• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Pustaka"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Media Pembelajaran

Media atau medium dalam bahasa latin memiliki arti perantara, dan wasaaila dalam bahasa arab yang memiliki arti yaitu pengantar pesan yang ditujukan kepada penerima pesan dari pengirim pesan (Sumiharsono &

Hasanah, 2017). Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan pengajar untuk membantu peserta didik dalam belajar yang sesuai dengan kebutuhan serta minatnya (Kustandi & Darmawan, 2020). Media dalam konteks pembelajaran merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan suatu informasi dari pemberi informasi kepada penerima informasi dan meningkatkan pacu siswa dalam belajar, sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran (Hamid et al., 2020).

Media adalah alat yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pengamatan, meningkatkan pengalaman, dan usaha meningkatkan pengetahuan dalam suatu materi pelajaran. Pendalaman materi yang baik melalui media pembelajaran dapat meningkatkan pengetahuan mengenai materi pelajaran tersebut. Media yang belum maksimal juga akan mempengaruhi kemampuan siswa memaksimalkan pengetahuan mereka terhadap materi. Namun media pembelajaran yang terus maju seiring dengan perkembangan zaman juga harus diimbangi dengan semangat guru serta siswa (Purba et al., 2021).

Media pembelajaran berbasis teknologi yang baik juga perlu memperhatikan karakteristik gaya belajar siswa. Media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik belajar siswa dapat membantu siswa dalam menyerap informasi yang diberikan. Media pembelajaran dengan gaya belajar visual contohnya media yang menyediakan gambar, grafik, diagram, video.

Media pembelajaran dengan gaya belajar auditori seperti pemanfaatan radio dan mp3. Media pembelajaran dengan gaya kinestetik adalah media yang dapat diperagakan oleh siswa (Rahmi & Samsudi, 2020). Siswa membutuhkan media

(2)

pembelajaran biologi berbasis teknologi yang dapat menyajikan video, audio, dan materi dalam satu media pembelajaran, sehingga diharapkan kualitas pembelajaran biologi secara daring dapat berjalan baik dan berkualitas (Hasanah et al., 2021).

Penggunaan bahasa komunikatif dan gambar-gambar menarik dalam multimedia interaktif akan lebih efektif dan memacu siswa untuk dapat melakukan belajar mandiri (Sutarno & Mukhidin, 2013). Sehingga, siswa dapat belajar dari berbagai sumber belajar dan tidak terpaku pada pembelajaran dari seorang guru atau pendidik (Prastowo, 2018). Aplikasi adalah salah satu media pelajaran interaktif yang dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran (Paseleng & Arfiyani, 2015).

2. Articulate Storyline

Articulate Storyline adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan e- learning interaktif berkualitas tinggi dengan cara yang sangat mudah.

Articulate Storyline adalah produk untuk penulis proyek e-learning (Chiasson, 2015). E-learning tersedia di situs web studi yang dapat dilihat dan diunduh secara gratis (Suppan et al., 2020). Mengartikulasikan alur cerita menekankan elemen pelajar interaktif dengan banyak pembelajaran yang berbeda. Desainer eLearning profesional mampu mengadaptasi Articulate Storyline menjadi rancangan yang sangat baik dan responsif untuk ukuran layar smartphone (Stotz & Lee, 2018).

Articulate Storyline telah banyak digunakan sebagai media pembelajaran diberbagai mata pelajaran. Pemilihan Articulate Storyline sebagai solusi alternatif media pembelajaran tentu memiliki nilai kelebihan serta kekurangan.

Kelebihan penyusunan media pembelajaran Articulate Storyline yaitu menyediakan banyak menu praktis dalam pembuatan kuis, dan dapat diunggah dalam bentuk media offline maupun online (Mardiyah, 2021). Kelebihan lainnya adalah Articulate storyline memiliki keinteraktifan tinggi sehinnga membuat media pembelajaran menjadi lebih interaktif bagi siswa, Articulate Storyline dapat menyajikan audio, animasi, karakter, gambar, dan video yang dikemas sesuai mata pelajaran yang ingin dibuat, Articulate Storyline dapat

(3)

digunakan dengan mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk menjadikan sebuah media pembelajaran (Mufidah & Khori, 2021).

Penelitian Yilmaz & Erol, (2019) menyajikan tabel perbandingan antara Articulate Storyline dengan Moodle, Canvas, Blackboard, Sakai, dan Adobe Captivate. Tabel ini menampilkan kelebihan dan kekurangan dari hasil perbandingan ke enam aplikasi. Kelebihan Articulate Storyline yaitu menyediakan fitur-fitur gamification, dapat memuat banyak media (multimedia), termasuk dalam media pembelajaran interaktif, ramah penggunaan dengan gawai, dapat memilih penggunaan media, ramah penggunaan bagi seluruh pengguna, pengguna dapat mengkontrol seluruh akses dalam media, terdapat fitur simulasi, dapat mengatur kuis sesuai dengan keinginan, dapat digunakan dalam pembelajaran asinkronus dan pembelajaran campuran. Sedangkan kekurangan Articulate storyline dari media lain yaitu tidak ada pengaturan untuk melakukan konferensi, tidak ada pengaturan kelas virtual, dan tidak dapat melakukan pembelajaran sinkronus. Penelitian Cahyanti, (2021) menyatakan bahwa kelemahan Articulate Storyline adalah penggunaan media dipengaruhi oleh jenis perangkat dan jaringan internet yang dimiliki, serta penggunaan video pembelajaran terbatas karena mempengaruhi ketepatan akses tombol dalam media. Articulate Storyline tidak dapat menampilkan gambar secara full screen karena ada garis tepi pada perangkat dan pendidik tidak dapat memberikan komentar atau kegiatan sinkronus dalam media (Mufidah & Khori, 2021).

Penelitian terdahulu pada mulmedia interaktif berbasis Articulate Storyline telah dilakukan oleh Yasin, (2017) pada materi sistem reproduksi manusia dan telah disimpulkan bahwa media tersebut sangat layak secara teoritis. Pada penelitian Yasin, (2017) mengatakan bahwa media Articulate Storyline sebaiknya dilakukan pada materi yang berbeda sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.

3. Materi Jaringan Tumbuhan

Salah satu pokok materi pada kelas XI SMA semester ganjil. Materi jaringan tumbuhan adalah kumpulan sel yang melakukan fungsi yang sama.

(4)

Materi ini meliputi jenis jaringan tumbuhan, jaringan penyusun organ (akar, batang, dan daun), perbedaan anatomi tumbuhan monokotil dan dikotil, serta kultur jaringan. Jaringan tumbuhan terdiri dari jaringan meristem dan jaringan permanen. Jaringan meristem dibedakan berdasarkan asal jaringan dan letak jaringan. Meristem apikal melakukan pertumbuhan panjang (Reece et al., 2014) dan terdapat pada ujung akar, ujung pucuk, dan tunas batang (Ramdhini et al., 2021). Meristem interkalar mengalami penambahan panjang pada ruas- ruas batang muda (Ramdhini et al., 2021).

Jaringan permanen dibedakan menjadi tiga yaitu jaringan epidermis, jaringan dasar (parenkim, kolenkim, sklerenkim), dan jaringan vaskular (xilem dan floem) (Fried & Hademenos, 2005). Jaringan epidermis memiliki selapis sel yang tersusun rapat dan memiliki vakuola yang besar (Fried & Hademenos, 2005). Jaringan parenkim terdiri dari sel-sel hidup dan hanya sedikit terdiferensiasi (Hasanuddin et al., 2017). Sel-sel kolenkim mengalami penebalan yang tidak merata (Fried & Hademenos, 2005). Sel sklerenkim terdiri dari sel-sel yang sudah mati, berdinding sel tebal, serta mengandung lignin. Sel sklerenkim memiliki dua jenis sel yaitu serat (serabut) dan sklereid.

Xilem memiliki fungsi sebagai jalur transportasi bagi air dan zat-zat terlarut.

Xilem berasosiasi dengan dua jenis sel lain yaitu sel-sel pembuluh (vessel) dan trakeid (Fried & Hademenos, 2005). Floem memiliki fungsi sebagai pengangkutan hasil metabolisme atau hasil fotosintesis dari daun ke organ lainnya yang membutuhkan (Hasanuddin et al., 2017). Xilem dan floem tanaman dikotil tersusun secara melingkar dan pada tanaman monokotil tersusun secara menyebar (Ramdhini et al., 2021).

Organ tumbuhan terdiri dari jaringan-jaringan yang menyusun hingga terbentuk tiga organ tumbuhan utama yaitu akar, batang, dan daun. Organ akar tersusun dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan silinder pusat.

Organ Batang tersusun dari jaringan epidermis, korteks, dan silinder pusat.

Organ Daun tersusun dari jaringan epidermis, mesofil, dan berkas pembuluh (Reece et al., 2014). Organ tumbuhan tersusun oleh jaringan tumbuhan yang

(5)

sama, namun memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dan khusus pada beberapa tumbuhan seperti pada organ tumbuhan monokotil dan dikotil.

Kultur jaringan tanaman merupakan kultur atau perbanyakakan sel, jaringan, organ yang dilakukan secara aseptik dengan kondisi fisik dan kimia secara in vitro. Hal ini diperkenalkan oleh Scleilden dan Schwan pada tahun 1838 yang mengatakan bahwa sel adalah unit struktural dan fungsional yang memiliki kemampuan untuk berkembang secara otonom dan mampu beregenerasi menjadi tanaman baru. Teori ini disebut sebagai Teori Totipotensi Sel (Anitasari et al., 2018). Eksplan merupakan bagian sel atau jaringan tanaman yang akan digunakan untuk mengkultur tanaman (Yuliarti, 2010).

Kultur jaringan tanaman kini banyak digunakan pada bidang pertanian dan beberapa tanaman seperti anggrek (Reece et al., 2014). Materi jaringan tumbuhan dan gambar struktur anatomi tumbuhan dapat dilihat pada lampiran 21.

4. Permasalahan Pembelajaran Siswa dalam Materi Jaringan Tumbuhan Pembelajaran memiliki makna yaitu mengarahkan siswa atau suatu kelompok untuk mendapatkan dan membangun informasi dari berbagai sumber belajar seperti buku, artikel, dan jurnal. Pembelajaran membutuhkan bahan ajar yang tepat guna serta mudah dipahami oleh siswa. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mengikuti perkembangan bahan ajar serta materi.

Contoh permasalahan yang terjadi adalah kurangnya proses dalam pembelajaran siswa. Permasalahan pembelajaran siswa yang biasa terjadi yaitu terkait motivasi belajar, keinginan untuk mengembangkan diri, kurang inovasi dalam belajar, dan siswa belum membangun sendiri konsep materi pelajaran.

Permasalahan pembelajaran siswa dapat diatasi dari berbagai aspek yaitu kurikulum, sarana prasarana, bahan ajar, materi ajar serta peran guru (Ramadhani et al., 2020).

Ristiyani & Bahriah, (2016) menyatakan bahwa kesulitan belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor ekternal meliputi aspek lingkungan sosial, kurikulum, guru, sarana dan prasarana, sedangkan faktor internal meliputi kondisi fisiologis siswa, motivasi,

(6)

minat, bakat, kecerdasan, serta kemampuan kognitif. Interaksi antar faktor terjadi langsung maupun tidak langsung dan mempengaruhi prestasi siswa.

Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda dalam meraih hasil belajar yang baik. Siswa yang senang belajar tentu akan memiliki perolehan nilai yang berbeda dengan siswa yang merasa belajar itu sulit.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Priyayi & Adi, (2014) diketahui bahwa 78,26% siswa beranggapan bahwa pelajaran biologi berisi materi hafalan saja. Hal ini didukung oleh penelitian Halida & Windyariani, (2019) yang menyatakan bahwa siswa kurang menyukai pelajaran jaringan tumbuhan disebabkan oleh materi yang cukup banyak. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Nisak, (2021) diketahui bahwa materi jaringan tumbuhan dan sistem gerak adalah materi yang dianggap sulit oleh siswa dengan perolehan persentase 54,29% dan menempati urutan kedua tersulit di seluruh materi biologi kelas XI. Kesulitan pada materi jaringan tumbuhan disebabkan oleh kemampuan siswa dalam mengidentifikasi data hasil pengamatan yang masih dalam kategori cukup (Karim et al., 2021).

Penelitian yang dilakukan oleh (García et al., 2019) menyebutkan bahwa 38,35% siswa kesulitan belajar materi jaringan epidermis, 35,31% materi jaringan tulang, 59,39% materi jaringan permanen pada tumbuhan, dan 57,63%

materi jaringan meristem pada tumbuhan. Siswa menyebutkan 3 alasan mengapa jaringan tumbuhan adalah materi yang sulit yaitu materi yang kompleks, keterbatasan waktu, dan materi yang memiliki istilah tertentu. Hasil penelitian ini menyebutkan 37,62% siswa kesulitan dalam materi prakambium, protodermis, dan meristem dasar, 36,63% siswa kesulitan dalam materi kambium dan felogen, dan 26,73% siswa kesulitan dalam materi kolenkim dan sklerenkim. Siswa menyebutkan alasan mengapa kesulitan dalam mengidentifikasi gambar anatomi jaringan karena kurangnya pengetahuan mereka tentang anatomi (77%); kesulitan dalam membatasi atau menentukan sel (72%), dan kesulitan dalam orientasi terhadap bagian-bagian jaringan (62%). Siswa menyarankan solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan pembelajaran histologi dengan peningkatan gaya pengajaran

(7)

(35,07%), mengurangi kurikulum histologi dan memperpanjang waktu mengajar (28,35%), memperbanyak penggunaan gambar histologi dan kasus yang praktis (27,98%), serta peningkatan konten mengenai anatomi (8,58%).

Permasalahan pembelajaran biologi yang terjadi lainnya berdasarkan penelitian Safitri & Panjaitan, (2021) adalah permasalahan koneksi internet yang tidak stabil, gawai atau aplikasi yang terkendala, berkurangnya tatap muka membuat siswa sulit memahami materi, kurangnya penjelasan materi, dan jenuhnya menggunakan gawai. Siswa menjelaskan bahwa kemudahan menggunakan media pembelajaran dan kesan siswa terhadap model pembelajaran mempengaruhi pemahaman materi siswa. Siswa menyarankan solusi pembelajaran biologi dengan pembelajaran tatap muka atau menggunakan aplikasi, penyampaian materi dengan video, memberikan ringkasan, dan penjelasan sebelum penugasan.

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMAN 5 Surakarta diketahui bahwa penggunaan media pembelajaran yang digunakan kurang variatif berupa power point, ringkasan, dan video youtube. Belum tersedia media pembelajaran yang dapat diakses secara mandiri oleh siswa. Siswa mengatakan 1,4% tidak setuju, 4,2% kurang setuju, 33,3% setuju dan 61,1%

sangat setuju bahwa lebih memahami materi jika menggunakan media pembelajaran yang dilengkapi dengan gambar, warna, dan video pembelajaran.

Sutarno & Mukhidin, (2013) mengatakan bahwa penggunaan bahasa komunikatif dan gambar-gambar menarik dalam multimedia interaktif akan lebih efektif dan memacu siswa untuk dapat melakukan belajar mandiri.

Belajar mandiri tentu dapat membantu siswa mendalami suatu materi pelajaran. Salah satu materi yang masih sulit dipelajari siswa adalah jaringan tumbuhan. Berdasarkan persentase siswa menjawab benar dalam indikator UN Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan 2016-2019 terjadi penurunan terbanyak pada terbanyak pada periode tahun 2016-2017 sebanyak 8,58% dan kenaikan nilai persentase sebanyak 3,72%. Indikator soal UN menandakan

(8)

bahwa siswa masih kesulitan dalam mengidentifikasi macam jaringan tumbuhan pada soal gambar yang diberikan dalam soal UN. Penelitian Karim et al., (2021) menyatakan bahwa kesulitan pada materi jaringan tumbuhan disebabkan oleh kemampuan siswa dalam mengidentifikasi data hasil pengamatan yang masih dalam kategori cukup.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dilakukan penyusunan media pembelajaran Articulate Storyline dalam materi jaringan tumbuhan yang dapat menyajikan gambar, warna, video pembelajaran, dan teks. Media pembelajaran ini diharapkan dapat membantu siswa dalam mempelajari jaringan tumbuhan dan menjadi solusi alternatif media pembelajaran mandiri. Skema kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 2.1.

(9)

SOLUSI:

1. Menyediakan media pembelajaran sesuai perkembangan IPTEK 2. Penyusun media

pembelajaran sesuai dengan kesulitan siswa

3. Menyediakan media pembelajaran yang dapat diaskses secara mandiri oleh siswa

Penyusunan Media Pembelajaran Articulate Storyline dalam Materi Jaringan Tumbuhan untuk Kelas XI

MASALAH:

1. Penggunaan media

pembelajaran sekolah hanya menggunakan power point, ringkasan, dan video youtube 2. Siswa kesulitan dalam

mengidentifikasi macam- macam jaringan tumbuhan 3. Belum tersedia media

pembelajaran yang dapat diakses secara mandiri oleh siswa

1. Melakukan Systematic literature review terhadap media dan materi 2. Mengidentifikasi kondisi belajar siswa dalam materi jaringan tumbuhan

Menyusun media

pembelajaran Articulate Storyline sebagai sumber belajar mandiri

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Dengan besaran hasil akhir pengisian angket oleh siswa, peneliti menyimpulkan bahwa media pembelajaran menggunakan articulate storyline layak untuk digunakan sebagai

Berdasarkan uraian tersebut, penting bagi peneliti untuk mengembangkan multimedia interaktif berbasis Articulate Storyline 3 pada pembelajaran tematik terpadu yang bisa

Validitas ini digunakan untuk mengetahui kelayakan media pembelajaran interaktif berbasis articulate storyline pada materi bangun ruang sederhana yang dilakukan oleh

Adapun tantangan dalam implementasi pembelajaran ini adalah (1) penyusunan permasalahan HOTS dan membuat media pembelajaran Articulate Storyline-Geogebra membutuhkan waktu

Melihat fenomena permasalahan di atas, perlu dilakukan langkah yang tepat dalam pembelajaran pemrograman actionscript, yaitu dengan mengembangkan media pembelajaran

Meskipun sama-sama menggunakan Software Articulate Storyline dalam pembelajaran akan tetapi, perbedaan reset ini dengan dua reset-reset sebelumnya yaitu, reset ini

Penelitian ini bertujuan mengembangkan media pembelajaran interaktif berbasis Articulate Storyline pada materi sistem tata surya serta mengetahui validitas, kepraktisan,

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan media pembelajaran interaktif berbasis Articulate Storyline 3 pada mata pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital untuk siswa kelas X