• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI PENYEBAB KERUSAKAN KEFIR YANG DISIMPAN SUHU KAMAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDENTIFIKASI PENYEBAB KERUSAKAN KEFIR YANG DISIMPAN SUHU KAMAR."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI PENYEBAB KERUSAKAN KEFIR YANG DISIMPAN SUHU KAMAR

RISKA TRI MALANINGTYAS NPM : 0333010012

INTISARI

Kefir merupakan produk susu fermentasi yang berasa asam, alkoholik. Masalah yang sering dijumpai pada kefir yang disimpan dalam suhu kamar adalah kerusakan yang ditandai dengan aroma yang tidak segar dan pemisahan cairan menjadi dua lapisan serta pembentukkan gas.

Penelitian ini bertujuan untuk megidentifikasi mikroba perusak pada kefir meliputi pewarnaan gram, bentuk, dan pembentukkan gas. Selain itu untuk mengamati kualitas kefir yang disimpan pada suhu kamar meliputi kadar lemak, kadar protein, total bakteri perusak (Staphylococcus sp, Escherichia sp), aroma dan tekstur kefir.

Hasil penelitian menunjukkan pada kefir dengan lama penyimpanan pada suhu kamar diduga adanya Staphylococcus sp, Escherichia sp dan Bacillus. Pada penyimpanan suhu kamar selama 24, 48 dan 72 jam kadar lemak menurun dari 2,21 % menjadi 1,83 %, kadar protein menurun dari 3,99 % menjadi 2,45 %. pH menurun dari 5,6 menjadi 4,3. Total Staphylococcus sp menurun dari 0,96 log CFU/ml menjadi 0,74 log CFU/ml, total Escherichia sp menurun dari 1,26 log CFU/ml menjadi 0,78 log CFU/ml.

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Susu merupakan bahan pangan yang mengandung semua komposisi bahan pangan yang dapat di serap dan digunakan oleh tubuh manusia. Pengolahan susu dengan bantuan mikroba di kenal dengan istilah fermentasi susu yang menghasilkan beberapa produk hasil fermentasi seperti keju, susu asam, yoghurt, kefir atau kumiss (Rahman , 1992 ).

Menurut Fardiaz ( 2005 ), kefir adalah minuman yang rasanya asam dan segar, seperti yoghurt. Kefir dibuat dari susu sapi yang telah di pasteurisasi lalu di fermentasi dengan bibit atau biji kefir ( kefir grains ). Kefir mengandung beberapa jenis mineral seperti kalsium dan magnesium untuk menjaga kesehatan, fosfor untuk membantu mencerna karbonhidtrat, lemak, protein serta kaya akan vitamin A, D, K, B1, B2, biotin, asam folat, asam pantotenat yang berfungsi menjaga kesehatan hati, ginjal dan system saraf ( Anonim, 2008 ).

Produk olahan susu biasanya disimpan pada suhu rendah ( 4o C ) untuk memperpanjang masa simpannya. Pada penyimpanan yang tidak benar (penyimpanan pada suhu kamar ) produk olahan susu mudah rusak karena susu mengandung bahan – bahan bergizi tinggi sehingga mudah di tumbuhi mikroba perusak.

Susu fermentasi yang mengalami kerusakan di tandai dengan aromanya yang tidak segar dan cairan terpisah dua lapisan dan pembentukan gas. Produk susu fermentasi yang sudah di buka dan di tempatkan dalam suhu kamar hanya tahan paling lama dalam waktu dua jam ( Anonym, 2007 ).

(3)

2

Menurut Buckle (1987), bakteri penyebab penyakit seperti Salmonella, Shigella, Bacillius Escherichia sp, dan Staphylococcus dapat masuk kedalam

susu melalui udara, debu, alat pemerah yang kotor, dan dari manusia. Mikroorganisme yang berkembang di dalam susu selain menyebabkan susu menjadi rusak juga membahayakan kesehatan masyarakat sebagai konsumen akhir ( Saleh, 2004 )

. Kefir mengalami penggelembungan pada kemasan dalam suhu kamar, sehingga penelitian ini perlu di lakukan untuk mengetahui penyebab kerusakan yang terjadi pada produk kefir yang disimpan pada suhu kamar..

B. Tujuan

- Untuk mengamati kualitas kefir yang disimpan pada suhu kamar.

- Untuk mengidentifikasi penyebab kerusakan pada produk kefir yang disimpan pada suhu kamar.

C. Manfaat

- Memberikan informasi kepada masyarakat kerusakan atau penurunan kualitas produk kefir yang disimpan pada suhu kamar.

(4)

3

B A B II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kefir

Kefir adalah susu fermentasi asam yang terkarbonisasi melalui proses fermentasi dan beralkohol, mempunyai konsistensi seperti krim asam dengan citarasa yang enak. Kefir berasal dari pegunungan Kaukasian sebelah utara atau sebelah timur laut Mongolia. Kefir telah diproduksi ratusan tahun dalam skala rumah tangga secara tradisional dalam kantung kulit, atau dalam tembikar, terbuat dari susu sapi natau susu kambing. Susu fermentasi ini diproduksi di negara – negara Rusia, dan hanya sedikit diproduksi di negara – negara Eropa. Minuman fermentasi susu asam ini mengandung 0.9 – 1.1 persen asam laktat dan 0.3 – 1.0 persen alkohol dan sangat terkenal di Eropa Timur (Surono, 2004).

Kefir dibuat dari susu sapi yang telah diapsteurisasi lalu difermentasi dengan bibit kefir (kefir grains). Bakteri dan ragi (yeast) yang ada dalam kefir secara alami dan saling menguntungkan (simbiotik) memberi keuntungan bagi kesehatan bila diminum secara teratur.

Kefir mengandung banyak vitamin dan mineral serta protein lengkap yang mudah dicerna dan mengandung antibiotik alami yang terbuat dari proses fermentasi bakteri probiotik (Anonim, 2005).

(5)

4

pertumbuhan mikroorganisme patogen sehingga meningkatkan keamanan produk kefir (Fardiaz, 2005).

Konsumsi kefir dapat menurunkan kadar kolesterol darah dan risiko penyakit jantung. Kandungan antioksidan kefir melindungi sel-sel tubuh dari oksidasi radikal bebas. Kefir juga membantu menyeimbangkan gula darah dan membantu meredakan keinginan makan terus menerus yang biasa terjadi pada penderita diabetes (Anonim, 2008).

B. Proses Pengolahan

Kefir dibuat dari susu dan butiran bibit kefir. Bahan baku yang digunakan biasanya susu kambing, domba, atau sapi. Bibit kefir dapat dibeli atau diperoleh dari sisa kefir sebelumnya. Jika disimpan secara benar, bibit kefir dapat digunakan beberapa kali tanpa batas ( Fardiaz, 2005)

Bibit kefir terdiri atas butiran seukuran biji gandum sampai biji kenari yang berwarna putih, lembut, kenyal dan membentuk gumpalan yang mirip dengan kembang kol. Butiran-butiran ini hidup dan bisa terus tumbuh dari ukuran sangat kecil menjadi besar selama masa inkubasi. Sebanyak 50 gram butiran kefir basah dapat tumbuh menjadi 2 kali lipat dalam 7 – 10 hari jika dipindahkan kedalam 500 ml susu segar enam kali seminggu (Anonim, 2008).

(6)

5

ditambahkan bibit kefir dan diinkubasi pada suhu 22 – 23º C selama kurang lebih 20 jam, atau diinkubasi pada suhu 10º C selama 1 – 3 hari.

Bibit kefir kemudian dipisahkan dari produk, dicuci dan dipersiapkan untuk digunakan selama produksi selanjutnya. Untuk meningkatkan stabilitas koagulumnya maka kefir sebaiknya didinginkan pada suhu 5º C dan dibiarkan selama beberapa jam untuk pematangan, sehingga diperoleh kefir yang baik mutunya. Pada umumnya kefir segera dipasarkan. Prinsip pembuatan kefir dapat dilihat pada Gambar 1.

Susu ( Whole Milk )

Dipanaskan 85° C, 30 menit atau 95º C, 5 menit

Bibit kefir

Bibit kefir (dapat dipakai ulang)

Didinginkan 22 – 23° C

Inkubasi pada 22 - 23º C, 20 jam atau 10º C selama 1 – 3 hari

Didinginkan 5º C untuk pematangan

Dikemas

Kefir

(7)

6

C. Mikroba pada kefir

Berbagai jenis makanan fermentasi baik tradisional maupun modern melibatkan bakteri asam laktat. Secara umum makanan fermentasi lebih awet dari bentuk segarnya karena kondisi asam tidak disukai oleh bakteri kontaminan (Surono, 2004).

Butiran-butiran bibit kefir mengandung campuran berbagai bakteri dan khamir (ragi) yang dikelilingi oleh gumpalan gula polisakarida yang disebut kefiran. Bakteri dalam kefir terdiri dari Lactobacillus, Lactococcus, Streptococcus, Lueconostoc, Acetobacter, dan ragi. Semuanya merupakan

probiotik yang bermanfaat menjaga kesehatan, terutama kesehatan pencernaan (Anonim, 2008).

Spesies mikroorganisme dalam bibit kefir di antaranya Lactocococcus lactis, Lactobacillus acidophillus, Lb. kefir, Lb. kefirgranum, dan Lb. parakefir

yang berfungsi dalam pembentukan asam laktat dari laktosa. Lb. kefiranofaciens sebagai pembentuk lendir (matriks butiran kefir), Leuconostoc sp. membentuk diasetil dari sitrat, dan Candida kefir pembentuk etanol dan karbondioksida dari laktosa. Selain itu juga ditemukan Lb. brevis, dan khamir (Torulopsis holmii dan Saccharomyces delbrueckii). Bibit kefir tidak dapat dikeringkan dengan

pemanasan karena sebagian mikroorganisme didalamnya akan mati. Bibit kefir masih aktif jika diawetkan dengan cara pengeringan beku (freeze drying) (Fardiaz, 2005).

(8)

7

koloni dan menciptakan lingkkungan dalam saluran pencernaan sehingga dapat mencegah pertumbuhan bakteri patogen yang masuk ke dalam tubuh (Anonim, 2005).

D. Pertumbuhan Mikroba Kefir

Semua mikroorganisme memerlukan kondisi lingkungan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Menurut Gaman (1992) ada beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme yaitu meliputi : 1. Waktu

Laju perbanyakan bakteri bervariasi menurut spesies dan kondisi pertumbuhannya.

2. Makanan

Semua mikroorganisme memrlukan nutrien yang akan menyediakan : a. Energi dan biasanya diperoleh dari substansi mengandung karbohidrat. b. Nitrogen untuk sintesis protein

c. Vitamin dan yang berkaitan dengan faktor pertumbuhan. d. Mineral

3. Aw (Activity water)

(9)

8

4. Suhu

Tiap – tiap mikroorganisme memiliki suhu pertumbuhan maksimal, miminal dan optimal. Mikroorganisme dapat dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok berdasarkan suhu pertumbuhan yang diperlukannya, yaitu :

a. Psikrofil, dapat tumbuh baik pada suhu dibawah 20 ºC, kisaran suhu optimalnya adalah 10 ºC sampai 20 ºC. Psikrofil dapat menyebabkan kerusakan pangan yang di dinginkan, misalnya Achromobacter dan Pseudomonas.

b. Mesofil, memiliki suhu pertumbuhan optimal antara 20 – 45 °C. Jamur dan khamir merupakan mesofilik karena tidak dapat tumbuh baik pada suhu yang lebih tinggi.

c. Termofil, dapat tumbuh baik pada suhu di atas 45 ºC, kisaran pertumbuhan optimalnya adalah suhu 50 – 60 ºC. Termofil banyak menimbulkan permasalahan pada industri susu karena dapat tumbuh pada suhu pasteurisasi, misalnya Bacillus dan Clostridium yang dapat menyebabkan kerusakan pada pangan yang dikalengkan.

5. Oksigen

Tersedianya oksigen dapat mempengarugi pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri dapat diklsifikasikan menjadi 4 kelompok menurut keperluan oksigennya, yaitu :

a. Aerob hanya dapat tumbuh jika terdapat persediaan oksigen yang banyak. b. Aerob fakultatif dapat tumbuh dengan baik jika oksigen cukup tetapi juga

dapat tumbuh secara anaerob.

(10)

9

d. Anaerob fakultatif dapat tumbuh sangat baik jika tidak ada oksigen tetapi dapat juga tumbuh secara aerob.

6. pH

Setiap mikroorganisme mempunyai kisaran nilai pH dimana pertumbuhan masih memungkinkan. Beberapa mikroorganisme seperti khamir dan bakteri asam laktat tumbuh dengan baik pada kisaran nilai pH 3,0 – 6,0.

E. Kerusakan produk susu

Susu mengandung komponen bahan pangan yang sangat sesuai bagi pertumbuhan mikroorganisme baik bakteri, kapang maupun khamir. Akibat pertumbuhan berbagai mikroba ini, maka susu dapat mengalami perubahan-perubahan rasa, bau, warna dan rupa, sehingga tidak sesuai lagi untuk dikonsumsi segar ataupun dijadikan sebagai bahan baku dalam memproduksi berbagai produk olahan susu (Rahman, 1992).

Pada umumnya kerusakan produk susu disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme yang tidak dikehendaki. Mikroorganisme dapat merombak senyawa didalam susu, contohnya : bakteri asam laktat yang merombak laktosa didalam susu menjadi asam laktat sehingga terjadi perubahan rasa dari susu segar menjadi masam (Anonim, 2006).

(11)

10

1. Pengasaman dan penggumpalan, yang disebabkan karena fermentasi laktosa menjadi asam laktat yang menyebabkan turunnya pH dan kemungkinan terjadinya penggumpalan casein.

2. Berlendir seperti tali yang disebabkan karena terjadinya pengentalan dan pembentukan lendir sebagai akibat pengeluaran bahan seperti kapsul dan bergetah oleh beberapa jenis bakteri.

3. Penggumpalan susu yang timbul tanpa penurunan pH. Hal ini disebabkan oleh bakteri seperti Bacillus cereus yang menghasilkan enzim yang mencerna lapisan tipis fosfolipid disekitar butir-butir lemak dan dengan demikian kemungkinan butir-butir itu menyatu membentuk suatu gumpalan yang timbul kepermukaan susu (Buckle, 1987).

Kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme dalam makanan sering melibatkan degradasi zat-zat nutrisi seperti protein, karbohidrat dan lemak, baik oleh mikroorganisme itu sendiri maupun enzim yang diproduksinya. Secara umum pada susu mikroorganisme yang berperan dalam hal ini adalah organisme psikotrof. Meskipun kebanyakan dari kelompok ini dapat dihancurkan dalam temperatur pasteurisasi. Beberapa jenis seperti Pseudomonas fluorescens dan Pseudomonas fragi dapat memproduksi enzim proteolitik dan lipolitik yang stabil

pada suhu tinggi dan dapat menyebabkan kerusakan (Anonim, 2006).

F. Bakteri perusak pada susu

(12)

11

Dalam metabolismenya bakteri menggunakan protein, karbohidrat, lemak dan komponen makanan lainnya sebagai sumber karbon dan energi untuk pertumbuhannya. Jika tumbuh dalam bahan pangan, bakteri dapat menyebabkan berbagai perubahan pada penampakan maupun komposisi kimia dan citarasa bahan pangan tersebut ( Fardiaz, 1992 ).

a. Staphylococcus

Staphylococcus merupakan bakteri berbentuk bulat yang terdapat dalam

bentuk tunggal, berpasangan atau berbentuk kelompok. Bakteri ini tumbuh pada suhu antara 6,5 - 46º C dengan suhu optimum

b. Bacillus

Bakteri ini adalah gram positif berbentuk batang, bergerak, dapat membentuk spora , bersifat fakultatif anaerob dan tersebar secara luas dalam tanah dan air. Kemampuan membentuk spora memungkinkan mikroorganisme ini tetap hidup pada operasi pengolahan dengan pemanasan (Buckle, 1987). Suhu maksimal untuk pertumbuhan antara 25 – diatas 75 ºC. Minimum

antara 15 sampai kira-kira 45 ºC. pH minimum untuk berbagai pertumbuhan antara 7,5 – 8 sampai 2 (Merchant, 1961).

c. Escherichia sp

Merupakan golongan Enterobacteriaceae gram negatif tidak berkapsul. Escherichia sp digunakan sebagai indikator adanya pencemaran yang berasal dari

kotoran manusia atau hewan dan menunjukkan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produk-produk susu.

Escherichia sp tumbuh pada suhu 10 – 40 ºC dengan suhu optimum 37 ºC.

(13)

12

(14)

16

B A B III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Pangan, Laboratorium Analisa Pangan, Laboratorium Uji Inderawi Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknologi Pangan UPN ” Veteran ” Jawa Timur pada bulan Juli – Oktober 2008. B. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan adalah susu kefir yang diproduksi CV. Airan Suarabaya. Media yang digunakan adalah media MSA, media VRB untuk identifikasi bakteri. Bahan-bahan untuk pengecatan yaitu kristal violet, larutan iodium, alkohol 96%, safranin, aquadest.

Bahan-bahan untuk analisa, buffer pH 4 dan 7, pelarut petroleum ether, aquadest, reagen oxisolv, asam sulfat , perhydrol , NaOH.

C. Alat

Alat yang digunakan adalah autoclave, oven, inkubator, pH meter, tabung ekstraksi Soxhlet, botol timbang, tabung reaksi, erlenmeyer, petridish, mikropipet, kapas, mikroskop, ose, buret, Spectroquant Nitrate-Test, Spectroquant Nitrate cell test, Microwave Digestion Unit, Digestion Basic Set.

(15)

17

D. Parameter Yang Diamati

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah : a. Kadar Protein metode Spektrofotometri (Anonim, 1997) b. Kadar Lemak metode Distilasi Soxhlet (Sudarmadji, 1997) c. Uji Organoleptik Skoring (aroma dan tekstur)

d. pH (Hadiwiyoto, 1994)

e. Identifikasi bakteri : (Fardiaz, 1992) - pewarnaan gram

- bentuk

- pembentukan gas

f. Total Staphylococcus, Escherichia sp (Fardiaz, 1989) E. Prosedur Penelitian

Kefir yang dihunakan ntuk penelitian adalah kefir yang telah dibuat oleh CV. Airan Sidoarjo.

1. Tahap pembuatan kefir

a. Susu sapi dipasteurisasi pada suhu 85°C selama 30 menit.

b. Susu didinginkan dalam wadah hingga mencapai suhu 10°C selama 15 menit. c. Dilakukan penambahan bibit kefir sebanyak 10% untuk 40 liter susu.

d. Campuran susu dengan bibit kefir diinkubasi pada suhu 20-25°C selama 30 jam. e. Dilakukan penyaringan untuk memisahkan bibit kefir. Bibit kefir dapat dicuci

dengan air matang dan dapat dipakai ulang.

f. Kefir hasil saringan dikemas dalam wadah yang akan digunakan. ( Tahap pembuatan kefir ini dilakukan oleh CV Airan Sidoarjo )

(16)

18

2. Pengambilan sampel dengan lama penyimpanan 24, 48 dan 72 jam untuk menganalisa kadar protein, kadar lemak, pH dan identifikasi bakteri perusak yang meliputi pewarnaan gram, bentuk dan pembentukan gas, Total Staphylococcus, Escherichia sp

(17)

19

Susu

Pasteurisasi (85º C, 30 menit)

Pendinginan (10º C,15 menit)

Bibit kefir 10% untuk

40 liter susu Penambahan starter

Inkubasi 20 - 25º C, 30 jam

Gambar 3. Diagram Alir Pembuatan Kefir di CV. Airan Surabaya dan Perlakuan Penyimpanan pada Suhu Kamar

(18)

20

(19)

20

BAB IV PEMBAHASAN

A. Analisis Kadar Lemak

Pada produk kefir dilakukan analisa kadar lemak pada jam ke 24, 48, 72

dengan kondisi penyimpanan dalam suhu kamar. Hasil analisis kadar lemak dapat

dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 4.

Tabel 1. Hasil rerata kadar lemak kefir selama penyimpan suhu kamar jam ke 24,

Pada Tabel 1 menunjukkan penyimpanan jam ke 24 hasil analisa kadar

lemak adalah 2,21% kemudian naik pada penyimpanan jam ke 48 menjadi 1,97 %

dan kembali turun pada jam ke 72 menjadi 1,83 %.

Semakin lama penyimpanan kadar lemak kefir semakin menurun. Hal ini

disebabkan kandungan lemak yang terdapat pada kefir digunakan oleh

mikroorganisme dalam kefir sebagai nutrisi untuk pertumbuhan.

Menurunnya kadar lemak pada jam ke 72 disebabkan kandungan lemak

yang terdapat pada kefir digunakan oleh mikroorganisme dalam kefir sebagai

bahan pangan, karena lemak merupakan salah satu komponen nutrisi yang

digunakan oleh mikroorhanisme untuk pertumbuhannya.

(20)

21

Waktu Penyimpanan ( Jam ) 12 24 36 48 60 72

Gambar 4. Grafik Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Lemak Kefir

Gambar 4 menunjukkan penurunan kadar lemak pada penyimpanan jam ke

24, 48 dan 72. Penurunan kadar lemak disebabkan penyimpanan pada suhu kamar

dimana selama penyimpanan bakteri asam laktat yang terdapat pada kefir tumbuh

dan membutuhkan nutrisi.

Untuk melakukan metabolisme, mikroorganisme membutuhkan sumber

energi berupa karbohidrat, protein, lemak, mineral dan zat –zat gizi yang terdapat

dalam bahan pangan.

Lemak merupakan salah satu nutrisi yang terdapat dalam bahan pangan dan

menjadi medium pertumbuhan yang baik untuk berbagai macam mikroorganisme

(Anonim, 2008).

Kadar lemak kefir dari hasil penelitian berkisar antara 1,83 – 2,21 %.

Sedangkan menurut Fardiaz (2005), kefir mengandung kadar lemak antara

(21)

22

0,1 – 10 %. Kisaran kadar lemak yang dihasilkan masih berada pada kisaran yang

ditentukan.

B. Analisa Kadar Protein

Pada produk kefir dilakukan analisa kadar protein pada jam ke 24, 48, dan

72 dengan kondisi penyimpanan dalam suhu kamar. Hasil analisa kadar protein

dapat dilihat pada Tabel 2 Gambar 5.

Tabel 2. Hasil rerata kadar protein kefir selama penyimpanan pada suhu kamar Jam ke 24, 48 dan 72

Lama Peyimpanan (jam )

Kadar Protein (%)

24 3,99

48 2,77

72 2,45

Tabel 2 menunjukkan penyimpanan jam ke 24 kadar protein adalah 3,99 %

kemudian menurun pada jam ke 48 menjadi 2,77 % kemudian menurun lagi pada

jam ke 72 menjadi 2,45 %.

Protein merupakan komponen yang terdapat dalam susu dan dipergunakan

oleh mikroorganime untuk pertumbuhannya, hal ini yang menyebabkan

penurunan kadar protei pada jam ke 72.

(22)

23

Waktu Penyimpanan ( Jam )

Gambar 5. Grafik Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Protein Kefir

Gambar 5 menunjukkan terjadinya penurunan protein. Semakin lama

penyimpanan kadar protein kefir semakin menurun. Hal ini disebabkan protein

merupakan komponen yang terdapat dalam kefir dan dipergunakan oleh

mikroorganisme untuk pertumbuhannya dan menyebabkan penurunan kadar

protein pada penyimpanan jam ke 48 dan 72.

Salah satu faktor yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk

pertumbuhannya adalah kandungan nutrisi dan salah satu nutrisi yang dibutuhkan

tersebut adalah protein (Anonim, 2006).

Kadar protein kefir hasil penelitian berkisar antara 2,45 – 3,99 %, sedangkan

menurut Usmiati (2007) kefir mengandung kadar protein 3,5 %.

(23)

24

Menurut Winarno (1995), fermentasi menyebabkan terjadinya pemecahan

protein oleh bakteri. Protein terurai selama proses fermentasi sehingga

menyebabkan protein yang sukar larut menjadi mudah larut.

C. Identifikasi Mikroba Perusak

Identifikasi mikroba perusak dilakukan dengan cara menguji sifat-sifat

bakteri misalnya pewarnaan gram, bentuk bakteri dan pembentukan gas. Hasil

pengujian sifat-sifat bakteri perusak dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengujian sifat-sifat bakteri perusak pada kefir.

Nomor Isolat Pengujian

1 2 3

Sifat Gram + + -

Bentuk Bulat Batang Batang

Pembentuk Gas - + +

(24)

25

Gambar 6. Isolat 1 hasil pengamatan mikroskopis diduga Staphylococcus

(1000x)

Gambar 7. Bentuk Staphylococcus menurut Anonim (2009)

Isolat 1 mempunyai ciri-ciri gram positif, berbentuk bulat dan tidak

membentuk gas, sehingga diduga isolat 1 adalah Staphylococcus. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Fardiaz (1992), bahwa Staphylococcus merupakan bakteri

berbentuk bulat yang terdapat dalam bentuk tunggal, berpasangan atau

berkelompok seperti buah anggur.

(25)

26

Suhu pertumbuhan Staphylococcus antara 7 – 48 ºC, suhu optimum

35 – 40 ºC Nilai pH optimum adalah 6 -7, pH minimum 4,0 dan pH maksimum

9,8 – 10 (Anonim, 2009).

Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa Staphylococcus mempunyai ciri – ciri

berbntuk bulat yang terdapat dalam bentuk tunggal, berpasangan, atau

berkelompok. Bakteri ini tumbuh pada suhu antara 6,5 – 46 ºC dengan suhu

optimum pertumbuhan 35 – 40 ºC. pH untuk pertumbuhan 4,2 – 9,3 dengan pH

optimum 7,0 – 7,5 (Buchana, 1974).

(26)

27

Gambar 8. Hasil pengamatan mikroskopis Bacillus (1000x)

Gambar 9. Bentuk Bacillus menurut Anonim (2009)

Isolat 2 mempunyai ciri-ciri gram positif , berbentuk batang dan membentuk

gas, sehingga isolat 2 diduga adalah Bacillus. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Buckle (1987), bahwa bakteri ini adalah gram positif, berbentuk batang, bergerak.

Dan membentuk spora, bersifat fakultatif anaerob dan tersebar secara luas dalam

tanah dan air.

(27)

28

Bacillus dapat tumbuh antara 15oC dan 50 atau 55oC, sedangkan suhu

optimum pertumbuhan antara 30 – 40oC, umumnya tidak tumbuh pada pH 4,8

Anonim, 2009).

Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa Bacillus mempunyai ciri – ciri bakteri

gram positif, aerobic, membentuk spora. Bacillus terdapat pada tanah, air, udara

dan tumbuhan (Anonim, 2009). Suhu maksimal untuk pertumbuhan antara 25 –

diatas 75 ºC, minimum antara 15 sampai kira – kira 45 ºC.

(28)

29

Gambar 10. Isolat 3 hasil pengamatan mikroskopis Escherichia sp (1000x)

Gambar 11. Bantuk Escherichia sp menurut Anonim (2007)

Isolat nomor 3 mempunyai ciri-ciri gram negatif, berbentuk batang dan

membentuk gas, sehingga isolat 5 diduga adalah Escherichia sp. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Buckle (1987) bahwa bakteri ini adalah gram negatif,

bergerak, berbentuk batang, bersifat fakultatif anaerob. Eschericia sp tumbuh

pada suhu antara 10 – 40oC, dengan suhu optimum 37oC. pH optimum untuk

pertumbuhannya adalah 7,0 - 7,5, pH minimum pada 4,0 dan maksimum pada pH

9,0.

(29)

30

Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa Escherichia sp adalah golongan

Enterobacteriaceae yang mempunyai ciri – ciri gram negative tidak berkapsul,

dengan suhu optimum 37 ºC. pH optimum untuk pertumbuhannya adalah

7,0 – 7,5, pH minimum pada 4,0 dan maksimum pada pH 9,0

D. pH

Pada kefir dilakukan pengukuran pH dengan lama penyimpanan 24, 48 dan

72 jam pada suhu kamar. Hasil pengukuran pH kefir dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rerata pH kefir dengan lama penyimpanan 24, 48,72 jam pada suhu

kamar.

Tabel 4 menunjukkan hasil pengukuran pH dengan lama penyimpanan 24,

48 dan 72 jam pada suhu kamar. Pada penyimpanan 24 jam pH kefir 4,4

kemudian mengalami penurunan pada jam ke 48 menjadi 3,7 dan menurun lagi

menjadi 3,3 pada jam ke 72.

Penurunan pH dari 5,6 pada jam ke 24 menjadi 4,3 pada jam ke 72 terjadi

karena proses fermentasi susu oleh bakteri asam laktat dan khamir dalam kefir

yang menghasilkan asam laktat. Bakteri asam laktat merupakan bakteri yang

sangat berperan dalam membantu proses pencernaan kita. Bakteri asam laktat

mampu memproses karbohidrat dalam susu yang disebut laktosal menjadi asam

(30)

31

laktat. Asam laktat yang dihasilkan dengan cara tersebut akan menurunkan nilai

pH dari lingkungan pertumbuhannya dan menimbulkan rasa asam, sehingga

menghambat pertumbuhan dari beberapa jenis mikroorganisme lainnya.

(Anonim, 2006).

Menurut Buckle (1987) bahwa setiap organisme mempunyai kisaran nilai

pH dimana pertumbuhan masih memungkinkan dan kebanyakan mikroorganisme

dapat tumbuh pada kisaran pH 5,0-8,0.

E. Total Staphylococcus sp

Pada kefir dengan penyimpanan pada suhu kamar selam 24, 48, dan 72 jam

dilakukan analisa total Staphylococcus sp dengan masa inkubasi 24 jam pada suhu

30oC. Hasil analisa total Staphylococcus sp dapat dilihat pada Tabel 6 dan

Gambar 17.

Tabel 6. Rerata total Staphylococcus lama penyimpanan 24,48 dan 48 jam

Lama Peyimpanan

Pada Tabel 6 menunjukkan total selama penyimpanan Staphylococcus sp

mengalami penurunan. Pada penyimpanan 24 jam jumlah total Staphylococcus sp

adalah 0,96 log CFU / ml dan turun menjadi 0,95 log CFU / ml dengan

penyimpanan 48 jam dan turun lagi menjadi 0,59 log CFU / ml dengan

penyimpanan 72 jam.

(31)

32

Gambar 12. Grafik total Staphylococcus sp selama penyimpanan kefir

Di lihat dari tabel 12 menunjukkan penurunan Staphylococcus sp pada

kefir dengan lama penyimpanan 24, 48 dan 72 jam, hal ini disebabkan karena

kefir bersifat asam sehingga bakteri yang tidak tahan pada pH asam terhambat

pertumbuhannya.

Staphylococcus sp mempunyai pH optimum untuk pertumbuhan 6-7, pada

lingkungan dengan nilai pH 6-7 Staphylococcus sp dapat bertumbuh dengan baik,

karena nilai pH kefir rendah maka pertumbuhan Staphylococcus sp dapat di tekan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Buckle (1987), bahwa pada umumnya nilai pH

3,0 sampai 8,0 dan kebanyakan mikroorganisme tumbuh pada pH 5,0 sampai 8,0.

bakteri yang tidak tahan asam seperti kebanyakan proteolitik tidak dapat tumbuh

pada bahan pangan yang bersifat asam.

(32)

33

F. Total Escherichia sp

Pada kefir pada penyimpanan pada suhu kamar selam 24,48 dan 72 jam

dilakukan andusia total Eschericia sp dengan masa inkubasi 24 jam pada suhu

300C. hasil analisa total Eschericia sp dapat dilihat pada Tabel 7 Gambar 18.

Tabel 7 Rerata total Eschericia sp selama penyimpanan 24,48 dan 72 jam

Lama Peyimpanan (jam )

Total Escherichia sp (log CFU / MI)

24 1,26

48 0,91

72 0,78

Pada Tabel 7 menunjukkan total Eschericia sp pada kefir dengan lama

penyimpanan 24, 48 dan 72 jam mengalami penurunan. pada penyimpanan 24 jam

jumlah total Eschericia sp adalah 1,26 log CFU/ml dan turun menjadi

0,91 log CFU/ml pada penyimpanan 48 jam dan 0,78 log CFU/ml pada

penyimpanan selama 72 jam

(33)

34

Gambar 13. Grafik total Eschericia sp selama penyimpanan kefir

5

4

3

2

1

Dilihat dari Gambar 13 menunjukkan penurunan pertumbuhan Eschericia sp

pada kefir dengan lama penyimpanan 24, 48 dan 72 jam pada suhu kamar karena

penurunan pH. Kefir merupakan produk fermentasi yang bersifat asam, karena

Eschrericia sp mempunyai pH optimum untuk pertumbuhan 7,0-7,5 dengan pH

minimum 4,0 maka pada lingkungan dengan pH < 4 pada kefir Eschericia sp

terhambat pertumbuhannya.

Menurut Fardiaz (2005), bahwa suasana asam yang terbentuk pada kefir

dapat memperpanjang masa simpan, mencegah pertumbuhan mikroorganisme

pembuguk sehingga mencegah kerusakan susu dan mencegah pertumbuhan

mikroorganisme patogen.

Beberapa faktor yang berhubungan dengan daya hidup pertumbuhan

mikroorganisme pada sebuah bahan makanan diantaranya kandungan nutrisi, pH,

(34)

35

Uji Organoleptik Terhadap Aroma dan Tekstur Kefir 1. Aroma

Nilai skor panelis terhadap aroma kefir pada penyimpanan 24, 48 dan 72

jam dalam suhu kamar berdasarkan uji organoleptik terhadap 15 panelis

dengan menggunakan Uji Scoring dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai rata-rata Uji Scoring terdapat aroma kefir penyimpanan 24, 48, dan 72 jam pada suhu kamar.

Dari Tabel 8 memperlihatkan bahwa skor aroma kefir dengan

penyimpanan 24 jam adalah 3,5. karena kefir yang dihasilkan mempunyai

aroma yang tidak terlalu asam., kefir dengan penyimpanan 48 dan 72 jam

mempunyai skor 4,2 dan 4,6 dengan aroma kefir yang lebih asam. Semakin

lama penyimpanan aroma kefir semakin asam. Hal ini disebabkan selama

penyimpanan bakteri asam laktat yang terkandung di dalam kefir tumbuh

menjadi lebih banyak dan semakin meningkatkan aroma asam pada kefir.

Menurut Anonim (2002), bakteri yang ditambahkan pada kefir

menghasilkan asam laktat yang memiliki rasa dan aroma khas, kefir juga

menghasilkan alkohol yang terbentuk oleh Saccharomyces kefir dan Torvia

kefir yang terdapat dalam biji kefir.

(35)

36

36 2. Tekstur

Nilai skor panelis terhadap kefir penyimpanan 24, 48 dan 72 jam

dalam suhu kamar berdasarkan uji organoleptik terhadap 15 panelis dengan

menggunakan Uji Skoring dapat dilihat pada Table 9

Tabel 9. Nilai rata-rata Uji Skoring terhadap tekstur kefir penyimpanan 24, 48

dan 72 jam pada suhu kamar.

Lama penyimpanan

(jam) Total Rerata

Notasi

24 52 3,5 b

48 58 3,9 a

72 68 4,5 a

Dari tabel 9 memperlihatkan bahwa skor tekstur kefir dengan

penyimpanan 24 dan 48 jam adalah 3,5 dan 3,9, sedangkan skor tektur kefir

dengan penyimpanan 72 jam adalah 4,5. Semakin lama penyimpanan pada

suhu kamar tekstur kefir semakin encer. Hal ini disebabkan selama

penyimpanan aktifitas mikroorganisme pada kefir semakin meningkat

sehingga meruak tekstur pada kefir.

. Kefir memiliki konsistensi cair seperti krim asam yang sedikit

protein yang terkoagulasi oleh asam yang dihasilkan oleh mikroba (Anonim,

(36)

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil identifikasi bakteri perusak pada kefir :

a. Nomor isolat 1 mempuntai ciri –ciri gram ( + ), berbentuk bulat, tidak membentuk gas diduga adalah Staphylococcus sp.

b. Nomor isolat 2 mempunyai ciri – cirri gram ( + ), berbentuk batang, membentuk gas diduga adalah Bacillus.

c. Nomor isolat 3 mempunyai ciri – cirri gram ( - ), berbentuk batang, membentuk gas diduga adalah Escherichia sp.

2. Kadar lemak pada kefir menurun pada penyimpanan 72 jam. 3. Kadar protein pada kefir menurun pada penyimpanan 72 jam.

4. Total Staphylococcus sp, Escherichia sp dan Bacillus mengalami penurunan karena adanya penurunan pH.

Gambar

Gambar 3. Diagram Alir Pembuatan Kefir di CV. Airan Surabaya dan
Tabel 1. Hasil rerata kadar lemak kefir selama penyimpan suhu kamar jam ke 24,                            48 dan 72
Gambar 4 menunjukkan penurunan kadar lemak pada penyimpanan jam ke
Tabel 2. Hasil rerata kadar protein kefir selama penyimpanan pada suhu kamar                    Jam ke 24, 48 dan 72
+7

Referensi

Dokumen terkait