• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vol. 9, No. 4, Mei 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Vol. 9, No. 4, Mei 2021"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Mei 2021 eISSN 2657- 0998

538

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX Materi Teks

Discussion Pelajaran Bahasa Inggris Melalui Model Pembelajaran Focus

Group Discussion Pada SMP Negeri 2 Tangse Kabupaten Pidie

Junaidi

Guru SMP Negeri 2 Tangse Kabupaten Pidie Email : junaidi@gmail.com

ABSTRAK

Pembelajaran bahasa Inggris di SMP/MTs ditargetkan agar peserta didik dapat mencapai tingkat functional yakni berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. Dalam proses pembelajaran bahasa inggris masih sering dijumpai adanya kecenderungan siswa yang tidak mau bertanya kepada guru meskipun mereka sebenarnya belum mengerti tentang materi yang disampaikan. Penelitan ini bertujuan mengkaji sejauh mana efektif Pembelajaran Metode Focus Group Discussion terhadap peningkatan motivasi belajar siswa bidang studi Bahasa Inggris. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IX Tahun Pelajaran 2017-2018. Siswa berjumlah 25 orang, terdiri 13 siswa putra dan 12 siswa putri. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari; “perencaaan, tindakan, observasi dan refleksi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi : hasil belajar siswa, observasi terhadap aktifitas selama pembelajaran, hasil post tes yang diberikan dan refleksi dari lembar kuis refleksi. Observasi kinerja guru dalam pembelajaran dengan metode Focus Group Discussion dan refleksi dari mitra peneliti, yang diambil pada setiap akhir siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akitivitas Guru meningkat dengan baik yaitu mencapai (standar skor “baik”) sudah menguasai dan menerapkan model Focus

Group Discussion dalam pembelajaran dan pada akhir siklus 2 pada umumnya sudah

berkisar pada (standar Skor” sangat baik ). Partisipasi siswa saat KBM pada petemuan pertama siklus 1 masih rendah (berkisar pada standar”cukup), tetapi pada pertemuan kedua siklus satu mulai meningkat( standar skor “baik”)dan suasana kelas semakin harmonis. Pada Akhir silkus 2 pada umumnya siswa sudah berpartisi “sangat baik” pada saat KMB. Hasil belajar siswa pada akhir Siklus 1 semakin meningkat menjadi 16 dari 25 siswa (64%) yang mencapai nilai standar ketuntasan belajar dibanding sebelum PTK berlangsung dari 25 siswa, 15 (60%) siswa yang tuntas. Pada akhir siklus 2 semakin membaik yaitu mencapai 20 dari 24 siswa (80%) mencapai standar ketuntasan belajar, nilai mereka rata-rata di atas KKM: 70. Memperhatikan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pemebelajaran Focus Group Discussion, terbukti dapat meningkatkan profesionalisasi guru, partisipasi dan hasil belajar siswa di kelas IX SMP Negeri 2 Tangse Kabupaten Pidie.

Kata Kunci: Hasil Belajar Siswa, Teks Discussion, Model Pembelajaran Focus

(2)

539 PENDAHULUAN

Pendidikan adalah realitas komunikasi, proses pengiriman pesan dari guru ke peserta didik maupun sebaliknya terjadi selama proses pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Sebagai proses penyampaian informasi dan pengetahuan, peran penting komunikasi juga menjadi niscaya dalam pendidikan sebab proses pembelajaran adalah proses komunikasi (Naim, 2011:6).

Pendidikan memiliki beberapa variabel, salah satunya yaitu instruksional atau pembelajaran. Menurut Usman (2012:12) bahwa: “pembelajaran adalah inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”. Pembelajaran melibatkan banyak komponen didalamnya seperti guru, siswa, media dan lain sebagainya. Proses pembelajaran merupakan realitas komunikasi dan setiap komunikasi disadari ataupun tidak, mesti memiliki tujuannya masing-masing. Komunikasi dalam proses pembelajaran memiliki tujuan khusus yaitu untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan. Pesan-pesan tersebut kebanyakan disampaikan dalam proses pembelajaran di kelas.

Menurut Depdiknas dalam Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006: Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Bahasa Inggris merupakan ilmu yang termasuk rumpun verbalistik, linguistik dan sastra, oleh karenanya bahasa Inggris mempunyai karakteristik sama dengan pembelajaran bahasa lainnya. Karakteristik tersebut adalah kreatifitan keteladanan dalam mengulang dan mempelajari kaidah-kaidah kalimat, bahasa dan kosa kata. Bahasa Inggris merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan pengalaman dan proses komunikasi harian namun pada perkembangan selanjutnya bahasa Inggris juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Bahasa Inggris adalah ilmu yang mencari kesesuaian atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana yang berkaitan dengan komposisi komunikasi, struktur kalimat dan sifat, perubahan pengucapan, dan aturan-aturan penggunaan kata-kata. Oleh sebab itu, mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP mempelajari segala sesuatu tentang tata bahasa, aturan penggunaan kalimat dan kata, serta pembahasan kalimat dan ungkapan dalam komunikasi. Menurut Mardliyah, dkk (2014: 146) “pembelajaran bahasa Inggris di SMP/MTs ditargetkan agar peserta didik dapat mencapai tingkat functional yakni berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.”

Berdasarkan pengalaman, hasil observasi dan diskusi dengan beberapa guru mata pelajaran bahasa inggris, rendahnya hasil belajar siswa selama ini disebabkan karena proses pembelajaran bahasa inggris masih didominasi oleh guru sehingga keaktifan siswa dalam kelas masih kurang. Dalam proses pembelajaran bahasa inggris masih sering dijumpai adanya kecenderungan siswa yang tidak mau bertanya kepada guru meskipun mereka sebenarnya belum mengerti tentang materi yang disampaikan. Tetapi ketika guru menanyakan bagian mana yang belum mereka mengerti seringkali siswa hanya diam, dan setelah guru memberikan soal latihan barulah guru mengerti bahwa sebenarnya ada bagian dari materi yang belum dimengerti siswa.

(3)

540

Kondisi kelas IX SMP Negeri 2 Tangse berdasarkan segi kepemilikan buku tidak menjadi masalah yang serius untuk dihadapi karena sudah ada pasokan buku pelajaran dari dinas terkait untuk setiap perpustakaan sekolah. Siswa sudah bisa mengakses dan meminjam buku untuk setiap mata pelajaran tertentu. Berdasarkan pengalaman guru, didapati suasana kelas yang ada kalanya monoton pada setiap pembelajaran dilaksanakan, terlihat dari rendahnya keinginan siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan, nilai hasil belajar rendah, dengan persentase siswa yang tuntas belajar kurang dari 50% saja pada setiap ulangan dilaksanakan. Menurut Rusmajadi (2010:35), pembelajaran Bahasa Inggris dengan cara yang monoton kurang memberi kesempatan kepada siswa berinteraksi dengan siswa yang lain.

Untuk memecahkan permasalahan tersebut, dalam melaksanakan proses belajar mengajar diperlukan langkah-langkah sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal yang harus dilakukan adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang cocok dengan kondisi siswa agar siswa dapat berpikir kritis, logis, dan dapat memecahkan masalah dengan sikap terbuka, kreatif, dan inovatif. Supriyono (2009:1) mendefinisikan metode pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dalam pembelajaran dikenal berbagai model pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. (Komulasari, 2010:57)

Salah satu model pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif tipe Focus Gruop

Discussion (FGD). menurut Paramita dan Kristiana (2013:118) FGD adalah bentuk

diskusi yang didesain untuk memunculkan informasi mengenai keinginan, kebutuhan, sudut pandang, kepercayaan dan pengalaman yang dikehendaki peserta. Bentuk Focus

Gruop Discussion seperti diskusi terfokus dari suatu grup untuk membahas suatu

masalah tertentu dalam suasana informal dan santai. Jumlah pesertanya bervariasi antara 8-12 orang, dilaksanakan dengan panduan seorang moderator.

Dalam penelitian yang dilakukan ini, peneliti memilih metode dengan cara Focus

Gruop Discussion selain masih rendahnya hasil belajar, metode ini memungkinkan siswa

mengungkapkan pendapat, mengeksplorasi pengetahuan dan menciptakan suasana emosional yang kuat dalam menyelesaikan suatu masalah pembelajaran dengan mengumpulkan setiap ide dan pemikiran dari setiap anggota grup. Metode ini juga meningkatkan kreatifitas siswa dalam mengekspresikan kemampuan berbahasa yang sebelumnya sudah dipelajari dan memudahkan pengembangan labirin pikiran siswa untuk lebih kritis dalam berfikir.

Berdasarkan uraian tersebut melalui penelitian ini diujicobakan model pembelajaran Focus Gruop Discussion untuk meningkatkan motivasil belajar dan aktivitas belajar siswa kelas IX semester I SMP Negeri 2 Tangse Kabupaten Pidie Tahun Pelajaran 2017/2018 khususnya materi Text Discussion.

(4)

541 METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2017 di SMP Negeri 2 Tangse yaitu pada kelas IX semester I. Subjek yang dimaksud tindakan dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas IX yang berjumlah 25 siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang ditandai dengan adanya siklus, adapun dalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada siklus pertama terdiri dari 2 kali tatap muka dan siklus kedua terdiri dari 1 kali tatap muka. Alokasi waktu untuk setiap tatap muka adalah 3 jam pelajaran.

Teknik pengumpulan data dengan cara tes hasil belajar, observasi guru dan siswa, dan angket. Alat pengumpulan datanya adalah: a. Lembar tes hasil belajar, b. Lembar observasi aktivitas siswa dalam kelompok, c. Lembar observasi guru dalam proses pembelajaran, d. Lembar kuisioner refleksi siswa terhadap pembelajaran, e. Catatan lapangan. Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan menggunakan tehnik analisis deskriptif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Siklus I

Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan menyiapkan instrumen penelitian (lembar observasi guru dan siswa, kuisioner angket refleksi siswa, lembar tes hasil belajar siswa), menyiapkan sumber belajar berupa materi diskusi (hand out); lembar kerja siswa (LKS), merancang pembentukan kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6 sampai 7 siswa dengan memperhatikan penyebaran kemampuan siswa berdasarkan syarat terlaksananya FGD, dan mengembangkan skenario pembelajaran Focus Gruop Discussion sebagaimana yang tercantum dalam RPP. Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada siklus I, guru melakukan apersepsi, memberikan motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki materi Text Discussion, menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, menjelaskan materi pelajaran secara ringkas (± 15 menit), menjelaskan langkah kerja model pembelajaran Focus Gruop Discussion, mengarahkan siswa agar duduk sesuai kelompok yang ditentukan.

Guru membagikan LKS, hand out kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Siswa bersama kelompoknya berdiskusi mengerjakan LKS, setiap kelompok diharuskan memastikan semua anggotanya dapat memahami diskusi tersebut. Pada saat siswa berdiskusi, guru berkeliling mengarahkan dan membimbing bila ada kelompok yang mengalami kesulitan, serta memotivasi seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok. Setelah waktu diskusi selesai, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Guru kemudian menyebut sebuah nama kelompok dan kelompok yang disebutkan maju mempresentasikan hasil diskusi. Kelompok lain juga bersiap-siap memberikan presentasi ataupun masukan. Tiap kelompok memperhatikan dan bila kurang jelas diberi kesempatan bertanya, jika terjadi perbedaan pendapat maka kelompok

(5)

542

lain diberi kesempatan untuk menanggapi (memberi masukan dan jawaban). Selanjutnya, dilakukan diskusi kelas untuk membuat kesimpulan di akhir kegiatan, sekaligus menentukan kelompok mana yang terbaik menurut pengamatan siswa dengan memberi kesempatan pada masing-masing ketua kelompok menilai hasil kerja kelompok. Peneliti memberikan penghargaan dengan tepuk tangan bersama siswa pada kelompok terbaik.

Pada saat yang sama, kolaborator melakukan pengamatan dengan mengisi instrumen yang sudah disiapkan meliputi: pengamatan kegiatan guru, pengamatan kegiatan siswa saat kegiatan belajar mengajar. Di akhir siklus, peneliti memberikan tes hasil belajar dan meminta siswa mengisi angket refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut.

a. Hasil Observasi Kinerja Guru

Pengamatan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I

No. Aktivitas Penilaian Arti

1. (1) Baik Melakukan apersepsi melalui tanya jawab dengan tehnik dan intonasi yang

baik, yang memunculkan pengetahuan awal siswa.

2. (2) Cukup Memberikan motivasi yang membangkitkan keinginan siswa untuk

mengikuti pembelajaran namun belum maksimal.

3. (3) Baik Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan suara keras namun perhatian

hanya ditujukan kepada sebagian siswa.

4. (4) Baik Menjelaskan langkah-langkah PBM dengan memperkenal-kan model

pembelajaran Focus Gruop Discussion namun belum secara runtut.

5. (5) Baik Mengorganisir siswa kedalam kelompok dan mengarahkan sebagian

kelompok.

6. (6) Baik Melakukan pengamatan dari depan kelas, sesekali berjalan ke belakang

kelas.

7. (7) Baik Menanyakan kesulitan dalam kelompok dan mengarahkan jika ada siswa

yang bertanya.

8. (8) Baik Membimbing siswa/kelompok yang bertanya pada guru.

9. (9) Baik Menuntun siswa yang melakukan presentasi.

10. (10) Baik Menuntun siswa yang menanggapi, atau menyanggah hasil presentasi.

11. (11) Baik Membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil pemecahan masalah melalui

diskusi kelas namun belum melibatkan semua kelompok.

12. (12) Baik Melakukan pengembangan materi / penguatan

13. (13) Baik Memberi penghargaan kepada kelompok yang dinilai berhasil.

14. (14) Cukup Memberikan motivasi kepada kelompok yang belum berhasil namun masih

sebagian kelompok saja.

15. (15) Baik Memberi tugas yang berhubungan dengan materi yang dibahas.

16. (16) Baik Melaksanakan kuis secara individu

Dari hasil di atas diperoleh persentase kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran sebesar 71,87 % dengan skor terendah 2 dan skor tertinggi 3. Dalam kegiatan inti, yang dilakukan guru meliputi mengorientasi siswa dalam pembelajaran, dalam hal ini guru memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Siswa dalam kelompoknya melakukan kegiatan dengan bimbingan guru, namun demikian bimbingan guru masih belum merata pada setiap kelompok. Guru lebih banyak

(6)

543

memberikan bimbingan kepada kelompok yang aktif bertanya, sedangkan kelompok yang cenderung pasif hanya mendapat bimbingan guru secara sekilas. Selain itu, guru belum dapat mengalokasikan waktu secara baik, ini dikarenakan belum terbiasanya guru dalam menerapkan model pembelajaran Focus Group Discussion. Pada kegiatan penutup guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan. Namun dalam menarik kesimpulan kebanyakan masih dilakukan oleh guru, sehingga siswa belum terbiasa berpikir sendiri. Secara umum, pada siklus I ini guru masih mendominasi pembelajaran. Persentase aktivitas guru pada siklus I cukup baik yaitu sebesar 68,75% pada pertemuan 1, Persiapan guru sudah cukup matang dan selama proses pembelajaran berlangsung guru sudah berusaha untuk menerapkan model pembelajaran Focus Gruop Discussion sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Namun hal ini perlu ditingkatkan lagi pada siklus II dengan perbaikan-perbaikan seperti pemerataan bimbingan pada setiap kelompok, serta memberi kesempatan pada siswa untuk terbiasa berpikir sendiri. Selain itu diupayakan untuk merancang kembali alokasi waktu yang tepat pada skenario pembelajaran sehingga sesuai dengan alokasi waktu pada saat di lapangan.

b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Pengamatan aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat pada table 2 berikut : Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

No. Aktivitas Persentase /

Penilaian Arti

1. (1) 25% - 50%

Cukup

Masih sedikit yang memperhatikan penjelasan guru, kebanyakan dari mereka masih asing dengan metode pembelajaran yang sedang dilaksanakan.

2. (2) < 25%/ Kurang Masih sedikit yang mau bertanya tentang materi.

3. (3) 25% - 50%

Cukup

Siswa belum dapat mengkondisikan dirinya dengan baik ke dalam kelompok yang telah dibentuk.

4. (4) 25% - 50%

Cukup

Siswa belum menunjukkan antusias terhadap pembelajaran setelah dimotivasi oleh guru.

5. (5) 25% - 50%

Cukup

Sifat individual masih ada sehingga banyak siswa yang kemampuannya kurang, malu untuk memberikan pendapat.

6. (6) 25% - 50%

Cukup

Siswa yang kemampuannya lebih, masih enggan bekerjasama dengan teman sekelompoknya.

7. (7) 25% - 50%

Cukup

Hanya sebagian siswa berpartisipasi dalam diskusi kelompok.

8. (8) 25% - 50%

Cukup

Masih sedikit kelompok yang mampu mempresentasikan pekerjaannya dengan baik.

9. (9) < 25%

Kurang

Hanya sedikit yang memberikan tanggapan, bertanya atau menyanggah hasil presentasi kelompok lain.

10. (10) 25% - 50%

Cukup

Masih sedikit kelompok yang turut memberi pendapat dalam membuat kesimpulan terhadap hasil pemecahan masalah.

11. (11) 50% - 75%

Baik

Sudah banyak yang senang terhadap penghargaan oleh guru.

Dari hasil di atas, persentase aktivitas siswa dalam pembelajaran sebesar 47,73% dengan skor terendah 1 dan skor tertinggi 3. Pada siklus I, menunjukkan peningkatan aktifitas belajar siswa. Seperti meningkatnya antusias dan motivasi siswa dalam

(7)

544

mengikuti pembelajaran, karena dorongan dan pemberian motivasi oleh guru. Untuk kerja kelompokpun menunjukkan aktivitas, seperti meningkatnya diskusi dan tanya jawab antar teman dalam kelompok, serta memberi pendapat tentang hasil yang dipresentasikan. Selain itu dalam mengkaji ulang/melakukan evaluasi dan membuat kesimpulan juga semakin meningkat namun ini belum menunujukkan aktivitas yang optimal sesuai dengan yang diharapkan sehingga perlu ditingkatkan.

Berdasarkan hasil lembar observasi aktivitas siswa, keaktifan siswa pada pertemuan pertama sebesar 47,73% dan pada pertemuan kedua 63,64%. Hasil ini masih jauh dari indikator kaberhasilan yang ditetapkan sebanyak 80%. Hal ini disebabkan antara lain siswa masih kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapat maupun bertanya, dan masih canggung untuk bekerja dalam kelompok. Selain itu pengawasan tingkah laku siswa dalam melakukan diskusi kelompok masih kurang, terlihat masih adanya siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru.

Siswa yang ditunjuk mewakili kelompok untuk menyajikan hasil diskusi masih terlihat ragu-ragu dan kurang menguasai materi hasil diskusi kelompoknya, suaranya juga kurang keras. Dengan kurangnya penguasaan materi siswa penyaji, berarti pembelajaran Focus Gruop Discussion belum terlaksana dengan baik. Karena, dalam pelaksanaan pembelajaran Focus Gruop Discussion siswa berdiskusi dan menyatukan pendapat mereka, dan memastikan semua anggota kelompok paham dengan diskusi tersebut. Siswa yang mempunyai kemampuan lebih, diharapkan untuk mengajari teman sekelompok yang kemampuannya kurang sehingga ketika guru menunjuk sebuah nomor secara acak, siswa yang ditunjuk selalu siap maju mewakili kelompoknya mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Selain itu, pada saat siswa penyaji selesai presentasi, terlihat masih sedikit kelompok lain yang menanggapi.

Kekurangan aktivitas dalam pembelajaran tersebut perlu adanya perbaikan dengan memberikan dorongan motivasi kepada siswa untuk bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas, menyatukan pendapat, tidak boleh mengganggu teman serta melakukan diskusi secara aktif dan memberi pujian bagi siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan. Guru harus mampu memberi perhatian serta motivasi terhadap kegiatan siswa dalam kelompoknya. Permasalahan ini akan diupayakan perbaikan pada siklus II.

c. Hasil Belajar Siswa

Setelah dilakukan analisis data hasil tes siklus I dengan materi pelajar mengenal teks Text Discussion diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 58,75. Siswa yang tuntas sebanyak 16 (64%), siswa yang tidak tuntas sebanyak 9 orang (36%) dengan nilai tertinggi 86 dan nilai terendah 35. Pada siklus I diperoleh rata-rata hasil belajar siswa sebesar 58,75. Ketuntasan belajar klasikal sebesar 60,71% atau keseluruhan anak belum tuntas belajar dengan mendapatkan nilai dibawah KKM ≥ 68. Dengan demikian hasil belajar belum tercapai, oleh karena itu perlu diadakan upaya perbaikan pada siklus 2 dengan memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran, dan bila perlu dengan memberikan penghargaan yang berbentuk benda, seperti memberikan bolpoin pada

(8)

545

semua anggota kelompok terbaik, menyediakan sumber belajar berupa fotokopi materi atau meminjamkan buku ajar.

d. Hasil Analisis Angket Siswa

Tanggapan siswa tentang pembelajaran dilakukan pada setiap akhir siklus. Hasil tanggapan siswa atas pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I dapat dilihat pada tabel 3 berikut :

Tabel 3. Hasil Angket Refleksi Siswa Siklus I

No. Aspek yang Diamati Frekuensi

Jawaban Persentase

1. Pernyataan siswa mengenai pembelajaran dengan model Focus Gruop Discussion

a. Menyenangkan 20 80%

b. Tidak menyenangkan 3 12%

c. Ragu-ragu 2 8%

2. Pernyataan siswa mengenai pembelajaran yang dilakukan dengan kerja kelompok.

a. Menyenangkan 18 72%

b. Tidak menyenangkan 3 12%

c. Ragu-ragu 4 16%

3. Pernyataan siswa bahwa model Focus Gruop Discussion membuat siswa berani

mengemukakan pendapat.

a. Ya 12 48%

b. Tidak 8 32%

c. Ragu-ragu 5 20%

4. Pernyataan siswa bahwa pembelajaran dengan model Focus Gruop Discussion membuat siswa

mudah memahami pelajaran

a. Ya 19 76%

b. Tidak 3 12%

c. Ragu-ragu 3 12%

5. Pernyataan siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran

a. Ya 4 16%

b. Tidak 12 48%

c. Ragu-ragu 9 36%

Berdasarkan perolehan hasil angket siswa di atas terlihat bahwa secara umum siswa memberikan respon positif atas pembelajaran yang telah dilakukan. Sebanyak 80% siswa mengaku merasa senang dengan pembelajaran Focus Gruop Discussion, 72% siswa terdorong untuk berani mengemukakan pendapat walaupun terdapat siswa yang masih mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran, 12% kurang berani berpendapat. Hal ini yang turut mendorong dilanjutkannya tindakan pada siklus II. Dengan demikian, dari hasil observasi dan refleksi siklus I dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa belum memenuhi indikator keberhasilan. Hal ini akan diperbaiki pada pembelajaran siklus II.

2. Hasil Penelitian Siklus II

Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu: membuat Focus Gruop Discussion teks Text

(9)

546

Discussion., menyiapkan instrumen penelitian (lembar observasi guru dan siswa,

kuisioner angket refleksi siswa, lembar tes hasil belajar siswa), menyiapkan sumber belajar berupa materi diskusi (hand out); lembar kerja siswa (LKS), merancang pembentukan kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa dengan memperhatikan penyebaran kemampuan siswa berdasarkan nilai ulangan materi sebelumnya, dan mengembangkan skenario pembelajaran Focus Gruop Discussion sebagaimana yang terantum dalam RPP. Selanjutnya, ketika peneliti melakukan tindakan pada siklus II, guru melakukan apersepsi, memberikan motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki materi Text Discussion, menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, menjelaskan materi pelajaran secara ringkas (± 15 menit), mengingatkan kembali langkah kerja model pembelajaran Focus Gruop Discussion, mengarahkan siswa agar duduk sesuai kelompok yang ditentukan, memberi nomor yang berbeda-beda pada tiap siswa dalam kelompoknya.

Guru membagikan LKS, hand out kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Siswa bersama kelompoknya berdiskusi mengerjakan LKS, setiap kelompok diharuskan memastikan semua anggotanya dapat memahami diskusi tersebut. Pada saat siswa berdiskusi, guru berkeliling mengarahkan dan membimbing bila ada kelompok yang mengalami kesulitan, serta memotivasi seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok. Setelah waktu diskusi selesai, kelompok harus mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Guru kemudian menyebut salah satu kelompok dan kelompok yang disebutkan maju mempresentasikan hasil diskusi yang diwakili oleh seorang anggotanya. Kelompok lain juga bersiap-siap memberikan presentasi ataupun masukan. Tiap kelompok memperhatikan dan bila kurang jelas diberi kesempatan bertanya, jika terjadi perbedaan pendapat maka kelompok lain diberi kesempatan untuk menanggapi (memberi masukan dan jawaban). Selanjutnya, dilakukan diskusi kelas untuk membuat kesimpulan di akhir kegiatan, sekaligus menentukan kelompok mana yang terbaik menurut pengamatan siswa dengan memberi kesempatan pada masing-masing ketua kelompok menilai hasil kerja kelompok. Peneliti memberikan penghargaan dengan memberikan hadiah bolpoin pada semua anggota dari kelompok yang terbaik.

Pada saat yang sama, kolaborator melakukan pengamatan dengan mengisi instrumen yang sudah disiapkan meliputi: pengamatan kegiatan guru, pengamatan kegiatan siswa saat kegiatan belajar mengajar. Di akhir siklus, peneliti memberikan tes hasil belajar dan meminta siswa mengisi angket refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut.

a. Hasil Observasi Kinerja Guru

Pengamatan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4 berikut:

Tabel 4. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II

No. Aktivitas Penilaian Arti

1. (1) Baik Melakukan apersepsi melalui tanya jawab dengan tehnik dan intonasi yang

baik, yang memunculkan pengetahuan awal siswa.

2. (2) Baik Memberikan motivasi untuk membangkit kan keinginan siswa dalam

(10)

547

3. (3) Sangat Baik Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan suara keras dan pandangan

ditujukan kepada seluruh siswa.

4. (4) Sangat Baik Menjelaskan langkah-langkah PBM dengan memperkenal-kan model

pembelajaran NHT secara runtut dan jelas.

5. (5) Sangat Baik

Mengorganisir siswa kedalam kelompok, memberi nomor yang berbeda-beda kepada setiap siswa di dalam kelompoknya dan mengarahkan semua kelompok.

6. (6) Sangat Baik Melakukan pengamatan dengan berkeliling dari depan dan belakang kelas.

7. (7) Sangat Baik Menanyakan kesulitan dalam kelompok dan mengarahkan siswa ke jawaban

yang benar jika ada siswa yang bertanya.

8. (8) Sangat Baik Membimbing siswa/kelompok yang bertanya pada guru, dengan perhatian

juga ditujukan kepada seluruh kelompok.

9. (9) Baik Menuntun siswa yang melakukan presentasi.

10. (10) Baik Menuntun siswa yang menanggapi, atau menyanggah hasil presentasi.

11. (11) Sangat Baik Membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil pemecahan masalah melalui

diskusi kelas dengan melibatkan semua kelompok.

12. (12) Baik Melakukan pengembangan materi / penguatan

13. (13) Sangat Baik Memberi penghargaan kepada kelompok yang dinilai berhasil.

14. (14) Baik Memberikan motivasi kepada kelompok yang belum berhasil.

15. (15) Baik Memberi tugas / PR mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan

materi yang dibahas.

16. (16) Baik Melaksanakan kuis secara individu

Dari hasil di atas diperoleh persentase kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran sebesar 87,5 % dengan skor terendah 3 dan skor tertinggi 4. Pencapaian hasil belajar siswa yang diharapkan seperti yang ditetapkan dalam indikator keberhasilan tidak terlepas dari peran guru dalam proses pembelajaran, mengingat guru merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil lembar aktivitas guru pada siklus II, dapat diketahui guru semakin matang dalam menerapkan model pembelajaran Focus Gruop Discussion. Guru sudah melakukan perbaikan-perbaikan seperti pemerataan bimbingan pada setiap kelompok, tidak mendominasi pembelajaran dengan memberi kesempatan pada siswa untuk terbiasa berpikir sendiri, serta sudah dapat mengatur alokasi waktu dengan baik. Selain itu, pada siklus II ini guru memberikan penghargaan ”alat-alat tulis” kepada kelompok yang sudah berhasil menjawab pertanyaan atau yang memperoleh nilai terbaik. Guru juga sudah memotivasi siswa yang belum berhasil dengan menyediakan sumber belajar berupa fotokopi materi atau meminjami buku ajar. Kemampuan guru seperti mengorientasi siswa dalam pembelajaran, membimbing diskusi, mengarahkan presentasi, dan membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi sudah meningkat ditandai dengan tingginya persentase hasil observasi sebesar 87,5%.

b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Pengamatan aktivitas siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 5 berikut : Tabel 5. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

No. Aktivitas Persentase /

Penilaian Arti

(11)

548

Baik terbiasa dengan metode pembelajaran yang sedang dilaksanakan.

2. (2) 25% - 50%

Cukup

3 - 4 kelompok sudah mau bertanya tentang materi.

3. (3) > 75%

Sangat Baik

Siswa sudah dapat mengkondisikan dirinya ke dalam kelompok yang telah dibentuk.

4. (4) 50% - 75%

Baik

Siswa sudah menunjukkan antusias terhadap pembelajaran setelah dimotivasi oleh guru.

5. (5) > 75%

Sangat Baik

Kerjasama antar kelompok sudah terlihat karena siswa bersama-sama menyatukan pendapat dan berusaha mencari jawaban yang benar.

6. (6) 50% - 75%

Baik

Siswa yang kemampuannya lebih, mau bekerjasama dengan teman sekelompoknya.

7. (7) 50% - 75%

Baik

Hampir semua siswa berpartisipasi dalam diskusi kelompok.

8. (8) 50% - 75%

Baik

4 – 5 kelompok sudah mampu mempresentasi kan pekerjaannya dengan baik.

9. (9) 50% - 75%

Baik

2 - 3 kelompok yang memberikan tanggapan, bertanya atau menyanggah yang dipresentasikan.

10. (10) 25% - 50%

Baik

2 - 3 kelompok yang turut memberi pendapat dalam membuat kesimpulan terhadap hasil pemecahan masalah.

11. (11) 50% - 75%

Baik

Sudah banyak yang senang terhadap penghargaan oleh guru.

Dari hasil di atas, persentase aktivitas siswa dalam pembelajaran sebesar 75,00% dengan skor terendah 2 dan skor tertinggi 4. Pada siklus II aktivitas siswa lebih meningkat lagi dibandingkan dengan siklus I. Ditandai dengan perolehan persentase hasil observasi yang tinggi yaitu sebesar 75,00%. Hal ini menunjukkan siswa dalam melakukan aktivitas yang diharapkan lebih banyak dibandingkan dengan siklus I. Siswa sudah lebih terarah pada kerjasama kelompok, meningkatnya diskusi dan tanya jawab dalam kelompok serta lebih berani dalam mengungkapkan pendapatnya, ditandai dengan adanya siswa yang bertanya serta menjawab pertanyaan. Siswa juga telah bekerja sama dengan kelompoknya secara baik, siswa yang pandai sudah mulai menularkan idenya kepada siswa lain yang masih kurang, sehingga semua anggota kelompok memahami diskusi. Hal ini sudah sesuai dengan apa yang diharapkan dalam pembelajaran Focus

Gruop Discussion bahwa siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan /

tugas dari guru dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu. Siswa yang ditunjuk untuk menyajikan hasil diskusi sudah terlihat menguasai materi. Ini berarti bahwa pembelajaran Focus Gruop Discussion sudah dapat terlaksana dengan baik

c. Hasil Belajar Siswa

Setelah dilakukan analisis data hasil tes siklus II dengan materi pelajaran Text

Discussion dan menggunakan metode belajar Focus Gruop Discussion, diperoleh nilai

rata-rata siswa sebesar 75,25. Siswa yang tuntas sebanyak 20 anak (80%), siswa yang tidak tuntas sebanyak 5 anak (20%) dengan nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 47. Dari hasil tes pada siklus II terdapat peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari perolehan rata-rata hasil tes yang diberikan kepada siswa pada siklus II adalah sebesar 75,25. Ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 80,43% atau sebanyak 20 anak memperoleh nilai ≥ 76.

(12)

549

Dengan demikian hasil belajar pada siklus II ini sudah sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan, sehingga tidak perlu dilakukan siklus selanjutnya.

d. Hasil Analisis Angket Siswa

Tanggapan siswa tentang pembelajaran dilakukan pada setiap akhir siklus. Hasil tanggapan siswa atas pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus II dapat dilihat pada tabel 6 berikut :

Tabel 6. Hasil Angket Refleksi Siswa Pada Siklus II

No. Aspek yang Diamati Frekuensi

Jawaban Persentase

1. Pernyataan siswa mengenai pembelajaran dengan model Focus Gruop Discussion

A. Menyenangkan 20 80%

B. Tidak menyenangkan 1 4%

C. Ragu-ragu 4 16%

2. Pernyataan siswa mengenai pembelajaran yang dilakukan dengan kerja kelompok.

A. Menyenangkan 22 88%

B. Tidak menyenangkan 1 4%

C. Ragu-ragu 2 8%

3. Pernyataan siswa bahwa model Focus Gruop Discussion membuat siswa berani

mengemukakan pendapat.

A. Ya 18 72%

B. Tidak 2 8%

C. Ragu-ragu 5 20%

4. Pernyataan siswa bahwa pembelajaran dengan model Focus Gruop Discussion membuat

siswa mudah memahami pelajaran

A. Ya 20 80%

B. Tidak 2 8%

C. Ragu-ragu 3 12%

5. Pernyataan siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran

A. Ya 4 16%

B. Tidak 17 52%

C. Ragu-ragu 8 32%

Seperti pada siklus II, secara umum siswa memberikan respon positif atas pembelajaran yang telah dilakukan. Sebanyak 82,14% siswa mengaku merasa senang dengan pembelajaran Focus Gruop Discussion, 64,29% siswa terdorong untuk berani mengemukakan pendapat, 71,42% siswa mengaku mudah memahami pelajaran. Terdapat siswa yang masih mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran serta kurang berani mengemukakan pendapat, namun persentasenya kecil.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Hasil belajar siswa kelas IX semester I SMP Negeri 2 Tangse Kabupaten Pidie pada materi pokok Text Discussion dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran Focus

(13)

550

Gruop Discussion, ditunjukkan oleh peningkatan rata-rata nilai tes akhir siswa dari

58,75 pada siklus I menjadi 75,25 pada siklus II, dan ketuntasan belajar siswa meningkat dari 60,71% pada siklus I menjadi 71,43% pada siklus II.

2. Aktivitas siswa kelas IX semester I SMP Negeri 2 Tangse Kabupaten Pidie pada materi pokok Teks Text Discussion dapat ditingkatkan melalui model pembelajran

Focus Gruop Discussion. DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas 2006. Kepmendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan

Dasar dan Menengah. Jakarta: Puskur – Balitbang Depdiknas.

Komulasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Mardliyah, Noor. dkk. 2014. Perbedaan Pengaruh Cooperative Learningtipe Think Pair

Share (THP) dan Metode Konvensional terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Bahasa Inggris ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII pada Mts Negeri di Kabupaten Kudus. Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran. ISSN :

2354-644. Vol. 2. No. 2. Hlm 145-156.

Naim, Ngainun. 2011. Dasar-Dasar Komunikasi Pendidikan. Yogjakarta: Ar-. Ruzz

Media.

Paramita, A. dan Kristiana, L. (2013). Teknik Focus Group Discussion dalam Penelitian

Kualitatif (Focus Group Discussion Tehnique in Qualitative Research). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan (Volume 16). Hlm. 117-127.

Rusmajadi, Jodih. 2010. Terampil Berbahasa Inggris. Jakarta: Indeks.

Supriyono, Agus. 2009. Jenis-jenis Model Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Usman, Husaini. 2012. Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi

Gambar

Tabel 1. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I
Tabel 4. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II
Tabel 6. Hasil Angket Refleksi Siswa Pada Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Ikon gambar lampu yang bercahaya ditandai dengan adanya tiga garis di atas gambar lampu tersebut. Gambar lampu bercahaya merupakan simbol pencahayaan bagi orang

memberdayakan masyarakat miskin yang ada di kecamatan Bukit Raya agar masyarakat tersebut teransang untuk mendiskusikan masalaha yang membelenggu lingkungan mereka

Data sekunder, yaitu data dalam bentuk jadi yang telah dimiliki oleh Hotel Swiss belinn ska Pekanbaru yang digunakan sebagai pelengkap didalam

4 Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa metode pendekatan hermeneutik dapat diterapkan dan dalam batas-batas tertentu telah diterapkan oleh para ulama untuk

Pembagian tugas terkait pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Surabaya tahun 2010-2015 dilakukan oleh beberapa SKPD antara lain adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan,

Sensor gyroscope bekerja dengan cara, ketika gyroscope bergerak maka akan menghasilkan tegangan output analog yang kemudian dikirim ke bagian MCU untuk dikonversi

Bimbingan seperti ini sangat penting dilakukan agar terciptanya komunikasi yang lancar antara mahasiswa dengan guru pembimbing lapangan.Dalam pelaksanaan kegiatan

Begitu juga dengan kerajaan pemerintah yang akan mengaplikasikan lagu sebagai propaganda politik atau doktrin untuk memastikan rakyat akan terus memberikan sokongan kepada