, S.Pd, Roy, dll). Sahabat-Sahabat penulis yang terkasih yang selalu mendukung, membantu dan memotivasi menyelesaikan skripsi ini dan seluruh sahabat-sahabat penulis yang lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu).

12. Buat Grace Kharisma Tambunan, S.Pd yang tetap memberikan dukungan hingga penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut serta mendukung dan membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, semoga skripsi ini dapat bermanfaat buat kita semuanya.

Medan, September 2012 Penulis,

(5)

i

BAB II LANDASAN TEORETIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL ... 11

A. Landasan Teoretis ... 11

1. Pengertian Pemanfaatan ... 11

2. Pengertian Pipa Paralon... 12

3. Pengertian Pembuatan ... 13

4. Pengertian Alat Musik ... 14

5. Pengertian Taganing ... 15

6. Pengertian Proses... 17

B. Kerangka Konseptual ... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19

A. Metode Penelitian... 19

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

D. Teknik Pengumpulan Data... 23

(6)

1. Studi Pustaka ... 24

B. Pemanfaatan Pipa paralon dalam pembuatan alat musik Taganing pada Sanggar Musik Aritonang di Jl. Jaring Udang 1 Kecamatan Medan Labuhan... 35

C. Proses pembuatan alat Musik Taganing dari bahan Pipa paralon... 37

1. Pemilihan Pipa paralon... 38

2. Pengukuran Pipa paralon ... 38

3. Pembuatan lobang pada badan Pipa paralon ... 40

4. Huling – huling (Kulit) ... 41

a. Pengeringan Kulit... 41

b. Pengerendaman Kulit ... 42

c. Pengukuran Kulit ... 43

d. Pemotongan Kulit ... 43

e. Pembuatan lobang pada Kulit ... 44

5. Pembuatan Pakko... 44

6. Dop atau Laman Taganing (penutup Pipa)... 45

7. Besi Kawat... 46

8. Lem Pipa paralon... 46

9. Span (alat penyetel suara Taganing)... 47

10.Baut... 48

11. Pembuatan Inning – inning atau Stik ... 50

(7)

iii

E. Apresiasi Masyarakat terhadap suara yang dihasilkan oleh alat musik

Taganing yang terbuat dari Pipa paralon ... 51

F. Peralatan yang digunakan Sanggar MusikAritonang dalam pembuatan Alat Musik Taganing yang terbuat dari Pipa paralon ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. KESIMPULAN ... 57

B. SARAN ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60 DAFTAR LAMPIRAN

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Bentuk pipa paralon ... 12

Gambar 2.2. Taganing dari Kayu... 16

Gambar 4.1. Alat Musik Taganing yang Terbuat Dari Pipa Paralon ... 37

Gambar 4.2. Pengukuran Pipa Paralon... 39

Gambar 4.3. Pemotongan Pipa Paralon... 39

Gambar 4.4. Pipa Paralon yang Telah Dipotong dan Siap untuk Dibentuk40 Gambar 4.5. Pembuatan Lobang Pada Badan Taganing... 40

Gambar 4.6. Pengeringan Kulit... 42

Gambar 4.7. Merendam Kulit ... 42

Gambar 4.8. Pengukuran Kulit ... 43

Gambar 4.9. Pemotongan Kulit ... 43

Gambar 4.10. Pembuatan Lobang Pada Kulit ... 44

Gambar 4.11. Pakkoyang Terbuat dari Paku Besi... 45

Gambar 4.12. Dop Pipa Paralon ... 45

Gambar 4.13. Besi Kawat... 46

Gambar 4.14. Lem Pipa Paralon ... 47

Gambar 4.15. Span... 47

(9)

Gambar 4.17. Proses penggabungan bagian badan Taganing dengan bagian

bawah Taganing (Dop)... 48

Gambar 4.18. Bagian Bagian Badan dengan Bagian Bawah (Dop) Taganing digabungkan ... 49

Gambar 4.19. Alat Musik Taganing yang Telah Siap dirangkai... 49

Gambar 4.20. Inning – inning... 50

Gambar 4.21. Gergaji Ukuran Besar ... 53

Gambar 4.22. Gergaji Ukuran Kecil ... 53

Gambar 4.23. Tang Potong ... 54

Gambar 4.24. Obeng ... 54

Gambar 4.25. Meter Ukur... 55

Gambar 4.26. Pisau ... 55

Gambar 4.27. Martil ... 56

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah merupakan suatu negara yang terdiri dari

beribu-ribu pulau dengan berbagai ragam suku bangsa dan adat istiadat, seni dan budayanya

tentu berbeda-beda. Tiap suku bangsa memiliki ekspresi seni masing-masing.

Keragaman seni ini merupakan kekayaan budaya Bangsa Indonesia yang mahal

harganya.

Pada dasarnya seni bersumber dari perasaan manusia seperti sedih, senang,

benci, marah, kecewa, cinta atau perasaan lainnya yang berhubungan dengan naluri

kita sebagai manusia, dan diwujudkan dalam bentuk sebuah karya seni. Semua

perasaan itu dapat diungkapkan oleh pencipta atau pelaku seni melalui media bunyi

atau suara, gerak, rupa, kata-kata atau tingkah laku secara tepat, sehingga dapat

diterima dan dirasakan oleh pencipta atau pengamat seni.

Seni dapat dikatakan sebagai kebutuhan manusia. Di sela-sela pemenuhan

kebutuhan hidup manusia senantiasa mencari peluang untuk menyalurkan ekspresi

seninya. Untuk mencipta suatu karya seni yang indah tentu saja dibutuhkan cita rasa

keindahan. Cita rasa keindahan berkaitan dengan kemampuan manusia dalam menata

unsur-unsur seni secara harmonis berdasarkan kaidah-kaidah seni. Cita rasa

keindahan lebih cenderung pada kegiatan untuk mengolah kepekaan rasa akan

nilai-nilai keindahan. Nilai keindahan bagi manusia berkaitan dengan kepuasan batin.

Kesadaran akan nilai-nilai keindahan melalui kegiatan berolah seni, berfungsi untuk

(11)

2

menyelaraskan otak kanan dan otak kiri sehingga membuahkan cara pikir kritis dan

kreatif.

Budaya musik tradisional merupakan ragam budaya yang banyak berakar

pada kepercayaan tentang dunia leluhur dan pemikiran mistis, misalnya musik

tradisional Batak Toba. Pada zaman dahulu alat musik digunakan sebagi sarana

komunikasi kepada leluhur atau kepada pencipta (mula jadi nabolon) dan upacara

penyembahan para gaib yang diyakini dapat menjaga ketentraman dan sebagai

sumber berkat. Alat musik yang biasa digunakan dalam upacara penyembahan, yaitu

alat musik taganing, ogung,sarune bolon, hesek dan sordam.

Seiring dengan perkembangan zaman, budaya-budaya Indonesia mengalami

banyak perubahan yaitu adanya kolaborasi musik tradisional terhadap musik modern.

Musik modern merupakan musik yang berasal dari budaya luar yang berkembang di

daerah-daerah, misalnya alat musik gitar, keyboard, drum, biola, flute,tamborin dan

lain-lain. Datangnya musik modern ke negara Indonesia memiliki dampak yang

negatif, dimana ciri khas irama dan melodi sebuah lagu tradisonal yang dimainkan

mengalami perubahan. Jika kita pemain musik atau pembuat musik tidak hati-hati

memasukkan unsur musik lain kedalam unsur musik kita, ciri khas dari musik kita

akan luntur dan bisa saja akan punah.

Pada zaman sekarang ini bahan alat-alat musik yang digunakan sangatlah unik

dan menarik, seperti pemanfaatan barang bekas yang pada dasarnya

barang-barang bekas tersebut tidak lagi bisa digunakan lagi seperti jerigen,botol-botol

(12)

3

sering disebut dengan pipa paralon yang digunakan untuk memperlancar jalannya air

dari satu tempat ketempat lain. Biasanya jenis alat musik yang dapat dihasilkan oleh

pipa paralon adalah jenis alat musik perkusi, yaitu suatu alat musik yang dimainkan

dengan cara dipukul.

Barang-barang bekas atau barang-barang yang tidak dapat dipergunakan lagi

pastinya akan dibuang dan akan menjadi sampah yang tidak berguna lagi. seperti pipa

paralon sisa bangunan yang tidak dipergunakan. Jika kita memiliki kreativitas yang

baik, sisa bangunan pipa paralon dapat kita gunakan menjadi sebuah karya seni yang

memiliki nilai seni tinggi.

Pipa paralon mempunyai banyak kegunaan, yaitu sebagai bahan pengganti

pembuatan alat musik taganing. Bahan dasar pembuatan taganing adalah kayu nangka

bulat yang memiliki diameter kurang lebih 30 cm yang dibentuk menjadi alat musik

sampai menghasilkan bunyi yang bagus.

Pembuat karya seni yang mempunyai seni tinggi pasti tidak kenal lelah untuk

berkarya, dimana pembuat karya seni itu tidak akan merasa puas jika hasil karya yang

dibuatnya tidak mengalami daya tarik bagi penikmat atau adanya apresiasi yang

positif. Pembuat karya seni akan berusaha semaksimal mungkin demi tercapainya

suatu hasil karya yang indah dan menarik yang dapat membuat daya tarik bagi

penikmat seni dan tidak menutup kemungkinan hasil karya yang dibuat akan

menghasilkan uang.

Ilham Wirahadi Kusumah adalah seorang pengrajin pipa paralon, yang

(13)

4

paralon berfungsi untuk mengalirkan air sebagaimana lazimnya fungsi sebuah pipa.

Ilham mengubah fungsi pipa paralon menjadi sebuah karya yang bernilai jual tinggi.

Karya yang dapat dihasilkan adalah lampion, lampu etnik, juga aksesoris seperti

gelang atau anting-anting. www. Bisnissukabumi.com 2011 03 01 archive.html

Dari cerita diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi atau kegunaan pipa paralon

tidak lagi menjadi sebagai alat untuk melancarkan jalannya air, melainkan Ilham

dapat membuat karya seni yang tinggi yang berbahan dasar dari pipa paralon, dan

hasil karyanya sangat dikagumi banyak orang, hal ini bisa kita lihat dari pengakuan

para konsumennya. Ilham mengakui dalam pembuatan karyanya bisa terjadi karena

berawal dari hobby atau dari kegiatan iseng-iseng, dan disini juga bisa kita lihat

kesuksesan seorang pengrajin pipa paralon yang dapat membuat banyak peminat atau

konsumen mencari hasil karyanya.

Dari pengalaman cerita diatas peneliti sangat tertarik untuk meneliti suatu alat

musik perkusi Batak Toba yaitu alat musik Taganing yang sering dipakai oleh

sanggar Musik Aritonang yang berada di Belawan Medan, dimana alat perkusi

taganing yang dipakai mereka terbuat dari bahan dasar pipa paralon. Pada sanggar

Musik Aritonang alat musik taganing yang dibuat mereka memiliki fungsi yang sama

dengan alat musik taganing yang biasa kita lihat, yaitu alat musik taganing yang

terbuat dari kayu. Alat musik yang terbuat dari pipa paralon banyak dipakai oleh para

pengamen yang ada dilampu merah atau yang ada dipinggir jalan. Mereka

menggunakannya dengan alasan karena mereka bisa membuat alat musik mereka

(14)

5

Kita ketahui dalam pembuatan alat musik taganing bisa dikatakan sangat

sulit,apalagi bahan dasarnya yang sangat sulit dan jarang bisa didapat. Bahan dasar

taganing adalah pohon nangka bulat yang mempunyai diameter kurang lebih dari 30

cm, akan tetapi pohon nangka sangat sulit didapat. Hal ini dapat terbukti dari

pengakuan beberapa pembuat alat musik Taganing, mengatakan bahwa pohon

nangka sangat sulit untuk didapatkan, sehingga pembuat Taganing sering

menghabiskan waktunya hanya untuk mencari pohon nangka.

Pengakuan dari para pengrajin juga mengatakan bahwa pohon nangka

memiliki serat kayu yang bagus untuk membuat taganing, dan tidak heran para

pengrajin tersebut menghabiskan waktunya ke tempat-tempat lain guna untuk

mencari pohon nangka. Mereka mengakui kualitas alat musik taganing yang terbuat

dari pohon nangka sangat bagus dan dapat menghasilkan suara atau bunyi yang

nyaring dan mempunyai bunyi getar yang bagus.

Sanggar Musik Aritonang adalah suatu sanggar musik yang menggunakan alat

musik taganing yang terbuat dari pipa paralon. Boleh dikatakan sanggar ini sangat

maju, hal ini bisa kita lihat dari jadwal kerja atau job sanggar ini yang cukup padat

dan mempunyai banyak peminatnya. Personel atau para pemain sanggar Musik

Aritonang ini merupakan satu keluarga yaitu seorang bapak dan dibantu oleh

anak-anaknya. Anak-anaknya memiliki cara permainan musik yang cukup lumayan bagus.

Sanggar Musik Aritonang adalah sebuah sanggar yang menggunakan alat

musik taganing yang terbuat dari pipa paralon. Alat musik taganing yang digunakan

(15)

6

alat musik taganing dari pipa paralon, sanggar musik Aritonang juga membuat jenis

alat musik lainnya yaitu, jenis alat musik tiup seruling (sulim), jenis alat musik yang

dimainkan dengan cara dipetik yaitu alat musik kecapi (hasapi). Sanggar Musik

Aritonang dapat membuat tiga jenis alat musik yaitu, perkusi (taganing), tiup (sulim),

alat musik petik (hasapi). Dalam permainan musik Aritonang, sanggar ini

menggabungkan ketiga jenis alat musik yang dibuat yaitu taganing, sulim, dan hasapi

yang sering disebut dengan gondang hasapi.

Hal ini adalah sebuah fenomena yang sangat menarik bagi peneliti untuk

dapat dikaji dan diteliti sebagai suatu pemanfaatan pipa paralon dalam pembuatan

alat musik. Peneliti sangat tertarik untuk menjadikan hal ini menjadi sebuah topik

penelitian dengan judul “ Pemanfaatan Pipa Paralon Dalam Pembuatan Alat

Musik Taganing Pada Sanggar Musik Aritonang Di Jl. Jaring Udang 1 Medan

Labuhan “.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, ada

beberapa permasalahan yang teridentifikasi berdasarkan topik yang akan diteliti. Hal

ini sejalan dengan pendapat Ali dalam Cholid (2005:49), yang mengatakan bahwa :

(16)

7

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, maka

permasalahan penelitian dapat di identifikasikan sebagai berikut :

1. Bagaimana Pemanfaatan Pipa paralon Dalam Pembuatan Alat

Musik Taganing Pada Sanggar Aritonang Musik Di Jl. Jaring Udang 1 Medan

Labuhan?

2. Bagaimana proses pembuatan alat musik taganing dari bahan pipa

paralon pada sanggar aritonang musik?

3. Apa saja kesulitan yang dihadapi sanggar aritonang musik pada saat

pembuatan alat musik taganing dari pipa paralon?

4. Apa saja yang bisa dibuat sanggar aritonang musik selain

pembuatan alat musik taganing dari pipa paralon?

5. Bagaimana apresiasi masyarakat terhadap suara yang dihasilkan

oleh alat musik taganing yang terbuat dari pipa paralon?

6. Peralatan apa yang digunakan sanggar Aritonang musik dalam

pembuatan alat musik taganing dari pipa paralon?

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah perlu dilakukan untuk membatasi luasnya cakupan

masalah dan keterbatasan waktu, untuk memudahkan proses pemecahan masalah,

(17)

8

“Dalam merumuskan ataupun membatasi permasalahan dalam suatu penelitian sangatlah bervariasi dan tergantung pada kesenangan peneliti. Oleh karena itu perlu hati-hati dan jeli mengevaluasi rumusan permasalahan penelitian, dan dirangkum kedalam beberapa pertanyaan yang jelas.”

Maka berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

peneliti membatasi masalah yang terbatas pada kajian yang mencakup :

1. Bagaimana Pemanfaatan Pipa paralon Dalam Pembuatan Alat

Musik Taganing Pada Sanggar Musik Aritonang Di Jl. Jarring Udang 1 Kecamatan

Medan Labuhan?

2. Bagaimana proses pembuatan alat musik taganing dari bahan Pipa

Paralon Pada Sanggar Musik Aritonang ?

3. Apa saja kesulitan yang dihadapi sanggar musik aritonang pada saat

pembuatan alat musik taganing dari pipa paralon?

4. Bagaimana apresiasi masyarakat terhadap suara yang dihasilkan

oleh alat musik taganing yang terbuat dari pipa paralon?

5. Peralatan apa yang digunakan sanggar musik Aritonang dalam

pembuatan alat musik taganing dari pipa paralon?

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan fokus sebuah penelitian yang akan dikaji.

Mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban

pertanyaan, maka sebuah pertanyaan perlu dirumuskan dengan baik. Hal ini sejalan

(18)

9

“Rumuan masalah merupakan jabaran detail fokus penelitian yang akan digarap. Rumusan masalah menjadi semacam kontak bagi peneliti karena penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada rumusan masalahnya. Rumusan masalah juga biasa disikapi sebagai jabaran fokus penelitian akan senantiasa berfokus pada butir-butir masalah sebagaimana dirumuskan”.

Oleh karena itu, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Pemanfaatan Pipa Paralon Dalam

Pembuatan Alat Musik Taganing Pada Sanggar Musik Aritonang Di Jl. Jaring Udang

1 Medan Labuhan?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk memecahkan setiap permasalahan

penelitian yang telah diuraikan dan dirumuskan pada bagian sebelumnya untuk lebih

jelasnya peneliti menguraikan tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan

penelitian, hal ini diperkuat Pendapat Ali dalam Cholid (2005:9) yang mengatakan

bahwa :

“Kegiatan seseorang dalam merumuskan tujuan penelitian sangat memepengaruhi keberhasilan penelitian yang dilaksanakan, karena penelitian pada dasarnya merupakan titik anjjak dari titik yang akan dicapai seseorang kegiattan penelitian yang dilakukan”.

Maka tujuan yang hendak dicapai peneliti adalah :

1. Untuk mendeskripsikan Pemanfaatan Pipa paralon Dalam

Pembuatan Alat Musik Taganing Pada Sanggar Musik Aritonang Di Jl. Jaring

(19)

10

2. Untuk mendeskripsikan proses pembuatan alat musik taganing dari

bahan pipa paralon pada sanggar musik Aritonang.

3. Untuk mendeskripsikan kesulitan yang dihadapi sanggar musik

aritonang pada saat pembuatan alat musik taganing dari pipa paralon.

4. Untuk mendeskripsikan apresiasi masyarakat terhadap suara yang

dihasilkan oleh alat musik taganing yang terbuat dari pipa paralon.

5. Untuk mendeskripsikan peralatan apa yang digunakan sanggar

musik Aritonang dalam pembuatan alat musik taganing dari pipa paralon.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan kegunaan dari penelitian yang merupakan

sumber informasi dalam mengembangkan kegiatan penelitian selanjutnya. Maka

penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat atau lembaga formal

maupun informal yang memerlukan informasi tentang pembuatan alat musik

taganing dengan memanfaatkan pipa paralon.

2. Sebagai bahan referensi untuk menjadi acuan penelitian yang

relevan dikemudian hari.

3. Sebagai bahan motivasi bagi pembaca, khususnya bagi masyarakat

atau sanggar lainnya dibidang pemanfaatan pipa paralon dalam pembuatan alat

(20)

11

4. Sebagai masukan bagi pengrajin taganing, dimana bahan yang

digunakan dalam pembuatan alat musik taganing tidak hanya berbahan dari kayu

(21)

54

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari uraian hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik

beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut :

1. Kebudayaan masyarakat Batak Toba merupakan kebudayaan yang

turun temurun dari nenek moyang orang batak. Sampai saat ini

kebudayaan tersebut masih dijaga dan diteruskan oleh masyarakat

karena adat memiliki unsure hukum, aturan dan tata cara yang mengatur

tata kehidupan serta tidak melanggar norma-norma yang berlaku di

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Keberadaan intrumen taganing dalam ansambel musik Batak Toba

sangatlah penting karena instrumen ini bisa dimainkan secara tunggal

dan bisa juga dimainkan dengan menggabungkan instrumen ini dengan

dengan alat musik lainnya.

3. Untuk mendapatkan bahan - bahan yang digunakan dalam pembuatan

alat musik taganing yang terbuat dari pipa paralon lumayan susah untuk

mendapatkannya.

4. Pembuatan alat musik taganing yang terbuat dari pipa paralon dapat

dikatakan relative tidak sulit dan tidak menggunakan waktu yang lama,

berbeda dengan pembuatan alat musik taganing yang tebuat dari kayu

(22)

yang memiliki beberapa proses yang lama, dimulai dari pelubangan

kayu yang harus hati-hati dan harus terlatih.

5. Pembuatan taganing dari pipa paralon mempunyai tahapan-tahapan

yaitu : dimulai dari pemilihan pipa paralon, pengukuran dan

pemotongan pipa paralon, pengeringan dan pengikisan kuli,

pembentukan Sordak/ Adop-adop dan Tukko (tiang) Taganing, dan

perakitan taganing.

6. Dalam proses pembuatan alat musik taganing yang terbuat dari pipa

paralon dan taganing yang yang yterbuat dari kayu memiliki kesamaan.

Hal yang membedakan adalah dari segi bentuk badan taganing. Pada

bagian atas dan bawah Taganing yang terbuat dari kayu memiliki

diameter yang berbeda, sedangkan Taganing yang terbuat dari pipa

paralon bagian atas dan bawahnya memiliki diameter yang sama.

7. Sebuah taganing terdiri dari, Pamatang Taganing (badan taganing),

kulit, kawat, tali Huling-huling (tali kulit), penutup taganing (penutup

pipa), Pakko (pengait kawat kebagian kulit)

8. Godang sabangunan terdiri dari Gordang, Odap, Paiduani Odap,

Taganing Paitonga, Paidua ni Ting-ting, dan taganing Ting-ting.

9. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan alat musik taganing yang

terbuat dari pipa paralon yaitu : Gergaji, Tang, Obeng, Meter Ukur,

(23)

56 10. Suara atau bunyi yang dihasilkan alat musik taganing yang terbuat

dari pipa paralon memiliki suara yang sama dengan suara alat music

taganing yang terbuat dari kayu.

B. SARAN

Dari beberapa poin saran kesimpulan tersebut diatas dapat ditarik saran

sebagai berikut :

1. Perlu diadakannya pembinaan dari pihak atau lembaga terkait seperti

dinas kebudayaan dan pariwisata terhadap pembuat Taganing yang

terbuat dari bahan pipa paralon dalam upaya membantu perluasan

pemasaran Taganing sebagai salah satu musik tradisional Batak Toba

dan juga merupakan salah satu bakat yang harus dikembangkan dan

dipublikasikan.

a. Melihat pengaruh dan dampak perkembangan zaman yang

begitu deras yang dapat mempengaruhi generasi muda untuk

berpaling dari tradisi seni budaya, sehingga perlu mengadakan

pembinaan untuk generasi muda. Generasi muda diharapkan

dapat menggali / meneruskan tradisi - tradisitiap daerah supaya

tidak punah dan selalu terjaga.

2. Peneliti sangat mengharapkan dukungan dari instansi terkait, agar lebih

memeperhatikan dan lebih peduli terhadap tradisi - tradisi budaya guna

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, W.S. 2011.Tinjauan Secara Organologi Pembuatan Taganing Di Dusun III Sigumbang Desa Parhorasan Kecamatan Pangururan Kabupaten

Samosir. Medan : Skripsi Strata 1 FBS UNIMED

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Bina Aksara

Bungin, Burhan.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

A. Sijabat. (2000) Gondang Bolon, Taganing atau odap. Dalam Konteks Uning-uningan, Gondang Hasapimaupun gondang bolon, Skripsi FS USU, Medan

Cholid, Naburko. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

damawisnu.files.wordpress.com/2009/10/polimer-kegunaannya.doc

Koentjaraningrat. 2004. Pengantar Antropologi II, Jakarta : Rineke Cipta

Martahan S. 2010.Pembuatan Sulim Batak Toba Di Dusun X Desa Lau Dendang

Kelurahan Medan Estate. Medan : Skripsi Strata 1 FBS UNIMED

Martina. 2010.Pemanfaatan alat musik hasil kreasi siswa untuk membantu

pembelajaran irama di sma negeri 1 Dolok Batu Nanggar Serbelawan.

Medan : Skripsi Strata 1 FBS UNIMED

Melinca, S.R. 2011. Peranan Alat Musik Taganing Dalam Mengiringi Paduan

Suara Pemuda Pemudi GKPI Binjai Kota. Skripsi Strata 1 FBS

UNIMED

Pusat Bahasa Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Edisi Keempat. Jakarta : Balai Pustaka

Pusat Pembinaan Bahasa (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta. Bumi Aksara.

Matius Ali. 2004. Pelajaran Seni Musik. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

(25)

Soeharto, M. (2001).Kamus Musik. Jakarta : Gramedia widiasarana Indonesia

Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Kependidikan. Jakarta. Bumi Aksara

(26)

BGDAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Tuison Siregar lahir di Desa Silalitoruan, Kecamatan Muara, Kabupaten

Tapanuli Utara pada tanggal 24 April 1989. Penulis merupakan anak II (kedua)

dari 5 bersaudara dari pasangan G. Siregar dan S. Br. Anturi.

Pada tahun 1995, penulis memulai pendidikannya dari tingkat Sekolah

Dasar dan diterima di SD Negeri No. 175795 Lobu Tangga Desa Silalitoruan dan

dinyatakan lulus pada tahun 2001. Kemudian pada tahun 2001 penulis

melanjutkan pendidikan ke Tingkat Menengah Pertama dan diterima di SLTP

Negeri I Muara Desa Silalitoruan dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004

penulis melanjutkan pendidikannya ke Tingkat Atas dan diterima di SMA Negeri

I Muara Kecamatan Muara yang dinyatakan lulus pada tahun 2007. Setelah lulus

SMA , penulis kembali melanjutkan Perguruan Tinggi dan diterima di Universitas

Negeri Medan (UNIMED), Fakultas Bahasa Dan Seni, Jurusan Sendratasik,

Program Studi Pendidikan Seni Musik.

Medan, September 2012

Penulis

Gambar

Gambar 4.17. Proses penggabungan bagian badan Taganing dengan bagian

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diharapkan dari penelitian tugas akhir ini adalah dihasilkannya aplikasi interaktif menggunakan sensor pada smartphone Android untuk membantu siswa

Jumlah Sukuk Outstanding Akumulasi Jumlah Penerbitan

memiliki rumah mewah, jadi pemaju hartanah tidak berkeinginan membina rumah mampu milik iaitu rumah yang berharga rendah dan mampu dimiliki oleh rakyat

Surat Setoran Pajak Daerah selanjutnya disingkat SSPD adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang

Penggunaan dana qardh yang produktif bisa digunakan untuk menambah jumlah cadangan dana qardh, selain itu penyaluran dana qardh dengan tujuan sosial bisa membuka peluang

Kertas bekas perkantoran campuran (mixed office waste) merupakan bahan baku yang paling sulit dihilangkan tintanya, karena sebagian besar kertas dicetak

huruf a dan huruf b, perlu mengeluarkan Instruksi Bupati Bantul tentang Penataan dan Pemerataan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten

Ketika seseorang bertanya kepada orang lain tentang bagaimana dirinya maka, sseorang tersebut akan menjawab “ Saya seseorang yang pendiam” , “ saya seorang yang